Вы находитесь на странице: 1из 36

BAB 1 PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Khulafaur Rasyidin (bahasa Arab: ) atau Khalifah Ar-Rasyidin adalah

empat orangkhalifah (pemimpin) pertama agama Islam, yang dipercaya oleh umat Islam sebagai penerus kepemimpinan Nabi Muhammad setelah ia wafat. Empat orang tersebut adalah para sahabat dekatMuhammad yang tercatat paling dekat dan paling dikenal dalam membela ajaran yang dibawanya di saat masa kerasulan Muhammad. Keempat khalifah tersebut dipilih bukan berdasarkan keturunannya, melainkan berdasarkan konsensus bersama umat Islam[1] Sistem pemilihan terhadap masing-masing khalifah tersebut berbeda-beda, hal tersebut terjadi karenapara sahabat menganggap tidak ada rujukan yang jelas yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammadtentang bagaimana suksesi kepemimpinan Islam akan berlangsung. Namun penganut paham Syi'ahmeyakini bahwa Muhammad dengan jelas menunjuk Ali bin Abi Thalib, khalifah ke-4 bahwa Muhammad menginginkan keturunannyalah yang akan meneruskan

kepemimpinannya atas umat Islam, mereka merujuk kepada salah satu Hadits Ghadir Khum[rujukan?].

Secara resmi istilah Khulafaur Rasyidin merujuk pada empat orang khalifah pertama Islam, namun sebagian ulama menganggap bahwa Khulafaur Rasyidin atau khalifah yang memperoleh petunjuk tidak terbatas pada keempat orang tersebut di atas, tetapi dapat mencakup pula para khalifah setelahnya yang kehidupannya benar-benar sesuai dengan petunjuk al-

Quran dan Sunnah Nabi. Salah seorang yang oleh kesepakatan banyak ulama dapat diberi gelar khulafaur rasyidin adalah Umar bin Abdul-Aziz, khalifah Bani Umayyah ke-8[rujukan?]. Abu Bakar ash-Shiddiq (573 - 634 M, menjadi khalifah 632 - 634 M) lahir dengan nama Abdus Syams, "Abu bakar" adalah gelar yang diberikan masyarakat muslim kepadanya. Nama aslinya adalah !Abdullah bin Abi Kuhafah". Ia mendapat gelar "as-Shiddiq! setelah masuk islam. Nama sebelum muslim adalah "Abdul Ka'bah". Ibunya bernama "Salma Ummul Khair", yaitu anak paman "Abu Quhafah". Abu Bakar adalah khalifah pertama Islam setelah kematian Muhammad. Ia adalah salah seorang petinggi Mekkah dari suku Quraisy. Setelah memeluk Islam namanya diganti oleh Muhammad menjadi Abu Bakar. Ia digelari Ash- Shiddiq yang berarti yang terpercaya setelah ia menjadi orang pertama yang mengakui peristiwa Isra' Mi'raj. Ia juga adalah orang yang ditunjuk oleh Muhammmad untuk menemaninya hijrah ke Yatsrib. Ia dicatat sebagai salah satu Sahabat Muhammad yang paling setia dan terdepan melindungi para pemeluk Islam bahkan terhadap sukunya sendiri. Ketika Muhammad sakit keras, Abu Bakar adalah orang yang ditunjuk olehnya untuk menggantikannya menjadi Imam dalam Salat. Hal ini menurut sebagian besar ulama merupakan petunjuk dari Nabi Muhammad agar Abu Bakar diangkat menjadi penerus kepemimpinan Islam, sedangkan sebagian kecil kaum Muslim saat itu, yang kemudian membentuk aliansi politik Syiah, lebih merujuk kepada Ali bin Abi Thalib karena ia merupakan keluarga Nabi. Setelah sekian lama perdebatan akhirnya melalui keputusan bersama umat islam saat itu, Abu Bakar
2

diangkat sebagai pemimpin pertama umat islam setelah wafatnya Muhammad. Abu Bakar memimpin selama dua tahun dari tahun 632 sejak kematian Muhammad hingga tahun 634 M. Selama dua tahun masa kepemimpinan Abu Bakar, masyarakat Arab di bawah Islam mengalami kemajuan pesat dalam bidang sosial, budaya dan penegakan hukum. Selama masa kepemimpinannya pula, Abu bakar berhasil memperluas daerah kekuasaan islam ke Persia, sebagian Jazirah Arabhingga menaklukkan sebagian daerah kekaisaran Bizantium. Abu Bakar meninggal saat berusia 61 tahun pada tahun 634 M akibat sakit yang dialaminya. Abu Bakar menjadi khalifah hanya dua tahun. Pada tahun 634 M ia meninggal dunia. Masa sesingkat itu habis untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri terutama tantangan yang disebabkan oleh suku-suku bangsa Arab yang tidak mau tunduk lagi kepada pemerintah Madinah sepeninggal Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam. Mereka menganggap bahwa perjanjian yang dibuat dengan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam, dengan sendirinya batal setelah Nabi Shallallahu Alaihi wasallam wafat. Karena itu mereka menentang Abu Bakar. Karena sikap keras kepala dan penentangan mereka yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan, Abu Bakar menyelesaikan persoalan ini dengan apa yang disebut Perang Riddah (perang melawan kemurtadan). Khalid ibn Al-Walid adalah panglima yang banyak berjasa dalam Perang Riddah ini. Nampaknya, kekuasaan yang dijalankan pada masa Khalifah Abu Bakar, sebagaimana pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam, bersifat sentral; kekuasaan legislatif, eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Selain menjalankan roda pemerintahan, Khalifah juga melaksanakan hukum yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Meskipun demikian, seperti juga Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wasallam, Abu Bakar selalu mengajak sahabat-sahabat besarnya bermusyawarah.
3

Setelah menyelesaikan urusan perang dalam negeri, barulah Abu Bakar mengirim kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn Walid dikirim ke Iraq dan dapat menguasai wilayah al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah pimpinan empat panglima yaitu Abu Ubaidah ibnul Jarrah, Amr ibnul 'Ash, Yazid ibn Abi Sufyan dan Syurahbil. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah ibn Zaid yang masih berusia 18 tahun. Untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn Walid diperintahkan meninggalkan Irak, dan melalui gurun pasir yang jarang dijalani, ia sampai ke Syria. Umar bin Khattab (586-590 - 644 M, menjadi khalifah 634 - 644 M) adalah khalifah ke-2 dalam sejarah Islam. pengangkatan umar bukan berdasarkan konsensus tetapi berdasarkan surat wasiat yang ditinggalkan oleh Abu Bakar. Hal ini tidak menimbulkan pertentangan berarti di kalangan umat islam saat itu karena umat Muslim sangat mengenal Umar sebagai orang yang paling dekat dan paling setia membela ajaran Islam. Hanya segelintir kaum, yang kelak menjadi golongan Syi'ah, yang tetap berpendapat bahwa seharusnya Ali yang menjadi khalifah. Umar memerintah selama sepuluh tahun dari tahun 634 hingga 644. Ketika Abu Bakar sakit dan merasa ajalnya sudah dekat, ia bermusyawarah dengan para pemuka sahabat, kemudian mengangkat Umar bin Khatthab sebagai penggantinya dengan maksud untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam. Kebijaksanaan Abu Bakar tersebut ternyata diterima masyarakat yang segera secara beramairamai membaiat Umar. Umar menyebut dirinya Khalifah Rasulillah (pengganti dari Rasulullah). Ia juga memperkenalkan istilah Amir al-Mu'minin (petinggi orang-orang yang beriman). Di zaman Umar gelombang ekspansi (perluasan daerah kekuasaan) pertama terjadi; ibu kota Syria, Damaskus, jatuh tahun 635 M dan setahun kemudian, setelah tentara Bizantium kalah di pertempuran Yarmuk, seluruh daerah Syria jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Dengan memakai
4

