Вы находитесь на странице: 1из 72

Shelly Mayvira : Prevalensi Dan Distribusi Lesi-Lesi Mukosa Mulut Pada Manusia Lanjut Usia Di Panti J ompo Abdi

Darma Asih Binjai, Sumatera Utara (2008), 2009.


USU Repository 2009


PREVALENSI DAN DISTRIBUSI LESI-LESI MUKOSA
MULUT PADA MANUSIA LANJUT USIA DI PANTI
JOMPO ABDI DARMA ASIH BINJAI,
SUMATERA UTARA (2008)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi


Oleh :
SHELLY MAYVIRA
NIM : 050600143
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
vi
PERNYATAAN PERSETUJ UAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi









Medan, 20 Maret 2009
Pembimbing : Tanda tangan

Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM ..
NIP. 132 161 242





vii
TIM PENGUJ I SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 20 Maret 2009









TIM PENGUJI
KETUA : Sayuti Hasibuan, drg., Sp.PM
ANGGOTA : 1. Wilda Hafni Lubis, drg., MSi
2. Syuaibah Lubis, drg.





viii
Fakultas Kedoteran Gigi
Departemen Ilmu Penyakit Mulut
Tahun 2009


Shelly Mayvira
Prevalensi dan Distribusi Lesi-Lesi Mukosa Mulut pada Manusia Lanjut Usia
di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai, Sumatera Utara (2008)
xiii +52 halaman
Prevalensi lesi-lesi mukosa mulut merupakan suatu hal yang penting untuk
mengetahui dan mengevaluasi kesehatan mulut dan kebutuhan perawatan pada
populasi manusia lanjut usia. Di Sumatera Utara, Indonesia, penelitian umumnya
dilakukan hanya terbatas pada status dan kebutuhan pelayanan kesehatan gigi lansia,
belum mencerminkan kelainan-kelainan pada mukosa mulut yang sering dijumpai
pada lansia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ada tidaknya lesi-lesi
mukosa mulut pada lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai, Sumatera Utara,
untuk mengetahui jenis, jumlah, lokasi serta prevalensi lesi-lesi mukosa mulut.
Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan potong
silang yang melibatkan 100 orang lansia (52 orang laki-laki dan 48 orang
perempuan) yang diperiksa secara klinis dan hasilnya dicatat di rekam medik.
Prevalensi lesi-lesi mukosa mulut pada lansia adalah 100 %, dimana pada
50 % lansia dijumpai lebih dari 3 lesi. Lesi lebih banyak dijumpai pada laki-laki
daripada perempuan. Pigmentasi merupakan lesi yang paling banyak dijumpai
(77 %) kemudian diikuti oleh sublingual varikositis (76 %), coated tongue (69 %),
ix
fissured tongue (55 %), keratosis (17 %), granula Fordyce (14 %), atropi papila
lidah (10 %), traumatic ulcer (7 %), angular cheilitis (4 %), stomatitis (4 %),
median rhomboid glossitis (1 %), black hairy tongue (1 %) dan fibroma (1 %). Lidah
merupakan lokasi terbanyak dijumpai lesi sebesar 92 %. Keganasan tidak dijumpai
dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi lesi-lesi mukosa mulut yang
sangat tinggi pada lansia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai. Pencegahan dan
pemeriksaan lebih lanjut sangat dibutuhkan untuk menurunkan prevalensi lesi-lesi
mukosa mulut

Daftar Rujukan : 37 (1973 2008)












x
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Prevalensi dan Distribusi Lesi-lesi Mukosa
Mulut pada Manusia Lanjut Usia di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai, Sumatera
Utara (2008) sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran
gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Salawat beserta salam
juga penulis sampaikan kepada junjungan Nabi Muhammad Rasulullah SAW atas
suri teladan yang baik.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih dengan segenap cinta dan ketulusan hati kepada keluarga
tersayang, Ayahanda Nasir Ali dan ibunda Ellynawaty, serta adik penulis Reza
Havhie dan Shanaz Alvikha atas segala perhatian, dukungan moril dan materil,
motivasi, harapan dan doa, serta cinta dan kasih sayang yang melimpah.
Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Bapak Sayuti
Hasibuan, drg., Sp.PM selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan
waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan mengarahkan penulis untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Selanjutnya dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. H. Ismet Danial Nst, drg., Ph.d., Sp.Pros (K)
selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Ibu Wilda Hafni
vi
lubis, drg., M.Si selaku Ketua Departemen dan seluruh staf pengajar di Departemen
Ilmu Penyakit Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Bapak
Indra Basar Siregar, drg., M.kes selaku dosen pembimbing akademik dan seluruh staf
pengajar dan pegawai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang
telah membimbing, mendidik dan membantu penulis selama menuntut ilmu di masa
pendidikan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Nabari Ginting,
M.Si selaku kepala Dinas Sosial Propinsi Sumatera Utara, seluruh staf Dinas Sosial
dan Balai Penelitian dan Pengembangan Propinsi Sumatera Utara, seluruh staf dan
dokter poliklinik di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai yang telah memberikan izin
serta banyak membantu dalam mendapatkan informasi yang diperlukan untuk
pembuatan skripsi ini. Tak lupa pula terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada seluruh penghuni panti jompo Abdi Darma Asih Binjai yang telah
bersedia bekerjasama dengan baik dalam penelitian ini.
Selanjutnya terima kasih juga penulis sampaikan kepada Tiwi, Amy, Adiwika,
Topik, Tm, Pepenk, Julita, Linda, Ivana, Rika, Heikal dan teman-teman stambuk
2005 lainnya atas bantuan, semangat, motivasi dan kebersamaan di FKG USU, Dita,
Vira atas persahabatan yang tulus, Hiro Hidaya atas doa dan motivasi selama ini.
Penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang
berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, 20 Maret 2009
Penulis,



(SHELLY MAYVIRA)
NIM : 050600143


7
7
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI
KATA PENGANTAR .................................................................................. vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................. 1
1.2 Permasalahan ................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................. 4
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Lanjut Usia ..................................................... 6
2.2 Teori-teori Proses Menua ................................................. 7
2.2.1 Teori Stochastik ................................................ 7
2.2.2 Teori Cross Linking Colagen-Elastin ............... 8
2.2.3 Teori Neuroendokrin ......................................... 8
2.2.4 Teori Mutagenesis Intrinsik .............................. 8
2.2.5 Teori Imunologi ................................................. 8
2.2.6 Teori Nutrional Component ............................. . 9
2.2.7 Teori Sintesa Protein ......................................... 9
2.2.8 Teori Radikal Bebas .......................................... 9
2.3 Perubahan Jaringan Tubuh Akibat Proses Menua ............ 9
2.3.1 Perubahan Sel Tubuh ......................................... 9
2.3.2 Perubahan Cairan Tubuh ................................... 9
2.3.3 Perubahan Serabut Kolagen ............................. . 10
2.3.4 Perubahan Elastisitas ......................................... 10
2.3.5 Perubahan Bahan Mineral ................................. 10



8
8
2.4 Perubahan Mukosa Mulut Pada Lansia ........................... ... 10
2.4.1 Keratosis .............................................................. 11
2.4.2 Kelainan Pada Lidah ........................................... 12
2.4.2.1 Fissured Tongue ................................... 12
2.4.2.2 Geografic Tongue ................................. 13
2.4.2.3 Coated Tongue ...................................... 14
2.4.2.4 Sublingual Varikositis .......................... 14
2.4.2.5 Atropi Papila Lidah .............................. 15
2.4.3 Angular Cheilitis ................................................. 16
2.4.4 Pigmentasi ........................................................... 16
2.4.5 Kandidiasis .......................................................... 17
2.4.6 Kelainan yang Berhubungan dengan Pemakaian
Gigi Tiruan ........................................................... 18
2.4.6.1 Traumatic Ulcer .................................... 18
2.4.6.2 Denture Stomatitis ................................ 19
2.4.6.3 Denture Hiperplasia .............................. 19
2.4.7 Keganasan ........................................................... 20

KERANGKA TEORI ............................................................... 22

KERANGKA KONSEP ........................................................... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian ......................................................... 24
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................ 24
3.3 Populasi dan Sampel .......................................................... 24
3.3.1 Populasi ............................................................... 24
3.3.2 Sampel ................................................................ 24
3.4 Besar Sampel ..................................................................... 25
3.5 Identifikasi Variabel Penelitian ......................................... 25
3.5.1 Variabel Bebas ................................................... 25
3.5.2 Variabel Terikat ................................................. 25
3.5.3 Variabel Terkendali ........................................... 26
3.5.4 Variabel Tak Terkendali .................................... 26
3.6 Defenisi Operasional ........................................................ 27
3.7 Sarana Penelitian .............................................................. 28
3.7.1 Alat dan Bahan .................................................. 28
3.7.2 Formulir Pencatatan .......................................... 29
3.8 Cara Pengumpulan Data ................................................... 29
3.8.1 Data Demografi ................................................. 29
3.8.2 Data Klinik ........................................................ 29
3.9 Pengolahan Data ............................................................... 30
3.10 Analisa Data ................................................................... 30




9
9
BAB 4 HASIL PENELITIAN ............................................................ 31

BAB 5 PEMBAHASAN ................................................................... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................ 47


DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 49

LAMPIRAN





































10
10
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1 Keratosis pada Mukosa Bukal ............................................... 12
2 Fissured Tongue .................................................................... 13
3 Geografic Tongue .................................................................. 13
4 Coated Tongue ...................................................................... 14
5 Sublingual Varikositis ........................................................... 15
6 Atropi Papila Lidah pada Lansia .......................................... 15
7 Angular Cheilitis pada Sudut Mulut .................................... 16
8 Pigmentasi pada Gingiva ...................................................... 17
9 Kandidiasis Pseudomembran Akut ...................................... 17
10 Kandidiasis Kronik Hiperplastik .......................................... 18
11 Traumatic Ulcer ................................................................... 18
12 Denture Stomatitis ................................................................ 19
13 Denture Hiperplasia .............................................................. 19
14 Leukoplakia dan Eritroplakia ............................................... 20
15 Skuamos Sel Karsinoma ...................................................... 21
16 Distribusi Lansia Berdasarkan Kelompok Umur dan
Jenis Kelamin ........................................................................ 31
17 Distribusi Lansia Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan
dan Jenis Kelamin ................................................................. 32



