Вы находитесь на странице: 1из 20

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala yang tidak langsung, yang secara bertahap menyebabkan penglihatan pandangan mata semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta. Hal ini disebabkan karena saluran cairan yang keluar dari bola mata terhambat sehingga bola mata akan membesar dan bola mata akan menekan saraf mata yang berada di belakang bola mata yang akhirnya saraf mata tidak mendapatkan aliran darah sehingga saraf mata akan mati. Glaukoma bisa menyerang siapa saja. Deteksi dan penanganan dini adalah jalan satusatunya untuk menghindari kerusakan penglihatan serius akibat glaukoma. Dengan faktor risiko : riwayat glaukoma di dalam keluarga, tekanan bola mata tinggi, miopia (rabun jauh), diabetes (kencing manis), hipertensi (tekanan darah tinggi), migrain atau penyempitan pembuluh darah otak (sirkulasi buruk), kecelakaan/operasi pada mata sebelumnya, menggunakan steroid (cortisone) dalam jangka waktu lama, lebih dari 45 tahun. Penyakit glaukoma secara umum dapat menimbulkan gejala seperti, mata sakit parah, mual dan muntah (yang menyertai sakit mata parah), tiba-tiba gangguan visual terutama pada daerah yang kurang cahaya, penglihatan kabur, mata memerah. Di Amerika Serikat, glaukoma terjadi antara 1 dan 40 kali dari 1000 penduduk tergantung etnisnya. Di Indonesia glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya penderita glaukoma telah berusia lanjut, Pada usia diatas 50 tahun, tingkat resiko penderita glaukoma meningkat sekitar 10%. Hampir separuh penderita glaukoma tidak menyadari bahwa mereka menderita penyakit tersebut. Menurut data dari WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), galukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age- related mucular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal apacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%). Dampak glaukoma pada umumnya adalah kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. WHO telah mencanangkan Vision 2020 yakni The Right to Sight, yang terdiri dari tiga strategi, yaitu; Pertama, pengembangan pengendalian penyakit secara terintegrasi melalui penyediaan SDM, infrastrukstur dan teknologi yang saling menunjang disetiap tingkat
1

pelayanan kesehatan. Kedua, Advokasi dan promosi Vision 2020 disetiap level pelayanan kesehatan dengan penguatan strategi yang mendukung vision 2020. Ketiga, kemitraan antar negara, organisasi profesi, NGO , WHO dan stakeholder lainnya. Di Indonesia program ini dikenal sebagai Penanggulangan Gangguan Penglihatan dan Kebutaan di Masyarakat. Implementasi dari program ini adalah hak dari setiap manusia untuk mendapatkan hak penglihatan yang baik dengan pelayanan kesehatan mata yang bermutu, merata dan terjangkau. Beberapa kasus penyakit mata yang mengancam terjadinya gangguan penglihatan dan kebutaan sesungguhnya dapat dideteksi sejak dini, seperti penyakit Glaukoma, yang diharapkan telah dapat diketahui sejak dini di tingkat Puskesmas. Oleh karenanya tenaga kesehatan di Puskesmas harus memiliki kemampuan dasar dalam mendeteksi kelainan pada berbagai penyakit mata yang mengancam gangguan penglihatan atau kebutaan ini. Hal ini merupakan tanggung jawab kita bersama antara Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, Organisasi Profesi, Swasta dan masyarakat. sehingga diperlukan koordinasi yang baik antara Fasyankes/Rumah sakit, Dinas Kesehatan serta Kementerian Kesehatan dalam menghadapi setiap permasalahan yang timbul di masyarakat terkait kesehatan mata. Kementerian Kesehatan sangat mendukung setiap upaya yang dilakukan dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan. Dengan tingginya angka kubutaan, yang disebabkan glaucoma maka kami mengangkat tema tentang Asuhan Keperawatan Glaukoma dan juga untuk memenuhi tugas kelompok kami. B. RUMUSAN MASALAH Ditemukannya angka kejadian glaukoma di Indonesia menurut PERDAMI (Persatuan Dokter Mata Indonesia) masih cukup tinggi, sekitar 1 dari 1000 orang yang berusia 40 tahun dan angka kejadian bertambah seiring usia. Dampak dari kebutaan tidak hanya pada penderita saja, tapi juga berdampak pada keluarga sekelilingnya dan sosioekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung Dalam penanggulangan penyakit mata lainnya seperti glaukoma masih terbatas dalam pelayanan klinik di rumah sakit dan klinik mata. Dalam penanggulangan masalah gangguan penglihatan, Perdami dalam beberapa kesempatan juga bekerjasama dengan LSM untuk memeriksa gangguan mata. Perdami masih terus berusaha memberikan advokasi kepada masyarakat mengenai berbagai penyakit mata, baik dalam bentuk penyuluhan dan melalui
2

