Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
s
: Sudut miring
(
o
)
u
: Tegangan batas (Ultimate tensile strength)
MPa
y
: Tegangan luluh (Tensile yield strength)
MPa
: Poissons ratio
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Ada berbagai hal yang dapat dialami oleh pahat pada proses pemotongan
dan satu diantaranya adalah aus. Aus terjadi karena adanya perubahan energi
mekanik pemotongan menjadi energi panas. Perubahan energi tersebut terjadi
akibat gesekan antara pahat dan benda kerja, benda kerja dan geram,serta proses
perusakan molekuler (ikatan atom) pada bahan bidang geser (Shear Plane)
(Rochim 1993).
Berdasarkan hasil-hasil penelitian mengenai keausan dan kerusakan
pahat, ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya aus pahat diantaranya
adalah proses kimiawi, oksidasi, adhesi dan beberapa proses lainnya. Faktor ini
sangat berpengaruh dan hal ini dipicu oleh beban mekanik atau termal sehingga
terjadi aus tepi (Flank Wear), aus kawah (Crater Wear) maupun terjadinya
penumpukan geram pada mata potong yang lazim disebut BUE (Built Up Edge).
Panas yang dihasilkan dari proses pemotongan sebagian besar dibawa
oleh geram dan sebagian merambat melalui pahat dan sisanya mengalir melalui
benda kerja dan sekelilingnya. Panas yang dihasilkan dari proses pemotongan
logam tersebut cukup besar pada luas bidang kontak relatif kecil, sehingga
temperatur pahat pada bidang geram dan bidang geser utamanya akan sangat
tinggi. Selain itu, dikarenakan tekanan yang diakibatkan gaya pemotongan serta
temperatur yang tinggi maka permukaan aktif dari pahat akan mengalami beban
tekanan pada suhu tinggi yang sangat berpotensi akan menyebabkan aus. Aus
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
tersebut tumbuh seiring dengan jalannya proses permesinan. Aus akan membesar
dan memperlemah pahat. Pahat aus juga akan mempengaruhi gaya pemotongan
maupun dapat berakhir dengan kerusakan yang fatal (Catastrophic Failure). Dari
paparan di atas banyak terlahir ragam kegagalan atau kerusakan mata pahat,
misalnya sebagaimana yang dilaporkan oleh Trent 1995 yaitu aus tepi (Flank
Wear), aus kawah (Crater Wear), penumpukan geram (BUE) dan kerusakan
katastropik. Maka dengan demikian dalam industri otomotif proses pemotongan
logam banyak dilakukan, umumnya bahan-bahan yang digunakan berbasis Ferro
dan Non Ferro (misalnya Baja karbon, Aluminium,Besi cor, Tembaga, Nikel dan
lain-lain). (Molinary & Nouari 2003; Grzesik & Nieslony 2003) mengatakan
bahwa penggunaan Baja karbon dan Aluminium pada proses pemesinan kering
sangat potensial untuk mengurangi biaya produksi. Karena hasil riset
menunjukkan bahwa pada industri otomotif Jerman menyatakan bahwa
penggunaan cairan pemotongan mengeluarkan biaya (7-20) % dari biaya pahat
total. Jumlah ini membuktikan bahwa penggunaan cairan pada kondisi
pemotongan membutuhkan biaya dua sampai empat kali lebih besar dari biaya
pahat potong. Graham (2000) juga melaporkan bahwa perubahan dari pemesinan
yang menggunakan cairan pemotongan ke pemesinan kering dapat dilakukan
untuk beberapa logam seperti baja, besi cor dan aluminium (Strejith and Ngoi
2000).
Lazimnya untuk pemotongan baja tersebut dilakukan dengan metode
pemesinan basah. Namun, dewasa ini seiring dengan berlakunya undang-undang
lingkungan hidup maka metode pemesinan basah tidak dianjurkan melainkan yang
banyak digunakan pada proses pemesinan sekarang ini adalah pemesinan kering
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
(Dry Machining) (Sreejith dan Ngoi 2000). Penelitian pada skripsi ini ditujukan
untuk mempelajari karakteristik aus pahat karbida berlapis yang digunakan pada
proses pembubutan kering bahan otomotif AISI 1045 dan Al 6061.
I.2. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik aus
pahat yang dialami oleh pahat Karbida Berlapis (Coated Cemented Carbide)
ketika digunakan untuk membubut bahan otomotif yaitu Baja Karbon AISI 1045
dan Aluminium 6061 pada kondisi pemesinan kering (dry machining).
I.3. Batasan Masalah
Adapun masalah yang dikaji pada penelitian ini adalah aus yang dialami
oleh pahat Karbida Berlapis (Coated Cemented Carbide) dengan menggunakan
proses permesinan kering pada bahan baja karbon AISI 1045 dan Aluminium
6061.
a) Bahan yang digunakan adalah Baja Karbon AISI 1045 dan Aluminium
6061 dengan alasan bahwa bahan tersebut merupakan salah satu bahan
yang digunakan pada operasi pembubutan dalam industri otomotif.
b) Pahat yang digunakan adalah pahat karbida berlapis (Coated Cemented
Carbide) dengan alasan bahwa jenis pahat ini semakin berkembang dan
banyak dimanfaatkan dalam berbagai proses pemesinan (di negara maju,
pemakaiannya sekitar 40 % dari seluruh jenis pahat karbida yang
digunakan) dikarenakan tetap berfungsi dengan baik pada kecepatan
potong atau temperatur kerja yang tinggi ( Rochim, 1993).
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
I.4. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui ragam karakteristik aus dan jenis kegagalan yang terjadi
pada pahat Karbida Berlapis yang dilakukan dalam proses pemesinan
kering.
2. Memberikan informasi karakteristik aus pahat karbida berlapis yang
digunakan pada pembubutan kering Baja Karbon AISI 1045 dan
Aluminium 6061 kepada industri otomotif dan dunia akademik.
I.5. Sistematika penulisan
Tugas sarjana ini disajikan dalam beberapa bab dengan tujuan untuk
memudahkan pemaparan masalah dan membentuk alur pembahasan analisa yang
mudah dipahami.
