METODE LIQUID SATURATION Nama : I Gusti Agung Gede Angga S. NIM : 12211083 Shift : Rabu Dosen : Dr. Ir. Pudji Permadi, MSc. Dr. Ir. Taufan Marhaendjana Asisten : Achmad Rochi Habibi Dara Ayuda Maharsi PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG LAPORAN PRAKTIKUM MODUL 2 PENGUKURAN POROSITAS BATUAN DENGAN METODE LIQUID SATURATION I Gusti Agung Gede Angga S. : 12211083 : Rabu-3 Dr. Ir. Pudji Permadi, MSc. Dr. Ir. Taufan Marhaendjana Achmad Rochi Habibi Dara Ayuda Maharsi PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013 12209030 12209062 I. Tujuan Percobaan a. Memahami prinsip kerja metode liquid saturation b. Menentukan porositas suatu batuan sampel dengan metode liquid saturation c. Mengetahui metode-metode pengukuran porositas II. Prinsip Percobaan Pengukuran pore volume suatu batuan dengan menghitung volume fluida yang mengisi pori-pori pada proses saturation dan pengukuran bulk volume dengan grafik simpangan-volume dengan menggunakan alat Electric Hg Picnometer (metode kalibrasi) atau dengan jangka sorong (metode volumetrik). III. Tabulasi Data Picnometer Volume Picnometer (mL) Massa Kering (gram) Massa Basah (gram) 49.69 30.7 80.2 Sampel Sampel Diameter (cm) Tinggi (cm) Massa Kering (gram) Massa Basah (gram) SNA 2.55 2.55 28.7 29.6 A 2.6 2.575 26.3 29.6 BolaKalibrasi Bola Kalibrasi Jangka sorong Hg Picnometer Diameter bola (cm) Initial reading Final reading Bola 1 1.995 0.61 4.97 Bola 2 1.67 0.59 3.04 Bola 3 1.2 0.435 1.26 Bola 4 1.040 0.36 0.91 Tekanan Manometer: P atas =70.9 cmHg P bawah =5.1 cmHg IV. Pengolahan Data Penentuan Densitas Fluida p = mosso :olumc Volume Picnometer (mL) Massa Kering (gram) Massa Basah (gram) Densitas Fluida (gram/mL) 49.69 30.7 80.2 0.996176 Penentuan Volume Pori Ip = wl p = (w] wk) p Sampel Massa Kering (gram) Massa Basah (gram) Massa Fluida(gram) Volume Pori (cm 3 ) SNA 28.7 29.6 0.9 0.90345 A 26.3 29.6 3.3 3.312667 Penentuan Volume Bulk (Volumetrik) Ib = n J 2 4 t Sampel Diameter (cm) Tinggi (cm) Volume Bulk (cm 3 ) SNA 2.55 2.55 13.02298 A 2.6 2.575 13.67142583 Penentuan Volume Bulk (Hg Picnometer) Ibolo = n J 3 6 Bola Kalibrasi Jangka sorong Hg Picnometer Diameter bola (cm) Volume Bola (cm 3 ) Initial Reading Final reading Delta reading Bola 1 1.995 4.15745 0.61 4.97 4.36 Bola 2 1.67 2.43864 0.59 3.04 2.45 Bola 3 1.2 0.904778 0.435 1.26 0.825 Bola 4 1.040 0.588977 0.36 0.91 0.55 Sehingga didapatkan grafik seperti dibawah ini: Dengan persamaan regresinya y=0.1154+0.931977xdan r=0.9975. Penentuan Volume Bulk (Hg Picnometer) Dengan menggunakan persamaan : Volume bulk=0.1154+0.931977(delta reading) Sampel Hg Picnometer Volume Bulk Initial Reading Final Reading Delta Reading SNA 0.84 14.42 13.58 12.77 A 2.36 16.56 14.2 13.349 Penentuan Porositas P: = 76 (Potos Pbowo) P: = 76 (7u.9 S.1) = . 8579 c = 1 P: 76 c :olumctric = Ipori Ibulk c = 1 c xc :olumctric Sampel Volumetric Hg Picnometer e e SNA 6.93735 8.012739 7.07478 8.17147 A 24.23058 27.98667 24.8158 28.6626 y =0.932x +0.115 R =0.999 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 0 1 2 3 4 5 v o l u m e
b o l a simpangan kurva simpangan vs volume bola kurva simpangan vs volume bola Linear (kurva simpangan vs volume bola) V. Analisis dan Pembahasan Pada percobaan modul 2 ini, kita akan menentukan porositas core sample dengan menggunakan metode Liquid Saturation. Prinsip dari percobaan modul ini adalah pengukuran volume pori dan volume bulk suatu batuan sehingga didapatkan harga porositas dari batuan tersebut. Pengukuran volume pori dilakukan dengan metode liquid saturation. Sedangkan untuk pengukuran volume bulk, kita membandingkan dua buah metode, yaitu dengan metode