Вы находитесь на странице: 1из 48

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Power supply adalah alat yang memasok energi listrik ke satu atau lebih beban listrik. Istilah ini paling sering diterapkan ke perangkat yang mengubah satu bentuk energi listrik yang lain. jenis-jenis power supply yaitu baterai, power supply AC, power supply DC, Linear regulated power supply, AC/DC supply Switched-mode power supply dll.tergantung dari fungsi dan keguanaan. Converter DC sebagai salah satu jenis power supply DC yang berfungsi untuk menaikkan tegangan. Converter DC sendiri memiliki beberapa jenis yaitu: Stepdown (buck) converter (untuk menurunkan teganagan), Step-up (Boost) converter (untuk menaikkan teganagan), Step-down/step-up (buck-boost) converter, (untuk menurunkandan menaikkan teganagan), Cuk converter,Push-pull converter,Fullbridge converter, dan Flyback converterbuck converter dan Boost Converter merupakan topologi converter dasar, karena yang lainnya merupakan turunan atau kombinasi dari buck converter atau Boost Converter. Boost Converter Terdapat dua alternatif transformasi daya dari sumber DC ke beban dengan cara yang dapat dikendalikan yaitu Linear Mode dan Switched Mode. Konversi daya mode linear menggunakan jatuh tegangan pada elemen resistif untuk mengatur tegangan. Mode ini juga hanya bisa digunakan sebagai penurun tegangan. Pada konversi daya Switched Mode, energi yang timbul oleh

karena jatuh tegangan pada induktor disimpan pada kondisi switched on, kemudian akan ditransfer ke beban pada kondisi swithced off. Cara ini menghasilkan efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan mode linear. Energi yang tersimpan pada induktor dapat diubah menjadi tegangan output yang lebih tinggi dibandingkan tegangan inputnya,lebih rendah atau inversi dari tegangan inputnya. Ada dua fundamental berbeda operasi mode untuk converter. Yang pertama, continues Conduction mode (CCM) yaitu tempat energi dalam induktor mengalir terus menerus selama operasi dari konverter. Peningkatan tersimpan energi dalam induktor selama waktu ON dari switch adalah sama dengan energi yang dibuang ke output selama waktu OFF dari tombol, memastikan operasi steady-state. Pada akhir interval debit, energi sisa tetap di induktor. Selama berikutnya ON interval dari switch, energi membangun dari tingkat sisa untuk yang dibutuhkan oleh beban untuk switching berikutnya siklus. Dalam modus lain, discontinuesconduction mode (DCM),energi yang tersimpan dalam induktor selama interval ON saklar itu sama hanya dengan energi yangdibutuhkan oleh beban untuk satu switching siklus, ditambah jumlah kerugian konverter. energi dalam induktor menghabiskannya ke nol sebelum akhir setiap siklus switching, sehingga dalam suatu periode tidak ada aliran energi, atau operasi terputus-putus. Kedua modus pengoperasian telah signifikan mempengaruhi kinerja Converter. Salah satu keputusan pertama untuk membuat dalam mendesain Boost Converter adalah memilih mode Converter untuk mengoperasikannya. Dari uraian sebelumnya, pada tugas akhir ini akan diaplikasikan Boost Converter jenis Conduction continues mode (CCM) switch mode dari masukan

12v di konversikan keluarannya menjadi 24v dengan cara menentukan duty-ratio, resistanti, kapsitor, dioda, mosfet, arus dan tegangan. setelah itu menganalisa dengan menggunakan sim power system matlab 2008 dan circuit maker serta mengimplementasikannya ke papan PCB.

1.2 Rumusan Masalah

Perumusan dan penjabaran masalah yang dibahas dalam penulisan Tugas akhir adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Desain Rangkaian Boost Converter conductions continues switch mode menggunakan sim power system dari progam matlab 2008 2. Bagaimana implementasi desain kedalam rangkaian elektronik diatas papan PCB.

1.3 Tujuan 1. Mendesain dan mengimplementasikan Rangkaian Boost Converter

conductions continues switch mode ke papan pcb 2. Menganalisa output tegangan dari rangkaian elektronik boost converter dengan output tegangan boost converter menggunakan sim power system menggunakan matlab 2008

1.4 Batasan Masalah 1. Desain Rangkaian Boost Converter conductions continues switch mode menggunakan sim power system menggunakan matlab 2008. 2. Pembuatan rangkaian elektronik Boost Converter. 3. Analisa dari Rangkaian Boost Converter conductions continues switch mode .

1.5 SISTEMATIKA LAPORAN


BAB I Pendahuluan Membahas tentang latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat, Batasan Masalah, Sistematika Laporan. BAB II Dasar Teori Boost Converter, Kapasitor, Matlab . BAB III Metodologi Berisi tentang Desain Catu Daya, Desain PWM, Desain Boost Converter, Proses Perancangan dan pembuatan alat. BAB IV Pengujian dan Pembahasan Berisi tentang Pengujian pada rangkaian. BAB V Penutup Berisi Tentang Kesimpulan dan Saran Induktor, Mosfet, PWM, LM358,

