Вы находитесь на странице: 1из 65

ASKEP GERONTIK KLIEN DENGAN ASMA BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Menurut Badan Kesehatan Dunia sebanyak 100-150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma, dan jumlah itu terus bertambah sebanyak 180.000 orang tiap tahun. Sejumlah informasi seperti di Kanada pada tahun 2003, asma merupakan penyebab hilangnya 24,5 juta hari kerja. Rata-rata jumlah pasien perhari berkisar 25 orang. Sebagian besar adalah kelompok lanjut usia. Peralihan musim hujan ke kemarau membuat penderita asma meningkat, khususnya pada kelompok lanjut usia saat peralihan. Udara di malam hari sangat dingin sehingga faktor pencetus asma berubah menjadi manifestasi. B. Tujuan Penulis 1. Memenuhi tugas mata kuliah Askep Gerontik 2. Untuk menambah pengetahuan penulis terutama lanjut usia tentang asma, sebagai informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat tentang askep gerontik. 3. Memberitahu pembaca terutama lanjut usia supaya menjaga kondisi tubuh dan kesehatan dengan tidak terkena asma. C.Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka, yaitu penulis mengambil informasi dari buku yang berkenaan dengan judul di atas. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Menurut Stein (1998), asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh penyempitan yang intermitten pada saluran napas di banyak tingkat mengakibatkan terhalangnya aliran udara, sedangkan menurut Surya (1990), asma adalah obstruksi jalan napas generalisata yang bervariasi dalam hal spontanitas atau responnya terhadap pengobatan. Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan intermitten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi (Baughman, 2000). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh episodik spasme otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan jalan napas sehingga membuat pernapasan menjadi sulit (dispnea), menimbulkan bunyi mengi dan batuk. B. Klasifikasi Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005), yaitu : 1. Asma esktrinsik, mulai pada usia muda, sering pada anak kecil Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan ingus yang encer) hay fever dan eksema dapat timbul pada penderita yang berdasarkan sifat imunologik, peka terhadap alergen yaitu bahan yang terdapat dalam udara. Keadaan ini disebut atopi. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari dari bunga, rumput-rumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah. 2. Asma bronkhial intrinsik timbul pada usia yang lebih lanjut, hampir sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang menjadi penyebabnya tetapi ditemukan kepekaan yang berlebihan dari bronkus terhadap sejumlah stimulus yang non alergi, misal : infeksi virus/bakteri dari bronkus, kadang-kadang kegiatan jasmani, kadang-kadang karena menghirup udara dingin. C. Etiologi Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru, penyebab asma yaitu : 1. Faktor Predisposisi a. Atopi Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun secara imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu atau lebih alergen, atau peningkatan kadar IgE serum. b. Riwayat keluarga Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis. 2. Faktor Presipitasi a. Latihan Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh latihan. b. Suhu udara Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan beberapa pasien mungkin mengalami mengi pada perubahan udara dingin menjadi panas. c. Musim Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara, melalui terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui a lergen air borne musiman. d. Alergi Alergen domestol yang paling umum menyebabkan asma adalah bulu binatang dan debu rumah, tetapi itu mungkin tidak mungkin diketahui atau dibuktikan hubungannya. Musiman terdiri dari serbuk sari pohon (musim semi), serbuk sarik rumput (musim panas) lumut (musim gugur) dan banyak yang lainnya. e. Pekerjaan f. Makanan dan minuman Bahan pengawet (sulfur dioksida

dalam minuman dan beberapa makanan kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam makanan dan minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan lain dalam anggur). g. Emosi Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan serangan asma pada orang yang sudah diketahui menderita asma. h. Obat-obatan Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah ada, analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin mencetuskan asma terutama pada pasien yang lebih tua yang juga mempunyai polip hidung. i. Infeksi saluran napas atas Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya, 1990). D. Patofisiologi Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma disebabkan oleh adanya proses : 1. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme) 2. Adanya hiperreaktifitas bronkus 3. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas (Samekto, 2002) E. Manifestasi Klinis Menurut Baughman (2002) adalah : 1. Gejala umum a. Batuk b. Dispnea c. Mengi 2. Serangan asma a. Seringkali terjadi pada malam hari b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer. g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan dapat menghilang secara spontan 3. Tanda-tanda lanjut a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat, takikardia dan desakan nadi melebar) 4. Reaksi yang berhubungan a. Eksem b. Urtikaria c. Edema angioneurotik F. Pemeriksaan Penunjang Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah : 1. Foto ronsen data Biasanya normal pada saat diantara serangan asma kecuali pada asma yang berat dan lama (ketika terjadi inflamasi berlebihan dan penebalan dinding dada) atau jika tak terjadi komplikasi, seperti aspergilosis bronkhopulmonal. 2. Pemeriksaan laboratorium - Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit) - Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden - Tes kulit dengan alergen Pengukuran kadar IgE serum 3. Pemeriksaan Radiologi - Normal atau hiperinflasi - Penting untuk mengetahui adanya komplikasi : pneumothorak, pneumonia, atelektasit, pneumomediastinum, dan lainlain 4. Tes provokasi bronkus Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus : - Provokasi beban kerja - Provokasi dengan hiperventilasi isokaonik udara dingin - Provokasi inhalasi dengan bahan : a. Spesifik : alergen tertentu b. Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa 5. Anlisa gas darah Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat beratnya asma atau gagal nafas. 6. Pemeriksaan EKG Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma terhadap jantung. G.Penatalaksanaan Menurut Baughman (2000) adalah : 1. Terapi obat - Agonis beta Metilsantin - Antikolinergik - Kortikosteroid - Inhibitor sel mast 2. Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan, berdasarkan anjuran WHO penatalaksanaan asma secara global (GINA : Global Initiative for Asthma) sebagai berikut : Menurut Samekto (2000) Tujuan umum terapi asma adalah : a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari b. Pertahankan faal paru mendekati normal c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi d. Hindari efek samping obat-obatan asma 3. Pencegahan Menurut Baughman (2000) adalah : a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika serangan terjadi pada malam hari c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan dengan binatang d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan, misal : tinggal dalam ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan inspirasi udara pada 37C dan kelembaban relatif 100% f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang menyebabkan serangan ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Menurut Nugroho (2000) : 1. Temperatur - Mungkin serendah 95F (hipotermi) 35C - Lebih teliti diperiksa di sublingual 2. Pulse (denyut nadi) - Kecepatan, irama, volume - Apikal, radial, pedal 3. Respirasi (pernafasan) - Kecepatan, irama, kedalaman - Tidak teraturnya pernafasan 4. Tekanan darah - Saat baring, duduk, berdiri - Hipotensi akibat posisi tubuh 5. Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir 6. Tingkat orientasi 7. Memory (ingatan) 8. Pola tidur 9. Penyesuaian psikososial 10. Sistem persyarafan a. Kesimetrisan raut wajah b. Tingkat kesadaran adanya

perubahan-perubahan dari otak - Tidak semua orang menjadi snile - Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah c. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak d. Pupil : kesamaan, dilatasi e. Ketajaman penglihatan menurun karena menua : - Jangan dites di depan jendela Pergunakan tangan atau gambar - Cek kondisi kacamata f. Sensory deprivation (gangguan sensorik) g. Ketajaman pendengaran - Apakah menggunakan alat bantu dengar - Tinutis - Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan h. Adanya rasa sakit atau nyeri 11. Sistem kardiovaskuler a. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan b. Auskultasi denyut nadi apikal c. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis d. Pusing e. Sakit f. Edema 12. Sistem gastrointestinal a. Status gizi b. Pemasukan diet c. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah d. Mengunyah dan menelan e. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut f. Auskultasi bising usus g. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon h. Apakah ada konstipasi (sembelit) diare adan inkondinensia alui 13. Sitem genitourinarius a. Warna dan bau urine b. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air kecil) c. Frekuensi, tekanan atau desakan d. Pemasukan dan pengeluaran cairan e. Disuria f. Seksualitas - Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks - Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktivitas seksual 14. Sistem kulit a. Kulit - Temperatur, tingkat kelembaban - Keutuhan luka, luka bakar, robekan - Turgor (kekenyalan kulit) - Perubahan pigmen b. Adanya jaringan parut c. Keadaan kuku d. Keadaan rambut e. Adanya gangguan-gangguan umum 15. Sistem mukuloskeletal a. Kontraktur - Atrofi otot - Mengecilkan tendo Ketidakadekuatannya gerakan sendi b. Tingkat mobilitas - Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan - Keterbatasan gerak - Kekuatan otot - Kemampuan melangkah atau berjalan c. Gerakan sendi d. Paralisis e. Kifosis 16. Psikososial a. Menunjukkan tanda-tanda meningkatkannya ketergantungan b. Fokus-fokus pada diri bertambah c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian d. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi serta Rasional 1. Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Auskultasi bunyi napas Catat adanya bunyi napas, misal : mengi, krekels, ronchi 1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat tak dimanifestasi-kan adanya bunyi napas adventisius, misal : penyebaran krekels basah (bronkhitis), bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi napas (asma berat) 2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi 2. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut 3. Catat adanya/derajat dispnea, misal : keluhan lapar udara, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu 3. Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, misal : infeksi, reaksi alergi 4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misal : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur 4. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi 5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu 5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut 6. Dorong/bantu latihan napas abdomen/bibir 6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara 7. Kolaborasi dalam pemberian obat, misal - Bronkodilator : Biagonis, epinefrin - Xantin : aminofilin, oxtrifilin 7. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas, mengi dan produksi mukosa. Obat-obatan mungkin per oral, injeksi, inhalasi 2. Diagnosa : Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot aksesori, napas bibir, ketidakmampuan bicara/berbincang 1. Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya proses penyakit 2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/ toleransi individu 2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan

kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas 3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa 3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/daun telinga). Keabuabuan dan sianosis sentral mengindikasi beratnya hipsemia. 4. Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan 4. kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tak efektif. 5. Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan 5. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/ somnolen menunjukkan disfungsi sentral yang berhubungan dengan hipoksemia 3. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah. (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi BB dan ukuran tubuh. 1. Pasien distres pwernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat 2. Auskultasi bunyi usus 2. Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan masukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia. 3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. 3. Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas. 4. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. 4. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma dan dapat meningkatkan dispnea. 5. Hindari makanan yang sangat panas atau dingin. 5. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk. 4. Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama. (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Awasi suhu 1. Demam dapat terjadi karena infeksi/ dehidrasi 2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat. 2. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi paru. 3. Observasi warna, karakter, bau sputum. 3. Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. 4. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. 4. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. 5. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong pasien/ orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan. 1. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan. 2. Instruksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum. 2. Napas bibir dan abdominal/ diafragmatik menguatkan otot pernapasan, membantu meminimalkan kolaps jalan napas kecil dan memberikan individu arti untuk mengontrol dispnea. 3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan. 3. Pasien sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat. 4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler (matered dose inhaler/MDI) seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhaler. 4. Pemberian yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan. 5. Sistem alat ukur mencatat obat intermiten/penggunaan inhaler. 5. Menurunkan risiko penggunaan tak tepat/kelebihan dosis dari obat kalau perlu, khususnya selama eksaserbasi akut, bila kognitif terganggu. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S LANJUT USIA DENGAN ASMA A. PENGKAJIAN 1. Pengumpulan Data a. Data Biografi Nama : Bp. S TTL : 10 Oktober 1940 Pendidikan Terakhir : SR Agama : Islam Status Perkawinan : menikah TB / BB : 165 cm / 58 kg Penampilan umum : Ciri-ciri tubuh : tinggi, kurus, badan masih terlihat bugar Alamat : Bulakpelem RT/RW 01/02 No. 30 Sragi Orang terdekat yang bisa dihubungi : Hubungan dengan lansia : anak / tetangga Alamat & No. Telp : Bulakpelem, Sragi b. Riwayat Keluarga 1) Pasangan Masih hidup, bernama Ibu M, keadaan sehat, pekerjaan ibu rumah tangga, alamatnya tinggal bersama suaminya 9istri kedua), istri pertama meninggal. 2) Anak Dari istri pertama mempunyai anak 3, 2 anak sudah berkeluarga, tinggal 1 anak belum menikah tinggal bersama Bp. S. Dari istri kedua mempunyai anak 3