publikasi. Perdami juga berusaha mengumpulkan data prevalensi; berbagai sentra pendidikan menyelenggarakan studi mengenai angka kejadian berbagai penyakit mata di masyarakat. Berbagai penelitian dalam bidang ilmu mata banyak dilakukan dan dipresentasikan dalam Pertemuan Ilmiah Tahunan Perdami maupun pertemuan nasional dan internasional, serta dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Perdami memiliki Jurnal Kesehatan Mata Nasional yaitu Majalah Ophthalmologica Indonesiana C. TUJUAN PENULISAN - Tujuan umum Untuk memenuhi tugas Sistem Sensori Persepsi pada Asuhan Keperawatn Glaukoma - Tujuan khusus Untuk mengetahui definisi, etiologi, manifestasi klinis glaukoma Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi glaukoma Untuk mengetahui patofisiologi/patway, penatalaksanaan, pemeriksaan diagnostik dan komplikasi trauma mata Untuk mengetahui asuhan keperawatan trauma mata

D. RUANG LINGKUP MASALAH Kelompok hanya membatasi lingkup masalah seputar Asuhan Keperawatan Glaukoma E. SISTEMATIKA PENULISAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penulisan D. Ruang Lingkup Masalah E. Sistematika Penulisan BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi B. Etiologi C. Manifestasi Klinis D. Anatomi dan Fisiologi E. Patotisiologi F. Penatalaksanaan
3

G. Pemeriksaan Diagnostik H. Komplikasi BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian B. Diagnosa keperawatan C. Intervensi D. Implementasi E. Evaluasi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

BAB II TINJAUAN TEORI A. Definisi Glaukoma adalah suatu penyakit yang memberikan gambaran klinik berupa peninggian tekanan bola mata, penggaungan papil saraf optic dengan defek lapang pandangan mata. (Ilyas,2005). Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya lapang pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan TIO yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth. 2005) Glaukoma adalah kondisi dimana peningkatan tekanan intraokular, yang diakibatkan oleh perubahan patologis pada sudut iridokorneal yang menghambat aliran keluar normal aqueous humor. Peningkatan tekanan ini menyebabkan kerusakan struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan. (Smeltzer, 2001). Berbagai pengertian di atas kelompok dapat menyimpulkan bahwa Glaukoma adalah penyakit mata dengan gangguan integritas struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler ekskavasi dan antrofi papil saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas. B. Etiologi 1) Faktor Presipitasi Ada beberapa sebab dan faktor yang beresiko terhadap terjadinya glaukoma. Diantaranya adalah: a. Umur. Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia. Terdapat 2% dari populasi usia 40 tahun yang terkena glaukoma. Angka ini akan bertambah dengan bertambahnya usia. b. Riwayat anggota keluarga yang terkena glaukomaUntuk glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga penderita glaukoma mempunyai resiko 6 kali lebih besar untuk terkena glaukoma. Resiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua dan anak-anak.
5