Syria sebagai basis, ekspansi diteruskan ke Mesir di bawah pimpinan 'Amr ibn 'Ash dan ke Irak di bawah pimpinan Sa'ad ibn Abi Waqqash. Iskandariah (Alexandria, sekarang Istanbul), ibu kota Mesir, ditaklukkan tahun 641 M. Dengan demikian, Mesir jatuh ke bawah kekuasaan Islam. Al-Qadisiyah, sebuah kota dekat Hirah di Iraq, jatuh pada tahun 637 M. Dari sana serangan dilanjutkan ke ibu kota Persia, al-Madain yang jatuh pada tahun itu juga. Pada tahun 641 M, Moshul dapat dikuasai. Dengan demikian, pada masa kepemimpinan Umar Radhiallahu anhu, wilayah kekuasaan Islam sudah meliputi Jazirah Arabia, Palestina, Syria, sebagian besar wilayah Persia, dan Mesir. Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, Umar segera mengatur administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia. Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan membuat tahun hijiah. Umar memerintah selama sepuluh tahun (13-23 H/634-644 M). Masa jabatannya berakhir dengan kematian. Dia dibunuh oleh seorang Zoroastrianis, budak Fanatik dari Persia bernama Abu Lu'lu'ah. Untuk menentukan penggantinya, Umar tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Dia menunjuk enam orang sahabat dan meminta kepada mereka untuk memilih salah seorang di antaranya menjadi khalifah. Enam orang tersebut adalah Usman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa'ad ibn Abi Waqqash, Abdurrahman ibn 'Auf. Setelah Umar wafat, tim ini bermusyawarah dan

berhasil menunjuk Utsman sebagai khalifah, melalui proses yang agak ketat dengan Ali ibn Abi Thalib. Utsman bin Affan dilahirkan pada tahun 573 M pada sebuah keluarga dari suku Quraisy bani Umayah. Nenek moyangnya bersatu dengan nasab Nabi Muhammad saw. pada generasi ke-5. Sebelum masuk islam ia dipanggil degan sebutan Abu Amr. Ia begelar Dzunnurain, karena menikahi dua putri Nabi saw. (menjadi khalifah 644-655 M) adalah khalifah ke-3 dalam sejarah Islam. Umar bin Khattab tidak dapat memutuskan bagaimana cara terbaik menentukan khalifah penggantinya. Segera setelah peristiwa penikaman dirinya oleh Fairuz, seorang majusi persia, Umar mempertimbangkan untuk tidak memilih pengganti sebagaimana dilakukan Rasulullah. Namun Umar juga berpikir untuk meninggalkan wasiat seperti dilakukan Abu Bakar. Sebagai jalan keluar, Umar menunjuk enam orang Sahabat sebagai Dewan Formatur yang bertugas memilih Khalifah baru. Keenam Orang itu adalah Abdurrahman bin Auf, Saad bin Abi Waqash, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Di masa pemerintahan Utsman, Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil direbut. Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Utsman bin Affan

Pemerintahan Usman berlangsung selama 12 tahun, pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini karena fitnah dan hasutan dari Abdullah bin Saba Al-Yamani salah seorang yahudi yang berpura-pura masuk islam. Ibnu Saba ini gemar berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lainnya untuk menyebarkan fitnah kepada kaum muslimin yang baru masa keislamannya. Akhirnya pada tahun 35 H/1655 M, Utsman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang berhasil dihasut oleh Abdullah bin Saba itu. Salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat berburuk sangka terhadap kepemimpinan Utsman adalah kebijaksanaannya mengangkat keluarga dalam kedudukan tinggi. Yang terpenting di antaranya adalah Marwan ibn Hakam Rahimahullah. Dialah pada dasarnya yang dianggap oleh orang-orang tersebut yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Utsman hanya menyandang gelar Khalifah. Setelah banyak anggota keluarganya yang duduk dalam jabatanjabatan penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap kesalahan bawahan. Harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan tanpa terkontrol oleh Utsman sendiri. Itu semua akibat fitnah yang ditebarkan oleh Abdullah bin Saba, meskipun Utsman tercatat paling berjasa membangun bendungan untuk menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan memperluas masjid Nabi di Madinah.

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ali bin Abi Thalib

Para pemberontak terus mengepung rumah Utsman. Ali memerintahkan ketiga puteranya, Hasan, Husain dan Muhammad bin Ali al-Hanafiyah mengawal Utsman dan mencegah para pemberontak memasuki rumah. Namun kekuatan yang sangat besar dari pemberontak akhirnya berhasil menerobos masuk dan membunuh Khalifah Utsman. Setelah Utsman wafat, masyarakat beramai-ramai membaiat Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah. Ali memerintah hanya enam tahun. Selama masa pemerintahannya, ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikit pun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali menon-aktifkan para gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan terjadi karena keteledoran mereka. Dia juga menarik kembali tanah yang dihadiahkan Utsmankepada penduduk dengan menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan Umar. Tidak lama setelah itu, Ali ibn Abi Thalib menghadapi pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zhalim. Ali sebenarnya ingin sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat pun berkobar. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Unta), karena Aisyah dalam pertempuran itu menunggang unta, dan berhasil mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah. Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijaksanaan Ali juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari para gubernur di Damaskus, Mu'awiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas
8

pejabat tinggi yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan pasukan Mu'awiyah di Shiffin. Pertempuran terjadi di sini yang dikenal dengan nama Perang Shiffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tapi tahkim ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga, kaum Khawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali. Akibatnya, di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Mu'awiyah, Syi'ah (pengikut Abdullah bin Saba al-yahudu) yang menyusup pada barisan tentara Ali, dan al-Khawarij (orang-orang yang keluar dari barisan Ali). Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij menyebabkan tentaranya semakin lemah, sementara posisi Mu'awiyah semakin kuat. Pada tanggal 20 ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij yaitu Abdullah bin Muljam. [sunting]Setelah Khulafaur Rasyidin Kedudukan sebagai khalifah kemudian dijabat oleh purta Ali yaitu Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan menginginkan perdamaian dan menghindari pertumpahan darah, maka Hasan menyerahkan jabaran kekhalifahan kepada Muawiyah bin Abu Sufyan. Dan akhirnya penyerahan kekuasaan ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu'awiyah bin Abi Sufyan. Di sisi lain, penyerahan itu juga menyebabkan Mu'awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama'ah ('am jama'ah)! Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa'ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.

Ketika itu wilayah kekuasaan Islam sangat luas. Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaannya dalam waktu tidak lebih dari setengah abad, merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu bangsa yang sebelumnya tidak pernah mempunyai pengalaman politik yang memadai. Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat antara lain adalah:

1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat. 2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Semangat dakwah tersebut

membentuk satu kesatuan yang padu dalam diri umat Islam. 3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing. 4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium

mengakibatkan hilangnya kemerdekaan beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan

memaksakan aliran yang dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan Persia.