BAB I merupakan uraian singkat mengenai latar belakang, tujuan,
manfaat, batasan masalah, dan sistematika penulisan
BAB II menjelaskan tinjauan pustaka yang akan memberikan informasi
mengenai lima elemen dasar permesinan, sifat dan ketermesinan dari bahan
Ferros dan Non Ferros, jenis material pahat, serta pemesinan kering dan
perkembangannya.
BAB III menjelaskan pengumpulan data, metodologi penelitian, peralatan
dan bahan yang digunakan, proses pengerjaan yang dilakukan, serta faktor-faktor
penting lainnya yang menunjang penelitian ini.
BAB IV Menunjukkan hasil analisa data berupa gambar yang dilakukan
penulis mengenai ragam kegagalan aus yang dialami pahat Karbida berlapis
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
dengan meggunakan benda kerja Baja karbon AISI 1045 dan Aluminium 6061
pada proses pembubutan kering.
BAB V Membuat penjelasan baik dalam bentuk tabel dan keterangan
tentang mekanisme penyebab terjadinya ragam kegagalan yang terjadi pada pahat
Karbida berlapis.
BAB VI Merupakan kesimpulan dan saran dari semua uraian yang ada
dalam tugas sarjana ini.
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pemesinan Kering (Dry Machining)
2.1.1. Pengertian Pemesinan Kering
Pemesinan kering atau dalam dunia Manufakturing dikenal dengan Green
Machining (pemesinan hijau) merupakan suatu cara proses pemesinan atau
pemotongan logam tanpa menggunakan cairan pendingin melainkan
menggunakan partikel udara sebagai media pendingin selama proses pemesinan
berlangsung untuk menghasilkan suatu produk yang diinginkan dengan maksud
untuk mengurangi biaya produksi, meningkatkan produktivitas serta ramah
lingkungan.
Mengingat persaingan dalam dunia industri manufaktur begitu ketatnya
maka penelitian terhadap teknologi pemesinan hijau (Green Machining) terus
dilakukan, karena dengan berkembangnya teknologi pemesinan hijau (Green
Machining) maka dapat meningkatkan produktivitas suatu teknologi pemesinan
khususnya pemotongan terhadap dunia industri. Tetapi walaupun demikian
tekno1ogi yang ada sekarang ini juga mampu digunakan untuk proses pemesinan,
yaitu dengan pemakanan yang kecil sehingga biasanya hanya dipakai untuk proses
finishing.
2.1.2. Perkembangan Pemesinan Kering
Saat sekarang ini pengembangan pemesinan kering (Dry machining)
hangat dibicarakan di kalangan dunia teknologi pemesinan. Pemesinan kering
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
pada industri manufaktur sekarang ini masih sedikit sekali atau boleh dikatakan
masih dalam tahap uji coba, ini disebabkan karena belum tegaknya undang-
undang lingkungan hidup dan masih minimnya pahat yang direkomendasi untuk
pemesinan kering, sehingga industri manufaktur masih tetap bertahan pada sistem
yang lama yaitu pemesinan basah ( Molinary & Nouari 2003; Grzesik & Nieslony
2003 ). Ada empat faktor yang menyebabkan pemesinan kering menjadi menarik
dibicarakan yaitu :
1. Pemesinan kering hanya dipilih untuk mengatasi masalah pemutusan
atau penguraian rantai ikatan kimia yang panjang dengan waktu paruh
yang sangat lama (Non Biodegradable) yang potensial untuk merusak
lingkungan.
2. Teknik pemesinan kering sangat potensial untuk mengurangi biaya
produksi. Hasil riset menunjukkan bahwa pada industri otomotif
Jerman biaya cairan pemotongan (7-20) % dari biaya pahat total .
Jumlah ini adalah dua sampai empat kali lebih besar dari biaya pahat
potong.
3. Teknik pemesinan kering adalah teknik pemesinan yang proses
pemesinannya tidak menimbulkan limbah yang merusak lingkungan.
.Material pahat yang cocok dipakai pada pemesinan kering adalah
Karbida berlapis, Titanium nitrida, CBN, dan PCD. Material pahat
tersebut mempunyai sifat sebagai material yang keras, mudah retak
dan terkelupas serta lebih mudah patah. Hal ini disebabkan oleh
tegangan termal karena tidak ada cairan pemotongan (Graham 2000;
Che Haron 2001).
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
4. Salah satu cara pemesinan yang tidak menimbulkan limbah dan
pengabutan udara serta tidak menimbulkan sisa pada serpihan adalah
pemesinan kering (Strejith & Ngoi 2000; Sokovic &Mijanovic 2001 ).
Keuntungan utama dari cairan pemotongan adalah untuk mengurangi
panas dan gesekan yang ditimbulkan sepanjang daerah pemotongan serta juga
bermanfaat untuk membersihkan serpihan dari daerah pemotongan. J ika cairan
pemotongan tidak digunakan pada proses pemesinan maka kedua keuntungan di
atas tidak diperoleh mengakibatkan koefisien gesekan serta suhu pemotongan
meningkat sehingga akan menimbulkan keausan pada pahat yang disebabkan
difusi pahat. Mekanisme keausan pahat ditunjukkan dalam pemotongan kering
beban kerja tinggi (beban termal) Sebaliknya dalam perspektif pahat sebagai
material yang rapuh, pemotongan kering memberikan manfaat untuk menghindari
tegangan termal yang umumnya diindikasikan oleh keretakan sisir pada
permukaan pahat potong (Che Haron 2001).
Pahat potong dioptimalkan dengan pemilihan material pahat berlapis dan
geometri pahat yang sesuai. Material yang tahan terhadap suhu yang tinggi dan
keausan tinggi adalah Karbida, Sermet, Keramik, CBN dan PCD. Tujuan
penggunaan pemesinan kering ini adalah, untuk mencapai peningkatan
kemampuan mesin dengan mengurangi koefisien gesekan dan panas selama
proses pemotongan. Sekarang ini material yang berlapis telah ditemukan
menjamin suksesnya pemesinan kering (Klocke and Eisenblatter 1997).