orang, anak pertama sudah berkeluarga tapi tidak serumah, anak kedua masih SMA, dan anak ke-3 SMP, keduanya tinggal serumah. Genogram : Ket : : laki-laki : perempuan : laki-laki meninggal : perempuan meninggal : pasien : tinggal dalam satu rumah c. Riwayat Pekerjaan Bpk S mengatakan sudah tidak bekerja lagi, anaknya yang dari istri pertama yang tinggal serumah menjadi tulang punggung. d. Riwayat Lingkungan Hidup Tempat tinggal di rumah, ada 5 orang yang tinggal dalam satu rumah. e. Riwayat rekreasi Bpk S mengatakan kadang ikut pengajian, kadang di rumah atau berkunjung ke rumah anaknya di luar kota. f. Sistem Pendukung Apabila Bpk S asmanya kambuh maka dibawa ke dokter, puskesmas bahkan pernah di opname di RSUD Kraton selama 4 hari. Jarak puskesmas ke rumah kurang lebih 4 km. g. Deskripsi Kekhususan Ketika asma kambuh Bpk S kadang menggunakan kompres hangat, selain itu minum obat tradisional seperti mengkudu, mengurangi asin. Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan tahu bagaimana cara menanggulangi asma. h. Status Kesehatan 1) Status kesehatan saat ini a) Bpk S tadinya menderita asma dari tahun 2007 ketika tahun 2008 / ketika dilakukan pengkajian asma klien sudah sembuh/jarang kambuh. Ketika klien ditanyakan obat asma apa yang pernah dikonsumsi, klien mengatakan lupa. b) Status imunisasi, klien tidak menjalani imunisasi. c) Alergi, Bpk S tidak mempunyai alergi terhadap makanan, bulu binatang, akan tetapi jika terjadi perubahan cuaca, klien merasa sesak napas. d) Penyakit yang diderita saat ii, tadinya asma, asma sembuh. e) Diit, tidak ada masalah terhadap nafsu makan hanya saja klien masih menggunakan garam berlebih. 2) Status kesehatan masa lalu Bpk S mengatakan dari kecil Bpk S tidak pernah menderita penyakit serius/kronis hanya saja kadang pilek, demam, batuk. Tapi ada riwayat asma dari keluarga sebelumnya. i. ADL (activity daily living) berdasarkan indeks KATZS Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, mandi, maka skore A. j. Tinjauan Sistem 1) Keadaan umum a) Baik, tapi dalam berbicara sepertti terengah-engah. Posisi duduk dengan kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan, nafsu makan baik, tidak ada masalah. Dalam 1 minggu ini klien mengeluh demam, keringat dingin kadang-kadang (apabila batuk pada malam hari) TD : 150/80mmHg Nadi : 86 x/menit Suhu : 37C Rr : 22 x/menit b) Tingkat kesadaran : kompos mentis c) Skala Cana Glasgolo (GCS) (1) Respon pembukaan mata : 4 (2) Respon verbal : 5 (3) Respon motorik : 6 15 d) TTV TD : 150/80mmHg Nadi : 86 x/menit Suhu : 37C Rr : 22 x/menit e) Sistem kardiovaskular Nyeri dada tidak ada, sesak napas ada jika klien melakukan aktivitas berat. f) Sistem pernafasan Inspeksi : tidak ada benjolan, ketika bicara seperti terengah-engah Palpasi : foral femitus kanan dan kiri sama Perkusi : suara sonor Auskultasi : suara vesikuler Sesak jika aktivitas berat, batuk biasanya pada malam hari g) Sistem integumen Kulit sudah tidak elastis, Turgor kulit dicubit kembali ke keadaan semula agak lama tidak priritus, ada perubahan pigmentasi seperti ada bercak-bercak hitam dibagian tubuh pasien, rambut berwarna kelabu (beruban), kuku sudah tidak bening. h) Sistem perkemihan Klien mengatakan urin keluar lancar dan tidak ada keluhan i) Sistem muskuloskeletal Klien mengatakan persendiannya sering sakit, sendi kaku, tapi tidak ada deformitas, nyeri punggung dan sering pegal j) Sistem endokrin Adanya pigmentasi kulit berupa bercak-bercak hitam pada tubuh klien, rambut berwarna keabu-abuan (beruban) k) Sistem imun Sistem imun agak berkurang yaitu dengan seingnya pasien terkena flu, demam, sakit kepala, kaki sering gemetar l) Sistem Gatrointestinal Mual jika gosok gigi kadang ingin muntah, tidak hemoroid, defekasi lancar tapi kadang konstipasi, nafsu makan masih baik m) Sistem Reproduksi Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit kelamin n) Sistem Persyarafan Klien mengatakan sering pusing, kesemutan, gemetaran terutama pada bagian kaki o) Hemopoetik Tidak ada pembekakan kelenjat limfe, tidak anemia (konjungtiva merah muda), tidak pernah transfusi darah p) Kepala Tidak ada luka di kepala, sakit kepala q) Mata Tidak memakai lensa kontak, penglihatan sudah agak kabur r) Telinga Fungsi pendengaran sudah agak berkurang s) Hidung Fungsi penciuman masih normal, keluhan kadang flu (dalam seminggu ini) t) Mulut/Tenggorokan Perubahan suara (ketika berbicara terengah-engah), tidak memakai gigi palsu, tidak sakit tenggorokan u) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar titoid v) Payudara

Tidak ada benjolan k. Status Kognitif/Afektif/Sosial 1) Status kognitif : mengetahui fungsi intelektual, dengan shart pottable mental status questionare (SPMSQ) Pertanyaan Jawaban 1. Tanggal berapa hari ini? 27 2. Hari apa sekarang Minggu, 27 (hari, tanggal, bulan, tahun) 3. Apa nama tempat ini? Bulak Pelem 4. Berapa nomor telepon anda? Tidak punya 4a. Dimana alamat anda? Bulak Pelem, Rt/Rw: 01/02 No. 30 5. Berapa umur anda? 59 tahun 6. Kapan anda lahir tahun 50-an 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? SBY 8. Siapa presiden sebelumnya Soeharto 9. Siapa nama kecil ibu anda? Lupa 10. 20 - 3 berapa ? 17 Penilaian SPMSQ Kesalahan 6 kesalahan (5-7) fungsi inteletual sedang 2) Status afektif : untuk mengetahui tingkat depresi dengan inventaris depresi back Skore Urutan 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 A. Kesedihan Saya merasa sedih B. Pesimisme Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan C. Rasa Kegagalan Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya D. Ketidakpuasan Saya tidak merasa tidak puas E. Rasa Bersalah Saya merasa sangat bersalah F. Tidak Menyukai Diri Sendiri Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri G. Membahayakan Diri Sendiri Saya tidak merasa mempunyai pikiran-pikiran mengenai membayakan diri sendiri H. Menarik Diri dari Sosial Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain I. Keragu-raguan Saya berusaha mengambil keputusan J. Perubahan Gambaran Diri Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya K. Kesulitan Kerja Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu L. Keletihan Saya tidak lebih lelah dari biasanya M. Anoreksia Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya Penilaian : Jumlah 5 depresi ringan. Ket : (Jumlah 5 7 depresi ringan) 3) Status sosial : Apgar Keluarga APGAR KELUARGA No Fungsi Uraian Skor 1. Adaptasi Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu saya mengalami kesusahan 2 2. Hubungan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya 1 3. Pertumbuhan Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas baru 1 4. Afeksi Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-emosi saya, seperti marah, sedih dan mencintai 1 5. Pemecahan Saya puas dengan cara keluarga (teman0teman) saya menyediakan waktu bersama saya 1 6 Penilaian : Nilai 4 6 : disfungsi keluarga sedang Milai 6 maka disfungsi keluarga sedang 1. Pengelompokan Data DS : - Tn. S mengatakan jika terjadi perubahan cuaca klien merasa sesak nafas - Tn. S mengatakan asma jarang kambuh - Tn. S mengatakan menggunakan garam lebih - Tn. S mengatakan nafsu makan baik tidak ada masalah - Tn. S mengatakan sesak nafas jika melakukan aktivitas berat - Tn. S mengatakan persendian sakit - Tn. S mengatakan nyeri punggung dan sering pegal - Tn. S mengatakan kadang pilek, demam, dan batuk - Tn. S mengatakan ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya - Tn. S mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma - Tn. S mengatakan bahwa dahulu tidak menjalani imunisasi DO : - Dalam berbicara terengah-engah - Waktu duduk kedua tangan memegang lutut, badan di condongkan ke depan - TD : 150/80 mmHg - N : 86 x/mnt - S : 370 C - Rr : 22 x/mnt Tidak ada deformitas sendi kaku - Sistem imun menurun ditandai dengan : pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala - Fungsi interektual sedang - Depresi ringan - Disfungsi keluarga sedang - Keluar keringat dingin pada malam hari apabila batuk 2. Analisa Data a. DS : - Jika terjadi perubahan cuaca klien akan merasa sesak nafas - Ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya - Dahulu klien tidak mengikuti imunisasi - Sesak nafas jika melakukan aktivitas berat - Klien mengatasakan batuk pada malam hari disertai keringat dingin DO : - Klien ketika berbicara terengah-engah - Posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan - Rr : 22 x/mnt E : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh spasme bronkus, jebakan udata) P : Resiko terjadi asma berulang Dx : Resiko terjadi asma berulang b. DS : - Klien mengatakan bahwa pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala - Klien mengatakan batuk pada malam hari, kadang disertai keringat dingin DO : - Rr : 22 x/mnt - N : 86 x/mnt Usia 68 tahun, maka sistem imun berkurang E : Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia) P : Resiko tinggi terhadap infeksi Dx : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia) c. DS : Klien mengatakan

bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma DO : - Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, klien mengatakan tidak tahu - Fungsi intelektual sedang - Pasien lansia berumur 68 tahun E : Kurang informasi, kurang mengingat P : Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma Dx : Kurang pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasi/ menanggulangi asma berhubungan dengan kurang informasi, kurang mengingat 3. Prioritas Masalah a. Resiko terjadi asma berulang b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas pertahanan utama (penurunan kerja silia) c. Kurang pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasi/menanggulangi asma berhubungan dengan kurang informasi, kurang mengingat RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional 1 Resiko terjadi asma berulang, ditandai dengan : DS : - Jika terjadi perubahan cuaca klien akan merasa sesak nafas - Ada riwayat asma dalam keluarga - Sesak nafas jika melakukan aktivitas berat - Klien batuk pada malam hari disertai keringat dingin DO : - berbicara terengah-engah - Posisi duduk condong ke depan sambil memegang lutut. Rr : 22 x/mnt Setelah dilakukan kunjungan keperawatan selama 1 kali, maka klien dapat : - Jika terjadi perubahan cuaca klien akan merasa sesak nafas - Sesak berkurang jika beraktivitas - Klien tidak batuk pada malam hari - Berbicara tidak terengah-engah - Posisi duduk tegap tidak condong ke depan - Rr : normal - Kaji frekuensi dan kedalaman nafas, ketidakmampuan bicara - Anjurkan untuk tinggalkan kepala tempat tidur/ bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas Identifikasi penyebab - Anjurkan untuk mengeluarkan sputum - Anjurkan klien untuk menghindari agen sedatif - Hindari agen penyebab asma (misal lingkungan dengan suhu eksterm, serbuk, asap tembakau, populasi, udara, dan lain-lain) - Berguna dalam evaluasi derajat disters pernapasan/kronisnya proses penyakit - Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi - Sebagai salah satu cara untuk menentukan intervensi secara tepat - Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil - Dapat menekan pernafasan dan melindungi mekanisme batuk - Faktor lingkungan ini dapat menimbulkan iritasi bronkheia 2 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia). Ditanda dengan : DS : - Klien mengatakan bahwa pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala - Klien mengatakan batuk pada malam hari, kadang disertai keringat dingin DO : - Rr : 22 x/mnt - N : 86 x/mnt Usia : 68 tahun, maka sistem imun berkurang Setelah dilakukan kunjungan keperawatan selama 1 x maka : - Klien dapat menjaga kondisi tubuh agar tidak rentan terhadap penyakit - Klien tidak rentan terhadap batuk terutama pada malam hari yang kadang disertai keringat dingin - TTV dipertahankan Anjurkan pasien untuk awasi suhu (mis : jika terjadi panas) - Kaji pentingnya latihan nafas, perubahan posisi sering (mis : berikan posisi semifowler jika sesak kambuh) - Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang dapat dikerjakan oleh klien - Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuang tisue, tekankan cuci tangan yang benar - Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat - Demam dapat terjadi karena infeksi/dehidrasi - Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru - Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan O2 meningkatkan penyembuhan - Mencegah penyebaran patogen melalui cairan - Malnutrisi dapat mempengaruhi kes umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi 3 Kurang pengetahuan tentang bagaimana cara mengatasi/menanggulangi asma berhubungan dengan kurang infromasi, kurang mengngat, ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma DO : - Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, klien mengatakan tidak tahu - Fungsi intelektual sedang - Pasien lansia umu 68 tahun Setelah dilakukan kunjungan keperawatan selama 1 x maka : - Klien tahu tentang asma dan tanda gejalanya - Klien tahu cara menanggulangi asma/mencegah asma - Jelaskan proses penyakit individu - Instruksikan untuk latihan nafas dan batuk efektif - Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan Nafas bibir dan nafas abdominal/diagfragmatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil dan membentu mengontrol dispnea