BAB II DASAR TEORI

2.1 BOOST CONVERTER Pengubah daya DC-DC (DC-DC Converter) tipe peralihan atau dikenal dengan sebutan DC Chopper dimanfaatkan terutama untuk penyediaan tegangan keluaran DC yang bervariasi besarannya sesuai dengan permintaan pada beban. Daya masukan dari proses DC-DC tesebut adalah berasal dari sumber daya DC yang biasanya memiliki tegangan masukan yang tetap. Pada dasarnya, penghasilan tegangan keluaran DC yang ingin dicapai adalah dengan cara

pengaturan lamanya waktu perhubungan antara sisi keluaran dan sisi masukan pada rangkaian yang sama. Komponen yang digunakan untuk menjalankan fungsi penghubung tersebut tidak lain adalah switch (solid state electronic switch) seperti misalnya Tyristor, MOSFET, IGBT, GTO. Secara umum ada dua fungsi pengoperasian dari DC Chopper yaitu penaikkan tegangan dimana tegangan keluaran yang dihasilkan lebih tinggi dari tegangan masukan, dan penurunan tegangan dimana tegangan keluaran lebih rendah dari tegangan masukan. Boost Converter atau step up converter adalah DC Chopper yang tegangan keluarannya dapat diatur lebih besar atau sama dengan tegangan sumber. Pada umumnya rangkaian ini digunakan untuk regulated power supply (catu daya yang tegangannya dapat diatur). Rangkaian dasar Boost Converter ditunjukkan dalam Gambar 2.1 Kapasitor C harus mempunyai kapasitas yang sangat besar agar

dapat memberikan tegangan konstan saat beban tidak mendapat suplai dari sumber.

D C VO

VS

PWM

Gambar 2.1 Rangkaian dasar Boost Converter (Rashid,2001)

Pada gambar 2.1 komponen switchnya diatur dengan metode PWM. Jika switch ditutup, dioda D akan mendapat tegangan mundur (reverse bias), sehingga dioda tidak menghantar dan tidak ada arus yang mengalir ke beban. Arus dari sumber hanya mengalir ke induktor L. Sesuai dengan sifatnya, arus yang mengalir akan disimpan oleh induktor dalam bentuk magnet. Ketika switch dibuka, dioda D akan mendapat tegangan maju (forward bias), sehingga dapat mengalirkan arus dari sumber. Arus yang mengalir ke beban akan lebih besar daripada arus yang dikeluarkan sumber, karena mendapat tambahan arus yang sebelumnya disimpan oleh induktor. Akibatnya tegangan pada beban juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan hukum Ohm di mana tegangan pada suatu beban adalah arus dikalikan resistansi beban.

2.1.1 Prinsip Kerja Boost Converter Berikut bentuk diagram rangkaian dasar Boost Converter dan bentuk gelombang keluarannya :

Gambar 2.2 Gambar Boost Converter: (a) Diagram Rangk. (b) Bentuk gelombang (H. Muhamad Rashid, Power Elektronik Handbook, academic Press, California, 2003, hal 216)

Storing Energy

Induktor
2

D1

V in Q1

Capasitor

R Load

Gambar 2.3 MOSFET dalam Kondisi ON

Ketika switch S pada posisi 1, arus mengalir di Induktor L. Inductor menyimpan energi listrik dalam bentuk magnet. Perubahan Arus Induktor (IL) yang mengalir melalui induktor dengan rumus: .............................................................................................. (2.1) Peningkatan Arus Induktor (IL) ketika Switch pada posisi ON dengan rumus :

.............................................................. (2.2)

Dan ketika switch S pada posisi 2, beban R mendapat sumber energy dari Vin atau V sumber dan Induktor yang melepaskan energy listrik. Jika mempertimbangkan penurunan tegangan Dioda dan muatan pada kapasitor cukup besar untuk menahan Tegangan keluaran tetap konstan. Maka perubahan dengan : ......................................................................................... (2.3) dirumuskan

Sehingga, perubahan
( )(

selama periode OFF adalah :


) ( )( )

........................................... (2.4)

Realesing Energy Capasitor Filtering

Induktor
2

D1

V in Q1

Capasitor

R Load

Gambar 2.4 MOSFET dalam Kondisi Off Jadi, arus induktor harus sama pada awal dan akhir siklus pergantian. ini berarti perubahan keseluruhan dalam saat ini (jumlah perubahan) adalah nol. .................................................................................. (2.5) Menjumlahkan persamaan (2.2 ) dengan persamaan ( 2.4) maka akan menjadi:
( )( )

........................................ (2.6)

Sehingga jika disederhanakan akan menjadi : .................................................................................................... (2.7) Untuk mengetahui Duty ratio dapat ditentukan dengan persamaan : .................................................................................................. (2.8) Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa tegangan output (V0) akan lebih besar dibandingkan tegangan input (Vin) (sebagai Duty Ratio dari 0.1

sampai 0.9 ). Dengan demikian dapat diketahui arus keluaran dari rangkaian dengan persamaan :

10

........................................................................................................ (2.9)

Regulator Boost Converter hanya memerlukan sebuah MOSFET, sangat sederhana dan memiliki efisiensi yang tinggi dari 90 % di/dt atau arus beban dibatasi oleh induktor L. Namun demikian, arus masukan tidak memiliki satu polaritas tegangan keluaran dan arus keluaran yang unidirectional sehingga memerlukan rangkaian pelindung untuk kemungkinan adanya hubung singkat bila arus yang mengalir pada dioda.