c. Tekanan bola mata. Tekanan bola mata diatas 21 mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu, tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik. Untuk mengukur tekanan bola mata dapat dilakukan dirumah sakit mata dan/atau dokter spesialis mata. Obat-obatan d. Pemakai steroid secara rutin. Pemakai obat tetes mata yang mengandung steroid yang tidak dikontrol oleh dokter, obat inhaler untuk penderita asma, obat steroid untuk radang sendi dan pemakai obat yang memakai steroid secara rutin lainnya. Bila anda mengetahui bahwa anda pemakai obat-obatan steroid secara rutin, sangat dianjurkan memeriksakan diri anda ke dokter spesialis mata untuk pendeteksian glaukoma. e. Riwayat trauma (luka kecelakaan) pada mata f. Penyakit lain Riwayat penyakit diabetes (kencing manis), hipertensi dan migren. 2) Faktor Predisposisi Genetik Glaukoma Congenital Glaukoma ini terjadi akibat kegagalan jaringan mesodermal memfungsikan trabekular. Kondisi ini disebabkan oleh ciri autosom resesif dan biasanya bilateral. C. Manifestasi Klinis 1. Gejala mayor a. Rasa nyeri yang hebat di dalam mata b. Pusing c. Sakit kepala berat terkadang sampai muntah. d. Penglihatan kabur 2. Gejala minor a. Trauma mata

D. Anatomi dan Fisiologi Otot-otot optik adalah otot interior dan superior. Otot optik superior menggerakan mata kebawah dan kesisi luar. Sementara otot oblik inferior menggerakan mata keatas dan juga kesisi luar. Sklera adalah pembungkus mata yang kuat dan fibrus, sklera membentuk putih mata dan bersambang pada bagian depan dengan sebuah jendela membentuk yang bening yaitu kornea. Retina adalah lapisan sarafi pada mata, yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut yaitu sel-sel saraf, batang-batang dan kerucut. Kornea yang merupakan bagian depan yang transaparan dan bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas beberapa lapisan (lapisan tepi adalah epitalicum berlapis yang bersambung dengan konjungtiva). Bilik enterior (kamera akali anteriror) yang terletak antara kornea dan iris. Iris adalah tirai berwarna didepan lensa yang tersambung dengan selaput kloreia. Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris melalui mana cahaya masuk gara mencapai retina. Bilik posterior (kamera akoli posterior) terlerak diantara iris dan lensa. Lensa adalah sebuah benda transparan biconvex (cembung depan-belakang) yang terdiri dari beberapa lapisan. Retina adalah mekanisme pernafasan untuk penglihatan, retina memcat ujung-ujung nervus optikus. Alis adalah 2 potong kulit tebal melekung yang ditumbuhi bulu konjungtiva adalah selaput lendir yang melapisi sisi dalam kelopak mata. a. Bagian-bagian mata 1. Alis Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata. Alis berfungsi mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata. 2. Bulu Mata Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat di tepi kelopak mata. Bulu mata berfungsi untuk melindungi mata dari benda asing. 3. Humor berair (cairan berair)
7

Humor berair atau cairan berair berfungsi menghasilkan cairan pada mata. 4. Humor / Badan Bening Humor Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli ( agar-agar ). Fungsi humor (badan bening) adalah untuk meneruskan cahaya dari lensa mata ke retina (selaput jala) 5. Kelenjar Air Mata Kelenjar air mata terlatak dibagian dalam kelopak mata. Kelenjar air mata berfungsi untuk menghasilkan cairan yang disebut air mata. Air mata berguna untuk mencegah bola mata agar tetap basah. Selain itu air mata berguna untuk membersihkan mata dari benda asing yang masuk kemata sehingga mata tetap bersih. Contoh benda asing adalah debu, asap, uap, bawang merah, dan zat-zat yang berbahaya bagi mata. Oleh karena itu, jika mata terkena benda-benda asing tersebut, maka akan basah oleh air mata. 6. Kelenjar lakrima ( Air Mata ) Kelenjar air mata ( lakrima ) berfungsi menghasilkan air mata untuk membasahi mata yang berguna menjaga kelembaban mata, membersihkan mata dari debu dan membunuh bibit penyakit yang masuk kedalam mata. 7. Kelopak Mata Kelopak mata terdiri atas kelopak atas dan kelopak bawah. Bagian ini untuk membuka dan menutup mata. Kelopak mata befungsi untuk melindungi bola mata bagian depan dari benda-benda asing dari luar. Benda-benda tersebut misalnya debu, asap, dan goresan. Kelopak mata juga berfungsi untuk menyapu permukaan bola mata dengan cairan. Selain itu juga untuk mengatur intensitas cahaya yang masuk kemata. 8. Konjungtiva Adalah membrane tipis pelindung (lapisan jaringan) pada mata. Kunjungtiva sebagai membran pelindung pada mata. 9. Lapisan koroid ( lapisan tengah ) Lapisan koroid atau lapisan tengah terletak diantara sklera dan retina, berwarna kehitaman sampai hitam. Lapisan tengah ( lapisan koroid ) berfungsi memberi nutrisi pada retina luar. Sedang gelap koroid berfungsi untuk mencegah pemantulan sinar. Lapisan yang amat gelap juga mencegah berkas cahaya dipantulkan di sekeliling mata. 10. Lensa Mata
8