10

5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak memaksa rakyat untuk mengubah agamanya untuk masuk Islam. 6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka. 7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh. Mulai dari masa Abu Bakar sampai kepada Ali dinamakan periode Khilafah Rasyidah. Para khalifahnya disebut al-Khulafa' al-Rasyidun, (khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk). Ciri masa ini adalah para khalifah betul-betul menurut teladan Nabi. Setelah periode ini, pemerintahan Islam berbentuk kerajaan. Kekuasaan diwariskan secara turun temurun. Selain itu, seorang khalifah pada masa khilafah Rasyidah, tidak pernah bertindak sendiri ketika negara menghadapi kesulitan; Mereka selalu bermusyawarah dengan pembesar-pembesar yang lain. Sedangkan para penguasa sesudahnya sering bertindak otoriter.

11

BAB II

PEMBAHASAN

KEPEMIMPINAN UMAT ISLAM PASCA NABI WAFAT

A. Pengertian Khulafaur Rasyidin Kata Khulafaur rasyidin berasal dari bahasa Arab, yaitu dari kata khulafa ()dan arrasyidin(). Kata khulafa adalah bentuk jamak dari kata khalifah(). Kata khulafa berarti banyak khalifah, sedangkan kata khalifah menurut bahasa pemimpin atau pengganti, maksudnya adalah orang yang berada di belakang seseorang. Kata ar-rasyidin adalah bentuk jamak dari kata ar-rasyid (). Kata ar rasyidin berarti orang yang mendapat petunjuk (hidayah), sedangkan kata ar-rasyid menurut bahasa berarti orang yang benar, lurus atau pintar, serta arif dan bijaksana. Jadi pengertian khulafaur rasyidin ( ) adalah orang-orang yang ditunjuk sebagai pengganti atau pemimpin yang benar, lurus atau pintar, serta memperoleh petunjuk (hidayah), dan arif lagi bijaksana.

Dalam sejarah, tugas Nabi Muhammad sebagai kepala pemerintahan dan kepala Negara diemban oleh sahabatnya secara berturut-turut. Termasuk penggantinya inilah yang dikenal dengan sebutan Khulafaur Rasyidin. Secara kebahasaan, Khulafaur Rasyidin berarti para khalifah yang mendapat petunjuk. Keempatnya adalah Abu Bakar (memerintah 632-634 M), Umar bin Khattab (memerintah 634-644 M), Usman bin Affan (memerintah 644-656 M), dan Ali bin Abi Thalib (memerintah 656-661 M).
12

Istilah Khulafaur Rasyidin dapat kita jumpai dalam hadits Rasulullah. Nabi bersabda sebagaimana berikut:

Artinya : umatku akan terpecah-pecah menjadi 73 golongan, semuanya akan ditempatkan di neraka kecuali satu golongan. Apa yang satu golongan itu? Tanya seorang sahabat. Nabi SAW menjawab: kelompok ahlus sunnah wal jamaah sahabat bertanya lagi,siapakah mereka? nabi menjawab, mereka yang taat kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin.

Tidak lama Khulafaur Rasyidin menjadi penerus nabi. Hanya 31 tahun dimulai dari tahun 632 M dan berakhir tahun 661 M. namun 31 tahun tersebut sangat menentukan bagi keberadaan Islam. Masa itu adalah masa konsolidasi dan masa pemantapan dasar-dasar Islam dan peradabannya. Khulafaur Rasyidin yang berhasil menyelamatkan akidah Islam dari pembangkangan kaum murtad dan nabi palsu. Khulafaur Rasyidin pula yang pertama kali berhasil membawa Islam keluar dari kungkungan padang pasir Jazirah Arab untuk menaklukkan Persia, Syam dan Mesir. Sejarah tentu akan lain jika pada saat itu Khulafaur Rasyidin gagal menunaikan tugasnya.

13

B.

Khalifah Pertama: Abu Bakar Ash-Shiddiq (11-13 H/ 632-634 M)

1. Proses Pengangkatan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Ketika nabi Muhammad wafat, nabi tidak berwasiat apapun tentang siapa yang akan menjadi khalifah pengganti nabi. Persoalan yang besar ini beliau serahkan kepada musyawarah umat Islam.1 Setelah nabi wafat, golongan Anshor bermusyawarah dibalai Bani Saidah dipimpin oleh Saad bin Ubadah berpendapat bahwa kepemimpinan umat Islam sepatutnya dipegang oleh golongan Anshor, dari golongan Muhajirin bermusyawarah di masjid Nabawi dipimpin oleh Umar bin Khattab, berpendapat bahwa yang sepantasnya memimpin umat Islam dari golongan Muhajirin. Perbedaan tersebut dapat didamaikan dengan ucapan dari Abu Ubaidah yang mengatakan : Hai kaum Anshar, kamu adalah orang yang pertama menolong dan membela, maka janganlah pula kamu yang pertama merusakkannya. Dengan sadar maka bersatulah antara golongan Anshar dan golongan Muhajirin dengan mengangkat Abu Bakar sebagai khalifah secara aklamasi, yang pertama didahului dengan jabatan tangan Umar bin Khattab yang diikuti oleh sahabat-sahabat yang lain.

Keesokan harinya barulah dilakukan baiat umum di Masjid Nabawi . Pidato Abu Bakar setelah dibaiat adalah: Wahai manusia, saya telah diangkat sebagai Khalifah, padahal saya bukanlah

Ala Subki Dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah kelas XII, (Klaten:Gema Nusa, 2010), 17

14

orang yang terbaik di antara kamu, maka jikalau aku menjalankan tugasku dengan baik aka ikutilah aku, jika saya berbuat salah maka betulkanlah aku.2

a. Keutamaan Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar adalah sahabat Nabi SAW yang paling utama. Pengalamannya amat luas dan jasanya amat besar terhadap agama. Dia adalah seorang bangsawan Quraisy, berkedudukan tinggi dalam kaumnya, hartawan dan dermawan. Jabatannya dikala nabi masih hidup, selain menjadi saudagar yang kaya, ia adalah ahli nasab dan ahli hukum yang jujur. Dia telah merasakan pahit getirnya hidup bersama rasulullah sampai pada hari wafatnya Rasulullah. Ialah yang diserahi untuk menjadi imam shalat, karenanya umat Islam memandang ialah yang paling berhak menjadi khalifah daripada yang lainnya.

Selain itu, Abu Bakar adalah orang yang sederhana, jabatannya sebagai khalifah tidak menyebabkannya hidup bermewah-mewah. Ia tidak mau menyalahgunakan jabatannya sebagai penguasa untuk memperkaya dirinya sendiri ataupun keluarganya. Ia meninggal dalam kesederhanaan.

b. Jasa-Jasa dan Peninggalan Abu Bakar Ash-Siddiq

Jasa-jasa Abu Bakar adalah:

1)

Memberantas nabi-nabi palsu

Team Al-Azhar, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Kelas VII, (Gresik: Putra Kembar Jaya, tt),5apharummaruf

15

2)

Memerangi orang-orang yang ingkar zakat, yang beranggapan bahwa membayar zakat

hanya kepada nabi Muhammad, setelah nabi wafat tidak ada lagi kewajiban.