IMPLEMENTASI No. Dx Tindakan Respon 1. 1. Mengukur TTV 2. Menganjurkan klien untuk meninggikan kepala tempat tidur jika klien merasa berat 3. Menganjurkan klien mengeluarkan sputum, jika sputum banyak dan menutupi jalan nafas 4. Menanyakan penyebab kambuhnya sama 5. Menganjurkan klien untuk menghindari agar penyebab asma misal : lingkungan suhu yang eksterm, serbuk, asap tembakau S : klien mengatakan sering pusing, kadang sesak O : Suhu 370 C Rr : 22 x/mnt N: 86 x/mnt TD: 50/80 mmHg S : Klien akan melakukannya O : S : Klien mengatakan sputum sedikit O : Sputum sedikit S : Klien mengatakan asma kambuh jika terjadi perubahan cuaca eksterm O : S : Klien mengatakan tidak merokok dan berusaha/mau menghindari agen penyebab O : klien tidak merokok 2. 1. Mengukur suhu 2. Menganjurkan klien latihan nafas dalam, batuk efektif 3. Menganjurkan klien untuk banyak istirahat 4. Menganjurkan klien untuk melakukan aktivitas yang dapat dikerjakan klien 5. Menganjurkan klien untuk mem buang tisue dan menganjurkan untuk mencuci tangan, jika akan melakukan sesuatu (mis : makan) 6. anjurkan untuk mempertahankan nutrisi adekuat S : Klien mengatakan badan tidak panas tapi kadang-kadang demam O : S : 370 C S : Klien bersedia diajarkan batuk efektif O : Klien mencoba batuk efektif dan nafas dalam S : Klien bersedia untuk istirahat O : Klien tidak banyak melakukan aktivitas S : Klien bersedia melakukan aktivitas O : S : Klien bersedia melakukan anjuran yaitu mencuci tangan jika akan makan O : S : klien bersedia untuk makan O : EVALUASI No. SOAP 1. S : - Klien mengatakan sering pusing, kadang sesak - Klien mengatakan sputum yang dihasilkan sedikit O : S : 37C - Klien tidak merokok N : 86 x/menit - Sputum sedikit Rr : 22 x/menit TD : 150/180 mmHg A : Masalah resiko asma kambuh belum teratasi P : Lanjutkan rencana tindakan Anjurkan klien untuk mengeluarkan sputum jika sputum yang dihasilkan banyak - Anjurkan klien untuk menghindari agen penyebab misal debu dll. 2. S : - Klien mengatakan badan tidak panas, tapi kadangkadang lemas - Klien bersedia diajarkan batuk efektif dan klien mau istirahat - Klien tidak terkena flu, tapi rentan O : - S : 37C - Klien tidak banyak melakukan istirahat - Klien membuang tisu pada tempatnya dan klien mencuci tangan jika akan makan A : Masalah resiko tinggi terhadap infeksi belum teratasi P : Lanjutkan rencana tindakan Anjurkan klien untuk memantau suhu (misal jika panas) - Anjurkan untuk banyak minum 3. S : - Klien mengerti tantang asma dan tanda, gejalanya - Klien tahu cara mencegah asma agar tidak kambuh O : - Klien bisa menyebutkan pengertian asma dan tanda, gejala - Klien dapat menyebutkan salah satu cara pencegahan asma A : Masalah kurang pengetahuan tentang asma teratasi P : Rencana tindakan selesai BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh periode episodik spasma otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasma bronkus). Spasma bronkus ini menyempitkan jalan nafas sehingga membuat pernafasan menjadi sulit (dispneal), menimbulkan bunyi mengi dan batuk. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S dengan asma didapatkan data seperti : klien akan sesak jika terjadi perubahan cuaca yang ekstrim, ada riwayat asma sebelumnya, sesak nafas jika melakukan aktifitas berat, berbicara terengah-engah dan posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan maka diagnosa yang muncul yaitu : risiko terjadi asma berulang. Agar asma itu tidak kambuh maka dilakukan intervensi seperti menganjurkan untuk menghindari penyebab asma misalnya lingkungan dengan suhu ekstrim, polusi udara, serbuk, dan lainlain. B. Saran Jika penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang bisa menimbulkan asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan, bulu kucing, debu, dan lain-lain.Gunakanlah masker jika asma ditimbulkan oleh debuBagi perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma khususnya lansia agar bisa mencegah agar tidak kambuh lagi.

DAFTAR PUSTAKA Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik ed 2. Jakarta : EGC. Samekto, Widiastuti. 2002. Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Subuea, Hardin, dkk. 2005.Ilmu Penyakit Dalam, cet kedua. Jakarta : Rineka Cipta. Stein, jay H. 1998. Panduan Klinik Penyakit Dalam ed. 3. Jakarta : EGC. Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara. http://www.kompas.com diperoleh 25 Oktober 2008.

Kamis, 28 Mei 2009

ASKEP GERONTIK KLIEN DENGAN ASMA


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Badan Kesehatan Dunia sebanyak 100-150 juta penduduk dunia adalah penyandang asma, dan jumlah itu terus bertambah sebanyak 180.000 orang tiap tahun. Sejumlah informasi seperti di Kanada pada tahun 2003, asma merupakan penyebab hilangnya 24,5 juta hari kerja. Rata-rata jumlah pasien perhari berkisar 25 orang. Sebagian besar adalah kelompok lanjut usia. Peralihan musim hujan ke kemarau membuat penderita asma meningkat, khususnya pada kelompok lanjut usia saat peralihan. Udara di malam hari sangat dingin sehingga faktor pencetus asma berubah menjadi manifestasi. B. Tujuan Penulis 1. Memenuhi tugas mata kuliah Askep Gerontik 2. Untuk menambah pengetahuan penulis terutama lanjut usia tentang asma, sebagai informasi bagi tenaga kesehatan khususnya perawat tentang askep gerontik. 3. Memberitahu pembaca terutama lanjut usia supaya menjaga kondisi tubuh dan kesehatan dengan tidak terkena asma. C. Metode Penulisan Dalam penyusunan makalah ini penulis menggunakan metode studi pustaka, yaitu penulis mengambil informasi dari buku yang berkenaan dengan judul di atas. BAB II KONSEP DASAR A. Pengertian Menurut Stein (1998), asma adalah obstruksi akut pada bronkus yang disebabkan oleh penyempitan yang intermitten pada saluran napas di banyak tingkat mengakibatkan terhalangnya aliran udara, sedangkan menurut Surya (1990), asma adalah obstruksi jalan napas generalisata yang bervariasi dalam hal spontanitas atau responnya terhadap pengobatan. Asma adalah penyakit obstruksi jalan napas yang dapat pulih dan intermitten yang ditandai oleh penyempitan jalan napas, mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi (Baughman, 2000). Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh episodik spasme otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasme bronkus). Spasme bronkus ini menyempitkan jalan napas sehingga membuat pernapasan menjadi sulit (dispnea), menimbulkan bunyi mengi dan batuk.

B. Klasifikasi Ada 2 bentuk asma : asma bronkhial menurut Subuea (2005), yaitu : 1. Asma esktrinsik, mulai pada usia muda, sering pada anak kecil Gejala awal berupa ekzema/hay fever (bersin-bersin dengan ingus yang encer) hay fever dan eksema dapat timbul pada penderita yang berdasarkan sifat imunologik, peka terhadap alergen yaitu bahan yang terdapat dalam udara. Keadaan ini disebut atopi. Alergen yang telah lama dikenal ialah tepung sari dari bunga, rumput-rumputan, pohon, bulu kucing atau debu rumah. 2. Asma bronkhial intrinsik timbul pada usia yang lebih lanjut, hampir sepanjang hidup penderita ini tidak kita temukan suatu faktor alergi yang menjadi penyebabnya tetapi ditemukan kepekaan yang berlebihan dari bronkus terhadap sejumlah stimulus yang non alergi, misal : infeksi virus/bakteri dari bronkus, kadang-kadang kegiatan jasmani, kadang-kadang karena menghirup udara dingin. C. Etiologi Menurut Surya (1990) dalam buku Manual Ilmu Penyakit Paru, penyebab asma yaitu : 1. Faktor Predisposisi a. Atopi Gejala seperti rinitis musiman (hay fever) atau eksema maupun secara imunologis (berupa tes prick kulit yang positif terhadap satu atau lebih alergen, atau peningkatan kadar IgE serum. b. Riwayat keluarga Suatu riwayat keluarga asma seringkali diperoleh pada anamnesis. 2. Faktor Presipitasi a. Latihan Asma, terutama pada remaja, seringkali dicetuskan oleh latihan. b. Suhu udara Inhalasi udara kering dan dingin seringkali mencetuskan asma dan beberapa pasien mungkin mengalami mengi pada perubahan udara dingin menjadi panas. c. Musim Musim mempengaruhi asma melalui efeknya pada suhu udara, melalui terjadinya infeksi saluran napas atas atau melalui alergen air borne musiman. d. Alergi Alergen domestol yang paling umum menyebabkan asma adalah bulu binatang dan debu rumah, tetapi itu mungkin tidak mungkin diketahui atau dibuktikan hubungannya. Musiman terdiri dari serbuk sari pohon (musim semi), serbuk sarik rumput (musim panas) lumut (musim gugur) dan banyak yang lainnya. e. Pekerjaan

f. Makanan dan minuman Bahan pengawet (sulfur dioksida dalam minuman dan beberapa makanan kalengan), bahan pewarna (terutama tartrazine dalam makanan dan minuman) atau campuran (seperti rezin dan bahan lain dalam anggur). g. Emosi Emosi mungkin berperan dalam mencetuskan serangan asma pada orang yang sudah diketahui menderita asma. h. Obat-obatan Obat-obatan beta blocker akan memperburuk asma yang sudah ada, analgetik (terutama tetapi tak selalu aspirin) mungkin mencetuskan asma terutama pada pasien yang lebih tua yang juga mempunyai polip hidung. i. Infeksi saluran napas atas Merupakan pencetus yang umum untuk kambuhnya asma (Surya, 1990). D. Patofisiologi Mekanisme terjadinya penyempitan saluran nafas pada asma disebabkan oleh adanya proses : 1. Kontraksi otot polos bronkus (bronkospasme) 2. Adanya hiperreaktifitas bronkus 3. Proses peradangan (inflamasi) saluran napas (Samekto, 2002) E. Manifestasi Klinis Menurut Baughman (2002) adalah : 1. Gejala umum a. Batuk b. Dispnea c. Mengi 2. Serangan asma a. Seringkali terjadi pada malam hari b. Mulai secara mendadak dengan batuk dan sensasi sesak dada c. Kemudian pernapasan lambat, laborius, mengi d. Ekspirasi lebih kuat dan lama dari inspirasi e. Obstruksi jalan napas membuat sensasi dispnea f. Batuk sulit dan kering pada awalnya, diikuti dengan batuk yang lebih kuat dengan sputum yang berbeda dari lendir encer. g. Total serangan dapat berlangsung 30 menit sampai beberapa jam dan dapat menghilang secara spontan 3. Tanda-tanda lanjut

a. Sianosis sekunder akibat, hipoksia berat b. Gejala-gejala retensi karbon inonoksida (misal : berkeringat, takikardia dan desakan nadi melebar) 4. Reaksi yang berhubungan a. Eksem b. Urtikaria c. Edema angioneurotik F. Pemeriksaan Penunjang Menurur Samekto (2002) dan Suryo (1990) adalah : 1. Foto ronsen data Biasanya normal pada saat diantara serangan asma kecuali pada asma yang berat dan lama (ketika terjadi inflamasi berlebihan dan penebalan dinding dada) atau jika tak terjadi komplikasi, seperti aspergilosis bronkhopulmonal. 2. Pemeriksaan laboratorium - Darah : cosinofilia (5-15% total leukosit) - Sputum : eosinofilis, spiral crushman, kristal charcot leyden - Tes kulit dengan alergen - Pengukuran kadar IgE serum 3. Pemeriksaan Radiologi - Normal atau hiperinflasi - Penting untuk mengetahui adanya komplikasi : pneumothorak, pneumonia, atelektasit, pneumomediastinum, dan lain-lain 4. Tes provokasi bronkus Untuk menunjukkan adanya hiperreaktifitas bronkus : - Provokasi beban kerja - Provokasi dengan hiperventilasi isokaonik udara dingin - Provokasi inhalasi dengan bahan : a. Spesifik : alergen tertentu b. Non spesifik : histamin, metakilin, prostaglandin F2 alfa 5. Anlisa gas darah Pemeriksaan ini atas indikasi untuk menentukan derajat beratnya asma atau gagal nafas. 6. Pemeriksaan EKG Untuk menentukan seberapa jauh pengaruh serangan asma terhadap jantung. G. Penatalaksanaan Menurut Baughman (2000) adalah : 1. Terapi obat

