Вы находитесь на странице: 1из 54

BAB I PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG

Gigitiruan adalah piranti untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan bawah. Gigitiruan tersebut terdiri dari gigi-gigi buatan yang dilekatkan pada basis. Basis gigitiruan mendapatkan dukungan melalui kontak yang erat dengan jaringan mulut di bawahnya.1 Meskipun basis gigitiruan dapat dibuat dari logam atau campuran logam, kebanyakan basis gigitiruan dibuat menggunakan polimer. Polimer tersebut dipilih berdasarkan keberadaanya, kestabilan dimensi, karakteristik penanganan, warna, dan kekompakan dengan jaringan mulut. Resin akrilik telah digunakan sebagai basis gigitiruan selama lebih dari 60 tahun dan saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan.1 Akrilik merupakan salah satu bahan dasar yang digunakan untuk membuat basis gigitiruan mengingat bahan tersebut mudah didapat, teknik aplikasi yang relatif sederhana, hasil estetik yang memuaskan dan sudah sangat dikenal. Menurut American Dental Association (ADA) terdapat dua jenis resin akrilik yaitu heat cured polymer dan self cured polymer. Jenis resin akrilik yang sering digunakan yaitu akrilik polimerisasi panas karena memiliki beberapa keunggulan, yaitu memiliki syarat estetik, stabilitas warna baik, tidak mengiritasi, tidak toksik, harga relatif murah, cara pengerjaannya mudah, pembuatan dan reparasi mudah.

Tingkat kehilangan gigi diperkirakan antara 7-69% dari populasi orang dewasa. Selain itu, 26% dari penduduk Amerika Serikat yang berusia antara 65-74 tahun mengalami edentulus. Pertumbuhan penduduk yang pesat ditambah dengan kondisi ekonomi saat ini menunjukkan bahwa penggunaan gigitiruan penuh dan konvensional akan terus meningkat. Meskipun demikian, dengan meningkatnya kebutuhan dan permintaan layanan gigitiruan, ada beberapa pedoman yang diterbitkan mengenai perawatan jangka panjang dan pemeliharaan gigitiruan.2 Saat ini, ada beberapa metode alternatif untuk membersihkan gigitiruan lepasan sebagian maupun gigitiruan penuh. Studi in vivo menganggap bahwa menyikat gigitiruan menggunakan pasta dan krim lebih berkhasiat dalam penghapusan biofilm. Sedangkan Dills dkk menerangkan bahwa penggunaan pembersih gigitiruan pasta lebih rendah penggunaanya dibandingkan penggunaan larutan effervescent. Pembersih gigitiruan yang tersedia secara komersial menggunakan bahan aktif berupa hipoklorit, peroksida dan enzim.2 Pembersih gigitiruan dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan pada basis gigitiruan karena pembersih gigitiruan juga dapat menyebabkan hilangnya komponen larut dan peliat, atau penyerapan air oleh lapisan bahan lempeng. Proses ini dapat mempengaruhi sifat-sifat bahan-bahan. Dengan demikian pemilihan pembersih gigitiruan harus mempertimbangkan hal-hal yang dapat menghindari dan meminimalkan perubahan dalam kekuatan ikatan tarik lempeng akrilik.3 Beberapa uji telah digunakan untuk menilai kekuatan transvesa lempeng akrilik yang direndam dalam minuman bersoda dengan hasil tidak terdapat perubahan kekuatan transversa yang bermakna.4 Penelitian yang dilakukan di Brazil

oleh Amanda Peracini pada tahun 2010 mengenai kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam dalam alkaline peroxide effervescent menunjukkan perbedaan yang signifikan pada kekuatan transversa lempeng akrilik.5 Beberapa uji di atas menunjukkan hasil yang berbeda dari kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam dalan berbagai larutan. Akan tetapi hingga saat ini di Indonesia belum ada uji yang dilakukan pada lempeng akrilik yang direndan di dalam larutan pembersih gigitiruan tablet.