2.2 Induktor Induktor seringkali disebut sebagai induktansi, lilitan, kumparan, atau belitan. Pada induktor mempunyai sifat dapat menyimpan energi dalam bentuk medan magnet. Satuan dari induktor Henry (H). Dalam rangkaian Boost Converter Induktor digunakan sebagai penyimpan energi listrik dalam bentuk medan magnet. Pemilihan Parameter induktor yang digunakan dalam Boost Converter harus sesuai dengan persamaan :
( )

............................................................................... (2.10)

Untuk menjamin kestabilan Boost Converter maka syarat yang harus dipenuhi adalah :

( ) ....................................................................... (2.11)

11

Arus yang mengalir pada induktor akan menghasilkan fluksi magnetik () yang membentuk loop yang melingkupi kumparan. Arus yang mengalir pada Induktor dapat diketahui dengan persamaan :

................................................................................ (2.12)

Dimana : Vin V0 L C R D = tegangan input = tegangan output = induktor = kapasitor = resistansi (beban) = Duty Ratio

= arus induktor

2.3 MOSFET MOSFET adalah singkatan dari Metal Oxide Semiconduktor Field Efect Transistor (semikonduktor FET oksida logam) yang memiliki sumber, gerbang dan penguras. Akan tetapi berbeda dengan JFET, gerbangnya sangat kecil untuk gerbang positif atau negatif. MOSFET kadang kadang disebut sebagai IGFET, singkatan dari insulated-gate FET (FET gerbang terisolasi).

12

2.3.1 MOSFET Tipe Pengosongan (Depletion-Type MOSFET) Gambar 2.5 memperlihatkan MOSFET saluran-n, sekeping bahan n penghantar dengan daerah p di sebelah kanan dan gerbang terisolasi di sebelah kiri. Elektron bebas dapat mengalir dari sumber ke penguras melalui bahan n. Daerah p disebut substrat (atau tubuh); secara fisik daerah ini mengurangi jalur penghantar menjadi saluran sempit . Elektron yang mengalir dari sumber ke penguras harus melalui saluran yang sempit ini. Lapisan tipis silikon dioksida (SiO2) ditempelkan pada sisi kiri saluran. Silikon dioksida sama seperti kaca, yang merupakan isolator (penyekat). Pada MOSFET gerbangnya terbuat dari logam. Karena gerbang terpisah dari saluran, maka hanya sedikit sekali arus gerbang yang mengalir, walaupun bila tegangan gerbang berharga positif.
DRAIN

n GATE p n SiO2 SOURCE SUBSTRAT

Gambar 2.5 MOSFET Tipe Pengosongan.

Pada ragam pengosongan, catu VDD memaksa elektron bebas mengalir ke sumber ke penguras. Elektron ini mengalir melalui saluran yang sempit pada sisi kiri dari substrat p. Bila tegangan gate cukup negatif, arus penguras putus. Sedang

13

pada ragam peningkatan, tegangan positif menaikkan jumlah elektron bebas yang mengalir melalui saluran. Makin positif tegangan gate, makin besar hantaran dari sumber ke penguras. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.6.

DRAIN n GATE + p n SOURCE n

DRAIN

VDD VGG

GATE + -

p n SOURCE

VDD

VGG
+

(a)

(b)

Gambar 2.6 Ragam MOSFET (a). Ragam Pengosongan (b) Ragam Peningkatan

Jenis ini memiliki arus drain yang baik pada ragam pengosongan maupun peningkatan. Karena jenis ini menghantar pada saat VGS = 0, yang juga dikenal sebagai MOSFET normally on.

2.3.2 MOSFET Tipe Peningkatan (Enhancement-Type MOSFET) Gambar 2.7.a memperlihatkan MOSFET tipe peningkatan saluran-n. Pada MOSFET ini, substrat meluas hingga menyentuh silikon dioksida; secara fisik tak ada lagi saluran n diantara sumber dan drain. Untuk mendapatkan arus drain, kita harus menerapkan tegangan gerbang positif. Gambar 2.7.b memperlihatkan polaritas pengaturan pra-tegangan yang normal. Bila VGS = 0, maka catu VDD

14

berusaha memaksa elektron bebas mengalir dari sumber ke drain, tapi substrat p hanya memiliki sedikit sekali elektron pita-konduksi yang dihasilkan secara thermal. Itulah sebabnya jenis ini disebut juga sebagai MOSFET normally off.

DRAIN

n GATE p n SUBSTRAT + SOURCE (a)

n + p n

VDD

SiO2

VGS

(b)

Gambar 2.7 MOSFET Tipe Peningkatan

Bila tegangan gate cukup positif, ia dapat menarik cukup banyak elektron untuk membentuk lapisan tipis elektron diantara sumber dan drain. Dengan kata lain, tegangan gerbang positif menarik elektron bebas ke dalam substrat p dan bergabung kembali dengan lubang yang berbatasan dengan silikon dioksida. Bila tegangan gerbang cukup positif, semua lubang yang bersentuhan dengan silikon dioksida terisi, dan elektron bebas mulai mengalir dari sumber ke drain.

2.3.3 Simbol Rangkaian MOSFET Terdapat 2 simbol yang digunakan untuk MOSFET saluran-n yang ditunjukkan pada Gambar 2.8. Simbol dalam Gambar 2.8.a menunjukkan simbol

15

yang digunakan untuk jenis MOSFET tipe Enhancement dan Gambar 2.8.b menunjukkan simbol yang digunakan untuk MOSFET tipe Depletion.

Drain

Drain

Gate
(a)

Gate Source
(b)

Source

Gambar 2.8 Simbol MOSFET untuk Peningkatan Saluran-n

2.3.4 Karakteristik MOSFET Simbol dan karakteristik tegangan arus MOSFET ditunjukkan dalam Gambar 2.9. MOSFET mempunyai tiga terminal dengan nama masing-masing adalah: Gate (G), Drain (D) dan Source (S). Gate identik dengan terminal Base (B) pada transistor, sedang Drain identik dengan Collector (C) dan Source identik dengan Emitor (E).

