Вы находитесь на странице: 1из 12

Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012

ISSN 1412-498X

UJI BIOAKTIVITAS BEBERAPA FRAKSI DARI EKSTRAK DAUN BENALU SIRSAK (Dendrophthoe cf. Pentandra [L.] Miq.) YANG BERASAL DARI KALIMANTAN TIMUR

Daniel, Chairul Saleh, Misael SL. Padin Program Studi Kimia FMIPA Universitas Mulawarman Jl. Barong Tongkok No.4 Kampus Gn. Kelua Samarinda. Telp. 0541-749152 e-mail: daniel_trg08@yahoo.com

ABTRACT. The research about the bioactivity efectivity of secondary metabolite Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq usually used as traditional medicine. To know the compounds that exist in Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq, we conducted in several steps, such as maseration, pytochemical test, and bioactivity test of shrimps larvae (Artemia salina Leach). The samples of Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq were extracted by maseration method with ethanol and then was concentrated using rotary evaporator. Extract in fractionated with each solvent: n-hexane, etyl acetate, and methanol-water. Base on phytochemical test with extract ethanol, etyl acetate, n-hexane and methanol-water from Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq shown that there were alcaloids, flavonoids, saponins, steroids and phenolic, in fraction of ethanol and alcaloids, flavonoids, saponins and phenolic in fraction metanol-water. Alcaloid compounds and steroids had been found in fraction n-hexane while in etyl acetate fraction the compounds that was found were alcaloids, saponins, steroids and phenolic. Bioactivity test was done to the extract ethanol with the molarity of shrimp larvae (Artemia salina Leach). The result of molarity with brine shrimp lethality test was showing the highest percentage bioactivity test with fraction etyl acetate LC50 of 2,13ppm. Keywords : Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq, Photochemical Test, Brine Shrimp Lethality Test, Bioactivity, Secondary metabolites, Soursop.

PENDAHULUAN Masyarakat Indonesia sudah mengenal dan menggunakan tumbuhan berkhasiat obat sebagai salah satu upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapi. Hal ini telah dilakukan jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan modern menyentuh masyarakat pengetahuan tentang tumbuhan obat merupakan warisan budaya bangsa turun temurun. Berdasarkan data yang dikemukakan oleh Heyne (1987) bahwa jumlah tumbuhan di Indonesia yang pernah digunakan sebagai obat-obatan oleh masyarakat mencapai 1.040 jenis yang sebagian besar diantaranya terdapat di dalam hutan tropis. Keanekaragaman sumber daya alam hayati Indonesia ini merupakan sumber
FMIPA Universitas Mulawarman

83

Daniel, Chairul Saleh, Misael SL. Padin

Uji Bioaktivitas Beberapa Fraksi Dari Ekstrak

senyawa kimia, baik berupa senyawa metabolit primer maupun senyawa metabolit sekunder (Pasaribu, 2008). Secara umum, kegunaan tumbuhan obat sebenarnya disebabkan oleh kandungan kimia yang dimiliki. Namun, tidak seluruh kandungan kimia diketahui secara lengkap karena pemeriksaan bahan kimia dari satu tanaman memerlukan biaya yang mahal. Meskipun tidak diketahui secara rinci, tetapi pendekatan farmakologi menghasilkan informasi kegunaan tumbuhan obat. Berbagai macam tumbuhan belum diketahui banyak mengenai fungsi dan kandungannya. Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil senyawa metabolit sekunder pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun, aroma, obat-obatan dan lain sebagainya (Pasaribu, 2008). Sejak dahulu banyak jenis tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan manusia sebagai obatobatan yang dikenal sebagai obat tradisional (Darwis, 2000). Bioaktivitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalamnya. Perbedaan kandungan senyawa kimia yang ada dapat menunjukkan perbedaan aktivitas farmakologis dari tanaman yang bersangkutan (Lisdawati, 2002). Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai bahan obat tradisional adalah tumbuhan benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.). Seperti penggunaannya sebagai tanaman berkhasiat mengobati hipertensi, anti malaria, anti diare dan yang paling menarik perhatian, benalu juga diperkirakan mempunyai khasiat anti kanker. Tanaman yang menjadi inang benalu yaitu sirsak (Annona muricata L.) juga memiliki potensi sebagai tanaman obat tradisional. Beberapa bagian dari pohon ini yaitu Kulit batang, akar, daun, daging buah dan bijinya, selama berabad-abad menjadi obat bagi suku Indian di Amerika selatan untuk menyembuhkan sakit jantung, asma, masalah liver (hati) dan reumatik. Berdasarkan latar belakang di atas penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis metabolit sekunder yang terkandung pada ekstrak etanol, fraksi heksana, etil asetat dan metanol-air daun benalu pohon sirsak yang berasal dari samarinda utara khususnya di daerah kampung bayur serta uji bioaktivitas terhadap larva udang (Artemia salina Leach), dan bertujuan untuk menentukan nilai LC50 (Lethal Concentration 50%) dari setiap fraksi dari ekstrak dari benalu sirsak (Dendrophthoe cf. pantandra [L.] Miq.) dan menentukan fraksi yang memiliki bioaktivitas tertinggi melalui uji mortalitas larva udang (Artemia salina Leach) dan diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap penggunaan obat tradisional daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [L.] Miq.) yang berasal dari Kalimantan Timur.

METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah pisau, gunting, blender, pompa vakum, rotary evaporator, neraca analitik, beaker glass, corong kaca, pipet tetes, pipet volume, desikator, gelas ukur, Erlenmeyer, hot plate, batang pengaduk, tabung reaksi, rak tabung reaksi, corong pisah, pipet mikro 1000 100 L, lampu TL dan pipet mikro. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun benalu pada pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [L.] Miq) sebagai sampel, etanol, heksana, etil asetat,
84
FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012

ISSN 1412-498X

metanol-air, aquadest, asam asetat, HCl pekat, HCl 2N, FeCl3 1%, serbuk Mg, H2SO4 2M, H2SO4 pekat, kloroform, amoniak, HNO3 pekat, larutan DMSO 1% (Dimethyl sulfoxide), kertas saring Whatman, alumunium foil, telur Artemia salina (L) dan air laut. Prosedur Penelitian Penelitian ini dirancang analisis kuantitatif dan kualitatif yang dilaksanakan dengan cara observasi lapangan yang dilanjutkan dengan analisis di laboratorium. Dimana analisis kuntitatif adalah analisis yang berdasarkan kadar ataupun konsentrasi, sedangkan analisis kualitatif adalah yang berdasarkan panca indra, warna ataupun bau. Sampel berupa daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [L.] Miq.) yang ada di Kalimantan Timur. Daun benalu dikeringanginkan, setelah kering, sampel dipotong kecilkecil lalu dihaluskan. Sampel yang telah halus lalu dimaserasi dengan pelarut etanol. Ekstrak etanol kemudian disaring menggunakan pompa vakum lalu dipekatkan dengan rotari evaporator diperoleh ekstrak etanol daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf.pentandra [L.] Miq.) lalu dilakukan uji fitokimia dan uji bioaktivitasnya terhadap larva udang (Artemia salina Leach). Ekstrak etanol selanjutnya difraksinasi dengan corong pisah menjadi fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi methanol-air lalu dipekatkan. Kemudian pada masing-masing fraksi tersebut dilakukan uji fitokimia lalu dilanjutkan uji bioaktivitasnya terhadap larva udang (Artemia salina Leach). Uji Mortalitas Larva Udang (Brine Shrimp Lathality Test) Ditimbang 20 mg sampel, dilarutkan dengan air laut sampai volumenya mencapai 10 mL untuk membuat konsentrasi sampel menjadi 2000 ppm. Sampel dengan konsentrasi 1000 ppm; 500 ppm; 250 ppm; 125 ppm; 62,5 ppm; 31,2 ppm; 15,6 ppm; 7,8 ppm dibuat dari pengenceran sampel dengan konsentrasi 2000 ppm. Masing-masing sampel kemudian dipipet sebanyak 100 L dan dimasukkan dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 100 L air laut yang berisi 10 larva udang pada setiap sampel sehingga volume sampel menjadi setengahnya (1000 ppm; 500 ppm; 250 ppm; 125 ppm; 62,5 ppm; 31,2 ppm; 15,6 ppm; 7,8 ppm). Pengulangan pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali. Jumlah larva udang yang mati dan hidup dihitung setelah 24 jam dan dianalisis untuk menentukan nilai LC50. Untuk kontrol dikerjakan sama dengan perlakuan sampel, tetapi tanpa penambahan ekstrak etanol. Ekstrak yang sukar larut dapat ditambahkan 1-2 tetes DMSO 1% satu sampai tiga tetes (Kadarisman, 2000). Setiap sampel dilakukan uji BSLT sebanyak tiga kali (triplo). Teknik Analisis Data Nilai LC50 (Lethal Concentration 50%) yaitu nilai yang menunjukkan zat toksik yang dapat mengakibatkan kematian larva udang sampai 50% selama 24 jam (LC50 dalam unit waktu) ditentukan dengan menggunakan persamaan garis regresi linear antara log konsentrasi dan mortalitas (kematian). Aktifitas dari ekstrak etanol, fraksi n-heksana, etil asetat dan metanol-air terhadap larva udang Artemia salina (L) dinyatakan dalam LC50 (ppm) 24 jam setelah perlakuan.

