Вы находитесь на странице: 1из 6

Efektivitas Program Sikat Gigi Bersama terhadap Risiko Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar Darwita RR.

Dkk J Indon Med Assoc, Volum: 61, Nomor: 5, Mei 2011. 204-10. Prevalensi penyakit karies gigi pada murid sekolah dasar (SD) menurut hasil Riskesdas 2007 adalah 72,1%.1

Gigi merupakan bagian dari alat pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia.Masalah utama kesehatan gigi dan mulut anak ialah karies gigi. Penyakit gigi yang sering diderita oleh hampir semua penduduk Indonesia ialah karies gigi. Riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007 menyebutkan bahwa prevalensi karies aktif di Indonesia sebesar 46,5%.2 Umumnya anak-anak memasuki usia sekolah mempunyai resiko karies yang tinggi, karena pada usia sekolah ini anak-anak biasanya suka jajan makanan dan minuman sesuai keinginannya. Pemilihan anak-anak kelas VI sebagai sampel dikarenakan anak-anak kelas VI rata-rata berusia 10-11 tahun. Anak-anak pada usia ini rentan terhadap pertumbuhan dan perkembangan karies gigi karena memiliki kebiasaan jajan makanan dan minuman baik di sekolah maupun di rumah.Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian pada anak-anak sekolah dasar kelas VI.2

Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan mahkota dan akar gigi yang dapat dicegah.3

Karies dentis merupakan proses patologis berupa kerusakan yang terbatas di jaringan gigi mulai dari email kemudian berlanjut ke dentin. Karies dentis ini merupakan masalah mulut uatama pada anak dan remaja, periode karies paling tinggi adalah pada usia 4-8 tahun pada gigi sulung dan usia 12-13 tahun pada gigi tetap, sebab pada usia itu email masih mengalami maturasi setelah erupsi, sehingga kemungkinan terjadi karies besar. Jika tidak mendapatkan perhatian karies dapat menular menyeluruh dari geligi yang lain (Behrman, 2002).5 Jenis karies gigi5 Menurut Widya (2008), jenis karies gigi berdasarkan tempat terjadinya : a. Karies Insipiens

Merupakan karies yang terjadi pada permukaan email gigi (lapisan terluar dan terkeras dari gigi), dan belum terasa sakit hanya ada pewarnaan hitam atau cokelat pada email. b. Karies Superfisialis Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam dari email dan kadang-kadang terasa sakit. c. Karies Media Merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin (tulang gigi) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan kamar pulpa. Gigi biasanya terasa sakit bila terkena rangsangan dingin, makanan asam dan manis. d. Karies Profunda Merupakan karies yang telah mendekati atau bahkan telah mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. Biasanya terasa sakit secara tiba-tiba tanpa rangsangan apapun. Apabila tidak segera diobati dan ditambal maka gigi akan mati, dan untuk perawatan selanjutnya akan lebih lama dibandingkan pada karies-karies lainnya. Proses Terjadinya Karies Gigi5 Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Suryawati, 2010). Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Pada karies dentin yang baru mulai yang terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri atas tulang dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi cabang-cabang odontoblas). Baru setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies yang amat dalam, tidak terdapat lapisan-lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan lapisan lima (Suryawati, 2010).

Faktor Penyebab Terjadinya Karies Gigi Menurut Yuwono (2003) faktor yang memungkinkan terjadinya karies yaitu : 1. Umur Terdapat tiga fase umur yang dilihat dari sudut gigi geligi yaitu : a. Periode gigi campuran, disini molar 1 paling sering terkena karies b. Periode pubertas (remaja) umur antara 14 tahun sampai 20 tahun pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan pembengkakan gusi, sehingga kebersihan mulut menjadi kurang terjaga. Hal ini yang menyebabkan prosentase karies lebih tinggi. c. Umur antara 40- 50 tahun, pada umur ini sudah terjadi retraksi atau menurunya gusi dan papil sehingga, sisa sisa makanan lebih sukar dibersihkan 2. Kerentanan permukaan gigi a. Morfologi gigi Daerah gigi yang mudah terjadi plak sangat mungkin terjadi karies. b. Lingkungan gigi Lingkungan gigi meliputi jumlah dan isi saliva (ludah), derajat kekentalan dan kemampuan bbuffer yang berpengaruh terjadinya karies, ludah melindungi jaringan dalam rongga mulut dengan cara pelumuran element gigi yang mengurangi keausan okulasi yang disebabkan karena pengunyahan, Pengaruh buffer sehingga naik turun PH dapat ditekan dan diklasifikasikan element gigi dihambat, c. Agrogasi bakteri yang merintangi kolonisasi mikroorganisme, Aktivitas anti bakterial, Pembersihan mekanis yang dapat mengurangi akumulasi plak. 3. Air ludah Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama dalam mempengaruhi kekerasan email. Air ludah ini dikeluarkan oleh: kelenjar paritis, kelenjar sublingualis dan kelenjar submandibularis. Selama 24 jam, air ludah dikeluarkan glandula sebanyak 1000 1500 ml, kelenjar submandibularis mengeluarkan 40 % dan kelenjar parotis sebanyak 26 %. Pada malam hari pengeluaran air ludah lebih sedikit, secara mekanis air ludah ini berfungsi membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Sifat enzimatis air ludah ini ikut didalam pengunyahan untuk memecahkan unsur unsur makanan.

Hubungan air ludah dengan karies gigi telah diketahui bahwa pasien dengan sekresi air ludah yang sedikit atau tidak ada sama sekali memiliki prosentase karies gigi yang semakin meninggi misalnya oleh karena: terapi radiasi kanker ganas, xerostomia, dalam waktu singkat akan mempunyai prosentase karies yang tinggi. Sering juga ditemukan pasien-pasien balita berumur 2 tahun dengan kerusakan atau karies seluruh giginya, aplasia kelenjar proritas (Yuwono, 2003).