ID
ID on IGSn IGS4 IGS3

D G
VGS VDS

IGS2 IGS1

off

VDS
Gambar 2.9 Simbol dan karakteristik MOSFET

16

Simbol pada Gambar 2.9 adalah simbol MOSFET dengan channel N. Hal itu ditunjukkan dengan arah panah masuk pada terminal S. Jenis lainnya adalah MOSFET channel P yang simbol anak panahnya mengarah keluar. Daerah aktif dari MOSFET adalah daerah dalam sudut antara garis off dan on. Pada daerah ini terminal D dan S mengalami konduksi seperti halnya saklar tertutup. Akibatnya arus ID mengalir dari terminal D ke terminal S. Kondisi ini terjadi jika diberikan tegangan VGS yang nilainya lebih besar dari VGS threshold (penahan). VGS threshold adalah nilai VGS minimum yang diperlukan untuk menyebabkan terminal D dan S konduksi. Besar arus ID yang mengalir dari terminal D ke terminal S, tergantung dari nilai IGS yang diberikan. IGS akan bertambah jika tegangan VGS ditambah, dan akan berkurang jika VGS dikurangi. Jika teganganVGS berkurang hingga di bawah VGS threshold, konduksi antara terminal D dan S akan terputus.

2.4 Kapasitor Kapasitor (Kondensator) yang dalam rangkaian elektronika dilambangkan dengan huruf "C" adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi/muatan listrik di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kapasitor ditemukan oleh Michael Faraday (1791-1867).
2

Satuan kapasitor disebut Farad (F). Satu Farad = 9 x 1011 cm yang artinya luas permukaan kepingan tersebut. Struktur sebuah kapasitor terbuat dari 2 buah plat metal yang dipisahkan oleh suatu bahan dielektrik. Bahan-bahan dielektrik yang umum dikenal misalnya

17

udara vakum, keramik, gelas dan lain-lain. Jika kedua ujung plat metal diberi tegangan listrik, maka muatan-muatan positif akan mengumpul pada salah satu kaki (elektroda) metalnya dan pada saat yang sama muatan-muatan negatif terkumpul pada ujung metal yang satu lagi. Muatan positif tidak dapat mengalir menuju ujung kutub negatif dan sebaliknya muatan negatif tidak bisa menuju ke ujung kutub positif, karena terpisah oleh bahan dielektrik yang non-konduktif. Muatan elektrik ini tersimpan selama tidak ada konduksi pada ujung-ujung kakinya. Di alam bebas, phenomena kapasitor ini terjadi pada saat terkumpulnya muatan-muatan positif dan negatif di awan. Dalam pembuatan Boost Converter kapasitor digunakan untuk membatasi riak tegangan yang dihasilkan dari rangakaian Boost Converter. Untuk membatasi riak tegangan output (vo = vr) maka besar kapasitansi minimal filter capasitor dihitung dengan menggunakan Perssamaan :
...................................................................................... (2.13)

Fungsi penggunaan kapasitor dalam suatu rangkaian : 1. 2. 3. 4. 5. Sebagai kopling antara rangkaian yang satu dengan rangkaian yang lain. Sebagai filter dalam rangkaian. Sebagai pembangkit frekuensi dalam rangkaian antena. Untuk menghemat daya listrik pada lampu neon. Menghilangkan bouncing (loncatan api) bila dipasang pada saklar

18

2.5 PWM (Pulse Width Modulation) Dengan bentuk rangkaian ini suplai DC dikonversikan (atau diatur) ke dalam frekuensi tinggi (hingga 10 kHz) gelombang kotak dari lebar variabelnya dan tingginya yang tetap. Arus bolak-balik dalam bentuk gelombang keluaran yang diperlukan kemudian membentuk pulsa ini dimana lamanya waku menjadi sangat singkat Kontrol PWM (modulasi lebar pulsa) bekerja dengan switching power suplai ke beban dalam keadaan ON dan OFF dengan sangat cepat. Sinyal gergaji diatur menjadi sinyal gelombang kotak, pertukaran antara secara hidup penuh (hampir mendekati 12 Volt) dan nol. Berikut adalah besar nilai Duty Cycle atau siklus kerja dari PWM yang ditunjukkan pada gambar 2.10.
12 V

0 20 % Duty Cycle 12 V

0 50 % Duty Cycle 12 V

0 80 % Duty Cycle

Gambar 2.10 Kontrol PWM dengan Gelombang Kotak.

Pada PWM switching terdapat suatu switching yang konstan/tetap, switch control signal dengan control ON dan OFF yang dihasilkan dengan membandingkan suatu level control signal tegangan dengan suatu bentuk

19

gelombang berulang. Frekuensi tetap konstan dalam suatu kontrol pulse width modular (PWM) dengan batasan range frekuensi yang ditentukan. Berikut adalah blog diagram dari Pulse width modulator (PWM) dan Comparator signal dari Pulse width modulator (PWM) :

Gambar 2.11 Blok Diagram Pulse Width Modulator ( PWM) Sumber: Mohan, Undeland, dan Robbins (1989, p.65)

V r

Vc

V r

V r

Gambar 2.12 Comparator Signal Pulse Width Modulator (PWM) Sumber: Mohan, Undeland, dan Robbins (1989, p.65)

20

Tegangan kendali vc(t) yang dihasilkan oleh Controller akan dibandingkan dengan sinyal gergaji vr(t) dengan amplitudo konstan Vr pada frekuensi switching yang konstan (fs) seperti pada Gambar 2.12. Sinyal output switching dinyatakan dengan fungsi d(t), dimana : ( ( ) ) () ()

seperti tampak pada Gambar 2.12. Duty ratio PWM d(t) dinyatakan dengan :