Melaporkan bahwa pemesinan kering dapat dilakukan dengan hasil yang
diharapkan pada besi cor, Baja karbon dan Baja coran. Graham (2000) juga
melaporkan bahwa perubahan dari pemesinan yang menggunakan cairan
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
pemotongan ke pemesinan kering dapat dilakukan untuk beberapa logam seperti
baja, besi cor dan aluminium (Strejith and Ngoi 2000) di dalam papernya berjudul
pemesinan kering untuk masa yang akan datang.
Graham 2000 ; Strejth dan Ngoi 2000 melaporkan bahwa pemesinan yang
sukses untuk masa yang akan datang adalah pemesinan kering dengan
menggunakan pahat potong Karbida berlapis, CBN, Sialon dan PCD. CBN dan
PCD telah banyak digunakan untuk pemesinan kering kecepatan tinggi 1000
m/menit. Dalam kasus baja paduan, beberapa peneliti melaporkan bahwa Karbida
berlapis, Seramik, CBN dan PCD sangat potensial digunakan (Che Haron et al,
2001, Grzesik & Nieslony 2003).
Pemesinan kering meniadakan kebutuhan untuk pembuangan dan
pembelian cairan pendingin, menghapus ditutupnya produksi pembersih
pemesinan dan meningkatkan keselamatan dan kesehatan pekerja. Pemesinan
kering juga akan memberikan lebih bersih lingkungan benda kerja seperti tak
adanya minyak yang melekat pada benda kerja. Selain itu, geram menjadi tak
terkontaminasi. Keuntungan biaya dari pemesinan kering meliputi tanpa
pendingin, tanpa pompa pendingin, tak ada pembelian filter dan tak ada penjualan
pembersih geram (Bulloch, 2004).
Berdasarkan paparan tentang perkembangan pemesinan kering diatas baik
di Jerman maupun pada Industri otomotif didunia telah menggalakkan proses
pemesinan kering ini khususnya pada proses pembuatan suku cadang otomotif.
Hal ini menjadi pertimbangan bagi setiap industri otomotif untuk
mengembangkan penggunaan bahan pada setiap suku cadang otomotif. Dengan
demikian dunia otomotif mencoba mengembangkan penggunaan baja karbon dan
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
paduan aluminium yaitu dengan menggunakan Baja karbon AISI 1045 dan
Paduan Aluminium 6061.
Untuk jenis dari bahan Baja Karbon AISI 1045 yang diaplikasikan untuk
bahan industri otomotif diantaranya dapat ditunjukkan pada Gambar 2.1, 2.2 dan
2.3.
Gambar 2.1. Carbon Steel Ball Gambar 2.2. Rumah Kopling
Gambar 2.3. Plat Penghubung
1. Carbon Steel Ball, biasanya digunakan untuk bantalan karena memiliki
kadar kekerasan bahan sebesar HRC 60 min.
2. Rumah kopling dan plat penghubung merupakan jenis suku cadang
kendaraan yang dibuat khusus dari bahan bahan AISI 1045. Hal ini
disebabkan bahan tersebut memiliki ketahanan yang baik, low temper dan
memiliki kadar kekerasan sebesar 137 - 180 BHN.
Dan untuk bahan Aluminium 6061 yang juga diaplikasikan untuk bahan
otomotif dapat ditunjukkan pada Gambar 3.6 dan 3.7.
J uanda : Karakteristik Aus Pahat Karbida Berlapis Pada Proses Pembubutan Kering Bahan Otomotif, 2008.
USU Repository 2009
Gambar 2.4. Custom Motor Endcaps Gambar 2.5. Custom filter unit
1. Custom Motor Endcaps digunakan sebagai penutup salah satu kutub poros
pada rumah motor DC dan Custom filter unit ini pada umumnya digunakan
sebagai alas dari pada filter bahan bakar pada mesin mobil Chevrolet
Chevelle. Kedua bahan tersebut digunakan karena memiliki ketahanan yang
baik dan mampu bentuk.
2.2. Bahan Pahat
Dalam suatu pemesinan jenis pekerjaan permesinan yang tertentu
diperlukan pahat dari jenis material yang cocok. Keterbatasan kemampuan suatu
jenis material pahat perlu diperhitungkan, berikut adalah pahat yang sering
digunakan menurut urutannya mulai dari material yang relatif lunak sampai
dengan yang paling keras sebagai berikut :
1. Baja karbon tinggi (High Carbon Steel, Carbon Tool Steels, CTS)
2. HSS (High Speed Steels, Tool Steels)
3. Paduan Cor Nonfero (Cast Nonferous Alloys, Cast carbides)
4. Karbida (Cermeted Carbides, Harmetals)
5. Keramik (Ceramic)
12
6. CBN (Cubic Boron Nitride)
7. Intan (Sintered Diamons & Natural Diamonds)
2.2.1. Baja Karbon Tinggi
Baja dengan kandungan karbon yang sangat tinggi (0,7 %-1,4 % C) tanpa
unsur lain atau dengan persentase unsur lain yang rendah (2 % Mn, W, Cr) panas
yang tinggi (500-1000 HV) maka terjadi transformasi martensitik, tatapi pada
suhu 250
O
C proses martensit ini menjadi lunak. Dengan demikian dapat
disimpulkan baja karbon ini hanya bisa digunakan pada kecepatan potong rendah.
2.2.2. HSS (High Speed Steel)
Pada tahun 1898 ditemukan jenis baja paduan tinggi dengan unsur paduan
Krom (Cr) dan Tungsten / Wolfram (W). Mulai proses penuangan (Molten
Metallurgy) kemudian diikuti pengerolan atau penempaan baja ini dibentuk
menjadi batang, atau silinder. Pada kondisi lunak ( Annealed ) bahan tersebut
dapat diproses secara pemesinan menjadi berbagai bentuk pahat potong. Setelah
proses perlakuan panas dilaksanakan, kekerasannya akan cukup tinggi sehingga
dapat digunakan pada kecepatan potong yang tinggi (sampai 3 kali kecepatan
potong untuk pahat CTS yang dikenal pada saat itu sekitar 10 m/min, sehingga
dinamakan dengan Baja kecepatan tinggi, HSS). Pahat ini apabila mengalami aus
dapat diasah sehingga tajam kembali.