FMIPA Universitas Mulawarman

85

Daniel, Chairul Saleh, Misael SL. Padin

Uji Bioaktivitas Beberapa Fraksi Dari Ekstrak

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Berat kering serbuk daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.) yang telah dihaluskan dan digunakan dalam penelitian ini adalah 1000 gram. Sampel daun benalu pada pohon sirsak tersebut dimaserasi dengan etanol, disaring dan pelarutnya diuapkan dengan rotary evaporator dan diperoleh hasil 58,95 gram untuk fraksinasi. Ekstrak etanol yang diperoleh difraksinasi dengan n-heksana, etil asetat dan metanol-air, selanjutnya setiap fraksi dipekatkan dengan rotary evaporator. Adapun berat dari ekstrak etanol dan masing-masing fraksi adalah sebagai berikut: ekstrak etanol = 23 gram, ekstrak n-heksana = 6,92 gram, fraksi etil asetat = 7,07 gram dan fraksi methanol air = 4,42 gram.Berdasarkan uji fitokimia terhadap ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol-air daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [L.] Miq.) untuk mengetahui kandungan jenis senyawa metabolit sekundernya, diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1 Hasil uji fitokimia dari ekstrak etanol dan masing masing fraksi Jenis Senyawa Ekstrak Etanol Fenolik + Saponin + Steroid + Triterpenoid Alkaloid + Flavonoid + Keterangan: + Jenis Ekstrak Fraksi Fraksi n-Heksana Etil Asetat + + + + + + Fraksi Metanol-Air + + + +

= Terdeteksi mengandung jenis senyawa metabolit sekunder = Tidak terdeteksi mengandung senyawa metabolit sekunder

Tabel 2 Hasil Uji Mortalitas Larva Udang Ekstrak Etanol Kons Log Jumlah Jumlah (ppm) Konsentrasi mati hidup 1000 500 250 125 62,5 31,2 15,6 7,8
86

Jumlah Rasio Mortalitas hidup (%) mati mati terakumulasi terakumulasi total 72 62 52 42 32 22 13 5 0 0 0 0 0 1 3 8 1,000 1,000 1,000 1,000 1,000 0,956 0,500 0,384 100 100 100 100 100 96 50 38

Jumlah

3,0000 2,6990 2,3979 2,0969 1,7959 1,4942 1,1931 0,8921

10 10 10 10 10 9 8 5

0 0 0 0 0 1 2 5

FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012

ISSN 1412-498X

Keterangan : Hasil uji mortalitas larva udang dari ekstrak etanol, fraksi n-heksana, fraksi etil asetat dan fraksi metanol-air daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.) selama 24 jam untuk memperoleh nilai LC50 disajikan dalam tabel yang terpisah. Adapun hasil uji mortalitas larva udang terhadap ekstrak etanol daun benalu pohon sirsak diperlihatkan pada Tabel 2. Grafik perbandingan antara mortalitas (%) dengan log konsentrasi dari ekstrak etanol pada uji mortalitas larva udang dapat dilihat pada Gambar 1. Pada ekstrak etanol daun benalu pada pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.) dengan persamaan regresi linier y = 27.51x + 31.95 berdasarkan perhitungan diperoleh nilai LC50 sebesar 4,53 ppm. Hasil uji mortalitas larva udang terhadap fraksi n-heksana dari daun benalu pohon sirsak diperlihatkan pada Tabel 3.