3)

Memberantas orang-orang murtad, yang belum memahami tentang Islam. Menghimpun Al Quran atas usulan Umar bin Khattab dengan alasan: Banyak penghafal Al Quran yang gugur syahid.

4)

a)

b)

Tulisan yang ada di pelepah-pelepah kurma, batu-batu tulang, dikhawatirkan rusak dan

hilang. Untuk menjaga kemurnian Al Quran, penulisan tersebut diserahkan kepada Zaid bin

c)

Tsabit dan disimpan oleh khalifah Abu Bakar.

5)

Memperluas wilayah penyebaran agama Islam ke Hiroh (dijadikan pusat pertahanan dan

ibu kota di luar Arab), Anbar dan Persia, Daumatul Jandal, Yarmuk, Syam (pernah dikuasai tentara Romawi), dan Syria. Abu Bakar menugaskan empat panglima perangnya untuk menguasai Syria dari Romawi Timur yang dipimpin oleh Kaisar Heraklius. Mereka adalah Yazid bin Abu Sufyan yang ditugaskan di Damaskus, Abu Ubaidah bin Jarrah ditugaskan di Horns, Amr bin Ash ditugaskan di Palestina, dan Surahbil bin Hasanah di Yordan.3

Peninggalan Abu Bakar: 1) Mushaf Al Quran.

Husein Tuanaya,dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 3A, (Jawa Timur: Wahana dinamika karya, 2004), 15
16

2) Wilayah kekuasaan Islam.

3)

Semangat, tekad, sikap untuk berpegang pada kebenaran dan berkorban jiwa harta demi

membela agama Islam.4

2.

Khalifah Kedua: Umar bin Khattab (13-23 H/ 634-644 M)

1. Proses Pengangkatan Umar Bin Khattab

B.UMAR BIN KHATTAB (634-644 M)Pembentukan Kekhilafahan dan Sistemnya

Ketika Abu Bakar merasakan sakitnya semakin berat, ia mengumpulkan parasahabat besar dan menunjuk Umar bin Khattab sebagai Khalifah. Para sahabat setuju danAbu Bakar meninggalkan surat wasiat yang menunjuk Umar sebagai penggantinya4 Pada tahun 634 M, ketika pasukan muslim sedang bergerak menaklukkan Syam, Abu Bakar jatuh sakit. Saat itulah Abu Bakar berfikir untuk menunjuk satu orang sebagai penggantinya. Pilihannya jatuh pada Umar bin Khattab, pandangannya yang jauh membuat Abu Bakar yakin bahwa Umar adalah yang tepat untuk menggantikannya.

Meskipun begitu, sebelum menentukan Umar, Abu Bakar meminta penilaian para sahabat besar mengenai Umar. Ia bertanya kepada Abdur Rahman bin Auf, Usman bin Affan dan Asid bin Hudhair Al-Anshary, Said bin Zaid, dan sahabat-sahabatnya dari kalangan Muhajirin dan

Team Al-Azhar, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Kelas VII, (Gresik: Putra Kembar Jaya, tt),5

17

Anshar. Pada umumnya mereka menyepakati pilihan Abu Bakar,5 Dengan meninggalnya Abu Bakar pada hari Senin tanggal 23 Agustus 624 M dalam usia 63 tahun, maka pemerintahan Islam langsung dipegang oleh Umar bin Khattab yang telah ditunjuk oleh Abu Bakar dan disetujui oleh seluruh umat Islam secara aklamasi dengan tidak meninggalkan asas demokrasi Islam. Dengan hati yang ikhlas mereka semua ikut membaiat Umar sebagai Khulafaur Rasyidin II. 6Maka demikianlah, kaum muslim pada tahun 634 M(13 H) membaiat Umar sebagai Khalifah. sebagai mana Abu Bakar, Umar bin Khattab pun di baiat dihadapan umat muslimin.Bagian dari pidatonya adalah: Aku telah dipilih jadi khalifah. kerendahan hati abu Bakar selaras dengan jiwanya yang terbaik diantara kamu dan lebih kuat diantara kamu dan juga lebihmampu memikul urusan kamu yang penting-penting. aku diangkat dalam jabatanini tidaklah sama seperti beliau. andaikata aku tau ada orang yang lebih kuat daripada aku untuk memikul jabatan ini, maka memberikan leherku untuk dipotong lebih aku sukai daripada memikul jabatan ini. Sebagai seorang negarawan yang patut diteladani. ia telah menggariskan: 1 . P e r s ya r a t a n b a g i c a l o n N e g a r a ; 2.Menetapkan dasar-dasar pengelolaan Negara;

Ala Subki Dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah kelas XII, (Klaten:Gema

Nusa, 2010), 17

Team Al-Azhar, Sejarah, 11

18

3.Mendorong para pejabat Negara agar benar-benar meperhatikan kemaslhatanrakyat dan melindungi hak-haknya karena mereka adalah pengabdi rakyat dan bagian dari rakyat itu sendiri ;4.Pejabat yang dipegang seseorang adalah amanah yang harus dipertanggung jawabkan kepada tuhan dan rakyat 5.Mendidik rakyat supaya berani memberi nasihat dan kritik kepada pemerintah,pemerintah juga harus berani menerima kritik dari siapapun sekalipunmenyakitkan karena pemerintah lahir rakyat dan untuk rakyat; 6.Khalifah Umar telah meletakkan dasar -dasar pengadilan dalam islam.

1. Tipe Kepemimpinan Umar ibnu Khatthab merupakan salah satu sosok pemimpin yang tegas, jujur dan adil dalam Islam. Ia adalah khalifah kedua dalam Islam setelah AbuBakar ash-Shiddiq. Untuk menertibkan para pejabat bawahannya, Umar ibnul-Khaththab menulis Risalatul Qada atau Dustur Umar" yang berisi nasehat danaturan praktis untuk menerapkan keadilan dan kejujuran dalam pemerintahan.Sebelumnya, di masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar

menjabat sebagaihakim. Ia menjalankan amanah tersebut dengan begitu cerdas, adil, dan tegas,5 sehingga ia pernah mengajukan pengunduran diri dari jabatan tersebut kepada AbuBakar, karena tak ada lagi perkara kejahatan yang bisa di urusinya.Umar ibnu khattab membagi tipe pemimpin menjadi empat macam. 1.Pemimpin yang berwibawa.Yaitu pemimpin yang tegas bertindak terhadap segala bentuk kejahatan, tak pedulisiapapun yang melakukannya. Tak peduli apakah pelaku itu diri sendiri,

19

keluarga, atau orang-orang dekatnya sekali pun. Jika merekasalah, pemimpin yang berwibawa akanmenghukumnya, sehingga rakyat yang dipimpinnya menjadi sejahtera lahir dan batin. 2.Pemimpin yang tidak tegas terhadap dirinya sendiri.Pemimpin seperti ini tidak berani bersikap tegas terhadap bawahannya. la juga lemahdan tidak berwibawa di mata rakyatnya.Pemimpin seperti ini selalu di buntuti oleh bahaya, dan jika tidak diperbaiki makakehancuran akan datang kepadanya. 3.Pemimpin egois.lni tipe pemimpin yang hanya mementingkan diri sendiri, tanpa

peduli terhadap danrakyatnya. la hanya mengeruk keuntungan untuk dirinya sendiri. Pemimpin seperti ini dibenci oleh bawahan danrakyatnya. Dan kudeta selalu menunggu untuk merebut kekuasaan darinya. 4.Pemimpin diktator yang bersama rezimnya menghancurkan keadilan dan merampashak rakyat. 2. Kontribusi Khalifah Dalam Peradaban Islam Hal-Hal yang telah dilakukan Umar bin Khattab pada masa kepemimpinannyaa. Pertempuran di Ajnadin Tahun 16 H = 636 M b. Penaklukan baitul mukaddas Tahun 18 H = 639 Mc. Penaklukan Irak dan Persiad. Penaklukan Mesir 6.