- Agonis beta - Metilsantin - Antikolinergik - Kortikosteroid - Inhibitor sel mast 2. Penatalaksanaan asma tergantung atas beratnya serangan, berdasarkan anjuran WHO penatalaksanaan asma secara global (GINA : Global Initiative for Asthma) sebagai berikut : Menurut Samekto (2000) Tujuan umum terapi asma adalah : a. Pertahankan aktifitas normal, pekerjaan sehari-hari b. Pertahankan faal paru mendekati normal c. Cegah gejala kronik dan eksaserbasi d. Hindari efek samping obat-obatan asma 3. Pencegahan Menurut Baughman (2000) adalah : a. Evaluasi dan identifikasi protein asing yang mencetuskan serangan b. Lakukan uji kulit terhadap bahan dan matras dan bantal jika serangan terjadi pada malam hari c. Lakukan uji kulit yang dibuat dengan senyawaan kerokan antigen dari rambut atau kulit jika serangan tampak berkaitan dengan binatang d. Hindari pemajanan terhadap bercak serbuk yang membahayakan, misal : tinggal dalam ruangan ber-AC selama musim serbuk atau jika memungkinkan ubah zona iklim e. Cegah asma yang diakibatkan oleh latihan (EIA) dengan melakukan inspirasi udara pada 37C dan kelembaban relatif 100% f. Tutup hidung dan mulut dengan masker untuk aktivitas yang menyebabkan serangan ASUHAN KEPERAWATAN A. Pengkajian Menurut Nugroho (2000) : 1. Temperatur - Mungkin serendah 95F (hipotermi) 35C - Lebih teliti diperiksa di sublingual 2. Pulse (denyut nadi) - Kecepatan, irama, volume - Apikal, radial, pedal 3. Respirasi (pernafasan) - Kecepatan, irama, kedalaman

- Tidak teraturnya pernafasan 4. Tekanan darah - Saat baring, duduk, berdiri - Hipotensi akibat posisi tubuh 5. Berat badan perlahan-lahan hilang pada tahun-tahun terakhir 6. Tingkat orientasi 7. Memory (ingatan) 8. Pola tidur 9. Penyesuaian psikososial 10. Sistem persyarafan a. Kesimetrisan raut wajah b. Tingkat kesadaran adanya perubahan-perubahan dari otak - Tidak semua orang menjadi snile - Kebanyakan mempunyai daya ingatan menurun atau melemah c. Mata : pergerakan, kejelasan melihat, adanya katarak d. Pupil : kesamaan, dilatasi e. Ketajaman penglihatan menurun karena menua : - Jangan dites di depan jendela - Pergunakan tangan atau gambar - Cek kondisi kacamata f. Sensory deprivation (gangguan sensorik) g. Ketajaman pendengaran - Apakah menggunakan alat bantu dengar - Tinutis - Serumen telinga bagian luar, jangan dibersihkan h. Adanya rasa sakit atau nyeri 11. Sistem kardiovaskuler a. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan b. Auskultasi denyut nadi apikal c. Periksa adanya pembengkakan vena jugularis d. Pusing e. Sakit f. Edema 12. Sistem gastrointestinal a. Status gizi b. Pemasukan diet

c. Anoreksia, tidak dicerna, mual dan muntah d. Mengunyah dan menelan e. Keadaan gigi, rahang dan rongga mulut f. Auskultasi bising usus g. Palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon h. Apakah ada konstipasi (sembelit) diare adan inkondinensia alui 13. Sitem genitourinarius a. Warna dan bau urine b. Distensi kandung kemih, inkontinensia (tidak dapat menahan untuk buang air kecil) c. Frekuensi, tekanan atau desakan d. Pemasukan dan pengeluaran cairan e. Disuria f. Seksualitas - Kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks - Adanya kecacatan sosial yang mengarah keaktivitas seksual 14. Sistem kulit a. Kulit - Temperatur, tingkat kelembaban - Keutuhan luka, luka bakar, robekan - Turgor (kekenyalan kulit) - Perubahan pigmen b. Adanya jaringan parut c. Keadaan kuku d. Keadaan rambut e. Adanya gangguan-gangguan umum 15. Sistem mukuloskeletal a. Kontraktur - Atrofi otot - Mengecilkan tendo - Ketidakadekuatannya gerakan sendi b. Tingkat mobilitas - Ambulasi dengan atau tanpa bantuan/peralatan - Keterbatasan gerak - Kekuatan otot - Kemampuan melangkah atau berjalan c. Gerakan sendi

d. Paralisis e. Kifosis 16. Psikososial a. Menunjukkan tanda-tanda meningkatkannya ketergantungan b. Fokus-fokus pada diri bertambah c. Memperlihatkan semakin sempitnya perhatian d. Membutuhkan bukti nyata akan rasa kasih sayang yang berlebihan B. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi serta Rasional 1. Diagnosa : Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Auskultasi bunyi napas Catat adanya bunyi napas, misal : mengi, krekels, ronchi 1. Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat tak dimanifestasi-kan adanya bunyi napas adventisius, misal : penyebaran krekels basah (bronkhitis), bunyi napas redup dengan ekspirasi mengi (emfisema) atau tidak adanya bunyi napas (asma berat) 2. Kaji/pantau frekuensi pernapasan. Catat rasio inspirasi/ekspirasi 2. Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut 3. Catat adanya/derajat dispnea, misal : 3. Disfungsi pernapasan adalah keluhan lapar udara, gelisah, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu variabel yang tergantung pada tahap proses kronis selain proses akut yang menimbulkan perawatan di rumah sakit, misal : infeksi, reaksi alergi 4. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misal : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran 4. Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi

Intervensi tempat tidur 5. Pertahankan polusi lingkungan minimum, misal : debu, asap dan bulu bantal yang berhubungan dengan kondisi individu 6. Dorong/bantu latihan napas abdomen/bibir

Rasional

5. Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan yang dapat mentriger episode akut

6. Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara

7. Kolaborasi dalam pemberian obat, misal - Bronkodilator : Biagonis, epinefrin - Xantin : aminofilin, oxtrifilin

7. Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas, mengi dan produksi mukosa. Obatobatan mungkin per oral, injeksi, inhalasi

2. Diagnosa : Pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara) (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan. Catat penggunaan otot 1. Berguna dalam evaluasi derajat distres pernapasan dan/atau kronisnya

aksesori, napas bibir, ketidakmampuan proses penyakit bicara/berbincang 2. Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Dorong napas dalam perlahan atau napas bibir sesuai kebutuhan/ toleransi individu 3. Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa 3. Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku) atau sentral (terlihat sekitar bibir/daun telinga). Keabu-abuan dan 2. Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan napas untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas

Intervensi

Rasional sianosis sentral mengindikasi beratnya hipsemia.

4. Dorong mengeluarkan sputum : penghisapan bila diindikasikan

4. kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tak efektif.

5. Awasi tingkat kesadaran/status mental, selidiki adanya perubahan

5. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/ somnolen menunjukkan disfungsi sentral yang berhubungan dengan hipoksemia

3. Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual/muntah. (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Catat derajat kesulitan makan. Evaluasi BB dan ukuran tubuh. 2. Auskultasi bunyi usus 2. Penurunan/hipoaktif bising usus menunjukkan penurunan motilitas gaster dan konstipasi (komplikasi umum) yang berhubungan dengan pembatasan masukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia. 3. Berikan perawatan oral sering, buang sekret, berikan wadah khusus untuk sekali pakai dan tisu. 3. Rasa tidak enak, bau dan penampilan adalah pencegahan utama terhadap nafsu makan dan dapat 1. Pasien distres pwernapasan akut sering anoreksia karena dispnea, produksi sputum dan obat

membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan napas. 4. Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. 4. Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma dan dapat meningkatkan dispnea. 5. Hindari makanan yang sangat panas atau dingin. 5. Suhu ekstrem dapat mencetuskan/meningkatkan spasme batuk. 4. Diagnosa : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan utama. (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Awasi suhu 1. Demam dapat terjadi karena infeksi/ dehidrasi 2. Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat. 2. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi paru. 3. Observasi warna, karakter, bau sputum. 3. Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru. 4. Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. 4. Menurunkan konsumsi/kebutuhan keseimbangan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi, meningkatkan penyembuhan. 5. Diagnosa : Kurang pengetahuan tentang kondisi berhubungan dengan kurang informasi (Doenges, 1999) Intervensi Rasional 1. Jelaskan/kuatkan penjelasan proses penyakit individu. Dorong pasien/ 1. Menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi

orang terdekat untuk menanyakan pertanyaan. 2. Instruksikan/kuatkan rasional untuk latihan napas, batuk efektif dan latihan kondisi umum.

pada rencana pengobatan.

2. Napas bibir dan abdominal/ diafragmatik menguatkan otot pernapasan, membantu meminimalkan kolaps jalan napas kecil dan memberikan individu arti untuk mengontrol dispnea.

3. Diskusikan obat pernapasan, efek samping dan reaksi yang tidak diinginkan.

3. Pasien sering mendapat obat pernapasan banyak sekaligus yang mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat.

4. Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler (matered dose inhaler/MDI) seperti bagaimana memegang, interval semprotan 2-5 menit, bersihkan inhaler. 5. Sistem alat ukur mencatat obat intermiten/penggunaan inhaler.