Gambar 1 Grafik hubungan antara mortalitas dengan log konsentrasi ekstrak etanol Tabel 3 Hasil Uji Mortalitas Larva Udang Ekstrak Fraksi n-Heksana Kons (ppm) 1000 500 250 125 62,5 31,2 15,6 7,8 Log Jumlah Konsentrasi mati 3,0000 2,6990 2,3979 2,0969 1,7959 1,4942 1,1931 0,8921 2 1 1 1 1 1 1 1 Jumlah hidup 8 9 9 9 9 9 9 9 Jumlah mati terakumulasi 9 7 6 5 4 3 2 1 Jumlah hidup terakumulasi 8 17 26 35 44 53 62 71 Rasio mati total 0,529 0,291 0,187 0,125 0,083 0,053 0,031 0,013 Mortalitas (%) 53 29 19 13 8 5 3 1

Grafik perbandingan antara mortalitas (%) dengan log konsentrasi dari ekstrak fraksi n-heksana pada uji mortalitas larva udang dapat dilihat pada Gambar 2.
FMIPA Universitas Mulawarman

87

Daniel, Chairul Saleh, Misael SL. Padin

Uji Bioaktivitas Beberapa Fraksi Dari Ekstrak

Gambar 2

Grafik hubungan antara mortalitas dengan log konsentrasi fraksi nheksana

Pada fraksi n-heksana daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.)dengan persamaan regresi linier y = 21.38x 25.24 berdasarkan perhitungan (Lampiran) diperoleh nilai LC50 sebesar 3.305,04 ppm. Hasil uji mortalitas larva udang terhadap fraksi etil asetat dari daun benalu pohon sirsak diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Mortalitas Larva Udang Ekstrak Fraksi Etil Asetat Log Jumlah Jumlah Kons hidup (ppm) konsentrasi mati 1000 500 250 125 62,5 31,2 15,6 7,8 3,0000 2,6990 2,3979 2,0969 1,7959 1,4942 1,1931 0,8921 10 10 10 10 10 10 10 9 0 0 0 0 0 0 0 1 Jumlah Jumlah Rasio Mortalitas mati hidup mati (%) terakumulasi terakumulasi total 79 0 1,000 100 69 0 1,000 100 59 0 1,000 100 49 0 1,000 100 39 0 1,000 100 29 0 1,000 100 19 0 1,000 100 9 1 0,900 90

Grafik perbandingan antara mortalitas (%) dengan log konsentrasi dari ekstrak fraksi etil asetat pada uji mortalitas larva udang dapat dilihat pada Gambar 3. Pada fraksi etil asetat daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.) dengan persamaan regresi linier y = 2.767x + 93.36 berdasarkan perhitungan (Lampiran) diperoleh nilai LC50 sebesar 2,13 ppm. Hasil uji mortalitas larva udang terhadap fraksi metanol-air dari daun benalu pohon sirsak diperlihatkan pada Tabel 5. Grafik perbandingan antara mortalitas (%) dengan log konsentrasi dari ekstrak fraksi metanol-air pada uji mortalitas larva udang dapat dilihat pada Gambar 4. Pada fraksi methanol-air daun benalu pada pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.) dengan persamaan regresi linier y = 31.42x 34.78 berdasarkan perhitungan diperoleh nilai LC50 sebesar 499,20 ppm.
88
FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012

ISSN 1412-498X

Gambar 3 Grafik hubungan antara mortalitas dengan log konsentrasi fraksi etil asetat Tabel 5 Hasil Uji Mortalitas Larva Udang Ekstrak Fraksi Metanol-Air Kons Log Jumlah Jumlah Jumlah (ppm) konsentrasi mati hidup mati terakumulasi 1000 3,0000 4 6 17 500 2,6990 2 8 13 250 2,3979 2 8 11 125 2,0969 2 8 9 62,5 1,7959 2 8 7 31,2 1,4942 2 8 5 15,6 1,1931 2 8 3 7,8 0,8921 1 9 1 Jumlah hidup terakumulasi 6 14 22 30 38 46 54 63 Rasio mati total 0,739 0,481 0,333 0,230 0,155 0,098 0,052 0,015 Mortalitas (%) 74 48 33 23 16 10 5 2