volumetrik dan metode Electric Hg Picnometer. Pengukuran Volume Pori dengan Metode Liquid Saturation Prinsip percobaan metode Liquid Saturation dalam penentuan volume pori adalah kita menghitung selisih massa sample core kering dan massa core sample yang telah dijenuhi fluida. Selisih massa tersebut merupakan massa fluida yang masuk mengisi pori-pori batuan. Dengan mengukur densitas fluida yang mensaturasi core sample tersebut, maka dengan I = m ]luidc p ]luidc dapat kita tentukan volume fluida yang mengisi pori-pori batuan tersebut. Volume fluida yang mengisi pori-pori batuan sama jumlahnya dengan volume dari pori-pori yang saling berhubungan satu sama lain (interconnected) pada sample core tersebut. Untuk itu, agar volume fluida yang mensaturasi pori-pori batuan sama jumlahnya dengan volume pori-pori effektif batuan, maka sample core tersebut harustersaturasi 100%air. Agar sample core tersaturasi 100%air, maka kita harus melakukan pemvakuman sample core keringagar tidak terdapat udara yang tersisa di dalam. Akan tetapi, proses pemvakuman tidak dapat berlangsung sempurna, artinya setelah proses pemvakuman masih terdapat sisa udara di dalam core. Hal ini terlihar dari pembacaan manometer Hg yaitu P = 6S.8 cmEg, dimana nilai ini masih jauh dari proses pemvakuman ideal yaitu P = 76 cmEg. Untuk itu, data yang dihasilkan memerlukan koreksi terhadap effisiensi pemvakuman tersebut. Setelah mencapai tekanan tertentu yang cukup stabil (~1 ]om), air dimasukkan ke labu Erlenmeyer dengan menggunakan funnel hingga tinggi air dalam labu Erlenmeyer lebih tinggi daripada tinggi core sample. Proses penmvakumansendiri terus dilakukandengan tujuan: 1. mempermudah cairan penjenuh untuk masuk ke dalam pori-pori core. 2. Mengurangi adanya udara yang mengisi pori-pori batuam sehingga volume pori-pori yang berhubungan dapat dianggap sama dengan volume cairan penjenuh. Pada proses pengisian air ke labu Erlenmeyer, tekanan manometer Hg diusahakan untuk tetap stabil, yaitu dengan cara mencegah masuknya udara melalui funnel. Untuk itu, pada pengisian air melalui funnel, volume air dalam funnel harus terus dijaga agar supaya aliran air kontinu dan tidak ada udara yang masuk. Setelah yakin proses penjenuhan telah selesai (tidak ada lagi gelembung udara yang keluar dari pori-pori batuan), pemvakuman dihentikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penjenuhan ini antara lain adalah: Seluruh sambungan dilapisi dengan vaseline agar tidak ada udara luar yang keluar atau masuk. Digunakan kapur (CaCO 3 ) yang bertujuan untuk menyerap air agar tidak masuk ke dalam pompa pemvakuman yang bersifat 1 fasa. Reaksi yang belangsung adalah sbb: CaCO 3(s) +H 2 O (g) Ca(OH) 2(s) +CO 2(g) Kapur yang digunakan sebaiknya berbentuk serbuk yang kering agar luas permukaan bidang sentuh menjadi lebih besar. Tekanan pemvakuman dibuat stabil sebelum air dimasukkan ke labu penjenuhan dengan tujuan agar laju penjenuhan berlangsung stabil dan jumlah udara yang mengisi core sebelumnya sudah minimum. Setelah proses pemvakuman dan penjenuhan di atas selesai, kita dapat menghitung volume pori efektif batuan, yaitudengan mencari selisih berat kering dengan berat coretersaturasi sehingga didapat berat air yang mengisi pori-pori batuan. Setelah itu volume pori sama dengan volume air, yaitu massa air dibagadengan densitas air. Pengukuran Volume Bulkdengan Metode Volumetrik Metode pertama yang digunakan adalah metode volumetrik, yaitu pengukuran secara langsung dengan menggunakan jangka sorong. Kelemahan dari metode ini adalah ketidakakuratan hasil pengukuran karena bentuk dari sample core yang tidak berbentuksilinder sempurna. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa pengukuran volume bulk dengan metode volumetric menghasilkan nilai yang berbedadengan metode electric Hg picnometer. Hal ini dipengaruhi oleh kesempurnaan bentuk silinder core itu sendiri. Pengukuran Volume Bulk dengan Metode Electric Hg Picnometer Metode kedua adalah dengan menggunakan alat electric Hg picnometer. Prinsip kerjadari alat ini adalah displacement Hg oleh volume sample core. Hubungan simpangan dan volume sample core didapat dengan melakukan kalibrasi alat. Kalibrasi ini dilakukan dengan mencari korelasi antara simpangan yang terjadi akibat ukuran bola-bola kalibrasi. Lalu dari data simpangan dan volume bola kalibrasi ini dapat dibuat grafik dan persamaan garis yang menghubungkan simpangan dan volume bulk, dimana untuk percobaan ini persamaan garisnya adalah : y=0.1154+0.931977x. Alat ini menggunakanHg dalam peninjauan simpangan karena densitasnya yang besar dan sifat Hg yang selalu merupakan Non-wetting phase (karena gaya kohesi pada molekul Hg lebih dominan disbanding gaya adhesinya). Karena sifat Hg yang non-wetting phase inilah maka Hgtidak akan membasahi permukaan pori-pori media berpori. Karena Hg merupakan non-wetting phase ini juga, maka dibutuhkan suatu tekanan tertentu untuk mendesak Hg agar masuk kedalam pori-pori batuan (threshold pressure). Artinyabila tidak ada tekanan pendesak Hg, maka Hg tidak akanmasuk ke dalam pori-pori batuan sehingga nantinya akan didapatkan hasil pengukuran volume bulk yang akurat. Tetapi pada praktikum modul 2 ini, penggunaan Hg diganti dengan air. Akibat dari penggantian Hg dengan air ini antara lain: Wettability batuan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada data simpangan. Apabila batuan tersebut merupakan batuan water-wet, maka air disini bertindak sebagai wetting phase, artinya ada kemungkinan air dapat masuk ke dalam pori-pori batuan sehingga simpangan yang terjadi tidak terlalu besar. Namun bila batuannya bersifat oil- wet, maka air disini bertindak sebagai non-wetting phase, artinya tidak akan ada air yang masuk ke dalam core tanpa diberikan tekanan pendesakan sehingga simpangan yang terjadi menjadi lebih besar dan lebiah akurat. Beda halnya jika kita menggunakan Hg, kita tidak perlu mempedulikan batuan tersebut adalah water-wet maupun oil-wet karena Hg selalu bertindak sebagai non-wetting phase. Densitas air lebih kecil dari densitas core dan bola-bola besi, sehingga sample core dan bola besi bisa mencapai dasar kolom. Efek yang ditimbulkan adalah tersumbatnya penghubung antara kolom yang berisi core dengan kolom yang digunakan untuk pengukuran simpangan. Yang perlu menjadi atensi kita selanjutnya adalah persamaan garis simpangan vs. volume bulk, yaitu y=0.1154+0.931977x. Pada persamaan garis tersebut, kita mendapatkan garis tersebut memotong sumbu-y di titik 0.1154, artinya untuk simpangan yang terjadi nol maka volume bulk-nya adalah 0,1154 cc. Akan tetapi hal ini tidak mungkin, idealnya persamaan garis yang terbentuk memotong titik (0,0) karena tidak mungkin tidak terjadi simpangan bila kita memasukkan suatu volume bulk tertertu. Hal ini mungkin dapat terjadi karena sifat air yangmungkin menjadi wetting phase bagi batuan water wet sehingga mengurangi simpangan yang harusnya terbentuk. Selain itu gaya adhesi yang dominan dibanding gaya kohesi mengakibatkan ada sejumlah molekul air yang tertinggal di ujung paku pada electric Hg picnometer sehingga lampu akan menyala sebelum paku tersebut menyentuh permukaan yang sebenarnya. Karena nilai b tersebut cukup kecil yaitu hanya 0.1154 cc, maka persamaan garis tersebut cukup baik untuk digunakan dalam penentuan volume bulk core sample. Bila dibandingkan, kedua metode dalampengukuran volume bulk ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, yaitu : 1. Metode Volumetrik a. Kelebihan : -Volume core dapat ditentukan dengan lebih mudah dan lebih cepat. -Peralatan yang diperlukan pada metode volumetrik relatif lebih murah dan lebih sederhana dibandingkan metode kalibrasi. b. Kekurangan : -Hasil yang diperoleh hanya akurat untuk core yang bentuknya benar-benar sempurna. Padahal sampel core yang dipakai bentuknya tidak ada yang sempurna. 