1.2

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka timbul masalah, bagaimana kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam di dalam larutan tablet pembersih gigitiruan.

1.3

TUJUAN PENELITIAN

1.3.1

TUJUAN UMUM Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh larutan

tablet pembersih gigitiruan pada lempeng akrilik heat cured

1.3.2

TUJUAN KHUSUS

1. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan transversa lempeng akrilik yang telah direndam di dalam tablet pembersih gigitiruan.

2. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kekuatan transversa yang direndam selama 5 menit dengan masing-masing perendaman 1, 3, 5, 7, 10 hari dan akuades sebagai kontrol.

1.4

MANFAAT PENELITIAN

Memberi informasi tentang efek pemakaian tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan transversa basis akrilik gigitiruan. Kiranya hasil penelitian ini dapat membantu pemakai tablet pembersih gigitiruan mengetahui cara penggunaan pembersih gigitiruan yang baik.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1

PEMBERSIH GIGITIRUAN

Pembersih

gigitiruan adalah sebuah

bahan

yang digunakan untuk

membersihkan gigitiruan. Adapun jenis pembersih gigitiruan kimia dapat berupa krim, bubuk cair, atau tablet. Selain itu ada juga pembersih gigitiruan secara mekanik yang dapat dilakukan dengan menyikat gigitiruan menggunakan sikat dan teknik ultrasonik.6 Perawatan gigitiruan yang tidak benar dapat memberi efek merugikan yang serius pada gigitiruan dan kesehatan jaringan pendukung. Kehadiran plak pada gigitiruan dan laju akumulasi plak secara langsung terkait dengan keberadaan saliva yang kaya protein dan sifat mikroporus basis polimer, yang memfasilitasi pembentukan plak mikroba dan deposisi kalkulus. Pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang memadai, melalui metode mekanik atau kimia, atau keduanya, adalah penting untuk mengurangi dan menghilangkan penyebab kerusakan jaringan di dalam mulut.7

2.1.1

TEKNIK PEMBERSIHAN GIGITIRUAN7

1. Teknik mekanik Pembersihan gigitiruan secara mekanik, yaitu dengan menyikat gigitiruan menggunakan sikat gigi yang lembut atau sikat gigi nilon yang lembut dengan menggunakan air dan sabun. Tindakan pembersihan mekanis sikat biasanya cukup untuk menghilangkan sisa-sisa makanan yang melekat pada gigitiruan, namun tidak efektif untuk desinfeksi gigitiruan. Penggunaan sikat gigi yang kaku, pasta gigi yang abrasif, seperti kalsium karbonat atau silika terhidrasi, dapat menyebabkan abrasi pada bahan polimer atau mengakibatkan goresan pada permukaannya. Pasta gigi dengan beberapa bahan abrasif lembut (natrium bikarbonat atau resin akrilik) dapat digunakan. 2. Pembersih gigtiruan secara kimia Pembersih kimia yang paling umum digunakan menggunakan teknik perendaman gigitiruan pada larutan peroksida dan hipoklorit. Keuntungan dari pembersihan gigitiruan dengan cara perendaman adalah pembersihan yang mencakup seluruh bagian dari gigitiruan, abrasi minimal pada basis gigitiruan dan gigi, dan merupakan teknik yang sederhana. a. Pembersih Oxygenating Peroksida disediakan dalam bentuk bubuk dan tablet. Bahan yang mengandung senyawa alkali, deterjen, natrium perborat, dan bubuk. Ketika bahan ini dicampur dengan air, perborat natrium

