Вы находитесь на странице: 1из 12

TUGAS PRESENTASI KASUS Demam Paratifoid

Pembimbing : dr. Supriyanto, Sp.A

Disusun

!e":

Nuru! Arsy #a"muda G$A%%&$'%

(URUSAN KED KTERAN )AKU*TAS KED KTERAN DAN I*#U+I*#U KESE,ATAN UNI-ERSITAS (ENDERA* S EDIR#AN PUR. KERT '%$'

/A/ I PENDA,U*UAN Demam tifoid dan paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usus halus. Sinonim dari demam tifoid dan paratifoid adalah typhoid dan paratyphoid fever, enteric fever, tifus dan paratifus abdominalis. Demam paratifoid mempunyai manisfestasi yang sama dengan tifoid namun biasanya lebih ringan (Myron, et al, 2001 . !enyebab demam tifoid adalah Salmonela thypi dan paratifoid disebabkan oleh Salmonela parathypi. Di "ndonesia penyakit ini endemic pada anak berusia diatas 1 tahun. #ebersihan perorangan yang buruk merupakan sumber penyakit ini. $ingkungan hidup yang baik dan sanitasi yang baik dapat mengurangi penyebaran penyakit ini. !rognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, dera%at kekebalan tubuh, %umlah dan virulensi Salmonela, serta cepat dan tepatnya pengobatan. &ngka kematian pada anak'anak 2,() (*afli, et al , 200( . "nsiden, cara penyebaran dan konsekuensi demam paratyphoid sangat berbeda di negara ma%u dan yang sedang berkembang. "nsiden sangat menurun di neagar ma%u. Di &merika Serikat sekitar +00 kasus demam tifoid dilaporkansetiap tahunnya, membeikan insiden tahunan kurang dari 0,2 per 100.000, yang serupa dengan insiden tahunan di ,ropa -arat dan .epang. Di ,ropa Selatan insiden tahunan adalah +,/'1+,0 per 100.000. Di negara berkembang S.!aratyphi sering merupakan isolate salmonella yang paling sering dengan insiden yang dapat emncapai 000 per 100.000 (0,0) . Dan angka mortalitas tinggi. Menurut 1rganisasi #,sehatan Sedunia (231 telah memperkirakan bah4a 12,0 %uta kasus ter%adi setiap tahun di seluruh dunia (Myron, et al, 2001 .

/A/ II TIN(AUAN PUSTAKA A. De0inisi Demam paratifoid merupakan penyakit infeksi akut usu halus yang disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi. 5ama lain dari penyakit ini adalah paratyphoid fever, enteric fever, dan paratifus abdominalis. Demam ini mempunyai manifestasi yang sama dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan (*afli, et al , 200( . /. Etio!ogi dan Predisposisi Demam paratyphoid disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi. Salmonella paratyphi termasuk genus Salmonella dengan spesies dan subsepesiesnya adalah enteric. Salmonella paratyphi adalah bagian dari enterobacteriaceae, termasuk dalam bakteri gram negative, berbentuk batang, bersifat fakultatif anaerob dan terdapat identifikasi serologis antigen somatic dan flagellar. Salmonella paratyphi adalah penyebab demam enteric. Salmonella paratyphi %uga memiliki %angkauan inang yang luas dan beberapa diantaranya menyebabkan penyakit atau peradangan usus dan penyakit sistemik (menyebabkan demam !aratyphoid serta ,nterocolitis (Dahulu 67astroenteritis8 . Salmonella paratyphi yang dapat menyebabkan demam paratifoid adalah Salmonella paratyphi A, B dan C yang biasanya berasal dari he4an (-huta, 200( . &dapun penyebaran dari bakteri Salmonella paratyphi ini melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi oleh bakteri tersebut. Makanan dan minuman yang memba4a bakteri tersebut masuk kedalam mulut kemudian akan mele4ati saluran pencernaan dan akan sampai ke usus. Setelah memasuki dinding usus kecil, Salmonella paratyphi mulai melakukan penyerangan melalui system limfa ke limfe yang menyebabkan pembengkakan pada urat dan setelah satu periode perkembangbiakan bakteri tersebut kemudian menyerang aliran darah. &liran darah yang memba4a bakteri ini %uga akan menyerang liver, kantong empedu, limfa, gin%al, dan