()

( )

................................................................................... (2.14)

2.6 Penguat Operasional Penguat operasional atau Op-Amp adalah rangkaian elektronik yang dirancang dan dikemas secara khusus sehingga dengan menambahkan komponen luar sedikt saja dapat dipakai untuk berbagai keperluan. Dalam penulisan ini OpAmp digunakan sebagai Pembangkitan Pulsa. Pada dasarnya ada dua macam penguatan yaitu inverting dan non-inverting dengan konfigurasi seperti pada Gambar 2.13

Gambar 2.13 Rangkaian Penguat (a) Inverting, (b) Non-Inverting

21

Persamaan penguatan pada Gambar 2.13 adalah sebagai berikut: Inverting :

............................................................... (2.15) ( ) ................................ (2.16)

IC LM358 sebagai penguat masukan dari sensor, fungsi rangkaian penguat adalah untuk membangun sinyal PWM dan sinyal gergaji pada rangkaian Boost Converter.

Gambar 2.14 Konfigurasi Pin LM358

Penguat LM358 mempunyai 2 rangkaian penguatan (Gambar 2.13). Amplifier ini mempunyai beberapa keuntungan diatas tipe amplifier standar dalam mode single supply. Dapat beroperasi pada voltase daya dan 3V sampai 32V. Mode masukan daya (supply) ini termasuk negative supply, dengan demikian menghilangkan eksternal bias dari komponen pada banyak aplikasi. Cakupan voltase keluaran juga meliputi voltase negatif (negative supply).

22

LM358 dalam pengoperasiannya dapat dilakukan secara single supply atau split supply (Gambar 2.15).

Gambar 2.15 Konfigurasi Power Supply

2.7 MATLAB MATLAB merupakan suatu program yang awalnya dirancang untuk menyederhanakan pelaksanaan rutinitas numerik aljabar linier. Sejak itu tumbuh menjadi sesuatu yang lebih besar dan digunakan untuk mengimplementasikan algoritma numerik untuk berbagai aplikasi. Bahasa dasar yang digunakan sangat seerhana dengan notasi standar aljabar linier, tetapi ada beberapa ekstensi yang mungkinakan menyebabkan beberapa masalah pada awalnya. MATLAB adalah sebuah bahasa dengan kinerja tinggi untuk komputasi masalah teknik. Matlab mengintegrasikan komputasi, visualisasi, dan

pemograman dalam suatu model yang sangat mudah untuk dipakai. Dimana, masalah-masalah dan penyelesaiannya diekspresikan dalam notasi matematika yang familiar. Fitur-fitur Matlab sudah banyak dikembangkan, dan lebih dikenal dengan nama ToolBox. Sangat penting bagi pengguna Matlab, ToolBox mana yang

23

mendukung untuk Learn dan Apply teknologi yang sedang dipelajarinya. ToolBox ini merupakan kumpulan dari fungsi-fungsi Matlab yang telah dikembangkan ke suatu lingkungan kerja Matlab untuk memecahkan masalah dalam kelas Particular. Area-area yang sudah bisa dipecahkan dengan ToolBox saat ini meliputi pengolahan Sinyal, Sistem Kendali, Neural Networks (jaringan syaraf tiruan), Fuzzy Logic dan Wavelets.

2.7.1 Simulink Simulink MATLAB adalah fasilitas dalam perangkat lunak MATLAB yang dapat digunakan untuk membuat model suatu sistem, melakukan uji simulasi dari model tersebut dan menganalisa dinamika sistem model tersebut. Library browser merupakan ToolBox model yang terdiri dari Sink, Source, Math Operation dan lain-lain. Dalam Gambar 2.16 menunjukan gambaran Library Browser Simulink.

Gambar 2.16 Library Browser Simulink

24

2.7.2 Sim Power Systems Sim Power Systems adalah sekumpulan Tool yang dapat akan digunakan untuk merancang Boost Converter untuk diaplikasikan dalam pembuatan Model PWM (Pulse widh modulation) Boost Converter. ToolBox Sim Power Systems dapat digunakan dalam lingkungan kerja Matlab. Dalam Gambar 2.17 menunjukan gambaran Library Browser Sim Power Systems.

Gambar 2.17 Library Browser Sim Power Systems (Arun Rajagopalan. 2002)

25

BAB III METODOLOGI

3.1 Pengertian Umum Boost Converter Converter DC ke DC memiliki fungsi untuk mengubah tegangan masukan DC tetap menjadi tegangan keluaran DC yang berubah atau bervariasi yang diperlukan oleh beban. Sistem rancangan secara umum dapat diterangkan melalui diagram blok dibawah ini :

Power Supply

Boost Converter

Beban

PWM

Gambar 3.1 Diagram Blok Sistem.

Dari uraian diagram blok diatas dapat dijelaskan secara umum diskripsi kerja dari blok tersebut, yaitu : Power Supply DC ini digunakan untuk menyuplai ke dalam rangkaian yaitu rangkaian Boost Converter dan rangkaian PWM. Besar tegangan yang akan digunakan adalah 12 Volt pada rangkaian Boost Converter dan juga pada rangkaian PWM.