peroksida terurai melepaskan oksigen. Pembersihan adalah hasil dari kemampuan oksidasi dari dekomposisi peroksida dan dari reaksi effervescent menghasilkan oksigen. Hal ini secara efektif dapat menghapus deposit organik dan membunuh mikroorganisme. Alkali peroksida adalah metode aman, efektif membersihkan gigitiruan dan sterilisasi, khususnya di kalangan pasien geriatri. b. Larutan hipoklorit Hipoklorit yang umumnya digunakan sebagai pembersih gigitiruan untuk menghilangkan plak dan noda ringan, dan mampu membunuh organisme pada gigitiruan adalah natrium hipoklorit. Salah satu teknik pembersihan gigitiruan dengan perendaman gigitiruan dalam larutan sodium hipoklorit 5% dan disertai penyikatan pada gigitruan. Selain itu, gigitiruan direndam dalam larutan yang mengandung 1 sendok teh hipoklorit (Clorox) dan 2 sendok teh dari glassy phosphate (Calgon) dalam setengah gelas air, untuk mengontrol kalkulus, noda berat pada gigitiruan. Hipoklorit alkalin tidak dianjurkan untuk gigitiruan yang dibuat dari paduan logam tuang. Ion klorin dapat menyebabkan korosi dan penggelapan dari logam ini. Larutan terkonsentrasi hipoklorit juga tidak boleh digunakan karena penggunaan jangka panjang dapat mengubah warna gigitiruan resin.

3. Teknik pembersihan lain a. Unit ultrasonik memberikan getaran yang dapat digunakan untuk membersihkan gigitiruan. Bila teknik ini digunakan, gigitiruan ditempatkan ke unit pembersih, yang diisi dengan larutan pembersih. Tindakan pembersihan dari agen perendaman dilengkapi oleh aksi debriding mekanik getaran ultrasonik. Meskipun efektif, teknik ini mungkin tidak cukup menghilangkan plak pada permukaan gigitiruan. b. Asam yang diencerkan (asam sitrat, isopropil alkohol, asam klorida, atau cuka rumah tangga biasa) tersedia untuk menghilangkan endapan keras pada gigitiruan. Cuka juga dapat membunuh mikroorganisme tetapi kurang efektif dibandingkan dengan larutan bleaching. Pembersih dengan bahan asam yang diencerkan harus digunakan hatihati, dan gigitiruan harus dibilas secara menyeluruh untuk menghindari kontak dengan bahan kulit dan mukosa. Asam encer juga dapat menyebabkan korosi dari beberapa gigitiruan logam paduan. c. Pembersih gigitiruan yang mengandung enzim (mutanese dan protease) telah ditunjukkan dapat mengurangi plak gigitiruan secara signifikan, dengan 15 menit perendaman setiap hari, terutama ketika dikombinasi dengan menyikat gigitiran. d. Penggunaan polimer silikon. Pembersih ini memberikan lapisan pelindung, yang menghambat perlekatan bakteri ke permukaan gigitiruan sampai aplikasi berikutnya.

2.1.2

Pembersih gigitiruan yang ideal7

1. Tidak beracun 2. Mudah digunakan oleh pasien 3. Tidak berbahaya terhadap kesehatan pasien dan bahan dasar gigitiruan akrilik 4. Mampu melarutkan plak pada gigitruan

2.2

PEMBERSIH GIGITIRUAN TABLET

Pembersih gigitiruan tablet merupakan tablet yang dilarutkan ke dalam air hangat untuk membuat larutan effervescent. Perendaman gigitiruan di dalam larutan effervescent membantu membunuh kuman yang dapat menyebabkan bau, dan menghilangkan noda pada gigitiruan.

2.2.1

Manfaat 8

Kesehatan: a. Menghilangkan sisa-sisa makanan dan plak yang terbentuk pada gigitiruan. b. Menjaga kesehatan rongga mulut. Sosial dan psikologis: a. Hilangnya plak dan sisa makanan memberikan penerimaan taktil gigitiruan yang lebih baik.

b. Mengurangi timbulnya bau untuk mendapatkan penerimaan sosial yang lebih baik. c. Menghilangkan stain (pewarnaan gigi). KELEBIHAN DAN KEKURANGAN 8

2.2.2

Kelebihan:

a. Aksi effervescent dapat mencapai bagian-bagian sempit yang tidak dicapai dengan sikat gigi. b. Aksi pembersihan anti-bakteri dapat menghilangkan kuman yang menyebabkan bau pada gigitiruan. c. Menghilangkan stain dan sisa makanan. d. Tidak menggores gigitiruan. e. Memberi waktu jaringan mulut untuk beristirahat pada saat dilakukan pembersihan gigitiruan. Kekurangan: a. Aksi mekanik lebih kecil karena pembersihan dilakukan secara kimia, oleh karena itu dianjurkan untuk disikat.