11
11
18 Distribusi Lansia Berdasarkan Tingkat Pendidikan
dan Jenis Kelamin ............................................................... 33
19 Distribusi Lansia Berdasarkan Latar Belakang Kerja
dan Jenis Kelamin ............................................................... 34
20 Distribusi Jumlah Lesi-lesi Mukosa Mulut pada Lansia
Berdasarkan Jenis Kelamin ................................................. 39



















12
12
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1 Distribusi Lansia Berdasarkan Suku Bangsa ....................... 35
2 Distribusi Lansia Berdasarkan Penyakit Sistemik
yang Diderita ....................................................................... 36
3 Prevalensi Lesi-lesi Mukosa Mulut pada Lansia ................. 37
4 Distribusi Lansia Berdasarkan Keberadaan Penyakit
Sistemik dan Keberadaan Lesi-lesi Mukosa Mulut ............. 38
5 Distribusi Lokasi Lesi-lesi Mukosa Mulut pada Lansia ...... 40
















13
13
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Keberhasilan pembangunan di bidang kesehatan telah meningkatkan kualitas
kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup.
1
Di Amerika Serikat, pada tahun 1990,
jumlah manusia yang berumur lebih dari 65 tahun sekitar 4%. Di Eropa pertumbuhan
penduduk usia lanjut lebih dramatis lagi. Sebagai contoh pada tahun 1988, terdapat
15% penduduk Inggris dan J erman yang berusia 65 tahun atau lebih.
2
Demikian juga
di Indonesia, sebagai suatu negara berkembang, usia harapan hidup penduduknya
juga semakin meningkat. Pada tahun 1980, penduduk Indonesia yang berumur diatas
65 tahun mencapai 7,7% dan pada tahun 1990 mencapai 9,2%.
3

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, di Indonesia pada tahun 2005 jumlah
lansia yang berusia 60 tahun ke atas sebanyak 15.814.500 jiwa, sedangkan di propinsi
Sumatera Utara sebanyak 664.900 jiwa.
4
Penduduk Indonesia diperkirakan akan
mencapai 273,65 juta jiwa pada tahun 2025. Pada tahun yang sama angka harapan
hidup akan mencapai 73,7 tahun, suatu peningkatan yang cukup tinggi dari angka
69,0 tahun pada tahun 2005.
2
Peningkatan tersebut mengisyaratkan adanya
peningkatan kebutuhan pelayanan kesehatan gigi dan mulut bagi lansia.
1
Kondisi fisik lansia berbeda dengan dewasa normal. Banyak penelitian telah
membuktikan bahwa terjadi perubahan degeneratif, fisiologis dan biologis yang
sangat kompleks pada tubuh akibat proses menua. Rongga mulut juga mengalami
perubahan, baik pada jaringan keras maupun pada jaringan lunak.
3,5
Selain dari proses


14
14
menua, kelainan pada rongga mulut dapat juga disebabkan oleh penyakit sistemik
yang dapat menimbulkan manifestasi di rongga mulut.
6
Kondisi dalam mulut sendiri,
seperti adanya gigi tiruan, gigi yang tajam dan restorasi yang tidak baik juga dapat
menyebabkan kelainan pada mukosa mulut.
7

Selama ini penelitian-penelitian yang berkenaan dengan rongga mulut lansia
yang dilakukan di Indonesia hanya terbatas pada prevalensi edentulous dan
kebutuhan akan gigi tiruan saja.
8,9
Sementara itu penelitian-penelitian sehubungan
dengan prevalensi kelainan-kelainan mukosa mulut pada lansia hanya banyak
dilakukan di luar negeri, seperti di China, Brazil, Israel, Malaysia dan negara-negara
Eropa dan Amerika dengan hasil yang berbeda-beda. Dalam penelitian tersebut
ditemukan lesi-lesi mukosa mulut pada lansia diantaranya keratosis, sublingual
varikositis, angular cheilitis, fissured tongue, pigmentasi, kandidiasis, traumatic
ulcer, denture hiperplasia, denture stomatitis, dan keganasan.
10-18
Corbet, dkk (1994) dalam penelitiannya mengenai lesi-lesi mukosa mulut
terhadap 537 lansia di Cina menemukan bahwa pada 64% lansia tidak ditemukan
adanya lesi, sedangkan 29% lansia memperlihatkan adanya satu lesi, sisanya
memiliki dua lesi atau lebih.
10
Penelitian serupa juga dilakukan di Brazil oleh
Jorge J, dkk (1991) yang melakukan pemeriksaan terhadap 350 lansia dan pada
58,9 % lansia ditemukan adanya satu atau lebih lesi-lesi mukosa mulut.
11
Penelitian mengenai prevalensi lesi-lesi mukosa mulut pada lansia di
Indonesia masih sangat langka. Hal yang menggembirakan telah dilakukan oleh
Sarsito AS, dkk (1997) yang melakukan penelitian serupa di Jakarta terhadap 347
lansia dari 607 orang yang menghuni panti jompo yang berusia 50 hingga 92 tahun,


15
15
ditemukan pada 60,5% lansia terlihat adanya satu atau lebih lesi mukosa mulut,
sedangkan 39,5% memperlihatkan mukosa mulut yang sehat.
19

Di Medan, Natamiharja L (2000) telah melakukan penelitian pada lansia,
tetapi hanya terbatas pada status dan kebutuhan pelayanan kesehatan gigi lansia,
belum mencerminkan kelainan-kelainan pada mukosa mulut yang sering dijumpai
pada lansia.
20
Atas fakta tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai lesi-lesi mukosa mulut pada lansia di Sumatera Utara, khususnya di
kotamadya Binjai.
Penelitian akan dilakukan di Panti Jompo Abdi Darma Asih yang terletak di
daerah kebun lada kotamadya Binjai. Panti jompo ini berdiri pada tahun 1979 dengan
luas sekitar 5 ha dan berada dibawah naungan Departemen Sosial Propinsi Sumatera
Utara.












16
16
1.2 Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan
sebagai berikut:
- Apakah ada lesi-lesi mukosa mulut pada lansia di panti jompo Abdi Darma
Asih Binjai?

- Berapakah prevalensi lesi-lesi mukosa mulut pada lansia di panti jompo
Abdi Darma Asih Binjai?
- Bagaimana jenis, jumlah, dan lokasi lesi-lesi mukosa mulut pada lansia di
panti jompo Abdi Darma Asih Binjai?

1.3 Tujuan Penelitian
- Untuk mengetahui apakah ada lesi-lesi mukosa mulut pada lansia di panti
jompo Abdi Darma Asih Binjai
- Untuk mengetahui prevalensi lesi-lesi mukosa mulut pada lansia di panti
jompo Abdi Darma Asih Binjai
- Untuk mengetahui jenis, jumlah, dan lokasi lesi-lesi mukosa mulut di panti
jompo Abdi Darma Asih Binjai

1.4 Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui lesi-lesi mukosa mulut yang terdapat pada lansia, maka
diharapkan:
- Dokter gigi dapat memberikan perawatan yang sebaik-baiknya dalam
menunjang kesehatan lansia secara keseluruhan


17
17
- Sebagai data awal bagi peneliti-peneliti lain untuk menelaah lebih lanjut
kaitan antara proses menua dengan timbulnya kelainan pada mukosa mulut
- Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi pengelola
panti dalam bidang nutrisi serta kesehatan gigi dan mulut untuk
meningkatkan kualitas hidup lansia.
- Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar bagi program
pemerintah dalam bidang kesehatan gigi dan mulut untuk meningkatkan
kualitas hidup lansia.

















18
18
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lanjut Usia
Lansia adalah kelompok lanjut usia yang mengalami proses menua yang
terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari.
3

Proses menua dapat didefinisikan sebagai suatu proses menghilangnya secara
perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan terhadap infeksi dan tidak
dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Proses menua merupakan proses
alamiah yang terjadi terus-menerus dalam kehidupan yang ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan anatomik, fisiologik dan biomekanik dalam sel tubuh, sehingga
mempengaruhi fungsi sel, jaringan dan organ tubuh.
1

Proses menua memiliki tanda-tanda, antara lain:
1
1. Terjadi kemunduran biologis, yang terlihat sebagai gejala kemunduran fisik,
misalnya mulut mulai mengendor, wajah timbul garis-garis menetap dan keriput,
rambut beruban dan memutih, kehilangan gigi, penglihatan dan pendengaran
berkurang, mudah dan cepat lelah, gerakan lamban dan tidak lincah, kerampingan
tubuh hilang dan terjadi penimbunan lemak di beberapa bagian tubuh
2. Terjadi kemunduran kemampuan kognitif, misalnya menjadi pelupa dan ingatan
tidak berfungsi dengan baik.
Lansia dikelompokkan ke dalam beberapa kelompok berdasarkan tingkat usia.
Menurut DEPKES RI, lansia dibagi kedalam 3 kelompok, yaitu:
1



19
19
1. Kelompok usia dalam masa virilitas (45-54 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
2. Kelompok usia dalam masa prasenium (55-64 tahun), merupakan kelompok
yang berada dalam keluarga, organisasi lanjut usia dan masyarakat pada umumnya.
3. Kelompok usia masa senescrus (>65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko
tinggi (>70 tahun), merupakan kelompok yang umumnya hidup sendiri, terpencil,
hidup dalam panti dan menderita penyakit berat.
Sementara itu, WHO mengelompokkan lansia atas kelompok middle age
(45-59 tahun), kelompok elderly (60-74 tahun) dan kelompok aged (75 tahun ke
atas), sedangkan Pathy (1985) mengelompokkan lansia atas kelompok young elderly
(65-75 tahun) dan kelompok old elderly (75 tahun ke atas).
8,21

2.2 Teori-Teori Proses Menua
Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai proses menua,
antara lain:
8,21,22

2.2.1 Teori Stochastik
Teori ini merumuskan bahwa proses menua disebabkan oleh penimbunan
sisa-sisa dari lingkungan, contohnya adalah mutasi somatik yang disebabkan oleh
radiasi dan kemungkinan bahan-bahan radioaktif yang tertimbun. Hal ini dapat
menyebabkan kesalahan sintesis protein, kegagalan fungsi dan berakhir dengan
kematian.