Terletak ditengah bola mata, dibelakang anak mata ( pupil ) dan selaput pelangi (iris) . Fungsi utama lensa adalah memfokuskan dan meneruskan cahaya yang masuk ke mata agar jatuh tepat pada retina (selaput jala). Dengan demikian mata dapat melihat dengan jelas. Lensa mata mempunyai kemampuan untuk memfokuskan jatuhnya cahaya. Kemampuan lensa mata untuk mengubah kecembungan disebut daya akomodasi bila kita mengamati benda yang letaknya dekat, maka mata berakomodasi dengan kuat. Akibatnya lensa mata menjadi lebih cembung, dan bayangan dapat jatuh tepat diretina. Dan apabila kita mengamati benda yang letaknya jauh, maka mata tidak berakomodasi. Akibatnya, lensa mata berbentuk pipih. Sebagai contoh pada orang tua yang telah berusia 50 tahun, daya akomodasi lensa mata mulai menurun, orang tua menjadi sulit untuk melihat dengan jelas. Lensa mempunyai karakteristik lunak dan transparan, mengatur focus citra. Lensa mata berupa lensa cembung yang kenyal. Fungsi lensa yang lain juga untuk membentuk bayangan pada retina yang bersifat nyata, terbalik dan diperkecil. 11. Otot-otot bersilia

Otot-otot bersilia berfungsi mengatur bentuk lensa. 12. Pupil (anak mata)

Pupil berupa celah yang berbentuk lingkaran terdapat ditengah-tengah iris. Pupil berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Pupil juga lubang di dalam iris yang dilalui berkas cahaya. Pupil merupakan tempat lewatnya cahaya menuju retina. 13. Saraf Optik (saraf mata)

Saraf mata berfungsi untuk meneruskan rangsang yang telah diterima. Rangsang cahaya tersebut diteruskan kesusunan saraf pusat yang berada di otak. Dengan demikian kita dapat melihat suatu benda. Saraf optik atau saraf mata juga berfungsi mengirim informasi visual ke otak atau meneruskan informasi tentang kuat cahaya dan warna ke otak. 14. Selaput Bening (Kornea)

Selaput bening (kornea) sangat penting bagi ketajaman penglihatan kita. Fungsi utama selaput bening (kornea) adalah meneruskan cahaya yang masuk kemata. Cahaya tersebut diteruskan kebagian mata yang lebih dalam dan berakhir pada selaput jala atau
9

retina. Karena fungsinya itu, maka selaput bening (kornea) mempunyai beberapa sifat, yaitu tidak berwarna (bening) dan tidak mempunyai pembuluh darah. Kornea merupakan bagian mata yang dapat disumbangkan untuk penyembuhan orang dari kebutaan. Selaput bening (kornea) berupa piringan transparan di depan bola mata dan tidak berpembuluh darah. Selaput bening (kornea) juga berfungsi sebagai pelindung mata bagian dalam. 15. Sklera / Selaput Putih