2.2.3

KEUNTUNGAN DAN KEAMANAN8

1. Effervescense Memberikan aksi pembersihan kimia untuk menghilangkan deposit pada gigitiruan

10

2. pH (kadar keasaman) 6,8 (mirip dengan air, aman untuk merendam semalaman dan tidak memiliki risiko chemical burn. 3. Bahan aktif Memberikan rasa segar pada gigitiruan dan membantu menghilangkan bau. 4. Aplikasi Tidak boros atau tumpah (bentuk tablet). Cepat, mudah dibawa, nyaman digunakan untuk pasien usia lanjut.

2.2.4

KOMPOSISI 8

1. Surfactants (deterjen): Sodium polyphosphate Sodium polyphosphate digunakan sebagai pengatur keasaman, emulsifier, stabilsasi dan pengental yang biasa digunakan dalam deterjen pembersih gigitiruan. Kandungan fosfat dari sodium polyphosphate dapat menghilangkan plak pada gigitiruan dan memecah atau melarutkan noda pada gigitiruan.9 Sodium lauryl sulfoacetate Sodium lauryl sulfoacetate merupakan surfactants yang dapat menghilangkan plak dan bakteri pada gigitiruan serta meningkatkan kekuatan pembersihan tablet pembersih gigitiruan.10

11

2. Effervescent Sodium bicarbonate Sodium bikarbonat adalah bahan kimia berbentuk kristal putih yang larut dalam air, bahan ini banyak digunakan dalam industri pembuatan pasta gigi dan pembersih gigitiruan. Sodium bikarbonat merupak agen effervescent yang menghasilkan pembersihan kimia pada gigitiruan. 11 Citrid acid Senyawa citrid acid atau asam sitrat merupakan bahan pengawet yang baik dan alami. Zat in juga dapat digunakan sebagai zat pembersih dan anti oksidan. Asam sitrat pada tablet pembersih gigitiruan memberikan aksi pembersihan kimia pada gigitiruan yang dapat menghilangkan deposit. 12 3. Oxidizing agents Sodium perborate Sodium perborat berfungsi sebagai sumber oksigen aktif dalam deterjen, pembersih gigitiruan dan formula pemutih gigi. Senyawa ini digunakan sebagai agen untuk menghilangkan noda dan memberikan aksi pemutih pada gigitiruan. Sodium perborat memiliki sifat antiseptik dan dapat bertindak sebagai desinfektan.13

12

Potassium monopersulfate Potassium monopersulfate digunakan sebagai agen pengoksidasi. Kandungan klorin pada potassium monopersulfate berfungsi untuk membersihkan gigitiruan dari noda dan komponen organik.14

4. Mouthwash ingredient Peppermint oil Peppermint oil dalam tablet pembersih gigitiruan memeberikan rasa segar mint pada gigitiruan dan membantu menghilangkan bau.15 5. Dyes Food colourants Merupakan senyawa tambahan yang memberikan perubahan warna saat proses pembersihan telah selesai serta dapat memnghilangkan bau pada gigitiruan.16

2.2.5

CARA PEMAKAIAN 8

1. Bersihkan gigitiruan dengan sikat gigi. 2. Tempatkan gigitiruan pada gelas atau denture bath. 3. Berikan air hangat sampai menutupi seluruh permukaan gigitiruan. 4. Masukkan tablet ke dalam air. Rendam gigitiruan pada larutan effervescent selama 5 menit. 5. Bilas gigitiruan dengan air yang mengalir.