2. Metode Kalibrasi a. Kelebihan : -Hasil yang diperoleh lebih akurat dibandingkan dengan metode volumetrik. -Bentuk sampel tidak mempengaruhi keakuratan hasil perhitungan volume. b. Kekurangan -Prosesnya lebih lama dari metode volumetrik. -Alat yang dipergunakan relatif lebih mahal. -Perhitungannya lebih rumit dibandingkan dengan metode volumetrik. Setelah didapatkan volume pori dan volume bulk, maka porositas dapat dicari dengan membandingkan harga keduanya dan harga porositas dinyatakan dalam persen. Dari pengolahan data, maka didapat harga prositas untuk masing-masing sample adalah sebagai berikut : Sampel Volumetric Hg Picnometer e e SNA 6.93735 8.012739 7.07478 8.17147 A 24.23058 27.98667 24.8158 28.6626 Jika kita mengklasifikasikan harga porositas core SNA dan A berdasarkan klasifikasi kuantitatif, maka core SNA % 1 , 8 termasuk dalam golongan poor atau buruk. Sedangkan core A % 28 termasuk dalam golongan excellent atau istimewa. Perlu diingat bahwa harga porositas yang didapat dari percobaan ini adalah porositas efektif, karena dalam metode Liqui Saturation hanya bisa mengisi pori-pori efektif/yang terhubungkan saja dan tidak bisa menembus pori-pori yang terisolasi. Pada percobaan kali ini, kita menggunakan beberapa asumsi peercobaan, antara lain : Tidak terjadi kebocoran sehingga tidak ada udara yang masuk kedalam labu Erlenmeyer selama proses pemvakuman dan penjenuhan. Antisipasi terjadinya kebocoran dengan melapisi Vaseline pada katup dan sumbat labu Erlenmeyer serta menjaga aliran air dari funnel selalu kontinu. Sample core tersaturasi sempurna sehingga volume pori efektif batuan sama dengan volume fluida yang menjenuhi core tersebut. Selain itu, dengan asumsi ini tidak akan ada lagi air yang masuk ke dalam core saat pengukuran volume bulk dengan electric Hg picnometer sehingga simpangannya benar. Setelah proses pemvakuman, diasumsikan tidak ada lagi udara yang tersisa didalam pori- pori batuan sehingga air bisa mensaturasi core 100%. Koreksi terhadap kondisi tekanan udara di laboratorium untuk melihat efisiensi proses pemvakuman. Tidak ada air yang keluar dari alat electric Hg picnometer saat pengukuran volume bulk dengan metode electric Hg picnometer. Volume benang yang digukanan untuk memasukkan core juga diabaikan. Tidak ada air yang tersisa pada ujung paku akibat gaya adhesi air. Picno untuk pengukuran densitas fluida pensaturasi dalam keadaan bersih dan kering. VI. Kesimpulan Prinsip percobaan metode Liquid Saturationdalam penentuan volume pori adalah kita menghitung selisih massa sample core kering dan massa core sample yang telah dijenuhi fluida. Selisih massa tersebut merupakan massa fluida yang masuk mengisi pori-pori batuan. Dengan mengukur densitas fluida yang mensaturasi core sample tersebut, maka dengan I = m ]luidc p ]luidc dapat kita tentukan volume fluida yang mengisi pori-pori batuan tersebut. Volume fluida yang mengisi pori-pori batuan sama jumlahnya dengan volume dari pori-pori yang saling berhubungan satu sama lain (interconnected) pada sample core tersebut. Selanjutnya dengan data volume bulk batuan, kita dapat menentukanporositas