4. Pemberian yang tepat obat meningkatkan penggunaan dan keefektifan.

5. Menurunkan risiko penggunaan tak tepat/kelebihan dosis dari obat kalau perlu, khususnya selama eksaserbasi akut, bila kognitif terganggu.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Tn. S LANJUT USIA DENGAN ASMA A. PENGKAJIAN 1. Pengumpulan Data a. Data Biografi Nama : Bp. S TTL : 10 Oktober 1940 Pendidikan Terakhir : SR Agama : Islam Status Perkawinan : menikah

TB / BB : 165 cm / 58 kg Penampilan umum : Ciri-ciri tubuh : tinggi, kurus, badan masih terlihat bugar Alamat : Bulakpelem RT/RW 01/02 No. 30 Sragi Orang terdekat yang bisa dihubungi : Hubungan dengan lansia : anak / tetangga Alamat & No. Telp : Bulakpelem, Sragi b. Riwayat Keluarga 1) Pasangan Masih hidup, bernama Ibu M, keadaan sehat, pekerjaan ibu rumah tangga, alamatnya tinggal bersama suaminya 9istri kedua), istri pertama meninggal. 2) Anak Dari istri pertama mempunyai anak 3, 2 anak sudah berkeluarga, tinggal 1 anak belum menikah tinggal bersama Bp. S. Dari istri kedua mempunyai anak 3 orang, anak pertama sudah berkeluarga tapi tidak serumah, anak kedua masih SMA, dan anak ke-3 SMP, keduanya tinggal serumah. Genogram : Ket : : laki-laki : peremp uan : laki-laki meningga l : peremp uan meninggal : pasien : tinggal dalam satu rumah c. Riwayat Pekerjaan Bpk S mengatakan sudah tidak bekerja lagi, anaknya yang dari istri pertama yang tinggal serumah menjadi tulang punggung.

d. Riwayat Lingkungan Hidup Tempat tinggal di rumah, ada 5 orang yang tinggal dalam satu rumah. e. Riwayat rekreasi Bpk S mengatakan kadang ikut pengajian, kadang di rumah atau berkunjung ke rumah anaknya di luar kota. f. Sistem Pendukung Apabila Bpk S asmanya kambuh maka dibawa ke dokter, puskesmas bahkan pernah di opname di RSUD Kraton selama 4 hari. Jarak puskesmas ke rumah kurang lebih 4 km. g. Deskripsi Kekhususan Ketika asma kambuh Bpk S kadang menggunakan kompres hangat, selain itu minum obat tradisional seperti mengkudu, mengurangi asin. Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan tahu bagaimana cara menanggulangi asma. h. Status Kesehatan 1) Status kesehatan saat ini a) Bpk S tadinya menderita asma dari tahun 2007 ketika tahun 2008 / ketika dilakukan pengkajian asma klien sudah sembuh/jarang kambuh. Ketika klien ditanyakan obat asma apa yang pernah dikonsumsi, klien mengatakan lupa. b) Status imunisasi, klien tidak menjalani imunisasi. c) Alergi, Bpk S tidak mempunyai alergi terhadap makanan, bulu binatang, akan tetapi jika terjadi perubahan cuaca, klien merasa sesak napas. d) Penyakit yang diderita saat ii, tadinya asma, asma sembuh. e) Diit, tidak ada masalah terhadap nafsu makan hanya saja klien masih menggunakan garam berlebih. 2) Status kesehatan masa lalu Bpk S mengatakan dari kecil Bpk S tidak pernah menderita penyakit serius/kronis hanya saja kadang pilek, demam, batuk. Tapi ada riwayat asma dari keluarga sebelumnya. i. ADL (activity daily living) berdasarkan indeks KATZS Berdasarkan pengkajian didapatkan data bahwa : kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian, mandi, maka skore A. j. Tinjauan Sistem 1) Keadaan umum a) Baik, tapi dalam berbicara sepertti terengah-engah. Posisi duduk dengan kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan, nafsu makan baik, tidak ada masalah. Dalam 1 minggu ini klien mengeluh demam, keringat dingin kadang-kadang (apabila batuk pada malam hari) TD : 150/80mmHg

Nadi : 86 x/menit Suhu : 37C Rr : 22 x/menit b) Tingkat kesadaran : kompos mentis c) Skala Cana Glasgolo (GCS) (1) Respon pembukaan mata : 4 (2) Respon verbal : 5 (3) Respon motorik : 6

15 d) TTV TD : 150/80mmHg Nadi : 86 x/menit Suhu : 37C Rr : 22 x/menit e) Sistem kardiovaskular Nyeri dada tidak ada, sesak napas ada jika klien melakukan aktivitas berat. f) Sistem pernafasan Inspeksi : tidak ada benjolan, ketika bicara seperti terengah-engah Palpasi : foral femitus kanan dan kiri sama Perkusi : suara sonor Auskultasi : suara vesikuler Sesak jika aktivitas berat, batuk biasanya pada malam hari g) Sistem integumen Kulit sudah tidak elastis, Turgor kulit dicubit kembali ke keadaan semula agak lama tidak priritus, ada perubahan pigmentasi seperti ada bercak-bercak hitam dibagian tubuh pasien, rambut berwarna kelabu (beruban), kuku sudah tidak bening. h) Sistem perkemihan Klien mengatakan urin keluar lancar dan tidak ada keluhan i) Sistem muskuloskeletal Klien mengatakan persendiannya sering sakit, sendi kaku, tapi tidak ada deformitas, nyeri punggung dan sering pegal j) Sistem endokrin Adanya pigmentasi kulit berupa bercak-bercak hitam pada tubuh klien, rambut berwarna keabuabuan (beruban) k) Sistem imun

Sistem imun agak berkurang yaitu dengan seingnya pasien terkena flu, demam, sakit kepala, kaki sering gemetar l) Sistem Gatrointestinal Mual jika gosok gigi kadang ingin muntah, tidak hemoroid, defekasi lancar tapi kadang konstipasi, nafsu makan masih baik m) Sistem Reproduksi Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit kelamin n) Sistem Persyarafan Klien mengatakan sering pusing, kesemutan, gemetaran terutama pada bagian kaki o) Hemopoetik Tidak ada pembekakan kelenjat limfe, tidak anemia (konjungtiva merah muda), tidak pernah transfusi darah p) Kepala Tidak ada luka di kepala, sakit kepala q) Mata Tidak memakai lensa kontak, penglihatan sudah agak kabur r) Telinga Fungsi pendengaran sudah agak berkurang s) Hidung Fungsi penciuman masih normal, keluhan kadang flu (dalam seminggu ini) t) Mulut/Tenggorokan Perubahan suara (ketika berbicara terengah-engah), tidak memakai gigi palsu, tidak sakit tenggorokan u) Leher Tidak ada pembesaran kelenjar titoid v) Payudara Tidak ada benjolan k. Status Kognitif/Afektif/Sosial 1) Status kognitif : mengetahui fungsi intelektual, dengan shart pottable mental status questionare (SPMSQ) Pertanyaan Jawaban 1. Tanggal berapa hari ini? 27 2. Hari apa sekarang Minggu, 27 (hari, tanggal, bulan, tahun) 3. Apa nama tempat ini? Bulak Pelem 4. Berapa nomor telepon anda? Tidak punya

4a. Dimana alamat anda? Bulak Pelem, Rt/Rw: 01/02 No. 30 5. Berapa umur anda? 59 tahun 6. Kapan anda lahir tahun 50-an 7. Siapa presiden Indonesia sekarang? SBY 8. Siapa presiden sebelumnya Soeharto 9. Siapa nama kecil ibu anda? Lupa 10. 20 - 3 berapa ? 17 Penilaian SPMSQ Kesalahan 6 kesalahan (5-7) fungsi inteletual sedang 2) Status afektif : untuk mengetahui tingkat depresi dengan inventaris depresi back Skore Urutan 0 A. Kesedihan 0 Saya merasa sedih 1 B. Pesimisme 0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan 0 C. Rasa Kegagalan 0 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya 0 D. Ketidakpuasan 0 Saya tidak merasa tidak puas 1 E. Rasa Bersalah 0 Saya merasa sangat bersalah 1 F. Tidak Menyukai Diri Sendiri 0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri 0 G. Membahayakan Diri Sendiri Saya tidak merasa mempunyai pikiran-pikiran mengenai membayakan diri sendiri H. Menarik Diri dari Sosial Saya tidak kehilangan minat kepada orang lain I. Keragu-raguan Saya berusaha mengambil keputusan J. Perubahan Gambaran Diri Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari sebelumnya K. Kesulitan Kerja Saya memerlukan upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu L. Keletihan Saya tidak lebih lelah dari biasanya M. Anoreksia Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya Penilaian : Jumlah 5 depresi ringan. Ket : (Jumlah 5 7 depresi ringan) 3) Status sosial : Apgar Keluarga

No 1.

Fungsi Adaptasi

APGAR KELUARGA Uraian Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga (teman-teman) saya untuk membantu pada waktu saya mengalami kesusahan Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan mendukung keinginan saya untuk melakukan aktivitas baru Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosiemosi saya, seperti marah, sedih dan mencintai Saya puas dengan cara keluarga (teman0teman) saya menyediakan waktu bersama saya

Skor 2

2.

Hubungan

3.

Pertumbuhan

4.

Afeksi

5.

Pemecahan

6 Penilaian : Nilai 4 6 : disfungsi keluarga sedang Milai 6 maka disfungsi keluarga sedang 1. Pengelompokan Data DS : - Tn. S mengatakan jika terjadi perubahan cuaca klien merasa sesak nafas - Tn. S mengatakan asma jarang kambuh - Tn. S mengatakan menggunakan garam lebih - Tn. S mengatakan nafsu makan baik tidak ada masalah - Tn. S mengatakan sesak nafas jika melakukan aktivitas berat - Tn. S mengatakan persendian sakit - Tn. S mengatakan nyeri punggung dan sering pegal

- Tn. S mengatakan kadang pilek, demam, dan batuk - Tn. S mengatakan ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya - Tn. S mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma - Tn. S mengatakan bahwa dahulu tidak menjalani imunisasi DO : - Dalam berbicara terengah-engah - Waktu duduk kedua tangan memegang lutut, badan di condongkan ke depan - TD : 150/80 mmHg - N : 86 x/mnt - S : 370 C - Rr : 22 x/mnt - Tidak ada deformitas sendi kaku - Sistem imun menurun ditandai dengan : pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala - Fungsi interektual sedang - Depresi ringan - Disfungsi keluarga sedang - Keluar keringat dingin pada malam hari apabila batuk 2. Analisa Data a. DS : - Jika terjadi perubahan cuaca klien akan merasa sesak nafas - Ada riwayat asma dikeluarga sebelumnya - Dahulu klien tidak mengikuti imunisasi - Sesak nafas jika melakukan aktivitas berat - Klien mengatasakan batuk pada malam hari disertai keringat dingin DO : - Klien ketika berbicara terengah-engah - Posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan - Rr : 22 x/mnt E : Gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas oleh spasme bronkus, jebakan udata) P : Resiko terjadi asma berulang Dx : Resiko terjadi asma berulang b. DS : - Klien mengatakan bahwa pasien rentan terkena flu, demam, sakit kepala - Klien mengatakan batuk pada malam hari, kadang disertai keringat dingin DO : - Rr : 22 x/mnt - N : 86 x/mnt - Usia 68 tahun, maka sistem imun berkurang E : Tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia) P : Resiko tinggi terhadap infeksi Dx : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia)

c. DS : Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma DO : - Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, klien mengatakan tidak tahu - Fungsi intelektual sedang - Pasien lansia berumur 68 tahun E : Kurang informasi, kurang mengingat P : Kurang pengetahuan mengenai begaimana cara mengatasi/menanggulangi asma Dx : Kurang pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasi/ menanggulangi asma berhubungan dengan kurang informasi, kurang mengingat 3. Prioritas Masalah a. Resiko terjadi asma berulang b. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas pertahanan utama (penurunan kerja silia) c. Kurang pengetahuan mengenai bagaimana cara mengatasi/menanggulangi asma berhubungan dengan kurang informasi, kurang mengingat RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN Tujuan Intervensi Setelah dilakukan - Kaji frekuensi dan kedalaman nafas,

No

Diagnosa

Rasional

1 Resiko terjadi asma

- Berguna dalam evaluasi derajat disters pernapasan/kronisnya

berulang, ditandai dengan kunjungan : DS : - Jika terjadi perubahan cuaca klien akan merasa sesak nafas keperawatan selama 1 kali,

ketidakmampuan proses penyakit - Pengiriman O2 dapat diperbaiki dengan posisi

maka klien dapat : bicara - Jika terjadi perubahan cuaca - Anjurkan untuk

tinggalkan kepala duduk tinggi - Sebagai salah satu cara untuk menentukan intervensi secara tepat - Kental, tebal dan banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil - Dapat menekan

- Ada riwayat asma dalam klien akan merasa tempat tidur/ keluarga - Sesak nafas jika sesak nafas bantu pasien

- Sesak berkurang untuk memilih posisi yang mudah untuk

melakukan aktivitas berat jika beraktivitas - Klien batuk pada malam - Klien tidak hari disertai keringat dingin DO : - berbicara terengah-

batuk pada malam bernafas hari - Berbicara tidak terengah-engah - Identifikasi penyebab - Anjurkan untuk

No engah

Diagnosa

Tujuan - Posisi duduk tegap tidak

Intervensi mengeluarkan sputum

Rasional pernafasan dan melindungi mekanisme batuk - Faktor lingkungan ini

- Posisi duduk condong ke depan sambil memegang lutut. Rr : 22 x/mnt

condong ke depan - Anjurkan klien - Rr : normal untuk

menghindari agen dapat menimbulkan sedatif - Hindari agen penyebab asma (misal lingkungan dengan suhu eksterm, serbuk, asap tembakau, populasi, udara, dan lain-lain) iritasi bronkheia