Sklera mata selaput putih terletak di lapisan kuat. Sklera lapisan luar yang keras / kuat. Lapisan ini berwarna putih, kecuali dibagian depan yaitu tidak berwarna atau bening. Lapisan sklera berwarna putih terdiri atas serabut kolagen yang tidak teratur dan tidak berpembuluh darah, kecuali bagian episklera. Lapisan sklera berfungsi melindungi bola mata. Sklera bagian mata depan tampak bergelembung dan transparan disebut kornea. 16. Suspensor Ligamen Suspensor ligamen berfungsi menjaga lensa agar selalu pada tempatnya. 17. Urat Saraf Mata Urat saraf mata berfungsi menghubungkan mata dengan otak. D. Patofisologi Bilik anterior dan bilik posterior mata terisi oleh cairan encer yang disebut humor aqueus. Dalam keadaan normal, cairan ini dihasilkan di dalam bilik posterior, melewati pupil masuk ke dalam bilik anterior lalu mengalir dari mata melalui suatu saluran. Jika aliran cairan ini terganggu ( biasanya karena penyumbatan yang menghalangi keluarnya cairan dari bilik anterior ), maka akan terjadi peningkatan tekanan. Peningkatan tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran, maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral.Jika tidak diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

10

Pathway Glaukoma

Hambatan aliran aqous humor

TIO meningkat

Serat saraf optik terdesak

rusaknya sel jaringan

Gangguan lapangan pandang

nyeri

Gangguan persepsi sensori visual

interpretasi salah

cemas

kurangnya pengetahuan

resiko cidera

11

E. Penatalaksanaan 1. Medis a. Laser trabeculoplasty Tindakan ini dilakukan dengan local anastesi untuk membuat lubang dijaringan trabekular untuk membuka sudut , untuk mempermudah aliran keluar aquos humor . komplikasi bedah laser ditandai dengan sakit kepala yang tidak berkurang dengan asetaminofen dan/ atau disertai mual, nyeri dahi, dan/atau perubahan tajam penglihatan. b. Operasi filtrasi Jenis ini meliputi trefinasi, sklerektomi atau sklerostomi dengan membuat saluran dari ruang anterior ke luar subkonjungtiva. c. Laser irodotomy atau iridectomy perifer Kedua prosedur ini mengurangi tekanan dengan mengeluarkan bagian iris untuk membangun kembali outflow aquos humor. d. Cyclocryotherapy Tindakan ini secara pemanen merusak sel dalam badan silier dan menurunkan produksi aquos humor. 2. Non medis a. Supresi pembentukan humor akuos Penghambat adrenergic beta adalah obat yang paling luas digunakan untuk terapi glaukoma. Obat ini dapat digunakan tersendiri atau dikombinasikan dengan obat lain. Preparat yang tersedia sekarang yaitu timolol maleat 0,25% dan 0,5%, betaksolol 0,25% dan 0,5%, levobunolol 0,25% dan 0,5%, dan metipranolol 0,3%. Apraklonidin adalah suatu agonis adrenergik 2 baru yang menurunkan pembentukan humor akuos tanpa efek pada aliran keluar. Inhibitor karbonat anhidrase sistemik asetazolamid adalah yang paling banyak digunakan, tetapi terdapat alternatif lain yaitu diklorfenamid dan metazolamid. Digunakan untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil memuaskan dan glaukoma akut dimana tekanan intraokuler yang sangat tinggi yang perlu segera di kontrol. Obat ini mampu menekan pembentukan humor akuos sebesar 40-60%.
12

Brimonidine adalah agonis alpha adrenergik yang terutama menurunkan produksi humor akuos dan yang kedua untuk meningkatkan aliran keluar humor akuos.

b.

Fasilitasi Aliran keluar humor akuos. obat parasimpatomimetik meningkatkan aliran keluar humor akuos dengan bekerja pada jalinan trabekular meshwork melalui kontraksi otot siliaris. Obat pilihan adalah pilokaprin, larutan0,5-6% yang diteteskan beberapa kali sehari, atau gel 4% yang diteteskan sebelum tidur. Analog prostaglandin meningkatkan sekresi uveoskleral.