20
20
2.2.2 Teori Cross Linking Colagen-Elastin
Teori ini menyatakan adanya saling silang antara kolagen dan elastin yang
menyebabkan serabut tersebut menjadi kurang lentur, lebih rapuh, mudah terkoyak
dan akhirnya degenerasi. Keadaan ini menyebabkan sistem vital tubuh (yang tersusun
oleh serabut tersebut) mengalami kemunduran fungsional yang menyebabkan gejala
menua.
2.2.3 Teori Neuroendokrin
Teori ini menempatkan hormon sebagai pusat dari proses menua. Menurut
teori ini, proses menua tergantung pada peranan kelenjar hipofisis yang
mengeluarkan hormon DECO (Decreasing Oxygen Consumption) yang dapat
menstimulir pengurangan konsumsi oksigen dan mengurangi usaha hormon tiroid
dalam proses menua.
2.2.4 Teori Mutagenesis Intrinsik
Pada mutagenesis intrinsik terdapat peranan DNA metilation sebagai faktor
pengatur dalam menunjang proses menua. Adanya DNA metilation dapat
menyebabkan kesalahan mengkode dalam replikasi akibat informasi genetik yang
tidak sesuai atau tidak tepat, padahal informasi ini dibutuhkan oleh inti sel untuk
menghasilkan protein di dalam menunjang fungsi sel secara normal.
2.2.5 Teori Imunologi
Teori ini menyatakan bahwa kapasitas fungsional sistem imun mengalami
kemunduran dengan bertambahnya umur, mereduksinya fungsi sel limfosit T dan
turunnya resistensi terhadap infeksi penyakit.



21
21
2.2.6 Teori Nutrional Component
Teori ini menjelaskan bahwa kekurangan makanan menyebabkan perubahan
fisiologis dan anatomis yang selanjutnya menyebabkan kerusakan dan terbatasnya
regenerasi sel sehingga terjadi proses menua.
2.2.7 Teori Sintesa Protein
Proses menua disebabkan karena gangguan mekanisme sintesa protein.
Tahapan sintesa protein dipengaruhi oleh aktivitas enzim. Perubahan aktivitas enzim
menyebabkan gangguan sintesa protein sehingga terbentuk protein abnormal
2.2.8 Teori Radikal Bebas
Akhir-akhir ini proses menua banyak dikaitkan dengan aktifitas radikal bebas
di dalam tubuh. Teori ini menyatakan bahwa radikal bebas yang bersifat sangat
reaktif ini dapat merusak komponen sel dan inti sel sehingga terjadi degenerasi.

2.3 Perubahan Jaringan Tubuh Akibat Proses Menua
Proses menua akan mempengaruhi sel-sel tubuh, bahan intraseluler dan cairan
tubuh. Perubahan jaringan tubuh yang terjadi meliputi:
21

2.3.1 Perubahan sel tubuh
Sel-sel tubuh mengalami perubahan internal, sehingga fungsinya secara
umum menjadi berkurang dan tidak sempurna. Sel-sel tubuh akan mengalami atropi
yang dapat terjadi pada seluruh jaringan dan organ tubuh.





22
22
2.3.2 Perubahan cairan tubuh
Pada lansia terlihat berkurangnya cairan tubuh. Berkurangnya cairan tubuh
akan menyebabkan berkurangnya berat badan juga keriputnya jaringan dan organ
tubuh.
2.3.3 Perubahan serabut kolagen
Bertambahnya serabut kolagen atau kolagenisasi dapat menyebabkan
kekakuan jaringan sehingga daya fleksibilitas berkurang akan tetapi menjadi lebih
tahan terhadap enzim proteolitik.
2.3.4 Perubahan elastisitas
Serabut elastis tampak kehilangan elastisitasnya dan kelihatan bertambah
tebal.
2.3.5 Perubahan bahan mineral
Pengendapan bahan mineral dan garam Ca pada jaringan akan mengurangi
fisiologis jaringan.

2.4 Perubahan Mukosa Mulut Pada Lansia
Mukosa mulut manusia dilapisi oleh lapisan epitel yang berfungsi terutama
sebagai suatu barier terhadap pengaruh lingkungan dalam dan luar mulut. Shklar
melaporkan terdapat perbedaan mukosa mulut antara orang berusia muda dengan
orang berusia lanjut.
5
Dengan bertambahnya usia, lapisan epitel yang menutupi mukosa mulut
cenderung mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya pembuluh


23
23
darah kapiler dan suplai darah, serta serabut kolagen yang terdapat pada lamina
propria akan mengalami penebalan.
5
Akibat perubahan-perubahan tersebut, secara klinis terlihat mukosa menjadi
lebih pucat, tipis dan kering, proses penyembuhan menjadi lebih lambat, mukosa
mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap tekanan ataupun gesekan. Keadaan ini
dapat diperberat karena berkurangnya aliran saliva pada lansia.
5

Selain dari proses menua, kelainan pada rongga mulut dapat juga disebabkan
oleh penyakit sistemik yang dapat menimbulkan manifestasi di rongga mulut.
6

Kondisi dalam mulut sendiri, seperti adanya gigi tiruan, gigi yang tajam dan restorasi
yang tidak baik juga dapat menyebabkan kelainan pada mukosa mulut.
7

Perubahan-perubahan pada mukosa mulut yang sering terlihat pada lansia
adalah:
2.4.1 Keratosis
Akibat proses menua, keratinisasi pada mukosa mulut akan mengalami
pengurangan. Hal ini dapat menyebabkan jaringan lunak mulut menjadi rentan
terhadap iritasi fisik, kemis, maupun iritasi bakteri.
23

Keratosis ditandai dengan adanya penebalan berwarna putih pada mukosa
mulut, tidak dapat dihapus dengan sapuan kapas dan jari.
23
Biasa dijumpai dan sering
dapat dibuktikan berhubungan dengan cengkeraman gigi tiruan, tepi yang kasar dari
gigi tiruan atau fraktur gigi, pada perokok berat dan juga pada mukosa bukal yang
berhadapan dengan gigi.
6
Keratosis sebagian besar bersifat jinak tetapi dapat berpotensi menjadi ganas.
6

Prevalensi lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan dengan pada wanita.
23


24
24

Gambar 1. Keratosis pada mukosa bukal
24


2.4.2 Kelainan pada lidah
Pada lansia sering ditemukan kelainan-kelainan pada lidah.
5
Kelainan-kelainan yang sering terjadi antara lain :
2.4.2.1 Fissured Tongue
Lidah berfisur adalah variasi dari anatomi lidah normal yang terdiri atas satu
fisura garis tengah, fisura ganda atau fisura multipel dengan berbagai kedalaman yang
terdapat pada permukaan dorsal dari dua pertiga anterior lidah. Penyebabnya tidak
diketahui secara pasti, tetapi lidah berfisur barangkali merupakan suatu proses
perkembangan dan bertambah banyak seiring dengan pertambahan usia.
25


25
25

Gambar 2. Fissured tongue

2.4.2.2 Geografic tongue
Lidah geografik adalah suatu peradangan jinak yang disebabkan oleh
mengelupasnya keratin superfisial dan papila-papila filiformisnya. Penyebabnya tidak
diketahui, tetapi diperkirakan karena stres emosional, defisiensi nutrisi dan herediter.
Keadaan ini dapat timbul tiba-tiba dan menetap selama berbulan-bulan atau
bertahun-tahun. Lidah geografik paling sering mengenai wanita dan orang-orang
dewasa usia pertengahan.
25

Gambar 3. Geografic tongue
25


26
26
2.4.2.3 Coated tongue
Coated tongue merupakan suatu keadaan dimana permukaan lidah terlihat
berwarna putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa
makanan dan plak bakteri yang terdapat pada permukaan dorsal lidah.
26


Gambar 4. Coated tongue

2.4.2.4 Sublingual Varikositis
Sublingual varikositis adalah pelebaran vena yang umum dijumpai pada orang
tua dengan insiden 40-50%.
21,25
Penyebab pelebaran vaskuler ini adalah penyumbatan
vena oleh benda asing internal seperti plak atau hilangnya elastisitas dinding vaskuler
akibat proses menua.
25

Varikositas tampak sebagai pertumbuhan noduler, berfluktuasi, berwarna
merah, biru sampai ungu. Varikositas intraoral paling umum timbul superfisial pada
pemukaan ventral dari dua pertiga anterior lidah dan dapat meluas ke tepi lateralnya.
Varikositas bisa terjadi pada wanita maupun pria secara seimbang.
25


27
27

Gambar 5. Sublingual varikositis


2.4.2.5 Atropi Papila Lidah
Pada orang berusia lanjut, permukaan dorsal lidah akan cenderung menjadi
licin yang disebabkan atropi papila lidah. Atropi biasanya dimulai dari bagian apeks
dan sebelah lateral lidah.
5
Didapati jumlah papila berkurang dan terjadi penurunan
sensitivitas rasa. Biasanya terjadi akibat defisiensi vitamin B kompleks yang sering
terjadi pada lansia.
21,23


Gambar 6. Atropi papila lidah pada lansia
27





28
28
2.4.3 Angular Cheilitis

Angular cheilitis merupakan keadaan fissura eritematus yang memancar pada
sudut mulut. Keadaan ini sering terjadi sesudah usia 50 tahun dan biasanya diderita
oleh pemakai gigi tiruan. Etiologinya diperkirakan berhubungan dengan infeksi
campuran Candida albicans dan Staphylococcus aureus. Umumnya kronis, biasanya
bilateral dan sering berhubungan dengan stomatitis gigi tiruan serta glossitis, dimensi
vertikal yang turun dan defisiensi vitamin B.
6,25

Pada awalnya jaringan mukokutan di sudut-sudut mulut menjadi merah, lunak
dan berulserasi. Selanjutnya, fissura-fissura eritematus menjadi dalam dan melebar
beberapa cm dari sudut mulut ke kulit sekitar bibir atau berulserasi dan mengenai
mukosa bibir dan pipi.
25

Gambar 7. Angular cheilitis pada sudut mulut
25

2.4.4 Pigmentasi
Pigmentasi umum terjadi pada mukosa oral. Pigmentasi dapat disebabkan oleh
faktor endogen yang disebabkan karena tertimbunnya hemoglobin, hemosiderin dan
melanin, juga dapat disebabkan oleh faktor eksogen yang berasal dari luar.
7
Mukosa
mulut dapat terlihat berwarna merah, biru, ungu, abu-abu, coklat dan hitam.
28



29
29

Gambar 8. Pigmentasi pada gingiva

2.4.5 Kandidiasis
Kandidiasis merupakan suatu lesi yang disebabkan oleh berbagai jamur
kandida, dimana yang paling banyak terdapat pada tubuh manusia adalah Candida
albicans.
7
Terdapat beberapa bentuk kandidiasis, yaitu kandidiasis pseudomembran
akut (thrush), kandidiasis atropik akut, kandidiasis atropik kronis, dan kandidiasis
kronik hiperplastik.
7,25,29

Kandidiasis disebabkan oleh berbagai faktor predisposisi. Usia tua merupakan
salah satu faktor predisposisi , terutama tipe pseudomembran akut.
29
Lesi ini biasanya
dijumpai pada mukosa pipi, lidah dan palatum lunak.
25













Gambar 9. Kandidiasis pseudomembran akut
30



30
30

Gambar 10. Kandidiasis kronik hiperplastik
31

2.4.6 Kelainan yang berhubungan dengan pemakaian gigi tiruan
Berkurangnya aliran saliva pada lansia akan mengganggu retensi gigi tiruan
karena aksi adhesif saliva antara dasar gigi tiruan dengan jaringan lunak akan
berkurang.
5
Pada lansia yang menggunakan gigi tiruan dapat terjadi:
2.4.6.1 Traumatic Ulcer
Biasanya terjadi karena adanya tekanan dari dasar atau sayap gigi tiruan
yang tidak pas atau dari kerangka gigi tiruan sebagian.