Gambar 4

Grafik hubungan antara mortalitas dengan log konsentrasi fraksi metanol-air


89

FMIPA Universitas Mulawarman

Daniel, Chairul Saleh, Misael SL. Padin

Uji Bioaktivitas Beberapa Fraksi Dari Ekstrak

Pembahasan Ekstraksi dan Fraksinasi Sampel daun benalu pada pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.) Sampel daun benalu pohon sirsak yang telah halus kemudian diekstraksi dengan cara maserasi yaitu proses perendaman sampel dengan menggunakan pelarut organik dimana pada penelitian ini menggunakan pelarut etanol yang ditempatkan pada temperatur ruang. Perendaman sampel tumbuhan akan mengakibatkan pemecahan dinding dan membran sel akibat perbedaan tekanan antara di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder yang berada di dalam sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik dan ekstrak senyawa akan sempurna karena dapat diatur perendaman yang dilakukan (Darwis, 2000). Sebelum fraksinasi ekstrak kental etanol dilarutkan kembali dengan metanol-air dengan perbandingan 6:4 (Lopes, 2000). Kemudian ekstrak metanol-air difraksinasi dengan n-heksana terlebih dahulu dengan tujuan agar seluruh senyawa metabolit sekunder yang bersifat nonpolar akan terlarut dalam pelarut n-heksana. Fraksinasi dengan n-heksana dilakukan berulang-ulang hingga larutan hasil fraksinasi menjadi bening (tembus cahaya). Diperoleh fraksi n-heksana dan fraksi metanol-air. Fraksinasi ekstrak metanol-air dilajutkan dengan penambahan etil asetat. Fraksinasi dengan etil asetat juga dilakukan berulangkali hingga larutan hasil fraksinasi menjadi bening (tembus cahaya). Dengan fraksinasi berulangkali diharapkan senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam ekstrak kental etanol terpisah dan terlarut ke dalam masing-masing fraksi pelarutnya. Diperoleh fraksi etil asetat dan fraksi metanol-air. Kemudian ketiga fraksi tersebut diuapkan pelarutnya dengan rotari rotari evaporator lalu disimpan dalam desikator. Dari hasil fraksinasi diperoleh tiga ekstrak fraksi, yaitu ekstrak fraksi n-heksana, ekstrak fraksi etil asetat dan ekstrak fraksi methanol-air. Uji Mortalitas Larva Udang/ Uji BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) Pada uji mortalitas larva udang menggunakan hewan uji berupa larva udang Artemia salina Leach. Artemia termasuk dalam kelas eranchipoda yang memiliki membran kulit yang sangat tipis sehingga memungkinkan terjadinya difusi zat dari lingkungan yang mempengaruhi metabolisme dalam tubuhnya. Larva udang Artemia ditemukan hampir di semua tempat di permukaan air di bumi yang memiliki kisaran salinitas dari 10-20 g/L sampai dengan 180-220 g/L. Hal ini menyebabkan larva udang Artemia mudah untuk dibiakkan dan dipelajari dengan teliti. Saat digunakan dalam pengujian Artemia di biakkan selama 48 jam. Jika lebih dari itu, dikhawatirkan kematian larva udang bukan disebabkan oleh toksisitas ekstrak melainkan oleh terbatasnya persediaan makanan (Kadarisman, 2000). Berdasarkan hasil uji mortalitas larva udang dari ekstrak etanol diperoleh nilai LC50 4,53 ppm dan fraksi etil asetat diperoleh LC50 2,13 ppm. Nilai ini menunjukkan bahwa pada konsentrasi 4,53 ppm dan 2,13 ppm ekstrak etanol dan fraksi etil asetat mampu membunuh larva udang sampai 50% populasi. Pada data hasil uji mortalitas larva udang ekstrak etanol dan fraksi etil asetat menunjukkan ada kematian cukup banyak hingga konsentrasi akhir 7,8 ppm ini di karnakan kebanyakan dari senyawa metabolit sekunder yang lebih aktif pada saat berada pada fraksi etil asetat dan menyebabkan nilai LC50 pada ekstrak etanol dan fraksi etil asetat kecil, sehingga menyebakan bioaktivitas yang sangat tinggi. Sebaliknya Fraksi n-Heksana dan metanol-air kurang bersifat
90
FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012