1. Keutamaan Umar bin Khattab

Umar adalah seorang yang keras dan tegas. Karena ketegasan dan kekerasannya membedakan yang benar dari yang salah, ia dijuluki dengan Al-Faruq, artinya pembeda antara yang benar dan yang salah. Bahkan ia pernah menghukum cambuk anaknya sendiri karena meminum khamr. Bagi Umar, ketegasan pelaksanaan hukum harus dikenakan tehadap siapapun tanpa pandang bulu. Khalifah Umar juga gampang tersentuh hatinya melihat kesusahan umatnya. Ia juga seorang pemimpin yang rendah hati, demi memperhatikan kesejahteraan umatnya, Umar tidak

20

segan-segan meninjau langsung kondisi kesejahteraan umat. Itulah kebijaksanaan Umar saat menjabat sebagai khalifah.

1. Jasa-Jasa dan Peninggalan Umar bin Khattab

1)

Umar bin Khattab membagi daerah Islam menjadi beberapa wilayah atau propinsi yang

masing-masing dipimpin oleh seorang gubernur: Propinsi Kufah dipimpin Saad bin Abi Waqosh. Propinsi Basrah dipimpin Utbah bin Khazwan. Propinsi Fustat (Mesir) dipimpin Amru bin Ash.

2)

Membentuk dewan-dewan.

3)

Menetapkan tahun Hijriyah sebagai tahun baru Islam.

4)

Membangun dan memperindah masjid-masjid seperti: Masjidil Haram, Masjid Nabawi,

Masjid Amru bin Ash di Mesir.7

3.

Khalifah Ketiga: Usman bin Affan (23-35 H/ 644-656 M)

1. Proses Pengangkatan Usman bin Affan Sebagai Khalifah

Team Al-Azhar, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Kelas VII, (Gresik: Putra Kembar Jaya,

tt),11-12

21

Nama lengkapnya adalah Ustman Bin Affan Bin Al-Ash Bin Ummayah bin Abd ALManaf dari suku Quraisy.Lahir pada tahun 576 M, enam tahun setelah penyerahan Kabah oleh pasukan bergajah atau enam tahun setelah kelahiran Rosullullah SAW. Ibu Khaliffah Ustman bin Affan adalah Urwy bin Kuraiz bin Robiah bin Habib bin Abdi Asy-Syams bin Abd AlManaf. Ustman bin Affan masuk islam pada usia 30 tahun atas atas ajakan Abu Bakar. Khaliffah Ustman Bin Affan ikut berhijrah bersama istrinya ke Abesinia dan termasuk muhajir pertama ke Yatsrib. Ia termasuk orang yang saleh ritual dan sosial. Kesalehan sosialnya terbukti dan membeli telaga milik Yahudi seharga 12.000 dirhamdan menghibahkan nya kepada kaum muslimin pada saat hijrah ke Yatsrib. Setiap hari jumat, Ustman bin Affan membebaskan seorang budak laki-laki dan seorang budak perempuan. Pada masa paceklik, masa pemerintahan Abu Bakar, Ustman menjual barang kebutuhan sehari-hari dengan harga yang sangat murah bahkan membagi-bagikan nya kepada kaum muslimin. Ustman termasuk orang yang sangat penyayang, sehingga pernah suatu pagi, ia tidak tega membangunkan pelayan nya untuk mengambil air wudhu, padahal ia sedang sakit dan sudah udzur. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, Utsman Bin Affan mengikuti beberapa peperangan, diantaranya perang Uhud, Khaibar pembebasan kota Mekah, Pearang Thaif, Hawazin, dan Tabuk. Perang Badar tidak ia ikuti karena disuruh oleh Rosullah SAW, menunggu istrinya yang sedang sakit sampai meninggal nya. a. Proses Pengangkatan Khalifah Utsman Bin Affan

Ketika Umar merasakan ajalnya sudah dekat, ia menunjuk enam orang sahabatnya yang terpilih menjadi dewan di zamannya. Salah satu dari sahabat itu dipilih dan yang mendapat suara tebanyak akan menjadi Khalifah. Enam orang calon sebagai penggantinya terdiri dari:
22

Usman bin Affan Ali bin Abi Thalib Thalhah bin Ubaidillah Zubair bin Awwam Saad bin Abi Waqqash Abdurrahman bin Auf.

Dewan ini bertugas memilih salah seorang di antara mereka yang akan menggantikan sebagai Khalifah ketiga. Abdur Rahman bin Auf ditunjuk sebagai ketua panitia pemilihan, sedangkan proses pemilihan adalah musyawarah untuk mufakat.

Pada hari Rabu waktu Shubuh, 4 Dzulhijjah 23 H, Khalifah Umar yang hendak mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Perutnya ditikam oleh Abu Luluah Fairus, seorang budak dari Persia, milik Mughirah bin Syuban. Abu Luluah menikam Umar karena merasa kesal dengan kata-kata Umar kepadanya sehari sebelumnya.8

Sesudah Umar wafat, Abdur Rahman bin Auf memulai tugasnya dengan menghimpun pendapat dari anggota dewan dan dari pemuka-pemuka Muhajirin dan Anshar, begitu pula mendengar pendapat dari rakyat kecil. Dari usahanya itu, disampaikan bahwa umumnya kaum muslimin mencalonkan dua orang unggulan yaitu Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Ala Subki Dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah kelas XII, (Klaten:Gema

Nusa, 2010), 18

23

Dalam pemilihan timbul kesulitan dalam menetapkan calon Khalifah. Kesulitan tersebut timbul karena:

1)

Berdasarkan pendapat umum, mayoritas masyarakat menginginkan Usman bin Affan

menjadi khalifah.

2)

Di kalangan anggota dewan timbul perbedaan pendapat. Abdur Rahman bin Auf cenderung

memilih Usman bin Affan, sedangkan Saad bin Abi Waqosh memilih Ali bin Abi Thalib.

3)

Thalhah bin Ubaidillah, salah satu diantara enam calon khalifah masih berada di luar kota,

sehingga belum diketahui pendapatnya.