Bentuk ulkus sesuai dengan
penyebabnya, yaitu memanjang, biasanya soliter dan ukurannya bervariasi.
Permukaannya biasanya tertutup selaput putih kekuningan dan dikelilingi tepi yang
lebih tinggi dan keras pada perabaan.
6


Gambar 11. Traumatic ulcer
24


31
31
2.4.6.2 Denture Stomatitis
Denture stomatitis ditandai dengan daerah kemerahan, diskret pada mukosa
yang kontak dengan gigi tiruan. Penyebab utama adalah Candida albicans, sedangkan
faktor predisposisinya adalah daya tahan jaringan setempat yang rapuh/kurang (iritasi
setempat yang kronis karena gigi tiruan tidak stabil, permukaan gigi tiruan yang
kasar, banyak kalkulus dan kebersihan mulut kurang) dan faktor-faktor yang dapat
menyuburkan kandida.
6

Gambar 12. Denture stomatitis
32

2.4.6.3 Denture Hiperplasia
Denture hiperplasia merupakan suatu keadaan hiperplasia jaringan yang
disebabkan oleh trauma dari pemakaian gigi tiruan yang tidak baik.
33


Gambar 13. Denture hiperplasia
25


32
32
2.4.7 Keganasan
Insidens keganasan meningkat seiring dengan pertambahan usia.
7
Kemungkinan hal ini dapat dihubungkan dengan adanya gangguan sistem kekebalan
tubuh oleh karena adanya atrofi dari salah satu organ tubuh (thymus) dimana fungsi
sel T menjadi menurun sehingga mudah terjadi infeksi disamping adanya faktor lokal
seperti iritasi kronis. Hal ini dapat dihubungkan dengan meningkatnya angka kejadian
dari kanker dan infeksi pada penderita lanjut usia.
6
Lesi praganas yang sering terjadi adalah leukoplakia dan lebih berpotensi
menjadi ganas pada penderita lanjut usia. Hampir 90% keganasan yang terjadi
merupakan skuamos sel karsinoma. Daerah yang paling sering terjadi keganasan oral
pada lansia adalah lidah, bibir, mukosa bukal, dasar mulut dan daerah posterior
orofaring.
7

Gambar 14. Leukoplakia dan eritroplakia
34



33
33

Gambar 15. Skuamos sel karsinoma
35






34
34
KERANGKA TEORI













Lansia
Pengertian Teori-teori
proses menua
Perubahan jaringan
tubuh akibat proses
menua
Perubahan
mukosa mulut
Kelainan
pada lidah
Angular
cheilitis
Pigmentasi Kandidiasis Keratosis
Kelainan yang
berhubungan dengan
pemakaian gigi
tiruan
Keganasan


35
35
KERANGKA KONSEP













Variabel tak terkendali:
- Jenis kelamin
- Penyakit sistemik yang diderita
- Obat-obatan yang digunakan
- Gigi palsu




Variabel bebas:
Lansia
Variabel terikat :
Lesi-lesi mukosa oral:
1. Keratosis
2. Fissured tongue
3. Geografic tongue
4. Coated tongue
5. Sublingual varikositis
6. Atropi papila lidah
7. Angular cheilitis
8. Pigmentasi
9. Kandidiasis
10. Traumatic ulcer
11. Denture stomatitis
12. Denture hiperplasia
13. Keganasan
Variabel terkendali :
Usia ( 60 tahun ke atas)


36
36
BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan secara survei deskriptif dengan pendekatan potong silang.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai. Waktu
penelitian adalah sampai seluruh jumlah sampel terpenuhi.

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah para lansia yang menghuni Panti Jompo Abdi
Darma Asih Binjai.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah para lansia yang berusia 60 tahun ke atas
di Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai.
Kriteria Inklusi kelompok sampel lansia :
- Lansia yang berusia 60 tahun ke atas
- Lansia yang bersedia diperiksa rongga mulutnya
- Lansia yang dapat membuka mulut dengan baik
Kriteria Eksklusi kelompok sampel lansia :
- Lansia yang berusia 60 tahun ke bawah


37
37
- Lansia yang menolak diperiksa rongga mulutnya
- Lansia yang mengalami kesukaran dalam membuka mulut

3.4 Besar Sampel
Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini,
penulis menggunakan persentase prevalensi lesi-lesi mukosa oral pada lansia di
beberapa panti jompo di Jakarta berdasarkan penelitian Sarsito AS, dkk (1997) yaitu
60,5%, diperoleh sampel dengan menggunakan rumus :
n =Za
2
.p.q / d
2

Dimana : Za =confidence level 95% ( 1,96)
p =persentase prevalensi lesi-lesi mukosa oral
q =1-p
d =presisi relatif 10%
n =1,962. 0,605 ( 1-0,605) / 0,1
2

=91,80
Jumlah sampel minimum yang didapat adalah 91,80 atau 92 orang. Maka
jumlah sampel yang akan diambil pada penelitian ini adalah 100 orang.

3.5 Identifikasi Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel bebas : Lansia
3.5.2 Variabel terikat : Lesi-lesi mukosa oral :
- Keratosis
- Fissured tongue


38
38
- Geografic tongue
- Coated tongue
- Sublingual varikositis
- Atropi papila lidah
- Angular cheilitis
- Pigmentasi
- Kandidiasis
- Traumatic ulcer
- Denture stomatitis
- Denture hiperplasia
- Keganasan
3.5.3 Variabel terkendali : Usia ( 60 tahun ke atas)
3.5.4 Variabel tak terkendali : - Jenis kelamin
- Penyakit sistemik yang diderita
- Obat-obatan yang digunakan
- Gigi palsu

3.6 Defenisi Operasional
a. Lansia adalah orang-orang yang telah mencapai usia lanjut
( 60 tahun ke atas).
6

b. Keratosis adalah penebalan berwarna putih pada mukosa mulut yang
tidak dapat dihapus dengan sapuan kapas ataupun jari.
23



39
39
c. Fissured tongue adalah fisur yang dapat berupa fisura garis tengah, fisura
ganda atau fisura multipel dengan berbagai kedalaman yang terdapat pada permukaan
dorsal dari dua pertiga anterior lidah.
25

d. Geografic tongue adalah suatu daerah yang ditandai oleh adanya bercak-
bercak gundul merah muda sampai merah, tunggal atau multipel dari papila filiformis
yang dibatasi atau tidak dibatasi oleh pinggiran putih yang menimbul.
25
e. Coated tongue merupakan suatu keadaan dimana permukaan lidah terlihat
berwarna putih atau berwarna lain yang merupakan tumpukan dari debris, sisa-sisa
makanan dan plak bakteri yang terdapat pada permukaan dorsal lidah.
26
f. Sublingual varikositis adalah pelebaran vena yang tampak sebagai
pertumbuhan noduler, berfluktuasi, berwarna merah, biru sampai ungu, timbul
superfisial pada pemukaan ventral dari dua pertiga anterior lidah dan dapat meluas ke
tepi lateralnya.
25
g. Atropi papila lidah adalah menurunnya jumlah putik kecap sehingga
permukaan dorsal lidah cenderung menjadi licin.
5,21

h. Angular cheilitis adalah terdapatnya fissura eritematus yang memancar
pada sudut mulut.
25
i. Pigmentasi adalah suatu daerah pada mukosa mulut yang sama rata dengan
permukaan, dapat terjadi dalam berbagai ukuran dan lokasi, dapat berwarna merah,
biru, ungu, hitam, abu-abu dan coklat.
25,28

j. Akut pseudomembranous kandidiasis adalah bercak putih kekuningan pada
mukosa, dapat dihapus dengan gulungan kapas dan meninggalkan dasar yang
eritematus dan berdarah.
36



40
40
k. Traumatic ulcer adalah ulkus yang memanjang, biasanya soliter dan
ukurannya bervariasi. Permukaannya biasanya tertutup selaput putih kekuningan
dengan tepi yang lebih tinggi dari perabaannya.
6

l. Denture stomatitis adalalah lesi berwarna merah, difus pada mukosa yang
ditutupi oleh gigi tiruan.
36

m. Denture hiperplasia adalah pertumbuhan yang berlebihan dari mukosa
yang berkontak dengan gigi tiruan, tampak licin dan halus atau bisa bernodul-nodul.
35

n. Keganasan dapat terlihat sebagai :
36

- Lesi yang berkembang sebagai lesi putih, indurasi dan permukaannya
mungkin nodular atau ulserasi. Lesi ini mungkin terfiksasi jika jaringan terjadi pada
bagian mukosa bergerak. Lesi dapat juga terlihat sebagai massa seperti jamur.
- Lesi yang berkembang pada daerah yang merah, terdapat indurasi dimana
jaringan terasa padat dan penebalan seluruh lesi atau tepi lesi jika mengalami ulserasi.
- Lesi yang mengalami ulserasi dengan indurasi pada tepi ulser. Ulser dapat
meninggi, tepi bergelung dan dapat berkembang membentuk area putih.
- Lesi yang terlihat sebagai massa yang tumbuh eksofitik dan dapat dengan
mudah berdarah.