Jenis pahat ini mempunyai Resistance dan Abrasive resistance yang
tinggi. Komposisi HSS terdiri dari campuran :
1. Tungsten (T) atau Wolfram (W)
13
Tungsten atau Wolfram dapat membentuk karbida yaitu paduan yang
sangat keras (Fe
2
W
2
C) yang menyebabkan kenaikan temperatur untuk proses
Hardening dan Tempering. Dengan demikian Hot hardness dipertinggi.
2. Chromium (Cr)
Menaikkan Hardenability dan Hot hardness. Chrom merupakan elemen
pembentuk karbida,akan tetapi Cr menaikkan sesivitas terhadap overheating.
3. Vanadium (V)
Menurunkan sensivitas terhadap Overheating serta menghaluskan besar
butir. Vanadium juga merupakan elemen pembentuk karbida.
4. Molydenum (Mo)
Memiliki efek yang sama seperti W akan tetapi lebih terasa (2 % Wdapat
digantikan oleh 1 % Mo). Dengan menambah 0,4 % sampai 0,9 % Mo dalam HSS
paduan utama W (W-HSS) dapat dihasilkan HSS yang mampu dikeraskan di
udara (Air Hardening Properties ). Selain itu, MO-HSS lebih liat sehingga
mampu menahan beban kejut. Kejelekannya adalah lebih sensitif terhadap
Overheating (hangusnya ujung-ujung yang runcing) sewaktu dilakukan proses
Heattreatment.
5. Cobalt (Co)
Bukan elemen pembentuk karbida. Ditambahkan dalam HSS untuk
menaikkan Hot hardness dan tahan keausan. Besar bitir menjadi lebih halus
sehingga ujung-ujung yang runcing tetap terpelihara selama Heattreatment pada
temperatur tinggi.
14
2.2.3. Paduan Cor Nonferros
Sifat-sifat paduan cor nonferro adalah diantara HSS dan karbida
(Cemented Carbide) dan digunakan dalam hal khusus diantara pilihan dimana
karbida terlalu rapuh dan HSS mempunyai Hot hardness dari Wear resistance
yang terlalu rendah. Jenis material ini dibentuk secara cor menjadi bentuk-bentuk
yang tidak terlampau sulit misalnya sisipan (Tool bit) yang kemudian diasah
menurut geometri yang dibutuhkan.
Paduan nonferro terdiri dari 4 macam elemen utama serta sedikit tambahan
beberapa elemen lain untuk memperbaiki sifat-sifatnya. Elemen utama adalah
Cobalt sebagai pelarut bagi elemen lain. Elemen yang kedua yang terpenting
adalah Cr (10 %-35 % berat) yang membentuk karbida. Elemen W (10 %-25 %
berat) sebagai pembentuk karbida menaikkan kekerasan secara menyeluruh
sedangkan elemen terakhir adalah karbon (1 % C membentuk jenis yang relatif
lunak sedangkan 3 % C menghasilkan jenis yang keras serta tahan aus).
2.2.4. Bahan Pahat Karbida
Jenis karbida yang disemen (Cemeted Carbides) merupakan bahan pahat
yang dibuat dengan cara menyenter serbuk karbida (Nitrida, Oksida) dengan
bahan pengikat yang umumnya dari cobalt (Co), dengan cara Carburizing masing
masing bahan dasar serbuk Tungsten (Wolfram), Titanium, Tantalum dibuat
menjadi Carbide yang kemudian digiling dan disaring. Campuran serbuk karbida
tersebut kemudian dicampur dengan bahan pengikat (Co) dan dicetak tekan
dengan dengan memakai bahan pelumas kemudian dipanaskan sampai 1600
0
C.
Ada tiga jenis bahan utama pahat karbida yaitu:
15
1. Karbida Tungsten ( WC +Co ) yang merupakan jenis pahat karbida untuk
memotong besi cor
2. Karbida Tungsten Paduan (WC .TiC +Co ;WC-TaC-TiC +Co ; WC TaC+
Co ; WC-TiC-TiN+Co ; TiC +Ni,Mo) merupakan jenis pahat karbida yang
digunakan untuk pemotongan baja
3. Karbida lapis (Coated Cemeted Carbides) merupakan jenis karbida Tungsten
yang dilapis. (Rochim 1993)
a. Karbida tungsten (WC + Co)
Karbida tungsten murni merupakan jenis yang paling sederhana
terdiri dari karbida tungsten (WC ) dan pengikat cobalt ( Co) Jenis yang
cocok untuk pemesinan dimana mekanisme keausan pahat terutama
disebabkan oleh proses abrasi seperti terjadi pada berbagai besi cor,
apabila digunakan untuk baja akan terjadi keausan kawah yang berlebihan.
Untuk pemesinan baja dipakai jenis karbida tungsten paduan ( Destefani
2002)
b. Karbida WC-TiC + Co
Pengaruh utama dari TiC adalah mengurangi tendensi dari geram
untuk melekat pada muka pahat (BUE ;Buit Up Edge) serta menaikkan
daya tahan terhadap keausan kawah ( Destefani 2002)
c. Karbida WC- TaC- TiC +Co
Penambahan TaC memperbaiki efek samping TiC yang
menurunkan Transverse Rupture Strength. Hot Hardness dan Compressive
Strength dipertinggi, sehingga ujung pahat tahan terhadap deformasi
plastik (Rochim 1993)
16
d. Karbida WC TaC +Co
Pengaruh TaC adalah hampir serupa dengan pengaruh TiC, akan
tetapi Tac lebih lunak dibandingkan dengan TiC. Jenis ini lebih tahan
terhadap Thermal shock cocok untuk pembuatan alur. ( Destefani 2002)
e. Karbida Titanium
Pahat karbida titanium terbuat dari bahan TiC +Ni + Mo , Nikel
dan Molybdenum berfungsi sebagai bahan pengikat menggantikan Cobalt.
kekerasannya sangat tinggi sekitar 93.5 Ra. Jenis ini mengisi kekosongan
antara tingkatan WC-Tools dengan keramik. TiC hanya dipakai dalam
operasi penghalusan (Finishing) kecepatan potong tinggi dan kedalaman
potong rendah. (Rochim 1993 )
f. Karbida Lapis
Coated Cemented Carbide jenis karbida lapis yang sedang
berkembang dan banyak digunakan dalam berbagai jenis permesinan,
pemakainya sekitar 40 % dari seluruh jenis pahat karbida yang digunakan.
