Вы находитесь на странице: 1из 5

PENGARUH PENGGUNAAN SISTEM PADA DUNIA PENDIDIKAN.

In the past, the men has been first; in the future the system must be first, and the goal of all good systems should be developing first class men. Frederick Winslow Taylor. 1911. Topik pembicaraan mengenai kegagalan sistem mencuat saat bobolnya benteng di Mahkamah Konstitusi. Komentar para ahli hukum kita tentang sistem ini masih rancu, yaitu sistem harus dibarengi oleh perilaku baik dari orang yang melaksanakan. Untuk itu perlu ada kode etik pada pelaksana sistem ini. Kalau ada yang salah, maka orangnyalah yang harus dipersalahkan. Kita akan menghukum pelaksana sistem untuk memberikan efek jera, agar kesalahan itu tidak akan terulang lagi. Namun kejadian tentang kegagalan sistem ini berulang secara terus menerus, tanpa kita tahu mengapa kejadian seperti ini, seolah olah tidak bisa dihentikan. Ini terjadi, karena ada kesalahan pemanfaatan sistem yang belum kita fahami. Sikap mendua dalam memanfaatkan sistem inilah yang mengakibatkan sistemya tidak akan pernah jadi sempurna. Bila terjadi kegagalan sebuah sistem, bukan orangnya yang salah, tetapi sistemnya yang kurang sempurna. Dengan menghukum pelaksana sistem, tidak akan menyelesaikan masaalah, buktinya, kesalahan berulang terus. Ucapan F.W. Taylor, seorang ulama besar scientific management, sekitar 100 tahun yang dikutip diatas, tidak pernah kita simak dengan betul sehingga kita tidak pernah pandai dalam memanfaatkan sistem yang sangat perkasa itu. Dia berkata bahwa alat untuk mencapai tujuan yang menggunakan manusia itu adalah bagian masa lampau, sedangkan untuk masa depan termasuk saat ini, orang sudah menggunakan sistem. Manusia tidak dapat terbang, tetapi sebuah sistem buatan manusia yaitu pesawat terbang dapat menerbangkan ratusan manusia sekaligus untuk jarak yang jauh. Itulah ganbaran keperkasaan sistem. Karena masa lalu mustahil dapat disatukan dengan masa depan, maka mencampurkan kompetensi orang dengan kompetensi sistempun termasuk sesuatu yang mustahil untuk berhasil.

2 Apakah sistem itu? Sistem adalah sebuah susunan perangkat kerja untuk menghasilkan keinginan yang sudah ditentukan untuk dicapai. Perangkat kerja itu sudah dibakukan langkah langkahnya, sehingga menghasilkan tata cara yang terstandar yang secara populer kita kenal dengan nama Standard Operation Procedure S.O.P. Bagaimana kalau sistem ini gagal menunaikan tugasnya? Kita harus memperbaiki apa yang salah pada SOP (perangkat kerja) yang mengakibatkan salah berfungsi. Kalau seluruh SOP baik, kemungkinanan susunan antar SOP yang salah dirangkai. Dengan cara memeriksa kinerja sebuah sistem secara terus menerus seperti ini, kita dapat menjamin kesempurnaan sistem untuk berhasil. Sistem itu dapat digunakan untuk tujuan tunggal, sebagai contoh sistem untuk masuk ke suatu ruangan dengan menggunakan sidik jari sebagai penanda, maka sistem ini hanya akan meloloskan masuk pemilik sidik jari sudah ada pada Standar Operation Procedure pada sistem itu, tanpa kompromi. Sistem dapat juga dapat dipakai untuk menjawab beberapa kebutuhan sekaligus dengan merangkai sejumlah SOP yang diperlukan untuk menghasilkan maksud itu menjadi suatu kesatuan kerja. Umpamanya dalam pabrik pembuat mobil mungkin terdiri atas ribuan S.O.P. yang dirangkaikan sehingga menjadi suatu satuan kerja yang kompak yang dapat menghasilkan mobil. Pemanfaatan sistem yang benar adalah biarkan sistem yang bekerja melakukan tugasnya dan manusia cukup berfungsi membantu dengan mengendalikannya, layaknya seorang sopir mengendalikan mobilnya. Sistem yang memiliki SOP ini, dapat pula kita manfatkan sebagai sarana pendidikan untuk tujuan tertentu dalam kecepatan tinggi. Sekitar 150 juta anak bangsa ini telah mampu mengirim sms hanya dididik oleh ponsel dengan cara mengikuti SOP ponsel tersebut dalam waktu yang sangat singkat. Salah kita mengikuti SOP ponsel itu, gagal kita mengirim sms. Demikian juga dengan penggunaan atm. mesin cuci, mesin foto kopi dan lain lain.