3.7 Sarana penelitian
3.7.1 Alat dan bahan
Alat yang digunakan untuk pemeriksaan dalam rongga mulut adalah kaca
mulut, sonde, kapas, sarung tangan, masker, lampu senter, serta kamera untuk
dokumentasi penelitian. Sebagai bahan untuk desinfeksi adalah 3 buah baskom yang


41
41
masing-masing berisi air, povidon iodin dan terakhir dimasukkan ke dalam baskom
yang berisi alkohol, kemudian alat dikeringkan dengan handuk. Selanjutnya
dipergunakan untuk pemeriksaan subjek yang lain.
3.7.2 Formulir pencatatan
Formulir pencatatan terdiri dari blanko rekam medik yang mencakup data
demografi (nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
suku) dan data klinik subjektif dan objektif (pemeriksaan ekstra oral dan intra oral).

3.8 Cara Pengumpulan Data
3.8.1 Data demografi
Data demografi diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung
terhadap para lansia yang berusia 60 tahun ke atas dan melalui data sekunder yang
dapat diperoleh di panti jompo.
3.8.2 Data Klinik
Data klinik dapat diperoleh dengan melakukan pemeriksaan rongga mulut
terhadap subjek sebagai berikut :
- Subjek didudukkan dengan keadaan rileks. Posisi pemeriksa berdiri di
depan subjek.
- Pemeriksaan klinis dilakukan peneliti dengan bantuan asisten peneliti
dengan menggunakan 2 kaca mulut dan penerangan lampu senter.
- Catat lesi-lesi rongga mulut yang terlihat pada subjek pada blanko rekam
medik terutama lesi-lesi yang menjadi lesi target. Lokasi lesi juga dicatat.
Kriteria diagnosa lesi sesuai dengan kriteria pada defenisi operasional.


42
42
3.9 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan ditabulasikan.

3.10 Analisa Data
Data yang sudah terkumpul kemudian ditabulasikan dan analisa data
dilakukan dengan cara perhitungan persentase setiap lesi-lesi mukosa mulut yang
terlihat pada subjek.


















43
43
BAB 4
HASIL PENELITIAN

Subjek penelitian yang diperiksa berjumlah 100 orang, terdiri dari 52 orang
laki-laki (52 %) dan 48 orang perempuan (48 %).
Gambar 16 menunjukkan distribusi lansia berdasarkan kelompok umur dan
jenis kelamin. Untuk kelompok umur 60-69 tahun sebesar 17 % pada laki-laki dan
18 % pada perempuan, kelompok umur 70-79 tahun sebesar 19 % pada laki-laki dan
19 % pada perempuan, kelompok umur 80-89 tahun sebesar 12 % pada laki-laki dan
9 % pada perempuan, kelompok umur 90-99 tahun adalah 3 % pada laki-laki dan 2 %
pada perempuan dan untuk kelompok umur diatas 100 tahun sebesar 1 % pada laki-
laki.

Gambar 16. DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN KELOMPOK UMUR DAN
JENIS KELAMIN
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Jumlah
60 - 69 70 - 79 80 - 89 90 - 99 >100
Umur
DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN
KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN
Laki-laki
Perempuan



44
44
Gambar 17 menunjukkan latar belakang pendidikan dari 100 orang lansia
dimana 34 % laki-laki dan 25 % perempuan memiliki latar belakang pendidikan,
sedangkan yang tidak memiliki latar belakang pendidikan adalah sebesar 18 % pada
laki-laki dan 23 % pada perempuan.

Gambar 17. DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN LATAR BELAKANG
PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN

0
5
10
15
20
25
30
35
Juml ah
Berpendidikan Tidak Berpendidikan
Latar Bel akang Pendi di kan
DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN
Laki-laki
Perempuan









45
45
Gambar 18 menunjukkan tingkat pendidikan dari 59 orang lansia dimana yang
berlatar pendidikan sekolah agama adalah sebesar 3,4 % pada laki-laki dan 1,7 %
pada perempuan, sekolah guru sebesar 3,4 % pada laki-laki dan 3,4 % pada
perempuan, SD sebesar 32,2 % pada laki-laki dan 32,2 % pada perempuan, SMP
sebesar 8,5 % pada laki-laki dan 0 % pada perempuan dan SMA sebesar 10,2 % pada
laki-laki dan 5,1 % pada perempuan.

Gambar 18. DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN TINGKAT PENDIDIKAN
DAN JENIS KELAMIN

0
5
10
15
20
Juml ah
Sekolah
Agama
Sekolah
Guru
SD SMP SMA
Ti ngkat Pendi di kan
DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN
TINGKAT PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN
Laki-laki
Perempuan







46
46
Gambar 19 menunjukkan latar belakang kerja pada 100 lansia dimana 52 %
laki-laki pernah bekerja dan tidak ada laki-laki yang tidak pernah bekerja, sedangkan
36 % perempuan pernah bekerja dan 12 % perempuan tidak pernah bekerja.

Gambar 19. DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN LATAR BELAKANG
KERJ A DAN JENIS KELAMIN

0
10
20
30
40
50
60
Juml ah
Pernah Bekerja Tidak Pernah Bekerja
Latar Bel akang Kerj a
DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN
LATAR BELAKANG KERJA DAN JENIS KELAMIN
Laki-laki
Perempuan









47
47
Tabel 1 menunjukkan distribusi suku bangsa dari 100 orang lansia, dimana
suku Jawa adalah yang terbanyak sebesar 60 %, diikuti oleh suku Batak 20 %, suku
Padang 7 %, suku Sunda 4 %, suku Melayu 4 %, suku Aceh 2 %, suku Ambon 1 %,
suku Banten 1 % dan suku Kalimantan 1 %.

Tabel 1. DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN SUKU BANGSA

Suku Bangsa

Jumlah %
Jawa

60 60 %
Batak

20 20 %
Padang

7 7 %
Sunda

4 4 %
Melayu

4 4 %
Aceh

2 2 %
Ambon

1 1 %
Banten

1 1 %
Kalimantan

1 1 %
Total

100 100 %










48
48
Tabel 2 menunjukkan prevalensi penyakit sistemik pada 100 orang lansia
dimana rematik adalah yang terbanyak sebesar 33 %, hipertensi 27 %, ISPA 19 %,
demensia 11 %, stroke 4 %, anemia 4 %, penyakit mata 4 %, penyakit saluran cerna
4 %, DM 3 %, penyakit lain-lain yang terdiri dari inkontensia urin, kanker, dan
hemoroid sebesar 3 %, hipotensi 2 % dan penyakit kulit 1 %.

Tabel 2. DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN PENYAKIT SISTEMIK YANG
DIDERITA

Penyakit sistemik

Jumlah %
Rematik

33 33 %
Hipertensi

27 27 %
ISPA

19 19 %
Demensia

11 11 %
Stroke

4 4 %
Anemia

4 4 %
Penyakit Mata

4

4 %
Penyakit Saluran Cerna

4 4 %
DM

3 3 %
Lain-lain

3 3 %
Hipotensi

2 2 %
Penyakit Kulit

1 1 %


49
49
Tabel 3. PREVALENSI LESI-LESI MUKOSA MULUT PADA LANSIA

Lesi-lesi mukosa mulut

Jumlah % Lokasi
Pigmentasi

77 77 % Bibir, mukosa labial, gingiva,
palatum durum, mukosa bukal

Sublingual varikositis

76 76 % Sublingual lidah
Coated tongue

69 69 % Permukaan dorsal lidah
Fissured tongue 55 55 % Permukaan dorsal lidah
Keratosis 17


17 % Mukosa bukal, mukosa labial
Granula Fordyce

14 14 % Mukosa bukal, mukosa labial
Atropi papila lidah

10 10 % Permukaan dorsal lidah,
permukaan lateral lidah, 1/3
anterior lidah, 1/3 posterior
lidah

Traumatic ulcer

7 7 % Gingiva, mukosa bukal,
mukosa labial, permukaan
lateral lidah

Angular cheilitis

4 4 % Sudut bibir
Stomatitis

4 4 % Mukosa labial, mukosa bukal
Median rhomboid glossitis 1 1 % Permukaan dorsal lidah

Black hairy tongue 1 1 % Permukaan dorsal lidah

Fibroma

1 1 % Mukosa bukal





50
50
Tabel 3 menunjukkan prevalensi lesi-lesi mukosa mulut beserta lokasinya
pada 100 orang lansia dimana lesi mukosa mulut yang terbanyak adalah pigmentasi
sebesar 77 %, sublingual varikositis 76 %, coated tongue 69 %, fissured tongue
55 %, keratosis 17 %, granula fordyce 14 %, atropi papila lidah 10 %, traumatic
ulcer 7 %, angular cheilitis 4 %, stomatitis 4 %, median rhomboid glossitis 1 %,
black hairy tongue 1 % dan fibroma 1 %.

Tabel 4 menunjukkan distribusi keberadaan lesi pada lansia berdasarkan
keberadaan penyakit sistemik yang diderita dimana pada 94 % lansia yang memiliki
penyakit sistemik dijumpai lesi-lesi mukosa mulut, sedangkan 6 % lansia yang tidak
menderita penyakit sistemik juga dijumpai adanya lesi-lesi mukosa mulut.