Material dasarnya adalah karbida tungsten (WC +Co) yang dilapis dengan
bahan keramik (Karbida, Nitrida dan Oksida) yang keras tahan terhadap
temperatur tinggi ( Destefani 2002 ). Jenis pahat karbida yang keras dengan
persentase Co yang kecil dengan Hot Hardness tinggi dapat digunakan
untuk kecepatan potong yang tinggi, akan tetapi jenis ini relatif rapuh,
sehingga dianjurkan untuk pemesinan yang tanpa beban kejut. Jenis karbida
dengan persentase Co yang besar dapat digunakan untuk pengasaran atau
proses beban kejut yang besar. Jenis ini dianjurkan dipakai pada kecepatan
potong yang sedang.
17
2.2.5. Keramik (Ceramic)
Keramik memiliki karakteristik yang lain dari pada metal atau polimer
(plastik, karet) karena perbedaan ikatan atom-atomnya.ikatannya dapat berupa
kovalen, ionik, gabungan kovalen dan ionik dan sekunder. Karena elektron
cenderung mengumpul di sekitar inti atom maka derajat kekuatan ikatnya hampir
serupa dengan ikatan kovalen meskipun sesungguhnya termasuk jenis ikatan
ionik. J ika keramik dibuat secara berlapis maka antara lapisan tersebut terjadi
ikatan sekunder yang kekuatan ikatannya dipengaruhi oleh adanya molekul, gas,
atau cairan lain. Keramik dapat bekerja pada kecepatan yang tinggi, Karena titik
lelehnya berkisar antara (3500-7000
0
F).
2.2.6 CBN (Cubic Boron Nitride)
CBN termasuk jenis keramik. Diperkenalkan oleh GE (USA, 1957,
Borazon). Dibuat dengan penekanan panas (HIP, 60 kbar,m 1500
0
C) sehingga
serbuk graphit putih Nitrida Boron dengan struktur heksagonal berubah menjadi
struktur kubik. Hot hardness CBN ini sangat tinggi dibandingkan dengan jenis
pahat yang lain. CBN dapat digunakan untuk pemesinan berbagai jenis baja
dalam keadaan dikeraskan, besi cor, HSS maupun karbida semen. Afinitas
terhadap baja sangat kecil dan tahan terhadap perubahan reaksi kimiawi sampai
dengan temperatur pemotongan 1300
0
C. Pahat ini masih sedikit digunakan karena
harganya yang mahal dan pemakaiannya masih terbatas.
18
2.2.7. Intan (Diamond)
Sintered Diamond (GE, 1955) merupakan hasil proses sintering serbuk
intan tiruan dengan bahan pengikat Co (5%-10%). Hot hardness serbuk tinggi dan
tahan terhadap deformasi plastik. Sifat ini ditentukan oleh besar butir intan serta
persentase dan komposisi material pengikat. Karena intan pada temperatur tinggi
akan berubah menjadi graphit dan mudah terdifusi dengan atom besi, maka pahat
intan tidak bisa digunakan untuk memotong bahan yang mengandung besi
(ferros). Cocok bagi Ultra High Precision and Mirror Cutting bagi benda kerja
nonferros (Al Alloys, Cu Alloys, Plastics, Rubber).
2.3. Bahan Benda Kerja
2.3.1. Non
Ferrous Metal
Paduan non-ferrous metal sering digunakan karena sifat tekniknya,
diantaranya tahan korosi, ketermesinan yang baik, bobot yang ringan, elektrik atau
konduktivitas thermal yang tinggi, kemampuan menyerap energi, rasio kekuatan
yang baik.
1. Aluminium
Karakteristik Al yang banyak dipertimbangkan para designer, yaitu
sifat-sifat yang hampir dimiliki oleh logam Non-Ferrous, yaitu :
a. Ketika rasio berat-kekuatan sangat penting (massa jenis spesifiknya =
2,7 kg/m
3
)
b. Ketermesinan yang bagus
c. Ketahanan dari serangan, korosi dan zat kimia
19
d. Ketahanan elektrik yang rendah
e. Ketika sifat non-toksin, non-magnetik, tidak meledak (berapi
dibutuhkan)
Untuk Al dengan kemurnian yang tinggi, yang bersifat halus dan ulet,
maka memiliki tegangan tarik sekitar 13.000 lb/inch. Walaupun ini diperkirakan
dapat meningkat menjadi 2 kali lipat dengan pengerjaan dingin, tetapi
ketangguhan akhir masih belum cukup tinggi, dan Al tidak dapat dilaku panas.
Ketangguhan yang lebih besar dapat dicapai dengan pertambahan elemen lain dan
menghasilkan paduan, yang nantinya dikenakan laku panas.
Dalam pemesinannya, Al adalah logam termurah dalam pengerjaannya.
Table perbandingan kecepatan potong relatif untuk Al dan berbagai metal lainnya
ditunjukkan pada tabel 2.1 :
Tabel 2.1. Perbandingan kecepatan potong untuk Al dan logam lain
Material Kecepatan Potong Relatif
(Drilling dan Turning)
Aluminum Alloy
Baja, paduan ( <0.3 %)
Kuningan atau perunggu
Magnesium dan Alloynya
0.5-1.0
0.25-0.35
0.6-1.0
0.9-1.3
Sumber : Rochim (1993)
2. Magnesium
Magnesium dengan gravitasi spesifik hanya 1,74 kg/m
3
adalah logam
teringan yang mampu stabil pada kondisi aslinya. Artinya, 64 % dari beratnya
adalah Al dan 23 % sisanya adalah besi, seperti logam murni lainnya. Magnesium
juga harus dipadukan untuk mendapatkan kekuatan dan kegunaan yang maksimal.