Bekat ketekunan dan kebijaksanaan Abdur Rahman bin Auf, maka terpilihlah Usman bin Affan menjadi Khalifah pada usia 70 tahun pada tahun 23 H (644 M), kemudian Ali-pun mengucapkan baiat kepada Usman bin Affan.9

Pada hari Rabu waktu Shubuh, 4 Dzulhijjah 23 H, Khalifah Umar yang hendak mengimami shalat di masjid mengalami nasib naas. Perutnya ditikam oleh Abu Luluah Fairus, seorang budak dari Persia, milik Mughirah bin Syuban. Abu Luluah menikam Umar karena merasa kesal dengan kata-kata Umar kepadanya sehari sebelumnya. Sebelum meninggal, Umar telah memanggil tiga calon penggantinya, yaitu Utsman, Ali , dan Saad bi Abi Waqqash. Dalam pertemuan dengan mereka secara bergantian, Umar berpesan agar penggatinya tidak mengangkat kerabat sebagai pejabat ( Munnawir Syadzali, 1993 : 30 ).Mekanisme pemilihan Khaliffah ditentukan sebagai berikut : Pertama, yang berhak

Team Al-Azhar, Sejarah , 17


24

menjadi khaliffah adalah yang dipilih oleh anggota formatur dengan suara terbanyak. Kedua, apanila suara terbagi secara berimbang ( 3: 3 ) , Abdulallah bin Umar yang berhak menentukan nya . Ketiga, apabila campur tangan Abdullah bin Umar tidak diterima, calon yang dipilih oleh Abd Ar-Rahaman bin Auf harus diangkat menjadi khalifah. Kalau masih ada yang menentangnya, penentang tersebut hendaknya dibunuh ( Hasan Ibrahim Hasan, 1957: 254-5 ). Anggota yang khawatir dengan tata tertib tersebut adalah Ali. Ia khawatir Abd Ar-Rahman ( yang mempunyai kedudukan strategis ketika pemilihan ) tidak bisa berlaku adil karena Utsman dan Abd Ar-Rahaman terdapat hubungan kekerabatan.

1. Keutamaan Usman bin Affan

Usman bin Affan termasuk salah seorang yang pertama masuk Islam . ia pernah menjadi sekretaris Rasulullah menuliskan wahyu dan di zaman Abu Bakar ia menjadi penasihat Khalifah. Usman bin Affan juga terkenal dengan kesholehan dan kejujurannya dalam agama. Dia pernah menafkahkan sebagian hartanya untuk memajukan Islam. Dia disayangi oleh Rasulullah sampai dinikahkan dengan putrinya Ruqayyah , setelah Ruqayyah wafat dinikahkan dengan putrinya yang lain Ummu Kultsum. Oleh karena itu Usman diberi gelar Dzun Nurain yang artinya mempunyai dua cahaya dan pernah hijrah dua kali ke Habasyah dan ke Madinah.

1. Jasa-Jasa dan Peninggalan Khalifah Usman bin Affan

Jasa-jasanya adalah:

1) Membangun dan memperindah Masjid Nabawi di Madinah.

25

2)

Mengadakan penulisan dan penggandaan Al Quran yang dikenal dengan Mushaf Usmani

atau Mushaf al Imam. Panitia penggandaan terdiri dari: Zaid bin Tsabit sebagai ketua dengan anggotanya yaitu Abdullah bin Zubair, Said bin Ash, dan Abdur Rahman bin Haris bin Hisyam. Hasilnya sebanyak lima mushaf, satu disimpan oleh Khalifah Usman, sisanya masing-masing dikirim ke Makkah, Syria, Basrah dan Kufah.

3)

Membangun angkatan laut yang tangguh untuk menangkis serangan musuh terutama

melawan pasukan Romawi yang ingin merebut kota Iskandariyah.

4)

Memperluas wilayah Islam sampai ke Armenia, Afrika (Tunisia), Tripoli (Libya) dan

Azerbaijan serta kepulauan Cyprus kemudian dilanjutkan ke Konstantinopel, Turki dan negaranegara Balkan (Yugoslavia dan Polandia).

Usman adalah orang yang lemah lembut dan dermawan. Namun dikarenakan kelembutan dan sifat dermawannya tersebut, Usman bin Affan banyak dimanfaatkan oleh family-familinya dalam menduduki jabatan pemerintahan sehingga terkenal dengan family system. Akhir pemerintahan Usman muncul seorang Yahudi yang pura-pura masuk Islam dengan tujuan mengadu domba umat Islam untuk menghancurkan Islam. Orang tersebut bernama Abdullah bin Saba yang menyebarkan fitnah kesana kemari yang mengakibatkan terbunuhnya Khalifah Usman oleh Al Ghofiqi.10

10

Team Al-Azhar, Sejarah ,18

26

4.

Khalifah Keempat Ali bin Abi Thalib (35 40 H/ 656 661 M)

1. Proses Pengangkatan Ali bin Abi Thalib

Saat akhir kepemimpinan Khalifah Usman, banyak sekali terjadi fitnah disana sini. Kaum pemberontak mengepung rumah Usman bin Affan. Beberapa sahabat yang utama mengirim putra masing-masing untuk melindungi jiwa Khalifah Usman bin Affan. Setelah pengepungan sampai pada hari ke delapan belas, Usman meminta bantuan kepada Muawiyah dan kepada wali-wali lain. Mengetahui hal tersebut, para pemberontak kian marah dan sebagian mereka masuk kediaman Khalifah Usman. Mereka memukul Khalifah Usman dengan pedang sehingga membawa kematiannya dan merampas hartanya, keadaan kacau dan berbaur antara anti Usman dan pro Usman. Kejadian nista yang menyedihkan itu terjadi pada tahun 35 H (656 H).

Selain itu Ali bin Abi Thalib juga mengirim anaknya Hasan dan Husain untuk ikut melindungi Usman. Namun itu tak mampu mencegah bencana yang menimpa Khalifah Usman. Pembunuhan secara keji ini menyisakan suasana mencekam, terutrama di Madinah. Tidak ada satu pemimpin yang bisa menunjukkan apa yang harus dilakukan. Keadaan ini berlangsung beberapa kali. Beberapa sahabat seperti Zubair bin Awwam dan Tholhah bin Ubaidillah ingin membaiat Ali sebagai khalifah. Namun Ali belum mengambil tindakan apapun.

Setelah didesak terus-menerus, akhirnya Ali bersedia dibaiat sebagai Khalifah pada 24 Juni 656 M bertempat di Masjid Nabawi.

1. Keutamaan Ali bin Abi Thalib

27

Ali adalah seorang yang zuhud dan sederhana. Ia tidak senang dengan kemewahan hidup, bahkan menentangnya. Ali bin Abi Thalib adalah perwira yang tangkas, cerdas, tangkas, teguh pendirian, dan pemberani. Tak ada yang meragukan keperwiraanya. Berkat keperwiraannya tersebut, Ali mendapat julukan Asadullah yang artinya singa Allah. Karena ketegasannya, ia tidak segan-segan mengganti pejabat gubernur yang tidak becus mengurusi kepentingan umat Islam.

1. Jasa-Jasa dan Peninggalan Khalifah Ali bin Thalib

Jasa-jasanya adalah:

1)

Khalifah Ali mengganti gubernur yang diangkat oleh Khalifah Usman yang kebanyakan

dari family-famili khalifah tanpa memperhatikan kemampuan, keadilan dan akhlak mereka (hanya mementingkan pribadinya). Tindakan ini menimbulkan akibat antara lain munculnya tiga golongan (golongan Ali, golongan Aisyah, dan golongan Zubair dan Tholhah., meletusnya perang Jamal, perselisihan antara Ali dan Muawiyah dan terjadinya perang Shiffin. Akibat dari perang Shiffin ini, muncullah Khawarij dan Syiah.11

2)

Menarik kembali tanah milik Negara dan harta baitul Mal yang dibagi-bagikan kepada

pejabat dan family-famili khalifah Usman biarpun ditentang oleh para gubernur lama. Kemudian dikembalikan fungsinya untuk kepentingan Negara dan golongan lemah.