c. Penurunan volume korpus vitreum. Obat-obat hiperosmotik menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum. Selain itu terjaid penurunan produksi humor akuos. Obat yang paling sering digunakan adalah Gliserin (gliserol) oral. d. Miotik, midriatik dan sikloplegik Konstriksi pupil sangat penting dalam penatalaksanaan glaukoma sudut tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil penting dalam pengobatan penutupan sudut akibat iris bombe karena sinemia posterior. Apabila penutupan sudut disebabkan oleh pergeseran lensa ke anterior, sikloplegik (siklopentolat dan atropin) dapat digunakan untuk melemaskan otot siliaris sehingga mengencangkan aparatus zonularis dalam usaha untuk menarik lensa kebelakang. F. Pemeriksaan diagnostik 1. Kartu mata Snellen/mesin telebinokular(tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : Mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, aquous atau vitreus humor, kesalahan refraksi, atau penyakit syaraf atau penglihatan ke retina atau jalan optik 2. Lapang penglihatan : Penurunan mungkin disebabkan CSV, massa tumor pada hipofisis/otak, karotis atau patologis arteri serebral atau glaukoma. 3. Pengukuran tonografi: Mengkaji intraokuler (TIO) (normal 12-25 mmHg) 4. Pengukuran gonioskopi:Membantu membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glaukoma. 5. Tes Provokatif:digunakan dalam menentukan tipe glaukoma jika TIO normal atau hanya meningkat ringan.

13

6. Pemeriksaan oftalmoskopi:Mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optik, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisma. 7. Darah lengkap, LED:Menunjukkan anemia sistemik/infeksi. 8. EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid:memastikan Aterosklerosisi,PAK. 9. Tes Toleransi Glukosa : menentukan adanya DM. G. Komplikasi Komplikasi yang muncul pada glaukoma yang tidak ditangani adalah kebutaan, namun komplikasi juga dapat muncul pada pasien yang dilakukan tindakan operasi.

14

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GLAUKOMA A. Pengkajian a) Aktivitas / Istirahat Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan. b) Makanan / Cairan Mual, muntah (glaukoma akut) c) Neurosensori Gejala :Gangguan penglihatan (kabur/tidak jelas), sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat/merasa di ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahaya/pelangi sekitar sinar, kehilangan penglihatan perifer, foto fobia(glaukoma akut). Perubahan kacamata / pengobatan tidak memperbaiki penglihatan. Tanda :Papil menyempit dan merah/mata keras dengan kornea berawan.Peningkatan air mata. d) Nyeri/Kenyamanan Ketidaknyamanan ringan/mata berair (glaukoma kronis) Nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan pada dan sekitar mata, sakit kepala (glaukoma akut). e) Penyuluhan / Pembelajaran Riwayat keluarga glaukoma, DM, gangguan sistem vaskuler. Riwayat stres, alergi, gangguan vasomotor (contoh: peningkatan tekanan vena), ketidakseimbangan endokrin. Terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin. B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan 1. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra okuler (TIO) yang ditandai dengan mual dan muntah Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang Kriteria hasil: 1) Pasien mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri 2) Pasien mengatakan nyeri berkurang/hilang
15

3) Ekspresi wajah rileks Intervensi: 1) Kaji tipe intensitas dan lokasi nyeri 2) Kaji tingkatan skala nyeri untuk menentukan dosis analgesik 3) Anjurkan istirahat ditempat tidur dalam ruangan yang tenang 4) Atur sikap fowler 300 atau dalam posisi nyaman. 5) Hindari mual, muntah karena ini akan meningkatkan tio 6) Alihkan perhatian pada hal-hal yang menyenangkan 7) Berikan analgesik sesuai anjuran 2. Gangguan sensori perseptual:penglihatan b.d gangguan penerimaan;gangguan status organ ditandai dengan kehilangan lapang pandang progresif. Tujuan: Penggunaan penglihatan yang optimal Kriteria Hasil: 1. Pasien akan berpartisipasi dalam program pengobatan 2. Pasien akan mempertahankan lapang ketajaman penglihatan tanpa kehilangan lebih lanjut. Intervensi :

1. Pastikan derajat/tipe kehilangan penglihatan 2. Dorong mengekspresikan perasaan tentang kehilangan/kemungkinan kehilangan penglihatan 3. Tunjukkan pemberian tetes mata, contoh menghitung tetesan, mengikuti jadwal, tidak salah dosis 4. Lakukan tindakan untuk membantu pasien menangani keterbatasan penglihatan, contoh, kurangi kekacauan,atur perabot, ingatkan memutar kepala ke subjek yang terlihat; perbaiki sinar suram dan masalah penglihatan malam. 5. Kolaborasi obat sesuai dengan indikasi 3. Ansietas b.d faktor fisilogis, perubahan status kesehatan, adanya nyeri,

kemungkinan/kenyataan kehilangan penglihatan ditandai dengan ketakutan, ragu-ragu, menyatakan masalah tentang perubahan kejadian hidup. Tujuan: Cemas hilang atau berkurang