sumsum tulang dimana bakteri ini kemudian berkembangbiak dan menyebabkan infeksi organ'organ ini. Melalui organ'organ yang telah terinfeksi inilah mereka terus menyerang aliran darah yang menyebabkan bacteremia skunder. -acteremia sekunder ini bertanggung %a4ab sebagai penyebab ter%adinya demam dan penyakit klinis (Soedarmo et al, 2009 . !enularan penyakit ini adalah melalui rute feses'oral dan mnusia dapt terinfeksi oleh kontak langsung dengan he4an atau secara tidak langsung melalui makanan, air, atau susu yang tercemar. Makanan dapat tercemar melalui pengolah makanan. !enularan penyakit dapat melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 1) yaitu :ood(makanan , :ingers(%ari tangan;kuku , :omitus (muntah , :ly(lalat , dan melalui :eses(tin%a . Masa inkubasi (masa dari masuknya bakteri ke dalam tubuh sampai menimbulkan ge%ala demam tifoid;paratifoid berlangsung selama <'1+ hari (bervariasi antara /'(0 hari bergantung %umlah dan tipe bakteri yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan tidak berge%ala (-huta, 200( . Salmonella paratyphi ter%adi secara sporadis dengan pen%angkitan yang terbatas dan hanya ter%adi pada manusia. -akteri ini menular melalui kontak langsung maupun tak langsung dengan tin%a atau melalui urin pada pasien penderita namun hal tersebut %arang ditemukan. Media penularan Salmonella paratyphi dapat %uga melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh bakteri tersebut terutama susu, produk susu maupun perikanan, bisa %uga tercemar melalui tangan kotor ataupun lalat yang mungkin menyebabkan kontaminasi. -eberapa penularan yang berhubungan dengan ketersediaan air telah didokumentasikan. !eriode inkubasinya antara 1 hingga / minggu. Salmonella paratyphi dikeluarkan melalui tin%a dari manusia atau binatang yang terinfeksi. #ontaminasi tin%a dari air tanah atau air permukaan %uga air olahan yang tidak layak dalam pemrosesannya serta air minum yang tak layak untuk dipakai men%adi penyebab utama timbulnya epidemic air yang disebabkan oleh Salmonella paratyphi (-huta, 200( . 2. Pato0isio!ogi #uman S.paratyphi masuk ketubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung.

Sebagian lagi masuk ke usus halus dan mencapai %aringan limfoid pla=ue !eyeri di ileum terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan perforasi intestinal dapat ter%adi. #uman S. paratyphi kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran limfe dan mencapai kelen%ar limfe messenterial yang %uga mengalami hipertropi. Setelah mele4ati kelen%ar'kelen%ar limfe ini S.paratyphi masuk kealiran darah melalui duktus thoracicus. #uman'kuman S.paratyphi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal dari usus. S.paratyphi bersarang di pla=ue !eyeri, limpa, hati dan bagian'bagian lain system retikuloendotial. Semula disangka demam dan ge%ala'ge%ala toksemia pada demam tifoid disebabkan oleh endotoksemia. >api kemudian berdasarkan penelitian'eksperimental disimpulkan bah4a endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan ge%ala'ge%ala toksemia pada demam tifoid. ,ndotoksin Salmonella paratyphi berperan pada patogenesis demam tifoid, karena membantu ter%adinya proses inflamasi lokal pada %aringan setempat salmonella paratyphi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena S. paratyphi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan ?at pirogen oleh leukosit pada %aringan yang meradang ($esser and Miller, 2000 .

D. Penega3an Diagnosis $. Anamnesis !ada minggu pertama ge%ala klinis , ge%ala serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, kembung, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak di perut, batuk, dan epistaksis (Soedarmo et al, 2009 . !ada minggu kedua ge%ala'ge%ala men%adi lebih %elas berupa demam, bradikardia relatif (bradikardia relatif adalah peningkatan suhu "o@ tidak diikuti peningkatan denyut nadi 9 kali per menit , gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, delirium, apati atau psikosis seperti mengigau ketika tidur (Soedarmo et al, 2009 . '. Pemeri3saan )isi3 !ada minggu pertama pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan'lahan dan terutama pada sore hingga malam hari (Soedarmo et al, 2009 .