13

2.3

BASIS GIGITIRUAN

Selama bertahun-tahun berbagai bahan telah digunakan untuk membuat basis gigitiruan. Bahan yang paling umum digunakan adalah polimer seperti polimetil metakrilat (PMMA) atau resin akrilik. Polimetil metakrilat memiliki sifat mekanik dan estetika baik, dan mudah dikerjakan. Proses polimerisasi dari PMMA melibatkan konversi dari molekul monomer rendah ke molekul polimer tinggi.7 Basis gigitiruan resin dibentuk oleh proses polimerisasi tambahan melalui pelepasan radikal bebas. Reaksi melewati tiga tahap, yaitu aktivasi dan inisiasi, propagasi, dan akhirnya, penghentian. Inisiator seperti benzoyl peroxide

menghasilkan radikal bebas, yang memicu reaksi berantai. Aktivasi inisiator dapat dicapai melalui aktivasi panas, bahan kimia, seperti amina tersier, atau dengan sumber energi lainnya, seperti visible light-activated (VLA) uretan dimethacrylate, atau melalui radiasi elektromagnetik seperti aktivasi microwave.7

2.3.1

SYARAT GIGITIRUAN IDEAL7

1. Biokompatibel: tidak toksik dan tidak mengiritasi 2. Sifat fisik dan mekanik yang baik: Kelenturan dan kekuatan impak yang baik Modulus elastisitas yang tinggi untuk kekakuan yang lebih baik Ketahanan abrasi yang tinggi Ketahanan terhadap daya kunyah Ketahanan terhadap termal

14

Kelarutan dan penyerapan air rendah Dimensi stabil dan adekuat Stabilitas warna baik Tidak porus Permukaan lembut

3. Mudah dibersihkan

2.3.2

FUNGSI BASIS GIGITIRUAN 17

1. Mendukung gigi buatan 2. Menyalurkan tekanan oklusal ke jaringan pendukung, gigi penyangga atau lingir saja. 3. Memenuhi faktor kosmetik. 4. Memberikan stimulasi pada jaringan yang berada di bawah basis gigitiruan (jaringan subbasal). Pada saat berfungsi, pada pemakaian gigitiruan dukungan gigi maupun jaringan, akan terjadi pergerakan vertikal karena adanya gerakan fisiologik gigi penyangga dan jaringan.

2.3.3

JENIS-JENIS BAHAN BASIS 17

Basis biasanya terbuat dari bahan metal, resin atau kombinasi metal-resin.

2.3.3.1 METAL Metal sebagai bahan basis gigitiruan memiliki beberapa keunggulan:17

15

1. Penghantar panas Karena metal merupakan penghantar panas yang baik, maka setiap perubahan suhu yang terjadi akan langsung disalurkan ke jaringan di bawahnya. Rangsang seperti ini akan menstimulasi dan mempertahankan kesehatan jaringan. 2. Ketepatan dimensi Basis yang terbuat dari paduan emas maupun krom kobalt tidak hanya lebih tepat, tetapi juga mampu mempertahankan bentuk tanpa terjadi perubahan selama pemakaian dalam mulut. Hal ini disebabkan tidak terjadinya strain internal selama proses pembuatannya, sehingga tidak terjadi perubahan bentuk dan volume. Ketepatan bentuk basis akan menciptakan kecermatan kontak dengan jaringan mulut di bawahnya, sehingga meningkatkan retensi. 3. Kebersihan Paduan logam adalah bahan yang tahan abrasi, karena itu permukaannya tetap licin dan mengkilat, serta tidak menyerap cairan mulut. Sifat ini membuat deposit makanan maupun kalkulus sulit melekat. 4. Kekuatan maksimal dengan ketebalan minimal Basis logam dapat dibuat lebih tipis dari resin, tetapi cukup kuat dan tegar, sehingga ruang gerak bagi lidah relatif lebih luas. Dibanding paduan krom kobalt yang dapat dibuat lebih tipis dan ringan, basis dari paduan emas harus dibuat lebih tebal untuk mencapai kekuatan sama. Disamping kelemahan: beberapa keunggulan, metal juga mempunyai beberapa

16

1. Basis metal tak mungkin dilapis atau dicekatkan kembali jika terjadi kerusakan 2. Warna basis metal tidak harmonis dengan warna jaringan sekitarnya. 3. Relatif lebih berat, terutama aloi emas untuk rahang atas 4. Perluasan basis metal sampai ke lipatan bukal maupun pengembalian kontur pipi dan bibir sulit dilakukan dengan basis metal 5. Teknik pembuatannya lebih rumit dan mahal.