Tabel 4. DISTRIBUSI LANSIA BERDASARKAN KEBERADAAN PENYAKIT
SISTEMIK DAN KEBERADAAN LESI-LESI MUKOSA MULUT

Penyakit Sistemik Jumlah % Ada / Tidak Ada Lesi
Ada 94 94 % Ada
Tidak Ada 6 6 % Ada






51
51
Gambar 20. DISTRIBUSI JUMLAH LESI-LESI MUKOSA MULUT PADA
LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN

0
5
10
15
20
25
30
35
Jumlah
Tidak ada
lesi
1 Lesi 2 Lesi 3 Lesi >3 Lesi
Jumlah Lesi
DISTRIBUSI JUMLAH LESI-LESI MUKOSA MULUT PADA
LANSIA BERDASARKAN JENIS KELAMIN
Laki-laki
Perempuan

Dari 100 orang lansia yang diperiksa, seluruhnya terdapat lesi-lesi mukosa
mulut. Lansia yang memiliki 1 lesi sebesar 2 % pada laki-laki dan 5 % pada
perempuan, 2 lesi sebesar 13 % pada laki-laki dan 10 % pada perempuan, 3 lesi
sebesar 4 % pada laki-laki dan 16 % pada perempuan dan lansia yang memiliki lebih
dari 3 lesi adalah sebesar 33 % pada laki-laki dan 17 % pada perempuan.
(Gambar 20)



52
52
Dari keseluruhan lesi-lesi mukosa mulut pada lansia, lokasi yang terbanyak
adalah pada lidah sebesar 92 %, diikuti mukosa labial 64 %, bibir 45 %, mukosa
bukkal 43 %, palatum durum 11 % dan sirkum oral 5 %. (Tabel 5)

Tabel 5. DISTRIBUSI LOKASI LESI-LESI MUKOSA MULUT PADA LANSIA

Lokasi Lesi Jumlah %
Lidah 92 92 %
Mukosa Labial 64 64 %
Bibir 45 45 %
Mukosa Bukal 43 43 %
Gingiva 39 39 %
Palatum Durum 11 11 %
Sirkum Oral 5 5 %


















53
53
BAB 5
PEMBAHASAN

Perhatian terhadap kesehatan rongga mulut lansia menjadi semakin penting
semenjak meningkatnya pembangunan di bidang kesehatan dimana terjadi
peningkatan kualitas kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup. Saat ini jumlah
lansia menjadi bertambah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Panti jompo merupakan tempat tinggal bagi lansia. Biasanya mereka tinggal
di panti jompo karena tidak memiliki keluarga lagi untuk mengurus mereka ataupun
sekedar untuk mendapatkan kehidupan yang lebih tenang di hari tua mereka. Panti
jompo berada di bawah pengawasan pemerintah ataupun sektor swasta. Penelitian ini
sendiri dilakukan di Panti Jompo Abdi Darma Asih kotamadya Binjai yang dikelola
oleh pemerintah. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini tentu saja belum dapat
mencerminkan lesi-lesi mukosa mulut manusia lanjut usia di Sumatera Utara, karena
Binjai merupakan salah satu dari sekian banyak kotamadya yang ada di propinsi
tersebut.
Lansia yang menghuni panti jompo ini berusia 60 tahun hingga 100 tahun,
dimana yang terbanyak adalah kelompok usia 70-79 tahun sebesar 38 %. Berdasarkan
teori yang dibahas dalam tinjauan pustaka, lansia pada Panti Jompo Abdi Darma Asih
Binjai berada dalam kelompok usia masa prasenium (55-64 tahun), kelompok usia
masa senescrus (>65 tahun) dan usia lanjut dengan resiko tinggi (>70 tahun)
menurut DEPKES RI.
1
Menurut WHO, termasuk ke dalam kelompok elderly
(60-74 tahun) dan kelompok aged (75 tahun ke atas), sedangkan menurut Pathy


54
54
termasuk ke dalam kelompok young elderly (65-75 tahun) dan kelompok old elderly
(75 tahun ke atas).
8,21
Hasil penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Sarsito AS, dkk (1997) dimana 70-79 tahun juga
merupakan kelompok usia terbanyak sebesar 37,8 %.
19
Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Corbet EF, dkk (1994) menemukan kelompok usia 75 - 84 tahun
sebagai kelompok usia terbanyak sebesar 34,4 %.
10
Fleishman R, dkk (1985)
mengelompokkan lansia ke dalam dua kelompok besar, yaitu 69 tahun ke bawah dan
70 tahun ke atas dan menemukan kelompok usia 69 tahun ke bawah adalah yang
terbanyak sebesar 51,53 %.
12
Berbeda dengan Lin HC, dkk (2001) yang
mengelompokkan usia 65-74 tahun saja sebagai sampel dalam penelitiannya.
14
Para penghuni panti memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda-beda,
dimana 41 orang (41 %) tidak memiliki latar belakang pendidikan dan lebih banyak
perempuan dibandingkan pada laki-laki. Hal ini terjadi karena hampir seluruh
populasi lahir pada masa penjajahan maupun masa kemerdekaan. Pada saat itu
pendidikan hanya ditujukan bagi keluarga mampu dan tidak seluruh orang dapat
bersekolah. Perempuan belum mendapatkan hak yang sama dengan laki-laki,
terutama di bidang pendidikan dan sebagian besar mereka hanya berada di rumah
untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bagi yang bersekolah, sebagian besar
tidak dapat meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena kurang
mampu. Sekolah dasar atau pada masa itu disebut sekolah rakyat milik pemerintah
Belanda, merupakan tingkat pendidikan terbanyak sebesar 38 %. Persentase ini lebih
rendah bila dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarsito AS, dkk
(1997) dimana 53 % tidak memiliki latar belakang pendidikan yang juga lebih banyak


55
55
pada perempuan daripada laki-laki dan 57,9 % untuk tingkat pendidikan SD yang
terbanyak.
19
Latar belakang pendidikan berperan penting terhadap kondisi kesehatan
rongga mulut seseorang. Latar belakang pendidikan yang rendah pada para penghuni
panti menyebabkan kurangnya pengetahuan akan pentingnya menjaga kesehatan
rongga mulut. Hal ini penting untuk menjadi perhatian para tenaga kesehatan agar
memberikan penyuluhan-penyuluhan mengenai upaya menjaga kesehatan rongga
mulut yang tepat sesuai dengan latar belakang pendidikan para penghuni panti.
Penghuni panti memiliki latar belakang kerja yang berbeda-beda pula. Sebesar
88 % memiliki latar belakang kerja yang sebagian besar merupakan laki-laki dan
tidak ada laki-laki yang tidak pernah bekerja. Pekerjaan para penghuni panti ini
berkaitan dengan latar belakang pendidikan yang mereka miliki. Sebagian besar
mereka memiliki latar belakang pendidikan yang rendah sehingga kebanyakan dari
mereka bekerja sebagai petani, pedagang, pekerja bangunan dan yang memiliki latar
belakang pendidikan yang cukup tinggi pernah bekerja sebagai guru dan ABRI.
Sedangkan perempuan yang tidak memiliki latar belakang pekerjaan memilih untuk
mengabdi pada keluarga sebagai ibu rumah tangga. Persentase ini lebih tinggi
dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sarsito AS, dkk (1997) yang
menemukan sebesar 44,7 % lansia memiliki latar belakang kerja dan juga lebih
banyak pada laki-laki.
19

Para penghuni panti terdiri dari beraneka ragam suku bangsa. Suku yang
terbanyak adalah suku Jawa yaitu sebesar 60 %. Suku Jawa merupakan salah satu
suku bangsa terbanyak di Propinsi Sumatera Utara, terutama di Kotamadya Binjai.
Persentase ini lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh


56
56
Sarsito AS, dkk (1997) yang menemukan suku Jawa juga yang terbanyak sebesar
43,5 %.
19
Suku bangsa menjadi salah satu data yang penting untuk diketahui dalam
penelitian ini. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan hidup yang berbeda-beda pada tiap
suku bangsa. Kebiasaan-kebiasaan tertentu dapat menjadi salah satu faktor
munculnya lesi dalam rongga mulut.
Semakin meningkat usia seseorang, semakin bertambah pula penyakit
sistemik yang dapat menyertainya, terutama pada lansia.
7
Berdasarkan data yang
diperoleh dari wawancara langsung maupun dari rekam medik di poliklinik, diketahui
bahwa 33% lansia menderita rematik dan merupakan penyakit sistemik yang paling
banyak diderita oleh para lansia. Penyakit sistemik seperti DM, hipertensi, ISPA,
anemia, stroke juga dijumpai pada penelitian ini. Penyakit sistemik ini dapat berperan
terhadap timbulnya lesi-lesi mukosa mulut pada lansia. Lansia yang tinggal dalam
panti ini sebagian besar memiliki penyakit sistemik, meskipun begitu dijumpai juga
lansia yang tidak memiliki penyakit sistemik walaupun dengan persentase yang
rendah. Baik lansia yang memiliki penyakit sistemik, maupun yang tidak memiliki
penyakit sistemik, dijumpai lesi-lesi mukosa mulut. Selain dari penyakit sistemik,
obat-obatan yang dikonsumsi sehubungan dengan perawatan terhadap penyakit
sistemiknya juga turut berperan menimbulkan lesi-lesi mukosa mulut. Adapun
penyebab dari rematik dapat bervariasi, selain karena autoimun, rematik juga dapat
dipicu oleh faktor pertambahan usia. Setiap persendian tulang memiliki lapisan
pelindung sendi yang menghalangi terjadinya gesekan antar tulang. Di dalam sendi
terdapat cairan yang berfungsi sebagai pelumas sehingga tulang dapat digerakkan
secara leluasa. Pada lansia, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan cairan


57
57
tulang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan sakit saat
digerakkan.
37
Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sarsito AS, dkk (1997) yang menemukan rematik sebagai penyakit
sistemik terbanyak sebesar 34,3 %.
19
Dari seluruh lesi-lesi mukosa mulut yang dijumpai pada lansia, pigmentasi
adalah yang terbanyak dijumpai sebesar 77 % dan sublingual varikositis sebesar
76 %. Pada lansia yang tidak memiliki penyakit sistemik hanya dijumpai lesi-lesi
mukosa mulut yang fisiologis seperti fissured tongue, coated tongue, sublingual
varikositis dan pigmentasi. Pigmentasi ini dapat disebabkan karena proses fisiologis
dalam tubuh lansia sendiri maupun karena kebiasaan merokok yang cukup tinggi di
kalangan lansia Panti Jompo Abdi Darma Asih Binjai, sedangkan sublingual
varikositis sebagai akibat pelebaran vena adalah umum terjadi pada lansia. Penyebab
pelebaran vaskuler ini adalah penyumbatan vena oleh benda asing internal seperti
plak atau hilangnya elastisitas dinding vaskuler sebagai akibat proses menua.
25
Corbet EF, dkk (1994)

dan Ismail LA, dkk (2000)

juga menemukan Sublingual
varikositis sebagai lesi yang paling banyak dijumpai dengan persentase lebih rendah
yaitu 37 % dan 25,1 %.
10,18
Hasil penelitian ini berbeda bila dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh oleh Lin HC, dkk (2001)

dan Sarsito AS, dkk (1997) yang
menemukan fissured tongue adalah yang terbanyak dijumpai sebesar 38,8 % dan
25,4 %.
14,19
Penelitian lain yang dilakukan oleh J orge J, dkk (1991), Espinoza I, dkk
(2003), Vigild M (1987)

dan Mujica V, dkk (2008)

juga menemukan hasil yang
berbeda dimana denture stomatitis merupakan yang terbanyak dijumpai sebesar
54 %, 22,3 %, 61 % dan 18 %.
11,15-17
Fleishman R, dkk (1985) meneliti dengan cara