!ada minggu kedua ditemukan lidah yang berselaput (kotor di tengah, tepi dan u%ung merah serta tremor , rose spot, hepatomegali, splenomegaly (Soedarmo et al, 2009 . 4. Pemeri3saan Penun5ang a. #ultur darah dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi/paratyphi. b. A%i 2idal c. !emeriksaan darah tepi d. !emeriksaan darah lengkap e. >es >A-,BC f. Enzyme immunoassay (,"& g. Enzyme-linked immunosorbent assay (,$"S& h. !emeriksaan dipstick (!rasetyo, 200( 6. Kriteria Diagnosis Dengan melakukan pemeriksaan kultur darah pada minggu pertama didapatkan biakan dari bakteri apa, kemudian dapat menentukan bah4a diagnosisnya adalah penyakit tersebut (!rasetyo, 200( . E. Penata!a3sanaan Tu5uan Tata!a3sana (Sukmanegara, 2009 D a. b. c. d. meniadakan invasi kuman dan mempercepat pembasmian kuman memperpendek per%alanan penyakit mencegah ter%adinya komplikasi mencegah relaps dan mempercepat penyembuhan.

Tri!ogi penata!a3sanaan Demam Ti0oid7Parati0oid, yaitu:

Istira"at dan pera8atan (Sukmanegara, 2009 o o >irah baring <'1+ hari !era4atanD higienitas perseorangan dan kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai.

-agi yang mera4atD perlu diperhatikan bah4a penyakit ini menular sehingga perlu memperhatikan pembuangan tin%a dan urin pasien, serta harus men%aga kebersihan pribadi.

Diet dan terapi penun5ang (Sukmanegara, 2009 o !rinsipnya adalah memberikan makanan yang nyaman dan dapat memulihkan kesehatan pasien secara optimal. 5yaman disini adalah nyaman bagi kondisi saluran cerna, yaitu makanan yang lunak, mudah dicerna dan bergi?i. Makanan harus mengandung cukup cairan, kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, serta tidak menimbulkan iritasi saluran cernaE tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas serta nyaman bagi mulut pasien.

Pemberian Antibioti3a (Sukmanegara, 2009 o #loramfenikol. Dosis yang diberikan adalah 00'100 mg;kg-- dibagi dalam + dosis atau + F 000 mg perhari, dapat diberikan secara oral atau intravena, sampai < hari bebas panas atau selama 10'1+ hari o o o o o o o >iamfenikol. Dosis yang diberikan + F 000 mg per hari. #ortimoksa?ol. ( mg ; kg-- ; hari diberikan secara oral selama 10 hari Seftriakson 90 mg;kg--;hari, diberikan secara "M atau "G, 1 kali sehari, selama 0 hari Sefiksim 10 mg;kgbb;hari, oral, dibagi dalam 2 dosis, selama 10 hari. &mpisilin dan amoksilin. Dosis berkisar 00'100 mg;kg --, selama 2 minggu, oral atau "G Sefalosporin 7enerasi #etiga. dosis /'+ gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama H %am per'infus sekali sehari, selama /'0 hari 7olongan :luorokuinolon I 5orfloksasin D dosis 2 F +00 mg;hari selama 1+ hari I Siprofloksasin D dosis 2 F 000 mg;hari selama ( hari I 1floksasin D dosis 2 F +00 mg;hari selama < hari I !efloksasin D dosis 1 F +00 mg;hari selama < hari I :leroksasin D dosis 1 F +00 mg;hari selama < hari

#ombinasi obat antibiotik. 3anya diindikasikan pada keadaan tertentu sepertiD >ifoid toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi/paratyphi.

Pen9ega"an #ualitas makanan J minuman 3igienitas diri. "munisasi aktif &da 2 macam vaksin, yaitu vaksin hidup yang diberikan secara oral (>y21& dan vaksin polisakarida Gi yang diberikan secara intramuskular;disuntikkan ke dalam otot. ). Prognosis a. .arang menyebabkan kematian akibat komplikasi saluran cerna (!usponegoro, 2002 b. Dengan diagnosis dan pemeriksaan yang tepat kematian dapat ditekan hingga kurang dari 1 ) (!usponegoro, 2002 c. !rognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, dera%at kekebalan tubuh, %umlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya pengobatan. &ngka kematian pada anak'anak 2,() dan pada orang de4asa <,+), rata'rata 0,<). G. Komp!i3asi #omplikasi demam tifoid dapat dibagi dalam D 1. #omplikasi intestinal D a. b. c. !erdarahan usus !erforasi usus "leus paralitik

