Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Identitas Pasien Nama / Inisial Umur Diagnosis/ kasus : Nn. K : 21 tahun : GIA0P0 dengan Eklampsia No RM : 535044
Pengambilan kasus pada minggu ke: 1 Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya wajib) a. Ke-Islaman* b. Etika/ moral c. Medikolegal d. Sosial Ekonomi e. Aspek lain
Form uraian 1. Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil ). Pasien baru datang dari poli kebidanan, G1A0P0 hamil 34 minggu 3 hari dengan preeklamsia berat. Keluhan lain disertai dengan rasa pusing (+), badan terasa lemas (+). Pagi sebelum dilakukannya operasi pasien mengalami kejang (+) 1 kali 3-4 menit. Pada hasil pemeriksaan didapatkan: Keadaan Umum: Lemah / Kesadaran: Compos Mentis Tekanan darah: 150/110 mmHg Nadi Suhu Respirasi : 96 x/mnt : 36,5C : 18 x/mnt
Page 1
Pasien akan dilakukan operasi Sectio Caesar karena mengingat kondisi pasien yang semakin gawat apabila kehamilannya tidak segera diterminasi walaupun resiko yang dimiliki lebih besar.
2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Biasanya Sebelumnya wanita hamil itu menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan bukan timbul akibat kelainan neurologik lain). Pada kasus pre-eklampsia atau eklampsia, jika diputuskan untuk sectio cesarea, sebaiknya dipakai general anestesi. Karena kalau menggunakan anestesia spinal, akan terjadi vasodilatasi perifer yang luas, menyebabkan tekanan darah turun. Jika diguyur cairan (untuk mempertahankan tekanan darah) bisa terjadi edema paru, risiko tinggi untuk kematian ibu. Beberapa tahun yang lalu, penyebab utama kasus kematian ibu adalah disebabkan oleh perdarahan. Namun, dewasa ini Pre-eklamsia dan eklamsia telah menggeser perdarahan sebagai penyebab utama kematian Ibu. Oleh karena itu diagnosis dini preeklamsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklamsia, serta penanganannya perlu segera dilaksanakan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan bayi (AKB). Pada pasien ini yaitu kehamilan dengan eklampsia yang harus dilakukannya terminasi kehamilan segera mungkin karena apabila tidak dilakukan akan dapat mengancam nyawa ibu. Sebelumnya pasien sudah di induksi dengan obat-obatan tetapi gagal, maka dari itu untuk terminasi kehamilannya dilakukan dengan metode operasi, hal ini harus tetap dilakukan walaupun resiko yang dimiliki oleh pasien jauh lebih besar dari pada pasien lainnya.
3. Refleksi dari aspek Bioetika/medikolegal Secara garis besar, bioetika adalah suatu kajian kritis yang bersifat interdisipliner (berhubungan antar cabang ilmu pengetahuan) yang mengkaji perilaku manusia, dampak, masalah-masalah atau isu-isu etis, sosial, hukum, kependudukan, lingkungan hidup dan lain-lain. Hal-hal yang dikaji timbul sebagai akibat perkembangan dan kemajuan dalam ilmu-ilmu biologi dan ilmu serta tekhnologi kedokteran serta
Page 2
penerapannya pada kehidupan dan pelayanan kesehatan manusia. Dalam kaidah bioetika dasar kedokteran dikenal istilah Beneficence dan non maleficence. Beneficence yaitu prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan pasien atau penyedia keuntungan dan menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan resiko dan biaya. Dalam Beneficence tidak hanya dikenal perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga perbuatan yang sisi baiknya (manfaat) lebih besar dari pada sisi buruknya (mudharat). General beneficence : Melindungi & mempertahankan hak orang lain Mencegah terjadinya kerugian pada orang lain Menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada orang lain Spesific beneficence : Menolong orang cacat Menyelamatkan orang dari bahaya Non maleficence Adalah prinsip menghindari terjadinya kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai primum non nocere atau above all do no harm Kriterianya : a. Menolong pasien emergensi b. Mengobati pasien luka c. Mengobati secara tidak proporsional d. Tidak mencegah pasien dari bahaya Dalam kasus ini, pasien diharuskan dilakukan tindakan terminasi kehamilan dengan cara operasi, karena sebelumnya pasien sudah dilakukan induksi dengan obat-obatan tetapi kehamilan belum juga dapat diterminasi. Oleh karena itu dokter memutuskan untuk melakukan terminasi kehamilan dengan cara Sectio Caesar dengan pertimbangan kondisi pasien yang akan semakin memburuk apabila kehamilannya tidak segera diterminasi. Dengan informed consent yang jelas, keluarga pasien diberitahukan bahwa dengan metode operasi ini, pasien memiliki resiko jauh lebih besar dari pada pasien lainnya. Tetapi apabila tidak dilakukan terminasi juga akan membuat kondisi pasien menjadi lebih buruk.