11

Husein Tuanaya,dkk, Sejarah ,16

28

3)

Memerintahkan kepada Abul Aswad Ad Duali untuk mengarang buku tentang pokok-

pokok ilmu Nahwu (Qoidah Nahwiyah) untuk mempermudah orang membaca dan memahami sumber ajaran Islam.

4)

Membangun kota Kufah yang kemudian dijadikan pusat pengembangan ilmu pengetahuan

Nahwu, Tafsir, Hadis dan lain-lain. Pada akhirnya khalifah Ali dibunuh oleh Ibnu Muljam dari golongan Khawarij.

1. Kebijakan dan Strategi Khulafaur Rasyidin

Kurang lebih 30 tahun para khulafaurrasyidin memimpin umat Islam. Mereka banyak sekali mengambil kebijakan-kebijakan guna menyelamatkan kaum muslimin. Kebijakan-kebijakan itu antara lain:

1. Memerangi Kaum Murtad

Kematian Rasulullah mengguncang keimanan kaum muslimin. Lebih-lebih mereka yang baru masuk Islam. Hal inilah yang melahirkan orang-orang murtad dan enggan membayar zakat. Hal itu juga yang menyebabkan munculnya nabi-nabi palsu, antara lain Musailamah bin Habib AlKadzab dari Yamamah, Tulaikhah dari Bani Asad, Zut Taj Laqit bin Malik dari Oman, Aswad Al Ansi dari Yaman, bahkan ada perempuan yang mengaku nabi bernama Sajah dari Bani Tamim dari Yaman.

Dalam hal menghadapi nabi palsu, Abu Bakar bersikap tegas. Setelah mereka tidak mau bertaubat, Abu Bakar akan mengirim pasukannya dengan panglima terbaiknya untuk memerangi mereka. Peperangan tersebut disebut dengan Perang Riddah, berlangsung pada tahun 633 M.

29

1. Pembukuan Al Quran Umar bin khattab merasa khawatir akan banyaknya para sahabat penghafal Al- Quran yang gugur di medan perang sebagai syahid, hal itu membuatnya menghadap Abu Bakar untuk mengatakan perlunya mencatat semua hafalan Al Quran para sahabat yang masih hidup, sehingga Al Quran dapat diwariskan kepada generasi mendatang. Sesungguhnya Abu Bakar bimbang untuk mengambil keputusan ini, karena Rasulullah belum pernah melakukan pencatatan Al Quran, akan tetapi Umar berhasil meyakinkan Abu Bakar. Akhirnya Abu Bakar mengusulkan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al Quran. Sesungguhnya banyak sekali ragam cara membaca al quran , hal itu hampir saja menjadi pencetus perang saudara karena berselisih paham tentang cara membaca Al -Quran. Kondisi ini akhirnya dilaporkan oleh Huzaifah al Yamani kepada Khalifah Usman. Khalifah Usman akhirnya melakukan penyeragaman cara baca Al Quran. Cara baca inilah yang kemudian dipakai oleh kaum muslimin sampai sekarang. Dalam menyusun cara membaca Al Quran ini, Usman berpatokan pada Al Quran yang telah disusun oleh Abu Bakar. Khalifah Usman mengharuskan kaum muslimin untuk menggunakan salinan Al Quran yang telah disebarkan tersebut, sedang yang lainnya dibakar. Mushaf-mushaf inilah yang dikenal Mushaf Usmani.

1. Keberhasilan-Keberhasilan Ekspedisi Militer

Dalam perkembangan kaum muslimin harus menghadapi dua kekuatan. Yakni Byzantium dan Sasaniah. Ke wilayah Sasaniah, kaum muslimin diwakili oleh Musannah bin Haritsah yang menyerbu Irak., tinakan ini disusun oleh Abu Bakar yang mengutus Khalid bin Walid untuk membantu Musannah. Sasaniah baru sepenuhnya dikuasai oleh pasukan muslim pada masa

30

Khalifah Umar bin Khattab pada tahun 637 M ke arah Byzantium, keberhasilan pertama dilakukan oleh Usman bin Zaid dan pasukannya pada masa awal Khalifah Abu Bakar. Setelah itu pengiriman pasukan dilakukan besar-besaran. Ditambah dengan kedatangan panglima Khalid bin Walid setelah sukses merebut Hirrah. Pada tahun 636 M, dalam satu pertempuran dahsyat yang dikenal dengan nama Perang Yarmuk, pasukan muslim membuktikan keunggulannya. Setelahnya Syam, Persia, Mesir, Iskandariyah jatuh ke tangan muslim. Dari sini kemudian pasukan muslim bergerak ke Afrika Utara.

Kesuksesan tentara muslim ini salah satunya karena didukung oleh angkatan laut yang kuat yang didirikan pada masa Khalifah Usman oleh gubernur Syam, Muawiyah bin Abi Sufyan.

1. Penataan Pemerintah

Pada masa pemerintah Khalifah Abu Bakar, sistem pemerintahan masih menganut pada sistem yang pernah diterapkan pada masa nabi Muhammad SAW. Pada masa nabi, sistem pemerintahan bersifat Sentralistik, dimana kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif berada pada satu tangan. Akan tetapi, pada masa pemerintahan Umar bin Khattab semua berdiri sendiri bahkan terjadi desentralisasi. Setiap wilayah atau daerah memiliki kewenangan mengatur pemerintahan dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan pemerintah pusat. Untuk itu, Khalifah Umar bin Khattab membangun jaringan pemerintahan sipil yang sempuna, tanpa mengikuti atau mencontoh sistem pemerintahan yang lain. Pada masa pemerintahannya, terdapat dua lembaga penasehat, yaitu majelis yang bersidang atas pemberitahuan atau informasi umum, dan majelis yang hanya membahas masalah-masalah yang sangat penting. Untuk memperlancar jalannya roda pemerintahan, khalifah membentuk beberapa lembaga atau organisasi ketatanegaraan yang

31

didasari atas hasil pemikiran dan ijtihad Khalifah Umar bin Khattab. Organisasi-organisasi tersebut antara lain, misalnya:

1. Pembentukan Lembaga Politik (Al Nidzam Al-Siyasiyah) yang meliputi:

1)

Al-Khilafah, sistem ini terkait dengan pemerintahan sistem khalifah.

2)

Al-Wizariyah, para wazir atau menteri yang membantu Khalifah dalam urusan

pemerintahan.

3)

Al-Kitabah, sistem ini terkait dengan masalah pengangkatan seseorang untuk menjabat

sekretariat Negara.