Beberapa sifat unggul magnesium, antara lain :
20
a. Logam teringa (C =1,74)
b. Ketermesinan yang tinggi
c. Dapat digabungkan dengan gas busur dan tahan las listrik
d. Dapat dicor dengan pasir, cetakan pasir dan die casting
e. Stabil pada kondisi atm dan ketahanan terhadap serangan alkali dan
minyak
f. Non-magnetik
Magnesium lebih mahal dari Al. Kekuatan tariknya rendah dan untuk
menaikkannya dapat melalui laku panas karakteristik lainnya, yaitu konduktivitas
elektriknya sekitar 30% dari copper murni dan 60% dari Al murni.
Paduan magnesium biasanya dapat dimesinkan pada kecepatan yang
sangat tinggi. Tetapi pemotongan logam dapat menimbulkan resiko jika kotoran
pemotongan bertaburan, sehingga sangat dianjurkan untuk pemesinan basah.
Magnesium mempunyai ketermesinan yang tinggi, walaupun mempunyai struktur
heksagonal tertutup karena temperatur zona pemotongan di atas temperatur
rekristalisasi.
3. Copper dan paduannya
Copper memiliki struktur kristal center kubik, dengan gravitasi spesifik
8,91 (0,34 lb/inch
3
) dan titik lebur 1083
0
C. Logam ini sangat lunak dan ulet.
Konduktivitas panasnya di atas emas dan perak, dan konduktivitas listriknya,
yaitu kedua dari perak (94 % dari perak) mempunyai ketahanan korosi dengan
paduan atau pengerjaan dingin. Copper sangat lembut dan lunak dengan kekuatan
tarik 19.000 lb/inch
2
. Copper sangat mudah dicor karena dapat menyerap oksigen
21
membentuk oksida. Copper dapat dipadukan dengan banyak komponen, di
antaranyaZink, Tin, Iron, Silver, Phosphor, Silicon, dan Arsenic.
4. Brass
Brass adalah copper yang dipadukan dengan zink, yang lebih kuat
daripada 2 komponen penyusunannya. Brass memiliki struktur Crystal Face
Centre Cubic. Sifat dari brass, diantaranya :
a. Keuletan yang tinggi
b. Biaya perawatan die yang rendah
c. Kemampuan paduan yang baik untuk mendapatkan sifat yang diinginkan
d. Ketermesinan yang tinggi.
5. Bronze
Paduan copper dengan zink/nikel yang dikenal sebagai Mo Bronze.
Elemen paduan utama adalah TiN dan yang lain : Si, Al, Mn, P, dan Ni. Sama
halnya dengan Brass, kekerasan didapat dengan pengerjaan dingin. Paduan yang
paling sering digunakan adalah Berrilium Bronze, Al Bronze, Phosfor Bronze, dan
Si Bronze.
Berrilium Bronze adalah paduan copper dan Be yang sering digunakan
pada Perang dunia II. Karakteristik sifat bronze, diantaranya :
a. Tidak berapi
b. Konduktor listrik yang baik (45% saat dikeraskan) dengan kekuatan 100.000-
190.000 lb/inch
2
c. Modulus elastisitas 19.000.000 lb/inch
2
d. Dengan ketahan korosi terbaik
22
6. Nikel dan paduannya
Kegunaan utama nikel adalah sebagai paduan antara baja dan logam non-
ferrous (ada lebih dari 3000 paduan aktif dari nikel). Nikel juga tahan korosi,
mayoritas berupa asam, non-oksida (kecuali asam nitrit). Titik lebur 2646
0
F dan
gravitasi spesifik 8,84. Ni mempunyai massa jenis yang sama dengan Copper tapi
lebih mahal 3 kali lipat dari Copper. Contoh paduan dengan kadar nikel tertinggi
adalah Dura Nikel yang mencapai 93.7 % Ni; 4.4 % Al; 0.5 % Si; 0.35 % Fe; 0.3
% Mn; 0.17 % C dan 0.05 % Copper. Ketika dikeraskan, Dura Nikel memiliki
kekuatan tarik 145.000 lb/inch
2
dengan elongasi 66 % dan 375 BHN. Karena
mempunyai ketahanan kegagalan yang tinggi dan tahan panas sampai dengan 550
0
F, maka Dura Nikel sering digunakan sebagai pegas.
7. Molybdenum (Mo)
Mo mempunyai sifat yang tidak biasa, sehingga membuatnya banyak
digunakan pada paduan baja. Besi cor dan paduan temperatur tinggi Molibdenum
mempunyai gravitasi spesifik 0.2 dan titik lebur 4750
0
F. Mo yang dirol
mempunyai tegangan tarik sekitar 25.000 lb/inch
2
dan 170 BHN. Konduktivitas
listrik sekitar 34 % dari copper. Mo yang murni (99.95 % Mo) digunakan sebagai
elemen pemanas pada tungku listrik, bagian dari mesin jet, dan misil. Mo banyak
dijual dalam bentuk : Mo oksida; Mo sulfite.
8. Cobalt
Pertama kali Co diperkenalkan sebagai paduan pada baja perkakas karena
dari sifat penambah kekerasan, untuk memotong paduan. Mata potong Cobalt
adalah pahat HSS superior. Kemudian Co digunakan sebagai pengikat pada
Karbida berlapis dan memperbaiki keuletan pada karbida.
23
Cobalt memiliki gravitasi spesifik 8.76, titik lebur 2719
0
F, 86 BHN,
konduktivitas listriknya 16% dari copper. Tegangan tarik Cobalt cor dengan 0.25
% C adalah sekitar 65.000 lb/inch
2
. Paduan yang terkenal yaitu invar (54 % Co)
dan (36 % Ni) mempunyai koefesien ekspansi termal nol untuk semua range
temperatur, membuatnya digunakan sebagai material pada desain mekanisme
Kontrol.
9. Titanium
Digolongkan sebagai metal ringan (0.16 % lb/inch
2
) dengan bobot 60 %
lebih berat dari Al, tapi 55 % lebih ringan dari berat paduan Baja. Sifat mekanik
dari Titanium, diantaranya :
a. Kekerasan 86-95 HRC
b.
ijin
=80.000 lb/inch
2
(ultimate strength)
c. yield strength =70.000 lb/inch ; elongation =20%
d. Sp h
1
=0.113 btu/lb.