core sample, yaitu dengan = v pcri v bulk x 1uu%. Data porositas hasil percobaan : Sampel Volumetric Hg Picnometer e e SNA 6.93735 8.012739 7.07478 8.17147 A 24.23058 27.98667 24.8158 28.6626 Metode-metode pengukuran porositas Metode dalam menentukan porositas dapat dibedakan menjadi 2 : 1. Metode Tak Langsung, artinya porositas diukur dengan mencari hubungan antara sifat-sifat fisik batuan lainnya dengan porositas. Metode ini dilakukan dengan analisa well logging, misalnya density logyang mengkorelasikan antara intensitas sinar gamma yang dipantulkan oleh electron dengan porositas, neutron log yang mengkorelasikan antara intensitas sinar gamma yang diserap oleh atom H, sonic log yang mengkorelasikan antara cepat rambat gelombang dengan porositas batuan. 2. Metode Langsung, artinya porositas diukur secara langsung di laboratorium untuk menentukan nilai porositasnya. Dalam metode langsung ini, ada 3 hal penting yang menjadi dasar pengukuran porositas, yaitu : pengukuran volume bulk, pengukuran volume pori, dan pengukuran volume grain. Pengukuran Volume Bulkdilakukan dengan beberapa metode, antara lain : Electric Hg Picnometer, disini kita melihat hubungan antara simpangan dengan suatu ukuran volume bulk tertentu. Russel Volumeter, disini kita mengukur volume fluida yang terdisplacement oleh volume core sehingga diketahui volume bulk dari core sample. Metode Volumetrik, disini kita mengukur secara langsung dimensi dari sample core dengan jangka sorong. Coating with Paraffine, disini kita menghitung berat kering, berat core yang dilapisi oleh paraffine dan berat core yang dilapisi paraffine yang direndam dalam air. PengukuranVolumePori dilakukan dengan beberapa metode, antara lain : Liquid Saturation, disini kitamenghitung selisih berat jenuh dengan berat kering core sample. Volume didapat dengan membagi selisih berat dengan densitas dari fluida penjenuh. Stevens Porosimeter Method, disini kita menghitung saturasi udara yang terkandung dalam sampe core kering. Alat ini memiliki sebuah core chamber yang dapat diisolasi terhadap tekanan atmosfer dan disekat dengan bagian lain dari alat ini sendiri. Washburn-Bunting Porosimeter, disini kita mengukur volume udara yang diambil dari ruang pori dengan membuat vakum sebagian dalam porosimeter. Pengukuran Volume Graindilakukan dengan beberapa metode, antara lain : Melcher-Nutting method, disini kita hitung dahulu bulk volume sampel. Kemudian kita hancurkan sampel sampai ukuran butiran lalu hitung volumenya. Teknik Russell method, disini kita melihat perubahan volume yang terjadi pada alat Russell volumeter untuk menghitung bulk volume dan volume butir. Gas porosimeter, disini kitamenghitung perbedaan tekanan dari core chamber kosong (yang memiliki volume konstan) dengan core chamber yang diisi dengan sample core. Sebelumnya alat ini dikalibrasi dengan disk calibration. Volume grain didapatkan dengan penerapan Hukum Boyle, yaitu tekanan berbanding terbalik dengan volume. VII. Kesan & Pesan Kesan : Praktikumnya memberikan kita pemahaman mengenai berbagai metode- metode dalam penentuan porositas batuan, terutama pengukuran volume pori efektif dengan menggunakan metode liquid saturation. Alatnya sudah sukup baik, baik itu pada proses pemvakuman maupun pada proses pengukuran volume bulk dengan electric Hg picnometer. Tes awal dan tes alat membuat kita paham mengenai porositas dan prinsip kerja alat dalam percobaan. Asistennya memahami modul percobaan dan dapat menyampaikan materi percobaan dengan baik kepada praktikannya. Pesan : Tes awal dan TP-nya kalau bisa materi yang berkaitan dengan porositas saja, tapi dengan jenis soal yang lebih variatif.