58
58
berbeda dengan mengklasifikasikan lesi-lesi mukosa mulut berdasarkan lesi
proliferatif dan ulseratif dan menemukan lesi ulseratif yang terbanyak sebesar
51,5 %.
12
Rendahnya tingkat perekonomian dan pendidikan pada para penghuni panti
menyebabkan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan dalam menggunakan gigi
palsu. Hal ini sungguh berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di luar negeri
dimana kebanyakan dari lansia menggunakan gigi palsu dan banyaknya dijumpai lesi
akibat penggunaan gigi palsu seperti denture stomatitis. Keganasan tidak dijumpai
dalam penelitian ini, lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Corbet EF, dkk (1994), Jorge J, dkk (1991), Ali TB, dkk (2006), Lin HC, dkk (2001),
Espinoza I, dkk (2003), Mujica V, dkk (2008), Sarsito AS, dkk (1997) yang
menemukan keganasan seperti leukoplakia dan skuamous sel karsinoma dengan
prevalensi yang rendah.
10,11,13-15,17,19


Dalam penelitian ini, dari 100 orang yang diperiksa, seluruhnya
menunjukkan adanya lesi-lesi mukosa mulut. Pada 50 % lansia dijumpai lebih dari
3 lesi dalam rongga mulutnya. Hasil penelitian ini persentasenya lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil yang diperoleh oleh Sarsito AS, dkk (1997) yang
menemukan 39,5 % lansia memiliki mukosa mulut yang sehat dan 60,5 % dijumpai
1 atau lebih lesi-lesi mukosa mulut.
19
Lokasi lesi yang terbanyak dijumpai lesi-lesi
mukosa mulut pada penelitian ini adalah pada lidah sebesar 92 %. Penelitian lain juga
menunjukkan bahwa tidak seluruh lansia memiliki lesi-lesi mukosa mulut seperti
penelitian yang dilakukan oleh Corbet EF, dkk (1994), Jorge J, dkk (1991), Ali TB,
dkk (2006), Espinoza I, dkk (2003),

Vigild M (1987), Mujica V, dkk (2008) dan
Ismail LA, dkk (2000) menemukan 36 %, 58,9 %, 29,8 %, 53 %, 50 %, 57 %, 67,3 %


59
59
lansia dijumpai 1 atau lebih lesi-lesi mukosa mulut.
10,11,13,15-18
Dari perbandingan ini
dapat terlihat bahwa hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi lesi-lesi mukosa
mulut yang sangat tinggi. Hal ini dapat disebabkan karena kurangnya menjaga
kebersihan rongga mulut, kurangnya pengetahuan mengenai cara menjaga kesehatan
rongga mulut, adanya penyakit sistemik tertentu ataupun obat-obatan yang digunakan
yang dapat menimbulkan manifestasi di rongga mulut, adanya kebiasaan-kebiasaan
tertentu seperti merokok, menyirih ataupun karena proses fisiologis tubuh lansia
sendiri sebagai akibat dari proses menua.
Penelitian-penelitian yang ada kebanyakan tidak mencari prevalensi lesi-lesi
mukosa mulut berdasarkan jenis kelamin.
10-12,19
Berdasarkan hasil penelitian ini
didapat bahwa laki-laki memiliki jumlah lesi yang lebih banyak daripada perempuan,
serupa dengan hasil yang diperoleh Lin HC, dkk (2001).
14
Akan tetapi Mujica V, dkk
(2008)

menemukan hasil yang berbeda dan menemukan bahwa wanita memiliki lesi-
lesi mukosa mulut yang lebih banyak daripada laki-laki.
17
Dalam penelitian ini penulis tidak menghubungkan antara faktor-faktor
tersebut dengan timbulnya lesi-lesi mukosa mulut dan seperti kebanyakan peneliti
lainnya hanya mendiagnosa lesi berdasarkan pada evaluasi klinis saja. Untuk itu perlu
kiranya dilakukan penelitian lanjutan untuk mencari hubungan antara faktor-faktor
tersebut terhadap timbulnya lesi-lesi mukosa mulut pada lansia dan untuk
mengevaluasi lesi secara klinikopatologis.





60
60
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi lesi-lesi
mukosa mulut pada lansia di panti jompo Abdi Darma Asih Binjai sangat tinggi
hingga mencapai 100%. Hal ini menunjukkan masih banyaknya masalah kesehatan
pada lansia yang membutuhkan perhatian serius. Panti jompo ini memiliki poliklinik
untuk membantu meningkatkan kesehatan para lansia, akan tetapi pemeriksaan hanya
terfokus kepada penyakit sistemik saja serta memberikan obat untuk menanggulangi
penyakit sistemik tersebut. Tidak adanya dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan
kesehatan rongga mulut secara rutin serta tidak adanya edukasi yang diberikan oleh
dokter poliklinik juga berkaitan dengan rendahnya tingkat kesehatan rongga mulut
para lansia. Walaupun tidak ditemukan keganasan seperti halnya pada penelitian-
penelitian lain, adanya lesi-lesi mukosa mulut dengan prevalensi tinggi telah
menunjukkan kurangnya perhatian para penghuni panti terhadap kesehatan rongga
mulut dan hal ini berhubungan erat dengan rendahnya tingkat pengetahuan mereka
akan pentingnya menjaga kesehatan rongga mulut.
Penelitian ini hanya menguraikan secara umum lesi-lesi mukosa mulut pada
lansia, oleh karena itu diharapkan adanya penelitian lanjutan untuk melakukan
evaluasi lebih lanjut terhadap kaitan serta hubungan antara penyakit sistemik,
obat-obatan, serta faktor-faktor lain terhadap timbulnya lesi-lesi mukosa mulut pada
lansia. Selain itu juga diharapkan kepada tenaga kesehatan yang ada untuk
bekerjasama dengan dokter gigi dalam rangka meningkatkan kesehatan rongga mulut


61
61
lansia serta memberikan penyuluhan-penyuluhan dan edukasi yang sesuai dengan
latar belakang pendidikan para penghuni panti. Dengan adanya kerjasama yang baik
antara dokter dan dokter gigi diharapkan dapat mendukung tercapainya visi dan misi
Indonesia sehat 2010.





















62
62
DAFTAR PUSTAKA

1. Widayastuti R. Pengelolaan kesehatan periodontal pada lanjut usia. Jurnal
Ilmiah dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG UPDM (B) 2003; 1(2): 91-2
2. Jubhari EH. Tingkat kepuasan manula terhadap gigi tiruannya. Jurnal PDGI,
Edidi Khusus Kongres XXIII. 2008: 49
3. Lestari S, Boesro S. Pendekatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada
lansia. Jurnal Ilmiah dan Teknologi FKG UPDM (B) 2003; 1(2): 48-9
4. Badan Pusat Statistik. 2008. <http://www.datastatistikindonesia.com/
component/option,com_tabel/task,/Itemid,165/>(7 September 2008)
5. Hasibuan S. Keadaan-keadaan di rongga mulut yang perlu diketahui pada
usia lanjut. Majalah Kedokteran Gigi USU 1998; 4: 40-3
6. Ernawati DS. Kelainan jaringan lunak rongga mulut akibat proses menua.
Majalah Kedokteran Gigi (Dental Journal) 1997; 30(3): 111-4
7. Greenberg MS, Glick M. Burkets oral medicine diagnosis and treatment.
10
th
ed. Ontario: BC Decker Inc, 2003: 94,126, 612
8. Winasa IG. Prevalensi edentulous pada masyarakat usia lanjut di panti
wreda. Majalah Kesehatan Gigi Indonesia 1995; 1(5): 17-8
9. Machmud E. Pertimbangan pemilihan restorasi gigi tiruan cekat pada
penderita lansia. Jurnal PDGI, Edidi Khusus Kongres XXIII. 2008: 197
10. Corbet EF, Holmgren CJ, Philipsen HP. Oral mucosal lesions in 65-74-year-
old Hongkong Chinese. Community Dent Oral Epidemiol 1994; 22: 392-4


63
63
11. Jorge J, Almeida OP, Bozzo L, Scully C, Graner E. Oral mucosal health and
disease in institutionalized elderly in Brazil. Community Dent Oral Epidemiol
1991; 19: 173-5
12. Fleishman R, Peles DB, Pisanti S. Oral mucosal lesions among elderly in
Israel. J Dent Res 1985; 64(5): 831-3
13. Ali TB, Razak LA, Latifah RJ, Zain RB. An epidemiological survey of oral
mucosal lesions among elderly Malaysians. 2006; 12(1): 37 (abstrak)
14. Lin HC, Corbet EF, Lo EC. Oral mucosal lesions in Adult Chinese. J Dent
Res; 80(5): 1486-9
15. Espinoza I, Rojas R, Aranda W, Gamonal J. Prevalence of oral mucosal
lesions in elderly people in Santiago, Chile. J Oral Pathol Med 2003; 32(10):
571 (abstrak)
16. Vigild M. Oral mucosal lesions among institutionalized elderly in Denmark.
Community Dent Oral Epidemiol 1987; 15(6): 309 (abstrak)
17. Mujica V, Rivera H, Carrero M. Prevalence of oral soft tissue lesions in an
elderly Venezuelan population. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008; 13(5):
E270-3
18. Ismail LA, Saleh SM. Oral mucosal lesions and associated factors among
institutionalized elderly in Alexandria. Journal of the Egyptian Dental
Association 2000; 4(3): 2211 (abstrak)
19. Sarsito AS, Sumariyah S, Nugroho HS, Pradono SA, Setyawati T.
Epidemiological study on oral mucosal diseases among the institutionalized