0
F
e. Konduktivitas termal 10
5
btu/ft
3
h.inch
f. Koefesien ekspansi =5.10
-6
/
0
F
g. Tegangan gagal 750
0
F = 35.000 lb/inch
2
untuk 2000 jam. Pada
umumnya T
1
tidak dianjurkan untuk laku panas tapi dengan pengerjaan
dingin untuk mendapat karakteristik yang lebih baik.
2.3.2. Ferrous
Metal
Pada umumnya dapat dibagi ke dalam besi cor yang terdiri dari kandungan
karbon yang relatif tinggi dan Baja yang biasanya dengan 1 % C atau kurang.
24
Yang kemudian dapat dibagi atas Baja karbon dengan kandungan karbon rendah,
menengah dan tinggi, paduan baja rendah dan tinggi, dan baja perkakas.
Hubungan besi dan karbon dapat dilihat pada diagram kesetimbangan besi
dan Karbon pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6. Diagram kesetimbangan besi dan karbon
untuk karbon sampai dengan 5% C
Diagram di atas menunjukkan bahwa variasi temperatur transformasi
dengan penambahan karbon dengan fase yang stabil, dan juga menunjukkan
bahwa ketika karbon ditambahkan pada besi, fase ketiga mungkin stabil di bawah
kondisi sebenarnya yang disebut fase besi-karbon (Fe
3
C).
1. Baja (Steel)
Beberapa sifat baja, diantaranya :
25
a. Modulus elastisitasnya 28.10
6
30.10
6
lb/inch
2
b. Kekerasan dipengaruhi kandungan carbon bukan paduan
c. Ketangguhan baja untuk kekerasan yang seragam dalam volumenya
bergantung pada jumlah dan jenis paduan
Baja adalah logam yang memiliki batas pertahanan. Kegagalan material
biasanya disebabkan pembebanan yang berulang, tegangan untuk material dapat
bertahan di bawah pembebanan konstan jauh di bawah pembebanan statik.
Perbandingan kegagalan pada logam ferrous dan non-ferrous dapat dilihat pada
Gambar 2.7.
Gambar 2.7. kurva kegagalan ideal untuk logam ferrous dan non-ferrous
Untuk ferrous metal di bawah, di mana kegagalan tegangan terjadi hampir
mencapai 10
1
- 10
7
siklus. Untuk non-ferrous, batas kegagalan tidak tercapai
melebihi 10
8
siklus.
2. Baja Karbon (Carbon Steel)
26
Faktor utama yang mempengaruhi sifat dari baja karbon adalah kandungan
karbon dan mikrostruktur yang ditentukan oleh komposisi baja, seperti : C, Mn,
Si, P, S, dan elemen sisanya berupa O
2
H
2
dan N. Dan dengan pengerjaan akhir,
pengerolan, penempaan dan perlakuan panas. Pengaruh kadar karbon terhadap
sifat mekanisnya dapat dilihat pada diagram Gambar 2.8.
Gambar 2.8. Variasi sifat mekanis pada batangan baja karbon
d=1 inch, sebagai fungsi kandungan karbon
Carbon steel biasa dalam fase perilitic, dalam kondisi penuangan,
pengerolan, dan penempaan. Dalam kondisi hypo eutectoid adalah ferrit dan
pearlit. Dan hypo eutectoid adalah cementit dan pearlit.
3. Baja Paduan
27
Baja paduan adalah paduan dari besi dan Karbon yang berisi elemen
paduan satu atau lebih, yaitu 1.65 % Mn; 0.6 % Si; 0.6 % Cu; atau paduan spesifik
yang mencapai 3.99 % Al, B, dan lain-lain.
Baja paduan dapat menghasilkan kekuatan, kegetasan, dan keuletan yang
lebih baik dari baja karbon. Baja paduan sesuai untuk tegangan tinggi dan beban
kejut.
Pengaruh paduan elemen pada baja paduan adalah sebagai berikut :
Ni : menghasilkan keuletan, tahan korosi, dan kekerasan yang lain
Cr : tahan korosi, keuletan, dan kemampuan pengerasan
SiO
2
: menghasilkan ketahanan, oksida temperatur tinggi, menaikkan
temperatur kristis.
Mo : menghasilkan kemampukerasan, meningkatkan tegangan tarik dan
menambah kekuatan pada temperatur tinggi
VaO
2
: menghasilkan struktur butir ideal (sama dengan AlO
2
)
Cu : ketahanan korosi dan agak kekuatan
B : meningkatkan kekerasan.
4. Baja Perkakas
Baja perkakas sama seperti baja paduan karbon tinggi, denga sifat tahan
aus dan kejut, keras, tangguh dan ulet yang didapat dari perlakuan panas, dan
fabrifikasi. Baja perkakas biasanya dikombinasikan dengan besi dari satu atau
lebih elemen berikut :0.8-1.3% C; 0.2-1.6% Mn; 0.5-2.0% Si; 0.25-1.4% Cr; 1.5-
2.0% T; 0.15-3.0% Vn; 0.8-5.0% Mo; dan 0.75-1.2% Co.
Kekerasan dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan, dari di atas
temperatur kritis ke temperature transformasi kebutuhan (sekitar 1160
0
F).
28
5. Baja Tahan Karat (Stainless Steel)
Sifat terpenting adalah ketahan korosi, yang berhubungan dengan lapisan
tipis CrO
2
yang terbentuk di atas permukaan. Lapisan tersebut hanya tahan
terhadap oksidasi seperti asam nitrit, tapi tidak pada penyerongan bahan, seperti
asam hidrochloris, dan banyak garam halogen.
Pemanasan dan pendinginan yang berulang-ulang dan diikuti dengan
ekspansi dan konstruksi akan menyebabkan hancurnya lapisan oksida. Sebagian
besar stainless steel menunjukkan kekuatan singkat yang baik pada 1500
0
F dan
sebagian lagi pada (900-950
0
F) panas mengkonduksi sifat Stainless steel jadi
berkurang, maka Cu ditambahkan untuk mendistribusikan panas.
6. Besi cor
Ada lima jenis besi cor, diantaranya besi cor kelabu. Besi cor ulet, lunak,
paduan tinggi dan putih. Dan yang paling terkenal besi cor kelabu dan ulet.