26

PWM yang digunakan dalam perencanaan ini menggunakan LM 358 Dalam perencanaan kali ini frekuensi yang akan dibangkitkan melalui LM 358 adalah sekitar 1 kiloHetz dengan mengeluarkan sinyal gergaji pada keluarannya. Keluaran dari LM 358 selanjutnya akan di trigger ke MOSFET dalam rangkaian Boost Converter. Tegangan yang keluar dari PWM selanjutnya akan diteruskan ke dioda yang berguna sebagai pengaman dari arus umpan balik jika beban pada Boost Converter bersifat induktif. Setelah melewati dioda, tegangan diteruskan ke kapasitor yang kemudian ke resistor. Kapasitor pada Boost Converter disini berfungsi sebagai Filter untuk mengurangi ripple pada outputnya sehingga bila semakin besar nilai C kapasitor maka gelombang keluaran diharapkan makin rata. Dari keluaran Boost Converter ini akan dihasilkan tegangan yang lebih atau sama dengan tegangan. Disini dipergunakan sebuah potensiometer yang digunakan untuk mengatur tegangan keluaran dari Boost Converter yaitu dengan mengatur Duty Cycle dari PWM.

3.2 Parameter Simulasi Untuk mendapatkan Boost Converter pada arus kontinyu (Continous Conductions Mode), diperlukan pemilihan parameter simulasi yang tepat untuk menghasilkan Boost Converter yang diinginkan seperti berikut : 1. 2. 3. 4. Merencanakan Tegangan Output VO = 24 Volt Menetapkan tegangan input Vin = 12 Volt Menetapkan frekuensi Switching fs = 1000 Hz Merencanakan Resistansi beban, R = 24 Ohm

27

5.

Menghitung Duty Ratio Dari persamaan (2.8) berikut diketahui Duty Ratio :

6.

Menentukan besar Kapasitansi Kapasitor Dengan asumsi perbandingan antara riak tegangan (Vr) dengan tegangan output (V0) sebesar 1 %

7.

Pemilihan Kapasitansi Kapasitor Untuk membatasi riak tegangan output (vo = vr) maka besar kapasitansi minimal filter kapasitor dihitung dengan menggunakan Persamaan (2.13)

Jika diasumsikan Vr/Vo = 1 % maka : ( )( )

Maka dipilihlah C = 2.2 mF 8. Pemilihan Boost Induktor dapat itentukan dengan persamaan (2.10) ( )

) ( (

)( )

9.

Untuk menentukan induktor pada rangkaian

Boost Converter maka

syarat yang harus dipenuhi adalah dengan persamaan (2.10):

28

( (

) )

Maka dalam percobaan simulasi dipilih induktor L = 2 mH 10. Menghitung arus Induktor dengan persamaan (2.12)

(
(

)
) ( )

11. Menghitung arus output dengan persamaan (2.9)

3.3 Desain Boost Converter menggunakan Simulink MATLAB Simulink MATLAB adalah fasilitas dalam perangkat lunak MATLAB yang dapat digunakan untuk membuat model suatu sistem, melakukan uji simulasi dari model tersebut dan menganalisa dinamika sistem model tersebut. Pada rangkaian Boost Converter tersebut terdapat rangkaian Boost Converter dan rangkaian PWM. Model simulasi PWM Boost Converter dapat dilihat pada Gambar 3.2 berdasarkan model simulasi tesebut yang akan diimplementasikan kepapan PCB.

29

3.3.1 Data Hasil Simulasi Desain Boost Converter Untuk melakukan pengujian rangkaian Boost Converter, maka pengujian yang dilakukan adalah melakukan simulasi pada rangkaian. Berdasarkan desain PWM Boost Converter pada gambar 3.2 rangkaian tersebut yang akan dilakukan pengujian. Pengujian simulasi dilakukan untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk melakukan penganalisaan rangkaian. Setelah melakukan Simulasi pada Rangkaian Boost Converter maka akan deperoleh grafik karakteristik. Data yang diperoleh berupa data grafik respon yang berupa sinyal respon yang keluaran dari desain Boost Converter yang terdapat pada rangkaian simulasi.

Gambar 3.2 Simulasi Boost Converter menggunakan Simulink dengan ToolBox Sympower system MATLAB (perancangan)

30

Berdasarkan hasil simulasi PWM pada Gambar 3.2 dapat diketahui Duty Ratio berdasarkan persamaan ( 2.9 ) yaitu : ( ) ( )
( )

ON

OF F Vr

Comparator Impulse ( Vc )

Gambar 3.3 Sinyal Respon Duty Cycle (D-Cycle) dan Duty Ratio(d) gelombang dalam kondisi Continous Conductions Mode (CCM)

Pada Gambar 3.3 merupakan sinyal pembentukan PWM (Pulse Width Modulation ). Dengan prinsip kerja Saklar primer yang dipergunakan adalah MOSFET karena mempunyai respon yang cepat terhadap perubahan kondisi ONOFF (pen-saklaran) dan sangat cocok untuk digunakan dalam sistem switching.

31

Repeating Sequence merupakan sumber pembentukan gelombang segitiga berbentuk Sinyal gergaji yang kemudian dikomparsikan (dibandingkan) dengan tegangan input DC (Vin) pada rangkaian Sumber Boost Converter. Maka akan didapatkan lebar pulsa atau yang populer disebut PWM (Pulse Width Modulation) yang akan mengendalikan Gate dari MOSFET.

Gambar 3.4 Sinyal Respon Tegangan Keluaran (V0) dan Arus Induktor (IL)

Performasi output yang terlihat pada Gambar 3.4 merupakan sinyal respon dari model Boost Converter dengan menggunakan input tegangan 12 Volt DC,

32

terlihat bahwa Respon tegangan output mencapai tegangan maksimum dan arus induktor mencapai arus maksimum. Dari sinyal respon tegangan output (V0) ini dapat dijadikan referensi untuk pengamatan selanjutnya meskipun tegangan puncak sangat besar.