ISSN 1412-498X

membunuh karna metabolit sekunder yang ada pada Fraksi n-Heksana dan Metanol kurang aktif. Hasil uji mortalitas larva udang dari fraksi heksana diperoleh 3.305,04 ppm. Pada fraksi etil asetat uji mortalitas larva udang menghasilkan nilai LC50 2,13 ppm sedangkan fraksi metanol-air memiliki nilai LC50 499,20 ppm. Nilai LC50 dari uji mortalitas larva udang diperoleh dari perhitungan persamaan regresi linier (y= ax +b) yang dihasilkan berdasarkan data uji mortalitas larva udang ekstrak etanol dan masing-masing fraksi. Gambar 4.5 menunjukkan nilai LC50 uji mortalitas larva udang dari ekstrak etanol dan masing-masing fraksi. Berdasarkan data di atas, menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memiliki bioaktivitas paling tinggi terhadap larva udang, yang ditunjukkan dengan nilai LC50 paling kecil yaitu 2,13 ppm. Semakin kecil nilai LC50 dari suatu sampel maka semakin tinggi bioaktivitasnya. Sedangkan berdasarkan nilai LC50 nya fraksi n-heksana memilki bioaktivitas paling rendah. Ekstrak kasar, Fraksi etil asetat dan Fraksi metanol-air dari daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.) mengandung senyawa alakloid, steroid dan fenolik. Tingginya aktivitas bioaktif dari fraksi etil asetat terhadap larva udang bila dibandingkan fraksi-fraksi yang lain dimungkinkan karena adanya kandungan senyawa saponin, steroid dan fenolik yang cukup tinggi, di mana ketiga senyawa ini memiliki fungsi sebagai zat racun untuk melawan serangga atau hewan pemakan tanaman (Meistiani, 2001; Harborne, 1987). Dan begitu juga dengan Ekstrak kasar dan Fraksi metanol-air kedua fraksi ini dapat dikatakan Toksik karna LC50 dari kedua pelarut ini masih berada di bawah 1000 ppm. Rendahnya aktivitas bioaktif dari fraksi n-heksana yang mengandung alkaloid dan steroid terhadap larva udang bila dibandingkan dengan fraksi lainnya, menunjukkan bahwa kandungan senyawa metabolit sekunder yang ada di fraksi ini sangat sedikit, sehingga LC50 pada fraksi ini sangat besar sehingga menyebabkan berkurangnya bioaktivitas. Kehidupan ekosistem suatu mahluk hidup harus seimbang begitu juga untuk siklus kehidupan dari mahluk hidup tersebut. Dan dalam penelitian yang dilakukan kali ini, peneliti menggunakan larva udang. Dan diharapkan pada penelitian ini larva udang yang mati sekitar 50%, karna jika kematian suatu mahluk hidup atau larva udang sampai 100% maka siklus kehidupan larva udang tersebut tidak seimbang dan hal ini akan mengganggu siklus kehidupan ekosistem dari larva udang tersebut. Oleh sebab itu peneliti melakukan uji LC50 agar ekosistem dari larva udang tersebut tetap seimbang. Apabila LC50 < 30 ppm maka ekstrak sangat toksik dan berpotensi mengandung senyawa bioaktif antikanker (Meyer, 1982), menyebutkan tingkat toksisitas suatu ekstrak : LC50 30 ppm = Sangat toksik LC50 1.000 ppm = Toksik LC50 > 1.000 ppm = Tidak toksik.

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
FMIPA Universitas Mulawarman

91

Daniel, Chairul Saleh, Misael SL. Padin

Uji Bioaktivitas Beberapa Fraksi Dari Ekstrak

1. Kandungan senyawa metabolit sekunder pada ekstrak etanol daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.) adalah alkaloid, saponin, steroid Flavonoid dan fenolik. Ekstrak fraksi n-heksana mengandung alkaloid dan steroid Ekstrak fraksi etil asetat mengandung Fenolik, saponin, steroid dan alkaloid. Ekstrak fraksi metanol mengandung fenolik, saponin, alkaloid dan flavonoid. 2. Berdasarkan hasil uji mortalitas larva udang (Brine Shrimp Lethality Test) dari daun benalu pohon sirsak (Dendrophthoe cf. pentandra [ L.] Miq.), diperoleh nilai LC50 dari setiap Fraksi adalah : Etanol : 4,50 ppm; n-Heksan : 3.305,04 ppm; Etil asetat : 2,13ppm; Metanol-air : 499,20ppm. Disimpulkan dari data di atas bahwa fraksi etil asetat memiliki bioaktivitas paling tinggi dengan nilai LC50 yang paling kecil dari fraksi lainnya, yaitu 2,13 ppm.