2. #omplikasi ekstra'intestinal D a. #omplikasi kardiovaskular D #egagalan sirkulasi perifer (ren%atan sepsis , miokarditis, trombosis dan tromboflebitis.

b. #omplikasi darah D &nemia hemolitik, trombositopenia dan ; atau Disseminated "ntravascular @oagulation (D"@ dan sindrom uremia hemolitik. c. #omplikasi paru D !neumonia, empiema dan pleuritis. d. #omplikasi hepar dan kandung empedu D 3epatitis dan kolesistisis. e. #omplikasi gin%al D 7lomerulonefritis, pielonefritis dan perinefritis. f. #omplikasi tulang D 1steomielitis, periostitis, spondilitis dan artitis. g. #omplikasi neuropsikatrik D Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, S7-, psikosis dan sindrom katatonia. !ada anak'anak dengan demam paratifoid , komplikasi lebih %arang ter%adi. #omplikasi sering ter%adi pada keadaan toksemia berat dan kelemahan umum terutama bila pera4atan pasien kurang sempurna ($esser and Miller, 2000 .

/A/ III KESI#PU*AN 1. 2. /. Demam !aratyphoid disebabkan oleh bakteri Salmonella paratyphi serotype &, - dan @ Demam ini mempunyai manifestasi yang sama dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan. !enularan dari penyakit demam paratyphoid melalui fecal'oral yaitu dengan adanya 0 : (:ood(makanan , :ingers(%ari tangan;kuku , :omitus (muntah , :ly(lalat , dan melalui :eses(tin%a . +. 7e%ala klinik yang didapat dapat berupa demam lebih dari < hari, gangguan neurologis seperti mengigau dan gangguan gastrointestinal seperti mual muntah dan konstipasai. 0. (. >erapi farmako yang utama dalam penyakit demam paratyphoid adalah dengan antibiotic seperti kloramfenikol. Selain terapi farmako, terapi non farmako pun sangat penting dalam membantu penyembuhan penyakit ini dianteranya adalah edukasi untuk men%aga penderita dan kebersihan sekitar orang yang men%aganya kemudian asupan makanan yang harus seimbang serta istirahat yang cukup. <. !rognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, dera%at kekebalan tubuh, %umlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya pengobatan. &ngka kematian pada anak'anak 2,() dan pada orang de4asa <,+), rata'rata 0,<).

DA)TAR PUSTAKA -hutta K&. 200(. @linical revie4D @urrent concepts in the diagnosis and treatment of typhoid fever. -M.E///D<9'92. Departemen #esehatan,. 2009. -uku Saku !elayanan #esehatan &nak di *umah Sakit. 231. .akarta. $esser @: L Miller S". Salmonellosis. 2000.Harrisons #edicine, $%th ed. AS&D Mc7ra4 3ill "nc. pM2('M2M. Myron, M., $evine., 7rados, 1., *obert, 3., 2illiam, ,., *ene, S. L 2aldman, 2. 2001. Diagnostic Galue of the 2idal >est in &reas ,ndemic for !aratyphoid :ever. Semarang. !rasetyo, *.G. L "smoedi%anto. 200(. Metode diagnosis demam paratifoid pada &nak. Divisi >ropik dan !enyakit "nfeksi -agian SM: "lmu #esehatan &nak. :# A5&"*;*SA Dr. Soetomo. Surabaya. !usponegoro, 3ardiono D. 2002. Standar !elayanan Medis #esehatan &nak. "katan Dokter &nak "ndonesia, .akarta. *afli &, 3idayati &D, &bdaly MS, ,kaputri #, 2idiyanti *, Satrio S, et al. 200(. Aspek #olekular demam ti!oid. Modul -iologi Molekular. :#A" Soedarmo, !oor4o, S, et al. 2009. -uku &%ar "nfeksi dan !ediatri >ropis. -agian "lmu #esehatan &nak :#A". -adan !enerbit :#A". .akarta. Soet%iningsih. 2000. >umbuh #embang &nak. !enerbit -uku #edokteran ,7@, .akarta. Sukmagara, .efri, et al. 2009. &rt of >herapy. !ustaka @endekia !ress Nogyakarta. rinciple o! "nternal

Вам также может понравиться