3.4 Desain PWM (Pulse Width Modulation) Untuk membangkitkan sinyal PWM membutuhkan sinyal gergaji dan gelombang kotak.didalam LM 358 ini terdapat dua Op-Amp. Dari kedua Op-Amp tersebut dapat menghasilkan sinyal gergaji kemudian akan dikomperatorkan oleh satu Op-Amp lagi agar dapat menghasilkan sinyal kotak dengan cara pengaturan pada inverting input yang dapat diatur dengan menggunakan trimpot. Berikut adalah gambar Op-Amp yang di tunjukkan pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Rangkaian PWM dengan Menggunakan LM 358

33

3.5 Proses Perancangan dan Pembuatan Alat. Didalam perancangan dan pembuatan alat ini, diperlukan komponen, peralatan, dan langkah kerja serta buku referensi yang mendukung mengenai pembuatan alat ini. Kaxdrena dengan adanya semua itu, perancangan dan pembuatan dapat diselesaikan dengan hasil yang memuaskan. Langkah kerja merupakan suatu proses awal dari suatu pekerjaan yang paling utama dalam perancangan alat, karena dengan adanya itu kita dapat mengetahui hal hal yang dapat dikerjakan lebih dahulu didalam merencanakan alat. Didalam pembuatan alat, langkah kerja yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

3.5.1 Langkah Kerja Perancangan Alat. Untuk langkah kerja perancangan alat, langkah kerja yang dapat dilakukan adalah : a) Mempersiapkan alat dan bahan yang digunakan. b) Membuat rancangan rangkaian pada papan PCB. c) Merangkai hasil rancangan rangkaian dengan menggunakan solder listrik. d) Mendapatkan hasil data percobaan dari rangkaian tersebut.

3.5.2 Langkah Kerja Pembuatan Rangkaian Kontrol. Dalam pembuatan alat, langkah kerja merupakan hal yang penting. Karena dengan adanya langkah kerja kita dapat mengetahui langkah kerja yang harus dilakukan dalam pembuatan alat tersebut. Dengan mengikuti langkah kerja yang

34

baik, maka hasil yang didapatkanpun hasil yang baik. Adapun langkah kerja pembuatannya : a) Menyiapkan komponen yang digunakan.

b) Menyiapkan alat yang digunakan. c) Membuat jalur komponen pada PCB.

d) Melarutkan papan PCB dengan ferri clorida. e) f) Mengatur tata letak komponen. Mengebor dan memasang komponen sesuai dengan tata letaknya.

g) Menyolder komponen. h) Menguji hasil komponen.

3.5.3 Proses Pembuatan PCB a) Siapkan semua alat dan bahan untuk pembuatan PCB. b) Membuat gambar atau jalur PCB dari rangkaian yang akan dibuat sebagai perencaan. c) Mencuci papan pertinax (PCB) dengan sabun sehingga dengan menggunakan spidol yang tahan terhadap proses pencucian. d) Mencampur larutan ferriclorida dengan air panas dengan perbandingan yang sesuai. e) Mencelupkan dan menggoyang-goyangkan papan PCB dalam larutan fericlorida selama beberapa menit. f) Setelah tidak ada tembaga yang tersisa, lalu mengangkat dan membersihkan papan PCB dengan thinner atau semacamnya.

35

g) Mengebor papan PCB pada bantalan komponen. h) Papan PCB siap untuk digunakan.

36

BAB IV PENGUJIAN dan ANALISA

4.1 Pengujian pada Rangkaian PWM Pengujian terhadap PWM ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar tegangan yang mampu dihasilkan oleh Duty Cycle tersebut.

4.1.1 Peralatan 1. Osiloskop. 2. Multimeter.

4.1.2 Langkah Langkah Pengujian 1. Menyusun rangkaian sesuai dengan Gambar 4.1. 2. Mengatur Duty Cycle dan mengamati besar tegangan keluaran dan bentuk gelombang. Pada Gambar 4.1 dibawah menunjukkan gambar PWM dengan

menggunakan Op Amp Lm 358

Gambar 4.1 Skema Rangkaian PWM dengan Menggunakan Op-Amp Lm 358

37

Gambar 4.2 Sinyal PWM dengan Menggunakan Op-Amp Lm 358 Menggunakan Simulasi Circuit Maker

4.1.3 Pengujian dan Analisa Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil percobaan PWM dengan Duty Cycle dari 10 % hingga 100 % dengan frekuensi 1 kHz seperti pada Tabel 4.1 berikut. Tabel 4.1 Pengujian terhadap PWM Duty Cycle (%) 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Tegangan Keuaran (Volt) 0,88 1,43 2,07 2,80 3,73 3,97 4,28 4,84 5,20 5,44

38

Pada percobaan tersebut PWM yang dihasilkan mampu menghasilkan tegangan yang bervariasi dimana tegangan tersebut tergantung dari seberapa besar Duty Cycle atau siklus kerja yang dapat dihasilkan. Semakin besar Duty Cycle yang dihasilkan maka tegangan yang keluar dari PWM juga akan semakin besar. Berikut ini adalah bentuk gelombang keluaran dari PWM dengan frekuensi 1 kHz seperti pada gambar pengujian berikut ini.

Pengujian 1.

Gambar 4.3 PWM dengan Duty Cycle 10%

Dari bentuk gelombang diatas dapat diketahui nilainya: Lebar Pulsa = Duty Cycle (k) =

Ton 100% Ton Toff

39

10 10 100% = 100% = 10% 10 90 100

Time Rise = r = 1 s = 0,001 ms Time Fall =

= 5 s = 0,005

Pengujian 2.