DAFTAR PUSTAKA Basir, D & Dachriyanus. 2004. 5 Metoksi -6,7-Furanokumarin dari Daun Tumbuhan Sari Rapet (Ficus deltoideas Blume). Bull. The Indo. Soc. of Nat. Prod. Chem. 2, 1. January-June 2002. Bandung. pp 26-30. Chozin, A. 1996. Uji Brine Shrimp dan Analisis Kandungan Kimia Fraksi Ekstrak Metanol 95% Daun Suren, Tuna Sureni (BI). Prosiding Simposium Penelitian Bahan Obat Alami VIII. Perhitungan Penelitian Bahan Kimia Alami. Balitro. Bogor. Darwis, D. 2000. Teknik Dasar Laboratorium dalam Penelitian Senyawa Bahan Alam Hayati. Workshop Pengembangan Sumberdaya Manusia di dalam Bidang Kimia Organik Bahan Alam Hayati. Padang: FMIPA Universitas Andalas. Harborne, J.B., 1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Terjemahan K. Padmawinata dan I.Soediro, terbitan ke-2. Bandung: Penerbit ITB. Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Padmawinata K, Soedira I, penerjemah. Bandung: Penerbit Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical methods. Heyne, 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid I-IV. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen Kehutanan. Indrayana, R. 2008. Efek Antioksidan Ekstrak Etanol 70% Daun Salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp). Pada Serum Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi Karbon Tetraklorida (CCl4). Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Lisdawati. 2002. Buah Mahkota Dewa-Toksisitas, Efek Antioksidan dan Efek Antikanker Berdasarkan Uji Penapisan Farmakologi. www.mahkotadewa.com. Malau, F.H. 2011. Isolasi Senyawa Flavonoida Dari Kulit Batang Tumbuhan Sirsak (Annona muricata L.). Skripsi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara. Meistiani, Y. 2001. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Akar Kuning (Arcangelisia flava (L) Merr). Skripsi Jurusan Kimia FMIPA, Institut Pertanian Bogor.
92
FMIPA Universitas Mulawarman

Mulawarman Scientifie, Volume 11, Nomor 1, April 2012

ISSN 1412-498X

Meyer, B. N, N.R. Ferrigni, J.E. Putman, L.B. Jacobsen, D.E. Nichol dan J.L. Melaughlin. 1982. Brine Shrimp: A Vonvenient General Bioassay for Avtive Plant Constituents. Planta Medica 45:31-34. Ogbuagu, M.N. 2008. The Nutritive and Anti Nutritive Compositions Of Calabash (Crescentia cujete) Fruit Pulp. Journal of Animal and Veterinary Advances 7 (9), Hal. 1069-1072. Pasaribu, S.P. Mei 2008. Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder Dari Daun Tumbuhan Babadotan (Ageratum conyzoides L.). Jurnal Kimia Mulawarman, Vol. 6, No. 2. Pine, S.H., Hendrickson, J.B. dan Hammond, G.S. 1988. Kimia Organik 2. Terbitan Keempat. Bandung: Penerbit ITB. Wijaya, E. 2006. Ekstraksi dan Uji Bioaktivitas Metabolit Sekunder Daun Babadotan (Agenatum Conyzoides L.) sebagai Larvasida Nyamuk. Skripsi Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Mulawarman Samarinda. Winarno, W.M dan D. Sundari. 2000. Informasi tanaman obat kontasepsi tradisional. Artikel cermin dunia kedokteran. Jakarta . Vol 120.

FMIPA Universitas Mulawarman

93

Daniel, Chairul Saleh, Misael SL. Padin

Uji Bioaktivitas Beberapa Fraksi Dari Ekstrak

94

FMIPA Universitas Mulawarman

Вам также может понравиться