Variasi jenis di atas ditentukan kandungan karbon. Sifat mekanis besi cor, yaitu :
1. Kekuatan tarik, yang dipengaruhi oleh kecepatan pendinginan dalam
cetakan. Hubungan kekuatan tarik dan kekerasan ditujukan pada
Gambar 2.9.
29
Gambar 2.9. kurva kekuatan tarik dan kekerasan sebagai fungsi
dari tebal cetakan pada berbagai Besi cor
2. Kekuatan tekan, kekuatan tekan besi cor kelabu biasanya 3-5 kali
kekuatan tariknya dan tegangan gesernya sama dengan tegangan
tariknya.
3. Modulus Elastisitasnya, dalam menentukan modulus elastisitas dari
besi cor kelabu biasanya digunakan slope dari kurva defleksi
pembebanan, pada 25 % tegangan tarik dianjurkan memilih besi cor
dengan modulus elastisitas yang rendah pada aplikasi yang
membutuhkan ketahanan kenaikan temperatur yang tiba-tiba. Berikut
kurva defleksi pembebanan, seperti yang ditunjukkan pada Gambar
2.10.
Gambar 2.10. Hubungan tegangan-regangan pada besi cor
4. Keuletan, besi cor punya keuletan yang rendah. Besi cor kelabu akan
memberikan elongation dari 0.2-2.0 %. Ketika besi kekuatan tinggi
30
dilaku panas menunjukkan elongation kurang dari 0.2 %. Besi cor
kelabu jauh lebih rapuh dari baja dan mempunyai ketahanan kejut yang
rendah.
2.3.3. Paduan
Aluminum
Aluminium mempunyai sifat tahan karat yang baik selain itu juga sebagai
penghantar listrik yang baik dan mudah ditempa. Pada umumnya, aluminium
digunakan sebagai paduan dari logam murni karena bersifat lunak, yaitu 20 BHN
(Kalpakjian, 1995). Unsur-unsur lain ditambahkan untuk meningkatkan sifat-sifat
Aluminium.
Pengaruh dari elemen paduan akan menentukan karakteristik Al sebagai berikut :
1. Seri 1000
Dengan 99 % Al atau lebih tinggi banyak digunakan pada batang
kelistrikan dan kimia. Sifatnya yaitu tahan korosi, termal yang tinggi,
konduktivitas elektrik, sifat mekanik yang rendah dan ketermesinan yang
baik.
2. Seri 2000
Elemen paduan utamanya tembaga 4.5 % yang memiliki sifat mekanis
dan ketermesinan yang baik tapi mampu cor yang buruk. Paduan ini butuh
laku panas untuk dapat sifat yang optimum. Paduan ini memiliki
ketahanan korosi yang paling buruk di antara paduan seri lainnya. Paduan
yang terkenal adalah 2024 yang digunakan pada industri penambangan.
3. Seri 3000
31
Mn elemen utama paduan yang biasanya tak dilaku panas. Tetapi
dengan penambahan Mn sampai optimal (15 %) untuk mendapatkan sifat
ketermesinan yang baik. Contoh seri 3003.
4. Seri 4000
Elemen utama dalam paduannya adalah Si yang dapat menurunkan
titik lebur tanpa menyebabkan kegetasan. Sebagai contoh, AL-Si
digunakan sebagai elektroda las dan paduan Brazing. Paduan ini biasanya
tak dilaku panas.
5. Seri 5000
Mg adalah elemen paduan terbaik untuk Al. Mg dianggap lebih efektif
dari Mn. Sebagai pengeras (0.8 % Mg =1.25 % Mn). Paduan ini memiliki
sifat mampu las dan ketahanan korosi yang baik. Penambahan kandungan
Mg lebih banyak 3.5 % akan menaikkan temperatur operasi samapai 150
0
F.
6. Seri 6000
Paduan ini dari Mg dan Si yang membentuk MgSi sehingga mampu
mengalami laku panas. Paduan yang terkenal adalah 6061, paduan yang
paling mampu dilaku panas walaupun kurang kuat dibanding seri 2000
atau 4000. paduan ini memiliki mampu bentuk dan ketahanan yang baik
dengan kekuatan menengah.
7. Seri 7000
Zinc adalah paduan utama dan ketika dicampur dengan persentase Mg
yang kecil menghasilkan paduan yang mampu laku panas dengan kekuatan
yang sangat tinggi, paduan yang terkenal yaitu 7075, yaitu paduan dengan
kekuatan yang sangat tinggi.
32
2.4. Aus Pahat dan Mekanismenya.
2.4.1. Aus Pahat
Dalam prakteknya umur pahat tidak hanya dipengaruhi oleh geometri
pahat saja melainkan juga oleh semua faktor yang berkaitan dengan proses
pemesinan, yaitu antara lain jenis material benda kerja dan pahat, kondisi
pemotongan (kecepatan potong, kedalaman potong, dan gerak makan), cairan
pendingin dan jenis proses pemesinan. Dalam berbagai situasi seperti ini proses
pemesinan tidak akan berlangsung terus sebagaimana yang dikehendaki karena
makin lama pahat akan menunjukkan tanda-tanda yang menjurus kepada
kegagalan proses pemesinan. Kerusakan atau keausan pahat akan terjadi dan
penyebabnya harus diketahui untuk menentukan tindakan koreksi sehingga dalam
proses pemesinan selanjutnya umur pahat diharapkan menjadi lebih tinggi.
Selama proses pembentukan geram berlangsung, pahat dapat mengalami
kegagalan dari fungsinya yang normal karena berbagai sebab, diantaranya :
1. Keausan yang secara bertahap membesar (tumbuh) pada bidang aktif
pahat.
2. Retak yang menjalar sehingga menimbulkan patahan pada mata potong
pahat.
3. Deformasi plastik yang akan mengubah bentuk/geometri pahat.
Jenis kerusakan yang terakhir di atas jelas disebabkan tekanan temperatur
yang tinggi pada bidang aktif pahat, dimana kekerasan dan kekuatan material
pahat akan turun bersama dengan naiknya temperatur. Keausan dapat terjadi pada
bidang geram (A