Gambar 4.4 PWM dengan Duty Cycle 20%

40

Pengujian 3.

Gambar 4.5 PWM dengan Duty Cycle 40%

Pengujian 4.

Gambar 4.6 PWM dengan Duty Cycle 60%

41

Pengujian 5.

Gambar 4.7 PWM dengan Duty Cycle 80%

Pengujian 6

Gambar 4.8 PWM dengan Duty Cycle 100%

42

4.2 Pengujian terhadap Boost Converter


Pengujian Boost Converter dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tegangan keluaran dari Boost Converter terhadap perubahan Duty Cycle.

4.2.1 Peralatan 1. Multimeter. 2. Osiloskop.

4.2.2 Langkah Langkah Pengujian 1. Menyusun rangkaian sesuai dengan Gambar 4.9 2. Mengatur Duty Cycle pada PWM dan mengamati tegangan keluaran dari Boost Converter

Gambar 4.9 Skema Rangkaian Boost Converter

43

4.2.3 Pengujian dan Analisa Setelah melakukan beberapa percobaan maka di dapat hasil percobaan pada Tabel 4.2 di bawah. Tabel 4.2 Pengujian Boost Converter Tegangan Masukan (Volt) 12 12 12 12 12 12 Arus (Mili Ampere) 0,30 0,37 0.44 0,48 0,51 0,56 Tegangan keluaran (Volt) 11.5 15 17 20 22 24

Bentuk gelombang penyulutan MOSFET dihasilkan dari PWM

dan

tegangan sumber 11,68 volt. PWM digunakan untuk penyulutan MOSFET pada Boost Converter. Dengan pengaturan Duty Cycle yang bervariasi dihasilkan tegangan keluaran dari Boost Converter yang bervariasi pula. Pada saat tanpa pembebanan keluaran Boost Converter yang dapat menghasilkan tegangan keluaran sebesar 24 volt dengan Duty Cycle 50%. Berikut gambar gelombang keluaran dari Boost Converter pada saat tanpa beban.

44

Gambar 4.10 Keluaran Boost Converter Tanpa Beban

Dari Tabel 4.10 diatas dapat dilihat bahwa kecepatan motor DC sebanding dengan besarnya Duty Cycle pada saat berbeban. Ketika pengaturan Duty Cycle pada PWM diatur rendah maka tegangan keluaran pada boost converter akan kecil. Sebaliknya, ketika pengaturan Duty Cycle diatur tinggi maka tegangan keluaran pada boost juga akan. Dengan perubahan tegangan tersebut maka mengakibatkan perubahan arus pula. Sehingga bentuk gambar keluaran pada Boost Converter pada saat berbeban dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

45

Gambar 4.11 Keluaran Boost Converter Saat Berbeban

Dari gambar pengujian pada saat berbeban, dapat dilihat gelombang keluaran sama dengan pada saat tak berbeban hanya saja terdapat perubahan pada amplitudonya. Hal ini disebabkan besarnya nilai kapasitansi pada rangkaian Boost Converter yang berfungi sebagai peredam ripple dari tegangan keluaran Boost Converter tersebut, dan beban yang digunakan pada pengujian ini cukup kecil sehingga hasil gelombang keluaran dari Boost Converter tersebut baik. Dengan diketahui tegangan keluaran pada saat Duty Cycle 50% adalah 24 volt, tegangan masukan 12 volt, sehingga didapat dapat diketahui bahwa tegangan keluarannya meningkat 2 kali dari tegangan masukan pada Boost Converter tersebut. Dari data yang didapatkan dari pengujian yaitu tegangan keluaran yang diperoleh tegangan sebesar 2 kali lebih besar dari tegangan masukannya bahkan dapat lebih tinggi lagi dari data yang didapatkan tersebut. Untuk dapat lebih tinggi

46

lagi tegangan keluaran pada rangkaian Boost Converter, dilakukan dengan cara menseting pada nilai L pada rangkaian Boost Converter tersebut yang sesuai dengan rumusnya yaitu : Vout = VL + VIN Sehingga semakin besar nilai impedansi pada induktor L maka semakin besar tegangan keluaran yang dihasilkan.

47

BAB V PENUTUP

5.1 KESIMPULAN 1. Perbandingan tegangan keluaran dari simulasi sim power system menggunakan progam Matlab 2008 adalah 0.2 2. Sebagai penyedia tegangan keluaran DC yang bervariasi besaran tegangan keluarannya diatas tegangan masukan sesuai keperluan bebannya 3. Alat ini digunakan untuk mengatur tegangan dengan merubah Duty Cyclenya yang berpengaruh pada tegangan keluaran. 4. Hasil yang diperoleh dari simulasi sim power system menggunakan progam Matlab 2008 adalah hasil yang ideal sedangkan pada rangkaian sebenarnya adalah tidak ideal dikarenakan faktor-faktor tertentu misalnya kesalahan menentukan komponen. dengan rangkaian elektroniknya

5.2 SARAN 1. Dalam melakukan perencanaan, peralatan dan komponen yang digunakan harus sesuai dengan barang yang ada dipasaran. 2. Pemilihan kapasitor dalam penggunaan PWM sangat penting diperhatikan karena akan berpengaruh terhadap besar nilai frekuensi maupun besar ton.

48

3. Rangkaian yang digunakan pada PWM, dalam pengembangan selanjutnya tidak hanya menggunakan rangkaian analog, tetapi dapat menggunakan rangkaian seperti IC, mikrokontroler, rangkaian digital, penggabungan antara rangkaian Op-Amp dan IC.

Вам также может понравиться