16

Kriteria Hasil : 1. Pasien tampak rileks dan melaporkan ansitas menurun sampai tingkat dapat diatasi. 2. Pasien menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah 3. Pasien menggunakan sumber secara efektif Intervensi :

1. Kaji tingkat ansitas, derajat pengalaman nyeri/timbulnya gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini. 2. Berikan informasi yang akurat dan jujur. Diskusikan kemungkinan bahwa pengawasan dan pengobatan mencegah kehilangan penglihatan tambahan. 3. Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan. 4. Identifikasi sumber/orang yang menolong. 4. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi, prognosis, dan pengobatan b.d kurang terpajan/tak mengenal sumber, kurang mengingat, salah interpretasi, ditandai dengan ;pertanyaan, pernyataan salah persepsi, tak akurat mengikuti instruksi, terjadi komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan: Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya. Kriteri Hasil: 1. Pasien menyatakan pemahaman kondisi, prognosis, dan pengobatan. 2. Mengidentifikasi hubungan antar gejala/tanda dengan proses penyakit 3. Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan tindakan. Intervensi :

1. Diskusikan perlunya menggunakan identifikasi, contoh Gelang Waspada-Medik 2. Tunjukkan tehnik yang benar pemberian tetes mata. 3. Izinkan pasien mengulang tindakan. 4. Kaji pentingnya mempertahankan jadwal obat, contoh tetes mata. Diskusikan obat yang harus dihindari, contoh midriatik, kelebihan pemakaian steroid topikal. 5. Identifikasi efek samping/reaksi merugikan dari pengobatan (penurunan nafsu makan, mual/muntah, kelemahan, jantung tak teratur dll. 6. Dorong pasien membuat perubahan yang perlu untuk pola hidup 7. Dorong menghindari aktivitas,seperti mengangkat berat/mendorong, menggunakan baju ketat dan sempit.
17

8. Diskusikan pertimbangan diet, cairan adekuat dan makanan berserat. 9. Tekankan pemeriksaan rutin. Anjurkan anggota keluarga memeriksa secara teratur tanda - tanda glaukoma. C. Evaluasi a. Nyeri hilang atau berkurang b. Penggunaan penglihatan yang optimal c. Cemas hilang atau berkurang d. Klien mengetahui tentang kondisi,prognosis dan pengobatannya.

18

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN Dari penjelasan di atas tentang glaukoma dapat di simpulkan bahwa glaukoma merupakan penyakit mata dengan gangguan integritas struktur dan fungsional secara progresif pada saraf optikus dan pada akhirnya dapat mengarah pada kebutaan yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokuler ekskavasi dan antrofi papil saraf optik, serta kerusakan lapang pandang yang khas. Glaukoma ini di sebabkan oleh faktor presipitasi seperti usia, riwayat anggota keluarga, tekanan bola mata, pemakai steroid secara rutin, riwayat trauma, serta dapat juga di karenakan oleh penyakit lain. Selain itu ada juga faktor prediposisi seperti genetik , glaukoma congenital. B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk semua yang membaca dan mengerti bagaimana kita harus memperlakukan mata kita sebagaimana mestinya. Karena kesehatan itu sangat penting untuk kehidupan kita sehari hari.