2 Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, pertahanan utama (penurunan kerja silia). Ditanda dengan : DS : - Klien mengatakan bahwa pasien rentan

Setelah dilakukan - Anjurkan pasien - Demam dapat terjadi kunjungan keperawatan untuk awasi suhu karena infeksi/dehidrasi (mis : jika terjadi - Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi

selama 1 x maka : panas) - Klien dapat menjaga kondisi tubuh agar tidak rentan terhadap penyakit

- Kaji pentingnya dan pengeluaran sekret latihan nafas, perubahan posisi sering (mis : berikan posisi semifowler jika sesak kambuh) - Anjurkan klien untuk menurunkan resiko terjadinya infeksi paru - Menurunkan konsumsi atau kebutuhan keseimbangan O2meningkatkan - Mencegah penyebaran patogen melalui cairan - Malnutrisi dapat

terkena flu, demam, sakit - Klien tidak kepala rentan terhadap

- Klien mengatakan batuk batuk terutama pada malam hari, kadang pada malam hari disertai keringat dingin DO : - Rr : 22 x/mnt yang kadang disertai keringat dingin

untuk melakukan penyembuhan aktivitas yang dapat dikerjakan oleh klien

No

Diagnosa - N : 86 x/mnt - Usia : 68 tahun, maka sistem imun berkurang

Tujuan - TTV dipertahankan

Intervensi - Tunjukkan dan bantu pasien tentang pembuang tisue, tekankan cuci tangan yang benar - Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat

Rasional mempengaruhi kes umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

3 Kurang pengetahuan tentang bagaimana cara

Setelah dilakukan - Jelaskan proses kunjungan

- Menurunkan ansietas

penyakit individu dan dapat menimbulkan - Instruksikan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan - Nafas bibir dan nafas abdominal/diagfragmatik menguatkan otot pernafasan, membantu meminimalkan kolaps jalan nafas kecil dan membentu mengontrol dispnea

mengatasi/menanggulangi keperawatan asma berhubungan

selama 1 x maka : untuk latihan nafas dan batuk

dengan kurang infromasi, - Klien tahu kurang mengngat, ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan bahwa klien belum mengerti dan belum tahu bagaimana cara menanggulangi asma DO : - Ketika ditanya bagaimana cara mengatasi asma, klien mengatakan tidak tahu - Fungsi intelektual sedang

tentang asma dan efektif tanda gejalanya - Klien tahu cara menanggulangi asma/mencegah asma

No

Diagnosa - Pasien lansia umu 68 tahun

Tujuan

Intervensi

Rasional

IMPLEMENTASI No. Dx 1. Tindakan 1. Mengukur TTV 2. Menganjurkan klien untuk meninggikan kepala tempat tidur jika klien merasa berat 3. Menganjurkan klien mengeluarkansputum, jika sputum banyak dan menutupi jalan nafas 4. Menanyakan penyebab kambuhnya sama 5. Menganjurkan klien untuk menghindari agar penyebab asma misal : lingkungan suhu yang eksterm, serbuk, asap tembakau Respon

2.

S : klien mengatakan sering pusing, kadang sesak O : Suhu 370 C Rr : 22 x/mnt N: 86 x/mnt TD: 50/80 mmHg S : Klien akan melakukannya O: S : Klien mengatakan sputum sedikit O : Sputum sedikit S : Klien mengatakan asma kambuh jika terjadi perubahan cuaca eksterm O: S : Klien mengatakan tidak merokok dan berusaha/mau menghindari agen penyebab O : klien tidak merokok 1. Mengukur suhu S : Klien mengatakan badan tidak 2. Menganjurkan klien latihan nafas panas tapi kadang-kadang demam dalam, batuk efektif O : S : 370 C 3. Menganjurkan klien untuk banyak S : Klien bersedia diajarkan batuk istirahat efektif 4. Menganjurkan klien untuk melakukan O : Klien mencoba batuk efektif dan aktivitas yang dapat dikerjakan klien nafas dalam 5. Menganjurkan klien untuk mem buang S : Klien bersedia untuk istirahat tisue dan menganjurkan untuk mencuci O : Klien tidak banyak melakukan tangan, jika akan melakukan sesuatu (mis aktivitas : makan) S : Klien bersedia melakukan aktivitas 6. anjurkan untuk mempertahankan nutrisi O : adekuat S : Klien bersedia melakukan anjuran yaitu mencuci tangan jika akan makan O: S : klien bersedia untuk makan O: EVALUASI

No. 1.

SOAP S : - Klien mengatakan sering pusing, kadang sesak - Klien mengatakan sputum yang dihasilkan sedikit O : S : 37C - Klien tidak merokok N : 86 x/menit - Sputum sedikit Rr : 22 x/menit TD : 150/180 mmHg A : Masalah resiko asma kambuh belum teratasi P : Lanjutkan rencana tindakan - Anjurkan klien untuk mengeluarkan sputum jika sputum yang dihasilkan banyak - Anjurkan klien untuk menghindari agen penyebab misal debu dll. S : - Klien mengatakan badan tidak panas, tapi kadang-kadang lemas - Klien bersedia diajarkan batuk efektif dan klien mau istirahat - Klien tidak terkena flu, tapi rentan O : - S : 37C - Klien tidak banyak melakukan istirahat - Klien membuang tisu pada tempatnya dan klien mencuci tangan jika akan makan A : Masalah resiko tinggi terhadap infeksi belum teratasi P : Lanjutkan rencana tindakan - Anjurkan klien untuk memantau suhu (misal jika panas) - Anjurkan untuk banyak minum S : - Klien mengerti tantang asma dan tanda, gejalanya - Klien tahu cara mencegah asma agar tidak kambuh O : - Klien bisa menyebutkan pengertian asma dan tanda, gejala - Klien dapat menyebutkan salah satu cara pencegahan asma A : Masalah kurang pengetahuan tentang asma teratasi P : Rencana tindakan selesai BAB V PENUTUP

2.

3.

A. Kesimpulan Asma adalah penyakit inflamasi obstruksi yang ditandai oleh periode episodik spasma otot-otot polos dalam dinding saluran udara bronchial (spasma bronkus). Spasma bronkus ini menyempitkan jalan nafas sehingga membuat pernafasan menjadi sulit (dispneal), menimbulkan bunyi mengi dan batuk. Setelah dilakukan pengkajian pada Tn. S dengan asma didapatkan data seperti : klien akan sesak jika terjadi perubahan cuaca yang ekstrim, ada riwayat asma sebelumnya, sesak nafas jika melakukan aktifitas berat, berbicara terengah-engah dan posisi duduk kedua tangan memegang lutut, badan dicondongkan ke depan maka diagnosa yang muncul yaitu : risiko terjadi asma

berulang. Agar asma itu tidak kambuh maka dilakukan intervensi seperti menganjurkan untuk menghindari penyebab asma misalnya lingkungan dengan suhu ekstrim, polusi udara, serbuk, dan lain-lain. B. Saran 1. Jika penderita asma maka kita harus bisa menghindari alergen yang bisa menimbulkan asma, misal perubahan cuaca ekstrim, makanan, bulu kucing, debu, dan lain-lain. 2. Gunakanlah masker jika asma ditimbulkan oleh debu 3. Bagi perawat hendaknya bisa memberikan asuhan keperawatan pada pasien asma khususnya lansia agar bisa mencegah agar tidak kambuh lagi. DAFTAR PUSTAKA Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC. Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC. Nugroho, Wahyudi. 2000. Keperawatan Gerontik ed 2. Jakarta : EGC. Samekto, Widiastuti. 2002. Asma Bronkiale. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Subuea, Hardin, dkk. 2005. Ilmu Penyakit Dalam, cet kedua. Jakarta : Rineka Cipta. Stein, jay H. 1998. Panduan Klinik Penyakit Dalam ed. 3. Jakarta : EGC. Surya A, Djaja. 1990. Manual Ilmu Penmyakit Paru. Jakarta : Binarupa Aksara.

askep pasien dengan asma bronkial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang


Asma bronkial merupakan salah satu penyakit alergi dan masih menjadi masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi dan angka rawat inap penyakit asma bronkial di negara maju dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Di Indonesia belum ada data epidemiologi yang pasti namun diperkirakan berkisar 3-8%. Beberapa Faktor risiko untuk timbulnya asma bronkial telah diketahui secara pasti, antara lain: riwayat keluarga, tingkat social ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan, letak geografi tempat tinggal, memelihara anjing atau kucing dalam rumah, terpapar asap rokok.

Asma bronkial dikelompokkan menjadi dua subtype intrinsik dan ekstrinsik, namun terminologi ini telah ditinggalkan dan saat ini dikenal sebagai asma bronkial atopi dan non atopi berdasarkan adanya tes kulit yang positif terhadap alergen dan ditemukan adanya peningkatan imunoglobulin (Ig) E dalam darah. Sekitar 80% penderita asma bronkial adalah asma atopi dan telah dibuktikan bahwa bahwa tes kulit mempunyai korelasi yang baik dengan parameter-parameter atopi.

B. Tujuan Penulisan Tujuan umum


Yaitu agar pembaca mengetahui dan memahami tentang Asma Tujuan Khusus

Yaitu agar pembaca mengetahui dan memahami tentang anatomi dan fisiologi sistem Respirasi, definisi Asma, etiologi Asma, Patofisiologi Asma, manifestassi klinik Asma, Penatalaksanaan Asma, serta Asuhan Keperawatan yang hrus di berikan kepada klien dengan Asma

C. Metode Penulisan
Metode yang di gunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode narasi yaitu dengan cara mengumpulkan data dan mencari sumber-sumber yang mendukung.

D. Ruang Lingkup Dalam penulisan makalah ini penulis membahas tentang penyakit Asma dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan dan di ambil dari berbagai sumber baik dari buku maupun dari website serta penulis membatasi topik pada materi Asma, pembahasan mengenai : a. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi b. Definisi Asma c. Etiologi Asma d. Patofisiologi Asma e. Manifestassi klinik Asma f. Komplikasi Asma g. Penatalaksanaan Medis h. Asuhan Keperawatan

E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan makalah tentang Asma ini terdiri dari 3 BAB, masing-masing BAB terdiri dari sub-sub bahasan yaitu: 1. BAB 1 Pendahuluan Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, ruang lingkup, dan sistematika penulisan. 2. BAB 2 Pembahasan

Terdiri dari, anatomi dan fisiologi jantung, definisi Asma, etiologi Asma, patofisiologi Asma, manifestassi klinik Asma, komplikasi Asma, penatalaksanaan Medis, asuhan keperawatan. 3. BAB 3 Terdiri dari kesimpulan, saran dan daftar pustaka

BAB II PEMBAHASAN A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Respirasi


Sistem pernapasan atau sistem respirasi adalah sistem organ yang digunakan untuk pertukaran gas. Pada hewan berkaki empat, sistem pernapasan umumnya termasuk saluran yang digunakan untuk membawa udara ke dalam paru-paru di mana terjadi pertukaran gas. Diafragma menarik udara masuk dan juga mengeluarkannya. Pernapasan adalah : 1. Kegiatan mengambil udara (inspirasi) dan mengeluarkan udara (ekspirasi) melalui alat

pernapasan. 2. 3. Pertukaran gas antara sel dengan lingkungan (respirasi eksternal). Reaksi enzimatik, pemanfaatan oksigen memerlukan enzim pernapasan (sitokrom).

Gambar 1. Anatomi system Respirasi Manusia

a. Mekanisme Respirasi

Meliputi proses :

Inspirasi yaitu pemasukan udara ke paru-paru Ekspirasi yaitu pengeluaran udara dari paru-paru

Proses inspirasi dan ekspirasi melibatkan kontraksi relaksasi otot-otot tulang rusuk dan otot diafragma. Adapun macam - macam pernafasan antara lain :

1. Pernapasan Dada Pernapasan dada berlangsung dalam 2 tahap, yaitu :

Inspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang rusuk terangkat, volume

rongga dada membesar, paru-paru mengembang, sehingga tekanan udaranya menjadi lebih kecil dari udara atmosfer, sehingga udara masuk.

Ekspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berelaksasi, tulang rusuk akan tertarik ke

posisi semula, volume rongga dada mengecil, tekanan udara rongga dada meningkat, tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dari udara atmosfer, akibatnya udara keluar. 2. Pernapasan perut Pernapasan perut berlangsung dalam dua tahap, yaitu :

Inspirasi, terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar mengakibatkan

volume rongga dada membesar sehingga tekanan udaranya mengecil dan diikuti paru-paru yang mengembang mengakibatkan tekanan udaranya lebih kecil dari tekanan udara atmosfer dan udara masuk.

Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut berkontraksi

menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan rongga dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat sehingga udara dalam paru-paru

keluar. Pernapasan perut umumnya terjadi saat tidur.

Gambar 2. Mekanisme Bernapas Inspirasi

Tahap inspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berkontraksi. Volume rongga dada dan paru-paru meningkat ketika diafragma bergerak turun ke bawah dan sangkar tulang rusuk membesar. Tekanan udara dalam paru-paru akan turun di bawah tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir ke dalam paru-paru.

Ekspirasi

Tahap ekspirasi terjadi akibat otot tulang rusuk dan diafragma berelaksasi. Volume rongga dada dan paru-paru mengecil ketika diafragma bergerak naik dan sangkar tulang rusuk mengecil.

Tekanan udara dalam paru-paru akan naik melebihi tekanan udara atmosfer, dan udara akan mengalir keluar dari paru-paru.

b. Organ-Organ Sistem Pernafasan Manusia

Organ-organ pernafasan manusia terdiri dari :

Hidung Faring Laring Trakea Bronkus Bronkiolus Alveolus

Gambar 3. Organ-organ pernapasan Hidung

Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang berfungsi menghirup udara pernafasan, menyaring udara,menghangatkan udara pernafasan, juga berperan dalam resonansi suara. Hidung merupakan alat indera manusia yang menanggapi rangsang berupa bau atau zat kimia yang berupa gas. Di dalam rongga hidung terdapat serabut saraf pembau yang dilengkapi dengan sel-sel pembau. setiap sel pembau mempunyai rambut - rambut halus(silia olfaktori)di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi sebagai pelembab dan untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

Faring

Faring (tekak) merupakan persimpangan antara kerongkongan dan tenggorokan. Terdapat katup yang disebut epiglotis (anak tekak) berfungsi sebagai pengatur jalan masuk ke kerongkongan dan tenggorokan.

Laring

Laring adalah pangkal tenggorokan, terdiri atas kepingan tulang rawan membentuk jakun dan terdapat celah menuju batang tenggorok (trakea) disebut glotis, di dalamnya terdapat pita suara dan beberapa otot yang mengatur ketegangan pita suara sehingga timbul bunyi.Berfungsi untuk menyalurkan udara dari faring ke trakea.

Trakea

Berupa pipa yang dindingnya terdiri atas 3 lapisan, yaitu lapisan luar terdiri atas jaringan ikat, lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan, dan lapisan dalam terdiri atas jaringan epitelium besilia. Terletak di leher bagian depan kerongkongan.

Bronkus

Merupakan percabangan trakea yang menuju paru-paru kanan dan kiri. Struktur bronkus sama dengan trakea, hanya dindingnya lebih halus. Kedudukan bronkhus kiri lebih mendatar dibandingkan bronkus kanan, sehingga bronkhus kanan lebih mudah terserang penyakit.

Bronkiolus

Bronkheolus adalah percabangan dari bronkhus, saluran ini lebih halus dan dindingnya lebih tipis. Bronkheolus kiri berjumlah 2, sedangkan kanan berjumlah 3, percabangan ini akan membentuk cabang yang lebih halus seperti pembuluh.

Alveolus

Berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara, dindingnya tipis setebal selapis sel, lembab dan berlekatan dengan kapiler darah.

Alveolus berfungsi sebagai permukaan respirasi, luas total mencapai 100 m2 (50 x luas permukaan tubuh) cukup untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.

Gambar 4. Anatomi Alveolus

Paru - Paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada.paru-paru ada dua buah yaitu paru-paru kanan dan kiri. Paru-paru diselimuti oleh selaput paru-paru (pleura).Perjumlah sepasang terletak di dalam rongga dada kiri dan kanan. Paru-paru kanan memiliki 3 lobus (gelambir), sedangkan paru-paru kiri memiliki 2 lobus (gelambir). Di dalam paru-paru ini terdapat alveolus yang berjumlah 300 juta buah. Bagian luar paru-paru dibungkus oleh selaput pleura untuk melindungi paru-paru dari gesekan ketika bernapas, berlapis 2 dan berisi cairan.

Adapun macam - macam Kapasitas volum paru - paru saat respirasi antara lain :

- Volume tidal : banyaknya udara yang masuk dan keluar paru-paru selama pernafasan normal (500 ml) - Volume tidal dipengaruhi :

Berat badan seseorang Jenis kelamin Usia Kondisi fisik

Mekanisme Pertukaran Gas

Di dalam Alveolus, udara yang mengandung oksigen dipertukarkan ke dalam darah. Sedangkan karbondioksida di dalam darah dikeluarkan ke alveolus, semua proses ini di bantu oleh Hb .

Gambar 5. Proses Pertukaran Gas di dalam Alveolus

Pengangkutan O2

Pertukaran gas antara O2 dengan CO2 terjadi di dalam alveolus dan jaringan tubuh, melalui proses difusi. Oksigen yang sampai di alveolus akan berdifusi menembus selaput alveolus dan berikatan dengan haemoglobin (Hb) dalam darah yang disebutdeoksigenasi dan menghasilkan

senyawa oksihemoglobin (HbO) seperti reaksi berikut : Sekitar 97% oksigen dalam bentuk senyawa oksihemoglobin, hanya 2 3% yang larut dalam plasma darah akan dibawa oleh darah ke seluruh jaringan tubuh, dan selanjutnya akan terjadi pelepasan oksigen secara difusi dari darah ke jaringan tubuh, : Adapun tahapan proses pengikatan oksigen sebagai berikut :

Alveolus memiliki O2 lebih tinggi dari pada O2 di dalam darah. O2 masuk ke dalam darah melalui difusi melewati membran alveolus Di dalam darah, O2 sebagian besar (98%) diikat oleh Hb yang terdapat pada Eritrosit

menjadi Oksihemoglobin (HbO2).


Selain diikat oleh Hb, sebagian kecil O2 larut di dalam plasma darah (2%). Setelah berada di dalam darah, O2 kemudian masuk ke jantung melalui vena pulmonalis

untuk diedarkan ke seluruh tubuh yang membutuhkan.

Pengangkutan CO2

Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari proses respirasi sel akan berdifusi ke dalam darah yang selanjutnya akan diangkut ke paru-paru untuk dikeluarkan sebagai udara pernapasan. Ada 3 (tiga) cara pengangkutan CO2 :

Sebagai ion karbonat (HCO3), sekitar 60 70%. Sebagai karbominohemoglobin (HbCO2), sekitar 25%. Sebagai asam karbonat (H2CO3) sekitar 6 10%.

Adapun tahapan proses pengeluaran karbondioksida sebagai berikut :


Di jaringan, CO2 lebih tinggi dibandingkan yang ada di dalam darah. Ketika O2 di dalam darah berdifusi ke jaringan, maka CO2 di jaringan akan segera masuk ke

dalam darah.

Ketika CO2 berada di dalam darah sebagian besar (70%) CO2 akan diubah menjadi ion

bikarbonat(HCO3)

20% CO2 akan terikat oleh Hb pada Eritrosit. Sedangkan 10% CO2 lainnya larut dalam plasma darah. Di dalam darah, CO2 di bawa ke jantung, kemudian oleh jantung CO2 dalam darah dipompa

ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.

Di paru-paru CO2 akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi

Kontrol Pernafasan

Pusat pengaturan pernafasan adalah medulla oblongata dan pons. Dimana ketentuannya antara lain :

Gambar 6. Kontrol Pernapasan


1.Respirasi normal antara 1215 kali per menit. 2.Pada kondisi tertentu frekuensi respirasi dapat meningkat atau menurun bergantung

kondisi.

3.Yang menaikkan atau menurunkan kecepatan respirasi adalah medulla oblongata dan

pons.

B. Defenisi Asma
Asthma adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan nafas). (Polaski : 1996). Asthma adalah gangguan pada jalan nafas bronkial yang dikateristikan dengan bronkospasme yang reversibel. (Joyce M. Black : 1996). Asthma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001). Asthma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon.

trakea dan bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).

C. Etiologi
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asthma 1. Faktor predisposisi Genetik

Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asthma bronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. 2. Faktor presipitasi Alergen

Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu : 1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan. Seperti : debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. 2. Ingestan, yang masuk melalui mulut. Seperti : makanan dan obat-obatan. 3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. seperti : perhiasan, logam dan jam tangan. Perubahan cuaca.

Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu. Stress.

Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati. Lingkungan kerja.

Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat.

Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

Berdasarkan penyebabnya, asthma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu : 1. Ekstrinsik (alergik) Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asthma ekstrinsik. 2. Intrinsik (non alergik) Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. 3. Asthma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan nonalergik.

D. Patofisiologi
Asthma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asthma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor

kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asthma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran men geluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.

Gambar 6. Bagan Patofisiologi Asma

E. Manifestasi Klinik
Manifestasi Klinik pada pasien asthma adalah batuk, dyspne, dari wheezing. Dan pada sebagian penderita disertai dengan rasa nyeri dada pada penderita yang sedang bebas serangan tidak

ditemukan gejala klinis, sedangkan waktu serangan tampak penderita bernafas cepat, dalam, gelisah, duduk dengan tangan menyanggah ke depan serta tampak otot-otot bantu pernafasan bekerja dengan keras. Ada beberapa tingkatan penderita asma yaitu :

1. Tingkat I : Secara klinis normal tanpa kelainan pemeriksaan fisik dan fungsi paru. Timbul bila ada faktor pencetus baik di dapat alamiah maupun dengan test provokasi bronkial di

laboratorium. 2.Tingkat II : Tanpa keluhan dan kelainan pemeriksaan fisik tapi fungsi paru menunjukkan adanya tanda-

tanda obstruksi jalan nafas. Banyak dijumpai pada klien setelah sembuh serangan.

3.Tingkat III : Tanpa keluhan. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas. Penderita sudah sembuh dan bila obat tidak diteruskan mudah diserang kembali.

4. Tingkat IV : Klien mengeluh batuk, sesak nafas dan nafas berbunyi wheezing. Pemeriksaan fisik dan fungsi paru didapat tanda-tanda obstruksi jalan nafas.

5. Tingkat V : Status asmatikus yaitu suatu keadaan darurat medis berupa serangan asma akut yang berat

bersifat refrator sementara terhadap pengobatan yang lazim dipakai. Asma pada dasarnya merupakan penyakit obstruksi jalan nafas yang reversibel. Pada asma

yang berat dapat timbul gejala seperti : Kontraksi otot-otot pernafasan, cyanosis, gangguan kesadaran, penderita tampak letih, takikardi.

F. Komplikasi
Status asmatikus adalah keadaan spasme bronkiolus berkepanjangan yang men gancam jiwa yang tidak dapat dipulihkan dengan pengobatan. Pada kasus seperti ini, kerja pernapasan sangat meningkat. Apabila kerja pernapasan sangat meningkat, kebutuhan oksigen juga meningkat,karena individu yang mengalami asma tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen normalnya, individu semakin tidak sanggup memenuhi kebutuhan oksigen yang sangat tinggi yang dibutuhkan untuk berinspirasi dan berekspirasi melawan spasme bronkiolus, pembengkakan

bronkiolus, dan mukus yang kental. Situasi ini dapat menyebabkan pneumotoraks akibat besarnya tekanan untuk melakukan ventilasi. Apabila individu kelelahan, dapat terjadi asidosis respiratorik, gagal napas, dan kematian.

G. Penatalaksanan Klinis 1. Pengobatan non farmakologik: Memberikan penyuluhan. Menghindari faktor pencetus. Pemberian cairan. Fisiotherapy. Beri O2 bila perlu.

2. . Pengobatan farmakologik : Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan : 1. Simpatomimetik/ andrenergik (Adrenalin dan efedrin). Nama obat : Orsiprenalin (Alupent) Fenoterol (berotec) Terbutalin (bricasma) Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus 2. Santin (teofilin) Nama obat : Aminofilin (Amicam supp) Aminofilin (Euphilin Retard) Teofilin (Amilex) Efek dari teofilin berbeda. sama dengan bila obat kedua golongan obat simpatomimetik, ini tetapi cara efeknya ) untuk selanjutnya dihirup.

kerjanya

Sehingga

dikombinasikan

saling memperkuat. Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang

lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering). Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan. Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah

dapat diberika secara oral.