4. Bakteri Menurut Yuwono (2003) tiga jenis bakteri yang sering menyebabkan karies yaitu : a. Steptococcus Bakteri kokus gram positif ini adalah penyebab utama karies dan jumlahnya terbanyak di dalam mulut, salah satu spesiesnya yaitu Streptococus mutan, lebih dari dibandingkan yang lain dapat menurunkan pH medium hingga 4,3%. Sterptococus mutan terutama terdapat populasi yang banyak mengkonsumsi sukrosa b. Actynomyces Semua spesies aktinomises memfermentasikan glukosa, terutama membentuk asam laktat, asetat, suksinat, dan asam format. Actynomyces visocus dan actynomises naesundil mampu membentuk karies akar, fisur dan merusak periodontonium. c. Lactobacilus Populasinya mempengaruhi kebiasaan makan, tempat yang paling disukai adalah lesi dentin yang dalam. Lactobasillus hanya dianggap faktor pembantu proses karies. 5. Plak Plak ini trerbentuk dari campuran antara bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit, limposit dengan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat bertmbuhnya bakteri. 6. Frekuensi makan makanan yang menyebabkan karies (makanan kariogenik) Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya daripada saat waktu makan utama.

C. Makanan Kariogenik5 Makanan kariogenik adalah makanan yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi. Sifat makanan kariogenik adalah banyak mengandung karbohidrat, lengket dan mudah hancur di dalam mulut. Hubungan antara konsumsi karbohidrat dengan terjadinya karies gigi ada kaitannya dengan pembentukan plak pada permukaan gigi. Plak terbentuk dari sisa-sisa makanan yang melekat di sela-sela gigi dan pada plak ini akhirnya akan ditumbuhi bakteri yang dapat mengubah glukosa menjadi asam sehingga pH rongga mulut menurun sampai dengan 4,5. Pada keadaan demikian maka struktur email gigi akan terlarut. Pengulangan konsumsi karbohidrat yang terlalu sering menyebabkan produksi asam oleh bakteri menjadi lebih sering lagi sehingga keasaman rongga mulut menjadi lebih asam dan semakin banyak email yang terlarut (Rahmadhan, 2010). Frekuensi makan dan minum tidak hanya menimbulkan erosi, tetapi juga kerusakan gigi atau karies gigi. Konsumsi makanan manis pada waktu senggang jam makan akan lebih berbahaya daripada saat waktu makan utama. Terdapat dua alasan, yaitu kontak gula dengan plak menjadi diperpanjang dengan makanan manis yang menghasilkan pH lebih rendah dan karenanya asam dapat dengan cepat menyerang gigi. Kedua yaitu adanya gula konsentrasi tinggi yang normal terkandung dalam makanan manis akan membuat plak semakin terbentuk (Rahmadhan, 2010).

1. Makanan Kariogenik Penyebab Karies Gigi Kariogenitas suatu makanan tergantung dari : a. Bentuk fisik Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, karbohidrat seperti ini misalnya kue-kue, roti, es krim, susu, permen dan lain-lain. Diet karbohidrat cenderung mempunyai lebih banyak karies. Jenis karbohidrat yang paling kariogenik adalah gula atau sukrosa karena mempunyai kemampuan untuk menolong pertumbuhan bakteri kariogenetik. Mikroorganisme yang aktif menyebabkan karies gigi adalah Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus salivarius. Oleh mikroorganisme ini gula diubah menjadi asam yang berperan untuk terjadinya permulaan karies gigi. Karbohidrat yang dapat menyebabkan karies dentis bersifat :

i.

Ada dalam diet dalam jumlah yang berarti: a. Siap difermentasikan oleh bakteri kariogenik b. Larut secara perlahan-lahan dalam mulut.

ii. Karbohidrat yang memenuhi ke tiga syarat tersebut adalah Starch (polisakharida), Sukrosa (disakharida), dan Glukosa (monosakharida). b. Jenis Karbohidrat yang berhubungan dengan proses karies adalah polisakarida, disakarida, monosakarida dan sukrosa terutama mempunyai kemampuan yang lebih efisien terhadap pertumbuhan mikroorganisme asidogenik dibanding karbohidrat lain. Sukrosa dimetabolisme dengan cepat untuk menghasilkan zat-zat asam. Makanan manis dan penambahan gula dalam minuman seperti air the atau kopi bukan merupakan satu-satunya sukrosa dalam diet seseorang. c. Frekuensi konsumsi Frekuensi makan dan minuman tidak hanya menentukan timbulnya erosi tetapi juga kerusakan karies. Banyaknya intake gula harian lebih besar korelasinya dibanding dengan frekuensi makan gula. Hubungan gula dalam makanan dengan karies lebih besar dari total diet karena makanan ringan lebih sering dimakan dalam frekuensi tinggi. Hal-hal yang dapat meningkatkan karies gigi adalah sebagai berikut : i. Komposisi gula yang meningkat akan meningkatkan aktivitas karies. ii. Kemampuan gula dalam menimbulkan karies akan bertambah jika dikonsumsi dalam bentuk yang lengket iii. Aktivitas karies juga meningkat jika jumlah konsumsi makan makanan yang manis dan lengket ditingkatkan iv. Aktivitas karies akan menurun jika ada variasi makanan v. Karies akan menurun jika menghilangkan kebiasaan makan makanan manis yang lengket dari bahan makanan.
5.

Kusuma H. Hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan jenis karies gigi pada anak

usia sekolah di SD 02 A Purwosari Semarang Utara. [skripsi]. Semarang. 2007.

Вам также может понравиться