64
64
elderly in Jakarta. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
1997; 4: 596-602
20. Natamiharja L. Status dan kebutuhan pelayanan kesehatan gigi lansia di kota
madya Medan. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia 2000; 7(1): 16
21. Winasa IG. Perubahan Jaringan rongga mulut pada usia lanjut. Majalah
Kesehatan Gigi Indonesia 1995; 1(4): 15-17
22. Susmiarsih T. Beberapa teori penuaan : suatu tinjauan. Jurnal Kedokteran
YARSI 1997; 5(1): 67-71
23. Franks AST, Hedegard B. Geriatric dentistry. Blackwell Scientific
Publications, 1973: 135-9
24. Anonymous. 2007. <http://www.egydental.com/vb/showthread.php/soft-
tissue-abnormalities-9603.html >(24 Oktober 2008)
25. Langlais RP, Miller CS. Kelainan rongga mulut yang lazim. Jakarta:
Hipokrates, 1992: 34,46,54,62,68,72
26. Anonymous. <http://www.answers.com/topic/coated-tongue> (24 Oktober
2008)
27. Spiller MS. http://www.doctorspiller.com/atropic_glossitis.htm (24 Oktober
2008)
28. Carpenter WM, Rudd M. Focal, flat pigmentations of the oral mucosa : a
clinical approach to the differential diagnosis. 2000.
<http://www.cda.org/library/cda_member/pubs/journal/jour1200/flat.html>
(24 Oktober 2008)


65
65
29. Appleton SS. Candidiasis: Pathogenesis, clinical characteristics, and
treatment. 2000. <http://www.cda.org/library/cda_member/pubs/journal/jour
1200/candi.html>. (27 Oktober 2008)
30. Anonymous. 1999. <http://www.medscape.com/content/1997/00/40/88/
408869/ 408869_fig.html>(24 Oktober 2008)
31. Anonymous. Daily/Weekly cases dept. of oral surgery Hornouchi hospital
Saitama, Japan. <http://www.horinouchi.or.jp/kokugeka/monthly.html>
(24 Oktober 2008)
32. Anonymous. <http://www.geocities.com/chelsea_scbd/reactive.html>
(24 Oktober 2008)
33. Stern D. Epulis fissuratum. 2006. <http://www.emedicine.com/derm/
topic654.htm>(27 Oktober 2008)
34. Anonymous. <http://www.nature.com/nrc/journal/v5/n2/fig_tab/nrc 1549_F1.
html> (24 Oktober)
35. Rizzolo D, Hanifin C, Chiodo TA. Oral cancer : how to find this hidden killer
in 2 minutes. 2007. <http://jaapa.com/issues/j20071001/articles/oralcancer
1007.htm>(24 Oktober 2008)
36. Zain RB, Ikeda N, Razak IA, Axell T, Majid ZA, Gupta PC, Yacoob M. A
national epidemiological survey of oral mucosal lesions in Malaysia.
Community Oral Dent Epidemiol 1997; 25: 379
37. Pusat Data dan Informasi PERSI. Rematik mengintai wanita muda. 2003.
< http://202.158.39.26/persi/?show=detailnews&kode=986&tbl=biaswanita>
(13 Maret 2009)


66
66
KARTU REKAM MEDIK

A. DEMOGRAFI :
1. Nama : ...................................................................
2. Tgl. Lahir / Umur : ...................................................................
3. Jenis Kelamin : ...................................................................
4. Alamat : ...................................................................
5. Pekerjaan : ...................................................................
6. Pendidikan :
7. Status Perkawinan : ...................................................................
8. Suku Bangsa : ...................................................................

B. ANAMNESIS :
1. Keluhan Subyektif :
a. Sakit : ...................................................................
b. Rasa Terbakar : ...................................................................
c. Mulut Kering : ...................................................................
d. Gangguan Rasa : ...................................................................
e.Lain-lain : ...................................................................

2. Riwayat Penyakit Sistemik :
a. ..................................................................................................................
b. ..................................................................................................................
c. ..................................................................................................................
d. ..................................................................................................................
e. ..................................................................................................................

3. Riwayat Obat-obatan :
a......................................................................................................................
b. ....................................................................................................................


67
67
c. ....................................................................................................................
d. ....................................................................................................................
C. PEMERIKSAAN FISIK :
1.Pemeriksaan Luar Mulut
a. Wajah : Simetris / Asimetris
b. Kelenjar Limfe : ...................................................................
c. Bibir : ...................................................................
d. Sirkum Oral : ...................................................................

2. Pemeriksaan Dalam Mulut
a. Gigi Tiruan : ada / tidak ada
Jenis : GTP / GTSL / GTC

b. Status Gigi

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

M =Gigi hilang
GR =Gigi radiks
K =Gigi karies
F =Tumpatan

c. Status jaringan lunak mulut
Gingiva
Mukosa Labial
Mukosa Bukal
Palatum Durum


68
68
Palatum Molle
Lidah
Dasar Mulut

d. Jenis Lesi :
- ...................................................................
- ...................................................................
- ...................................................................
- ...................................................................
- ....................................................................






























69
69
LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

Selamat pagi Kakek/Nenek,
Perkenalkan nama saya Shelly Mayvira, saat ini saya sedang menjalani
pendidikan dokter gigi di Universitas Sumatera Utara. Saya ingin memberitahukan
kepada Kakek/Nenek bahwa saya sedang melakukan penelitian dengan judul
Prevalensi Lesi-lesi Mukosa Mulut Pada Lansia di Panti Jompo Abdi Darma
Asih Binjai, Sumatera Utara (2008). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui kelainan-kelainan pada jaringan lunak mulut pada lansia di panti jompo
ini. Manfaat dari penelitian ini adalah agar dokter gigi dapat memberikan perawatan
yang sebaik-baiknya dalam menunjang kesehatan lansia secara keseluruhan.
Kakek/Nenek, pada usia lanjut, akan terjadi perubahan-perubahan pada tubuh,
termasuk juga pada rongga mulut, seperti timbulnya kelainan-kelainan pada jaringan
lunak mulut. Hal ini terjadi karena proses menua pada tubuh itu sendiri.
Saya akan mencatat identitas Kakek/Nenek (nama, umur, jenis kelamin,
pekerjaan, suku, status perkawinan, pendidikan). Setelah itu, saya akan bertanya
beberapa pertanyaan mengenai keluhan-keluhan pada rongga mulut yang
Kakek/Nenek rasakan. Adapun pemeriksaan yang akan saya lakukan diantaranya
hanya dengan melihat mulut Kakek/Nenek selama beberapa menit. Apabila dijumpai
adanya kelainan, saya mohon kesediaan Kakek/Nenek memperbolehkan saya
mengambil gambar tersebut.


70
70
Partisipasi Kakek/Nenek dalam penelitian ini bersifat sukarela. Tidak akan
terjadi efek samping sama sekali. Apabila selama penelitian berlangsung ada keluhan
yang Kakek/Nenek alami, silahkan menghubungi saya, Shelly Mayvira (HP:
06177737243)
Demikian penjelasan dari saya. Atas partisipasi dan kesediaan waktu
Kakek/nenek, saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,

(Shelly Mayvira)














71
71
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

Saya yang namanya tersebut di bawah ini :
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, maka dengan
penuh kesadaran dan tanpa paksaan, Saya menandatangani dan menyatakan bersedia
berpartisipasi pada penelitian ini.


Medan, / / 2008
Peneliti Peserta Penelitian


(Shelly Mayvira)

Вам также может понравиться

  • Contoh Pico Terbaru-Blok Endokrin 2012
    Contoh Pico Terbaru-Blok Endokrin 2012
    Документ3 страницы
    Contoh Pico Terbaru-Blok Endokrin 2012
    FerlianaFadli Arulnya Mimi
    100% (1)
  • LP ANC Poli Kandungan
    LP ANC Poli Kandungan
    Документ13 страниц
    LP ANC Poli Kandungan
    Muhammad Akbar Nugraha
    Оценок пока нет
  • LP Nyeri Gerontik
    LP Nyeri Gerontik
    Документ15 страниц
    LP Nyeri Gerontik
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • Askep Klien Dengan Gout
    Askep Klien Dengan Gout
    Документ8 страниц
    Askep Klien Dengan Gout
    Budifarma
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ7 страниц
    Bab 1
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • 98 222 1 SM
    98 222 1 SM
    Документ11 страниц
    98 222 1 SM
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • Stres Gejala
    Stres Gejala
    Документ7 страниц
    Stres Gejala
    Rios
    Оценок пока нет
  • Jarak Cina (Jatropha Multifida L.)
    Jarak Cina (Jatropha Multifida L.)
    Документ4 страницы
    Jarak Cina (Jatropha Multifida L.)
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    100% (1)
  • Ppok
    Ppok
    Документ32 страницы
    Ppok
    Om Zainul
    Оценок пока нет
  • 3 3 1 SM
    3 3 1 SM
    Документ9 страниц
    3 3 1 SM
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • ANALISIS PERILAKU Kesehatan
    ANALISIS PERILAKU Kesehatan
    Документ18 страниц
    ANALISIS PERILAKU Kesehatan
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • Jarak Cina (Jatropha Multifida L.)
    Jarak Cina (Jatropha Multifida L.)
    Документ4 страницы
    Jarak Cina (Jatropha Multifida L.)
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    100% (1)
  • Wahyu Widowati
    Wahyu Widowati
    Документ16 страниц
    Wahyu Widowati
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • Krista Marsha Esterlita
    Krista Marsha Esterlita
    Документ6 страниц
    Krista Marsha Esterlita
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • Tabel U-2
    Tabel U-2
    Документ5 страниц
    Tabel U-2
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • Krista Marsha Esterlita
    Krista Marsha Esterlita
    Документ6 страниц
    Krista Marsha Esterlita
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • Napza Dan Penatalaksanaan
    Napza Dan Penatalaksanaan
    Документ16 страниц
    Napza Dan Penatalaksanaan
    Amirah Dahalan
    Оценок пока нет
  • Demam Tifoid
    Demam Tifoid
    Документ4 страницы
    Demam Tifoid
    Rizka Hayyu Nafi'ah
    Оценок пока нет
  • Ppok
    Ppok
    Документ32 страницы
    Ppok
    Om Zainul
    Оценок пока нет
  • Demam Tifoid - Infeksi Lain Dari Salmonella
    Demam Tifoid - Infeksi Lain Dari Salmonella
    Документ15 страниц
    Demam Tifoid - Infeksi Lain Dari Salmonella
    sibakrukoek
    Оценок пока нет