Page 3
4. Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai Pengobatan mempunyai tujuan memperbaiki hidup untuk menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya (sakit). Hasil akhir pengobatan tidak semata-mata akan sembuh tanpa adanya ijin dari Allah SWT. Di antara nama-nama Allah adalah Asy Syaafii ( ). Dalil yang menunjukkan hal ini adalah hadits dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau mengatakan: Nabi shallallahu alaihi wa sallam pernah meminta perlindungan kepada Allah untuk anggota keluarganya. Beliau mengusap dengan tangan kanannya dan berdoa: Ya Allah, Rabb manusia, hilangkanlah kesusahan dan berilah dia kesembuhan, Engkau Zat Yang Maha Menyembuhkan. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lain (HR Bukhari 535 dan Muslim 2191). Makna dari Asy Syafii adalah Zat yang mampu memberikan kesembuhan, baik kesembuhan penyakit hati maupun penyakit jasmani. Kesembuhan hati dari penyakit syubhat, keragu-raguan, hasad, serta penyakit-penyakit hati lainnya, dan juga kesembuhan jasmani dari penyakit-penyakit badan. Tidak ada yang mampu memberikan kesembuhan dari penyaki-penyakit tersebut selain Allah Taala. Tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhan yang berasal dari-Nya. Tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Dia. Hal ini seperti dikatakan Nabi Ibrahim alaihis salaam dalam Al Quran : Dan apabila aku sakit. Dialah (Allah) yang menyembuhkanku (As Syuaraa: 80). Maksudnya, Allah semata yang memberikan kesembuhan, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam memberikan kesembuhan. Oleh karena itu wajib bagi hamba memiliki keyakinan yang mantap bahwasanya tidak ada yang mampu menyembuhkan kecuali Allah. Keimanan dan keyakinan bahwasannya yang mampu menyembuhkan hanyalah Allah semata bukan berarti menjadi penghalang seorang hamba untuk mengambil sebab kesembuhan dengan melakukan pengobatan. Terdapat banyak hadits dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam tentang perintah untuk berobat dan penyebutan tentang obat-obat yang bermanfaat. Hal tersebut tidaklah bertentangan dengan tawakal seseorang kepada Allah dan keyakinan bahwasanya kesembuhan berasal dari Allah Taala.
Page 4
Dari sahabat Jabir bin Abdillah radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Semua penyakit ada obatnya. Jika sesuai antara penyakit dan obatnya, maka akan sembuh dengan izin Allah (HR Muslim 2204) Dalam hadits yang lain dari sahabat Abu Hurairah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda : Tidaklah Allah menurukan suatu penyakit, kecuali Allah juga menurunkan obatnya HR Bukhari 5354). Pada kasus ini dokter hanya bisa berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan pengobatan atas dasar ilmu yang telah dimilikinya, namun tetaplah hasil akhir ada di tangan Allah SWT, tetapi dengan begitu bukan berarti ketika sakit tidak menjalani pengobatan, karena Allah menurunkan penyakit juga menurunkan obatnya.
Pebri Susanti
Page 5