19

DAFTAR PUSTAKA Brunner dan Suddarth. 2005. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Hartono. 2007. Oftalmoskopidasar dan klinis. Yogyakarta : Pustaka Cendekia Ilyas, sidarta. 2009. Dasar-dasar pemeriksaan dalam ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta:Balai Pustaka. Ilyas, sidarta. 2004. Masalah kesehatan mata anda dalam pertanyaan- pertanyaan. Edisi 2. Jakarta : FKUI Mansjoer,Arif,dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran.Jakarta: FKUI Smeltzer, S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth. Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. Istiqomah, Indriana N. 2004. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. Jakarta : EGC Doungoes, Marilyn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed 3. Jakarta : EGC

20

Вам также может понравиться

  • Solusio Plasenta
    Solusio Plasenta
    Документ18 страниц
    Solusio Plasenta
    Tiya M Khusna
    100% (2)
  • Askep Pertusis Pada Anak
    Askep Pertusis Pada Anak
    Документ15 страниц
    Askep Pertusis Pada Anak
    Tiya M Khusna
    93% (15)
  • Askep Hepatoma
    Askep Hepatoma
    Документ19 страниц
    Askep Hepatoma
    Tiya M Khusna
    67% (3)
  • Sistem Endokrin
    Sistem Endokrin
    Документ14 страниц
    Sistem Endokrin
    Tiya M Khusna
    100% (1)
  • Home Care
    Home Care
    Документ2 страницы
    Home Care
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Definisi Gawat Darurat
    Definisi Gawat Darurat
    Документ1 страница
    Definisi Gawat Darurat
    Tiya M Khusna
    100% (1)
  • Askep Infeksi & Inflamasi Jantung
    Askep Infeksi & Inflamasi Jantung
    Документ23 страницы
    Askep Infeksi & Inflamasi Jantung
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Kelompok 3
    Kelompok 3
    Документ10 страниц
    Kelompok 3
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Home Care
    Home Care
    Документ2 страницы
    Home Care
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Kasus Diagnosa CHILD ABUSE
    Kasus Diagnosa CHILD ABUSE
    Документ3 страницы
    Kasus Diagnosa CHILD ABUSE
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Materi Sistem Pencernaan
    Materi Sistem Pencernaan
    Документ14 страниц
    Materi Sistem Pencernaan
    Aiyub
    Оценок пока нет
  • Imunologi Dasar
    Imunologi Dasar
    Документ4 страницы
    Imunologi Dasar
    Muhammad Taqwa
    Оценок пока нет
  • Askep DM
    Askep DM
    Документ11 страниц
    Askep DM
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Askep Osteomielitis
    Askep Osteomielitis
    Документ13 страниц
    Askep Osteomielitis
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Pathway Tulang
    Pathway Tulang
    Документ1 страница
    Pathway Tulang
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Demam Reumatik
    Demam Reumatik
    Документ4 страницы
    Demam Reumatik
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Glaukoma
    Glaukoma
    Документ19 страниц
    Glaukoma
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Hipotalamus
    Hipotalamus
    Документ10 страниц
    Hipotalamus
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Diabetes Mellitus
    Diabetes Mellitus
    Документ16 страниц
    Diabetes Mellitus
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Pathway Siadh
    Pathway Siadh
    Документ2 страницы
    Pathway Siadh
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Askep Kolelitiasis
    Askep Kolelitiasis
    Документ16 страниц
    Askep Kolelitiasis
    Tiya M Khusna
    100% (1)
  • Bab I, Ii. Iii
    Bab I, Ii. Iii
    Документ16 страниц
    Bab I, Ii. Iii
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Askep Rhinitis & Sinusitis
    Askep Rhinitis & Sinusitis
    Документ18 страниц
    Askep Rhinitis & Sinusitis
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Glaukoma
    Glaukoma
    Документ19 страниц
    Glaukoma
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Askep CHF
    Askep CHF
    Документ10 страниц
    Askep CHF
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)
    Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)
    Документ28 страниц
    Asuhan Keperawatan Tuberkulosis Pada Anak & Dewasa (SISTEM PENCERNAAN BU LESTARI)
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Posisi Mobilitas Pasien
    Posisi Mobilitas Pasien
    Документ10 страниц
    Posisi Mobilitas Pasien
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • Askep Hernia Femoralis 2
    Askep Hernia Femoralis 2
    Документ15 страниц
    Askep Hernia Femoralis 2
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет
  • ASKEP Infark Miocard
    ASKEP Infark Miocard
    Документ11 страниц
    ASKEP Infark Miocard
    Tiya M Khusna
    Оценок пока нет