1. Al-Nidzam Al-Idary yaitu sistem pemerintahan yang berkaitan dengan tata usaha administrasi Negara. 2. Al-Nidzam Al-Maly, organisasi keuangan Negara, lembaga ini mengelola masuk keluarnya uang Negara. Untuk itu dibentuk Baitul Mal. 3. Al-Nidzam Al-Harby, yaitu sistem pemerintahan yang berkaitan dengan masalah ketentaraan. Organisasi ini mengurusi masalah ketentaraan, masalah gaji tentara, urusan persenjataan, pengadaan asrama-asrama dan benteng-benteng pertahanan. 4. Al-Nidzam Al-Qadhai, yaitu sistem yang berkaitan dengan masalah kehakiman, yang meliputi masalah pengadilan, pengadilan banding dan pengadilan damai.

1. Pengelolaan Keuangan

Dalam hal pengelolaan keuangan dibentuklah Diwan. Diwan adalah bahasa Persia yang berarti daftar atau catatan. Diwan pertama kali dibentuk oleh Khalifah Umar Bin Khattab. Diwan
32

yang pertama kali dibentuk adalah diwan yang mengurusi pendapatan dan pembelanjaan keuangan daerah. Uang-uang yang mengalir pada Diwan ini berasal dari wilayah taklukan Persia, Syam, Mesir selain itu juga berasal dari zakat, jizyah (pajak) yang dikenakan kepada setiap nonmuslim, dan kharraj (pajak tanah) yang dikenakan atau tanah yang dimiliki nonmuslim.

1. Ibrah Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

Ibrah atau pelajaran yang dapat diambil dari kepemimpinan Khulafaurrasyidin adalah meneladani prestasi-prestasi yang dicapai. Khalifah Abu Bakar As Siddiq merupakan salah satu sosok pemimpin yang tegas dan teguh memegang kebenaran. Khalifah abu bakar as siddiq segera memberantas suatu gerakan yang dinilai menyalahi Islam, tanpa memberi kesempatan gerakan tersebut berkembang.

Khalifah Umar bin Khattab merupakan salah satu pemimpin yang meletakkan dasar-dasar demokrasi dalam Islam. Beliau benar-benar memperhatikan dan mengutamakan kepentingan rakyat. Dalam pemerintahana beliau pejabat yang benar-benar dapat dipercaya. Khalifah umar bin khattab juga membuka diri untuk menerima suara langsung dari rakyat.

Khalifah Usman bin Affan merupakan salah satu pemimpin yang lemah lembut dan sangat memperhatikan kepentingan rakyatnya. Beliau lebih suka mengadakan pendekatan persuasif jika terjadi gejolak.

Adapun Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah seorang pemimpin yang disiplin, tegas dan keras dalam membela kebenaran yang diyakininya daripada persatuan. Khalifah Ali bin Abi Thalib juga menjunjung tinggi keputusan yang sudah menjadi kesepakatan mayoritas.

33

1. Meneladani Kepemimpinan Khulafaur Rasyidin

Khulafaur Rasyidin yang terdiri atas empat sahabat nabi Muhammad SAW mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Khalifah Abu Bakar As-Siddiq mempunyai karakter lembut dan tegas. Dalam suasana Negara yang kacau, pemimpin yang berkarakter seperti Khalifah Abu Bakar As-Siddiq sangat diperlukan. Dengan kelembutannya, Khalifah Abu Bakar As-Siddiq dapat menginsafkan orang-orang yang terbujuk berbuat makar. Sementara itu, orang-orang yang bersikap merongrong dihadapi secara tegas oleh Khalifah Abu Bakar As Siddiq.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, situasi Negara aman. Dalam kondisi seperti itu perlu pemimpin yang mempunyai karakter seperti Umar bin Khattab yaitu cerdas, tegas dan mengutamakan kepentingan rakyat. Kecerdasan Umar bin Khattab sangat diperlukan untuk membangun dasar-dasar kemasyarakatan yang Islami.

Situasi Negara pada masa Khalifah Usman bin Affan benar-benar sudah aman. Kemakmuran sudah tercapai di segenap lapisan masyarakat. Dalam kondisi seperti itu, karakter pemimpin yang saleh, penyantun, dan sabar sangat diperlukan. Dengan karakter seperti khalifah Usman bin Affan tersebut kemakmuran rakyat dapat tercapai, baik jasmani maupun rohani.

Pada masa peralihan kekuasaan dari khalifah Usman bin Affan kepada Ali Bin Abi Thalib, kekacauan kembali terjadi. Dalam kondisi seperti ini karakter pemimpin yang tegas dan mengutamakan kebenaran sangat diperlukan. Khalifah Ali bin Abi Thalib mempunyai karakter yang tepat. Ketegasan Ali bin Abi Thalib dalam membela kebenaran mirip dengan Khalifah Umar bin Khattab.

34

BAB III PENUTUP A. Pemikiran Penulis

Menurut saya masalah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW Sejarah mencatat bahwa kepemimpinan Rasulullah saw berlangsung bukan tanpa hambatan. Ia menghadapi hambatan fisik maupun mental. Ia diejek, dicemooh, dihina dan disakiti. Pada malam berhijrah dari Mekkah ke Yatsrib, rumahnya dikepung oleh orang-orang beringas. Namun hambatan-hambatan itu tidak membuatnya putus asa dan gagal dalam melaksanakan tugas. Bahkan dalam waktu yang relatif singkat, ia mampu menyelesaikan tugasnya membina satu masyarakat yang sebelumnya dikenal sangat bobrok, serakah, fatalistik, anarkhis dan terpecah belah menjadi satu masyarakat yang ideal, berkeadilan dan sejahtera dunia dan akhirat.

Berbagai informasi tentang sejarah hidup Nabi Muhammad saw. yang telah diungkapkan di atas memberi pelajaran kepada kita bahwa sebuah misi apapun, termasuk juga misi agama, dapat berhasil bila didukung oleh SDM-SDM yang cukup handal yang memiliki sifat-sifat seperti Nabi saw. Yang terpenting dari itu semua adalah bahwa Nabi dapat berhasil karena empat hal: 1) karakter Nabi yang mulia dan terpuji; 2) perjuangannya yang dilakukan terus-menerus tanpa putus asa dan tanpa pamrih; 3) strateginya yang sangat jitu; dan 4) dan kedekatannya dengan Allah swt. memberikan kekuatan spiritual yang sangat dahsyat dalam rangka menopang dan mewujudkan tugas yang maha berat tersebut. Mudah-mudahan kita bisa meneladaninya. mn y mujb al-sa`iln.

35

DAFTAR PUSTAKA Ali Mustafa Yaqub. Sejarah dan Metode Dakwah Nabi, cet. ii. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000. Husain Haikal, Muhammad. Sejarah Hidup Muhammad, terj. Ali Audah, cet. xxxviii. Bogor: Litera Antar Nusa, 2009. Yasin T. Al-Jibouri. Muhammad Prophet and Messenger of Allah. Qum Ansariyan, 2008. Ala Subki Dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah kelas XII, (Klaten:Gema Nusa, 2010)
Team Al-Azhar, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Kelas VII, Gresik: Putra Kembar Jaya Husein

Tuanaya,dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Kelas 3A, (Jawa Timur: Wahana dinamika karya, 2004) Team Al-Azhar, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Kelas VII, (Gresik: Putra Kembar Jaya, tt) Ala Subki Dkk, Sejarah Kebudayaan Islam Untuk Madrasah Aliyah kelas XII, (Klaten:Gema Nusa, 2010) Artikel utama untuk bagian ini adalah: Ali bin Abi Thalib

36

Вам также может понравиться