2 Mengapa kita masih memasukkan unsur manusia dalam memanfaatkan sistem? Ini adalah warisan budaya tradisional dari masa lalu kita, dimana manusia dalam semua pekerjaan, diperlakukan sebagai pelakon utama dan peralatan dan sistem hanya berfungsi sebagai pembantu. Becak hanyalah sebagai alat pembantu sebab yang menghasilkan gerak adalah orang. Hal ini berbanding terbalik dngan kehidupan moderen yang difatwakan oleh F.W. Taylor. Dalam kehidupan moderen, alatlah yang bekerja sedangkan manusia hanyalah pengendali untuk menjaga agar supaya sistem itu bekerja sesuai dengan tujuan.. Mobil menghasilkan gerak dan manusia hanya berfungsi sebagai pengendali. Dalam pertanian moderen, mesinlah yang membajak, menanam benih, memanen sampai pasca panen. Peralihan ketergantungan kita pada orang dalam masyarakat tradisional, ke sistem dalam kehidupan moderen, sudah menguasai hampir seluruh aspek kehidupan kita saat ini. misalnya yang berkaitan dengan dunia perbankan, hampir seluruh kegiatan sudah dapat dilakukan melalui sistem yang disediakan oleh bank, mulai dari menarik tunai, mentransfer, kita sudah tidak berhubungan dengan petugas bank. Begitu juga dalam berkomunikasi, berbelanja, menggunakan mesin cuci dan berproduksi. Peralihan ketergantungan yang makin lama makin sempurna ke arah sistem ini, mengakibatkan persyaratan kerjapun berubah. Saat ini tidak diperlukan lagi ijazah sarjana sebagai keterangan tentang kompetensi seseorang, karena untuk bisa mengemudikan mobil dapat dilakukan oleh orang yang berijazah SD sampai yang berijazah S3. Demikian juga seorang sarjana pertanian yang jadi direktur Bank Indonesia tidak lagi memakai kompetensi yang tertera pada ijazahnya untuk berprestasi. Kesimpulannya ijazah sarjana sebagai keterangan kompetensi seseorang, sudah tidak berguna dalam menentukan keberhasilan seseorang dalam menjadi sukses dalam kehidupan moderen. Persyaratan untuk sukses dalam era moderen untuk berhasil, sudah berubah secara total. Persyaratan itu adalah kemampuan seseorang dapat memanfaatkan SISTEM dalam pekerjaannya

4 Karena perubahan persyaratan kerja pada dunia moderen selaku konsumen utama tenaga kerja, sudah berubah total, maka sebagai konsekuensi logisnya pendidikan sarjana untuk jadi pekerja atau pengusaha, perlu ditinjau kambali. Ada benarnya juga seorang pengusaha sukses, Bob Sadino, menyarankan jika para mahasiswa mau jadi pengusaha, tinggalkan bangku kuliah karena disana para mahasiswa hanya menghabiskan waktu untuk mempelajadi sampah, sebab semua pelajaran yang didapat di kuliah tidak akan terpakai dalam pekerjaannya kelak. Persyaratan dalam dunia moderen untuk sukses, adalah bila seseorang dapat memanfaatkan sistem dengan baik. Ada empat tingkatan keahlian yang ada untuk penguasaan sistem pada pekerjaan moderen. Tingkat pertama adalah kemampuan sebagai operator sistem. Tingkatan kedua adalah kemampuan sebagai pemelihara sistem, dan yang ketiga, adalah kemampuan membangun sistem. Kemampuan keempat adalah menggunakan kemampuan membangun beberapa sistem untuk jadi usaha baru. Pemilik kemampuan tingkat empat ini yang dinamakan ENTREPRENEUR. Sudah tentu untuk dapat menguasai sestem dengan baik perlu ketrampilan yang prima sudah tentu melalui pelatihan yang intensif. Ketrampilan itu adalah KETRAMPILAN PROBLEM SOLVING. Seeorang dapat naik kelas dari operator sistem menjadi pemelihara sistem bila dia dapat mengatasi semua problem yang timbul dalam pekerjaannya sebagai operator. Dalam mengatasi banyak problem dalam pekerjaannya, menjadi mudah buat seseorang untuk jadi pemelihara sistem. Jika seseorang sudah trampil dalam memelihara sistem, maka akan mudah buat dia mampu membangun sistem, maka sesudah itu, tibalah ketrampilan puncak, yaitu menggabungkan beberpa sistem untuk dijadikan sebuah usaha. Ketampilan problem solving itu sebahagian besar diperoleh pada saat melakukan proses pekerjaan moderen, sebab disitu selalu tersedia problem yang harus diatasi. Jakarta 23 Januari 2014. Eddy O.M. Boekoesoe

Вам также может понравиться