H. Pemeriksaan Diagnostik 1. Pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya: Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil. Spiral bronkus. Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus. Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari cabang

Pemeriksaan darah. Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis. Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH. Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas 15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi. Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2. Pemeriksaan Radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan

menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut: Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah. Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah. Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru. Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal. Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru.

3. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat

menimbulkan reaksi yang positif pada asma.

4. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu : Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation. Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB (Right bundle branch block). Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

5. Scanning Paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

6. Spirometri

Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau nebulizer) golongan adrenergik.Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

I.

Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1. Riwayat kesehatan yang lalu: a.Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya. b. Kaji riwayat reaksi alergi atau sensitifitas terhadap zat/ faktor lingkungan. c. Kaji riwayat pekerjaan pasien.

2. Aktivitas/Istirahat

a. Gejala : Keletihan, kelelahan,malaise, etidakmampuan melakukan aktivitas karena sulit bernapas, adanya penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari, tidur dalam posisi duduk tinggi. b. Tanda : Keletihan, gelisah, insomia, kelemahan umum/kehilangan massa otot.

3. Sirkulasi a. Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah. b. Tanda : Peningkatan TD, peningkatan frekuensi jantung/takikardi berat, disritmia, distensi vena leher, edema dependen tidak berhubungan dengan penyakit jantung, bunyi jantung redup, warna kuli/membrane abu sianosis perifer. Pucat dapat menunjukan anemia. mukosa ; /sianosis, kuku normal/abutabuh dan

4. Integritas Ego a. Gejala : peningkatan factor resiko, perubahan pola hidup. b.Tanda : Ansietas, kekakuan, dan peka ransangan.

5. Makanan/Cairan a. Gejala : Mual/muntah, anoreksia, ketidak mampuan untuk makan karena distress pernapasan, penurunan berat badan menetap, peningkatan berat badan menunjukan edama (bronkitis). b.Tanda : Turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat, penurunan BB, penurunan massa otot/lemak sub kutan, palpitasi abdominal dapat menyatakan hepatomegali.

6. Higiene a. Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hari. b. Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

7. Pernapasan a. Gejala : Napas pendek khusus nya pada saat kerja; cuaca atau episode berulangnya sulit napas (asma); rasa dada tertekan, ketidak mampuan untuk bernapas (asma), lapar udara kronis, batuk menetap dg produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih, atau kuning) dapat banyak sekali (bronchitis kronis). b. Tanda ; Pernapasan bias cepat bias lambat, penggunaan otot bantu napas, dada terlihat hiperinflasi.

8. Keamanan a. Gejala : Riwayat reaksi alergi dan sensitive terhadap zat/factor lingkungan, adanya/berulangnya infeksi, kemerahan/berjeringat (asma).

9. Seksual a. Gejala : Penurunan libido

10. Interaksi Sosial a. Gejala : Hubungan keterganrungan, kurang system pendukung, kegagalan dukungan dari/terhadap pasangan/orang terdekat, penyakit lama/ketidak mampuan membaik. b. Tanda : Ketidakmampuan untuk membuat/mempertahankan suara karena distress pernapasan, keterbatasan mobilitas fisik, kelalaian hubungan dengan anggota keluarga lain.

11. Penyuluhan/Pembelajaran a. Gejala ; Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan menghentikan merokok, Penggunaan alcohol secara teratur, kegagalan untuk membaik. b. Pertimbangan : DRG menunjukan rerata lama dirawat : 5,9 hari c. Rencana Pemulangan : Bantuan dalam berbelanja, transportasi, kebutuhan perawatab diri, perawatan rumah/mempertahankan tugas rumah, perubahan pengobatan atau program terapeutik.

b. Diagnosa Keperawatan

1. Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mucus, bronkospasme, peningkatan produksi secret, penurunan energi/kelemahan.

2. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

5. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi

c. Intervensi Dx 1 :

Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan akumulasi mukus. Tujuan : Jalan nafas kembali efektif. Kriteria hasil : Sesak berkurang, batuk berkurang, klien dapat mengeluarkan sputum, wheezing berkurang/hilang, vital dalam batas normal keadaan umum baik. Intervensi : Mandiri : a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, misalnya : wheezing, ronkhi. Rasional : Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan nafas. Bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi (empysema), tak ada fungsi nafas (asma berat). b. Kaji / pantau frekuensi pernafasan catat rasio inspirasi dan ekspirasi. Rasional : Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan selama strest/adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi. c. Kaji pasien untuk posisi yang aman, misalnya : peninggian kepala tidak duduk pada sandaran. Rasional : Peninggian kepala tidak mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi. d. Observasi karakteristik batuk, menetap, batuk pendek, basah. Bantu tindakan untuk keefektipan memperbaiki upaya batuk. Rasional : batuk dapat menetap tetapi tidak efektif, khususnya pada klien lansia, sakit akut/kelemahan. e. Berikan air hangat. Rasional : penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus. Kolaborasi : f. berikan obat sesuai indikasi. Bronkodilator spiriva (inhalasi). Rasional : Membebaskan spasme jalan nafas, mengi dan produksi mukosa.

Dx 2 : Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru. Tujuan : Pola nafas kembali efektif.

Kriteria hasil : Pola nafas efektif, bunyi nafas normal atau bersih, TTV dalam batas normal, batuk berkurang, ekspansi paru mengembang. Intervensi : Mandiri : a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi dada. Catat upaya pernafasan termasuk penggunaan otot bantu pernafasan / pelebaran nasal. Rasional : kecepatan biasanya mencapai kedalaman pernafasan bervariasi tergantung derajat gagal nafas. Expansi dada terbatas yang berhubungan dengan atelektasis dan atau nyeri dada b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas seperti krekels, wheezing. Rasional : ronki dan wheezing menyertai obstruksi jalan nafas / kegagalan pernafasan. c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi. Rasional : duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan. d. Observasi pola batuk dan karakter sekret. Rasional : Kongesti alveolar mengakibatkan batuk sering/iritasi. e. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk. Rasional : dapat meningkatkan/banyaknya sputum dimana gangguan ventilasi dan ditambah ketidak nyaman upaya bernafas. Kolaborasi : f. Berikan oksigen tambahan Rasional : dapat memperbaiki/mencegah hipoksia. g. Berikan humidifikasi tambahan misalnya : nebulizer Rasional : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas, memberikan kelembaban pada membran mukosa dan membantu pengenceran sekret. h. Awasi/gambarkan seri GDA dan nadi oksimetri Rasional : PaCO2 biasanya meningkat Dan PaO2 secara umum menurun, sehinga hipoksia terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih besar.

Diagnosa 3 : Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat. Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. Kriteria hasil :

Keadaan umum baik, mukosa bibir lembab, nafsu makan baik, tekstur kulit baik, klien menghabiskan porsi makan yang disediakan, bising usus 6-12 kali/menit, berat badan dalam batas normal. Intervensi : Mandiri : a. Kaji status nutrisi klien (tekstur kulit, rambut, konjungtiva). Rasional : menentukan dan membantu dalam intervensi selanjutnya. b. Jelaskan pada klien tentang pentingnya nutrisi bagi tubuh. Rasional : peningkatan pengetahuan klien dapat menaikan partisipasi bagi klien dalam asuhan keperawatan. d. Timbang berat badan dan tinggi badan. Rasional : Penurunan berat badan yang signifikan merupakan indikator kurangnya nutrisi. e. Anjurkan klien minum air hangat saat makan. Rasional : air hangat dapat mengurangi mual. f. Anjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering Rasional : memenuhi kebutuhan nutrisi klien. Kolaborasi : g. Konsul dengan tim gizi/tim mendukung nutrisi. Rasional : menentukan kalori individu dan kebutuhan nutrisi dalam pembatasan. h. Berikan obat sesuai indikasi. i. Vitamin B squrb Rasional : defisiensi vitamin dapat terjadi bila protein dibatasi. j. Antiemetik Rasional : untuk menghilangkan mual / muntah. k. Kaji pemariksaan labolatorium (albumin, transferin, profil asam amino, besi, keseimbangan nitrogen ,glukosa, fungsi hati, elektrolit) Rasional : Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi.

Diagnosa 4 : Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Kriteria hasil :

KU klien baik, badan tidak lemas, klien dapat beraktivitas secara mandiri, kekuatan otot terasa pada skala sedang Intervensi : Mandiri : a. Evaluasi respons pasien terhadap aktivitas. Catat laporan dyspnea peningkatan

kelemahan/kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas. Rasional : menetapkan kebutuhan/kemampuan pasien dan memudahkan pilihan intervensi. b. Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas dan istirahat. Rasional : Tirah baring dipertahankan selama fase akut untuk menurunkan kebutuhan metabolik, menghemat energi untuk penyembuhan. c. Bantu pasien memilih posisi nyaman untuk istirahat dan atau tidur. Rasional : pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi atau menunduk kedepan meja atau bantal. d. Bantu aktivitas keperawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktivitas selama fase penyembuhan. Rasional :meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. e. Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut sesuai indikasi. Rasional : menurunkan stress dan rangsangan berlebihan meningkatkan istirahat.

Diagnosa 5 : Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya berhubungan dengan kurangnya informasi Tujuan : Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah. Kriteria hasil : Mencari tentang proses penyakit : - Klien mengerti tentang definisi asma - Klien mengerti tentang penyebab dan pencegahan dari asma - Klien mengerti komplikasi dari asma Intervensi : Mandiri : a. Diskusikan aspek ketidak nyamanan dari penyakit, lamanya penyembuhan, dan harapan kesembuhan.

Rasional : informasi dapat manaikkan koping dan membantu menurunkan ansietas dan masalah berlebihan. b. Berikan informasi dalam bentuk tertulis dan verbal. Rasional : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk mangasimilasi informasi atau mengikuti program medik. c. Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif atau latihan pernafasan. Rasional : selama awal 6-8 minggu setelah pulang, pasien beresiko besar untuk kambuh dari penyakitnya. d. Identifikasi tanda atau gejala yang memerlukan pelaporan pemberi perawatan kesehatan. Rasional : upaya evaluasi dan intervensi tepat waktu dapat mencegah meminimalkan komplikasi. e. Buat langkah untuk meningkatkan kesehatan umum dan kesejahteraan, misalnya : istirahat dan aktivitas seimbang, diet baik. Rasional : menaikan pertahanan alamiah atau imunitas, membatasi terpajan pada patogen.

d. Evaluasi
a. Jalan nafas kembali efektif. b. Pola nafas kembali efektif. c. Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi. d. Klien dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. e. Pengetahuan klien tentang proses penyakit menjadi bertambah.

BAB III PENUTUP a. Kesimpulan Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena adanya respon yang berlebih terhadap rangsangan tertentu dan menyebabkan peradangan, namun penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga.

Pada suatu serangan asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan dan pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba-tiba ditandai dengan nafas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak nafas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak nafas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari. Gejala awal pada anak-anak bisa berupa rasa gatal di dada atau di leher. Selama serangan asma, sesak nafas bisa menjadi semakin berat, sehingga timbul rasa cemas. Sebagai reaksi terhadap kecemasan, penderita juga akan mengeluarkan banyak keringat. Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, biasanya penderita akan sembuh sempurna.Obat yang bias digunakan yaitu : Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik. Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala asma.

Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara.

Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin. Suatu serangan asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.

b. Saran

Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Chronik Asma di perlukan pengetahuan dan pemahaman tentang konsep dan teori penyakit bagi seorang perawat. Informasi yang adekuat dan penkes sangat bermanfaat bagi klien, agar klien mampu mengatasi masalah nya secara mandiri

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddart (2002) Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah, Jakarta : AGC. Crockett, A. (1997) Penanganan Asma dalam Penyakit Primer, Jakarta : Hipocrates. Crompton, G. (1980) Diagnosis and Management of Respiratory Disease, Blacwell Scientific Publication. Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta : EGC. Guyton & Hall (1997) Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta : EGC. Hudak & Gallo (1997) Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik, Volume 1, Jakarta : EGC. Price, S & Wilson, L. M. (1995) Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Jakarta : EGC. www.Wikipedia. Com www.Aumenfund.org.com www.Google.co.id

Вам также может понравиться