2.3.3.2 RESIN Basis resin menunjukkan kelebihan:17 1. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor estetik 2. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali dengan mudah 3. Relatif lebih ringan 4. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah 5. Harga relatif murah. Disamping kelebihan, resin juga memppunyai beberapa kelemahan: 1. Penghantar panas yang buruk 2. Dimensinya tidak stabil pada waktu pembuatan, pemakaian maupun reparasi 3. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian.

17

4. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut, yang mempengaruhi stabilitas warna 5. Kalkulus dan deposit makanan mudah melekat pada basis resin. 2.3.3.3 BASIS KOMBINASI METAL-RESIN 17

Tujuan pemakaian basis kombinasi adalah memanfaatkan kelebihan masingmasing bahan tadi. Basis kombinasi ini berupa rangka dari metal, dilapis resin untuk tempat perlekatan gigi buatan, dan bagian yang berkontak dengan mukosa mulut.

2.4

BASIS RESIN AKRILIK

Resin akrilik digunakan di bidang kedokteran gigi mulai tahun 1946. Sebanyak 98% dari semua basis gigitruan dibuat dari polimer atau kopolimer metil metakrilat. Polimer (metil metakrilat) murni tidak berwarna, dan padat. Menurut American Dental Association (ADA) terdapat dua jenis resin akrilik yaitu heat cured polymer dan self cured polymer, yang masing-masing terdiri dari bubuk yang

disebut polimer dan cairan yang disebut monomer.18,19

2.4.1

RESIN AKRILIK POLIMERISASI PANAS

Resin ini biasanya diproses dalam kuvet menggunakan teknik pencetakan dan pengecoran. Polimer dan monomer yang dicampur dalam perbandingan yang tepat 3:1 berdasarkan volume atau 2,5:1 berdasarkan berat. Kebanyakan sistem resin PMMA terdiri atas komponen bubuk dan cairan. Bubuk terdiri atas butir-butir

18

PMMA pra-polimerisasi dan sejumlah kecil benzoil peroksida. Cairan didominasi oleh metil metakrilat tidak terpolimerisasi dengan sejumlah kecil hidroqunion. Hidroqunion ditambahkan sebagai suatu inhibitor karena dapat mencegah polimerisasi yang tidak diharapkan, atau pengerasan cairan selama penyimpanan.7, 1 Secara umum, resin akrilik yang dipolimerisasi diaktifkan dengan menempatkan kuvet dalam suhu air keran 74 oC (168 oF) selama 8 jam atau lebih, atau dengan 2-3 jam air mendidih pada 100 oC siklus pendek melibatkan pengolahan resin pada 74 oC selama sekitar 2 jam kemudian mendidih pada 100 oC selama 1 jam.7

2.4.2

RESIN AKRILIK POLIMERISASI KIMIA

Aktivatsi kimia juga digunakan untuk melangsungkan polimerisasi basis gigitiruan. Aktivasi kimia tidak memerlukan penggunaan energi panas, sehingga dapat dilakukan pada suhu ruang. Resin yang teraktivasi secara kimia sering disebut sebagai resin cold-curing, self-curing atau otopolimerisasi. 1 Aktivasi kimia dicapai melalui penambahan amin tersier, seperti dimetilpara-tolouidin, terhadap cairan basis gigitiruan, yaitu monomer. Bila komponen bubuk dan cair diaduk, amin tersier menyebabkan terpisahnya benzoil peroksida. Sebagai akibatnya, dihasilkan radikal bebas dan polimerisasi dimulai. 1 Resin basis gigitriruan yang diaktifkan secara kimia paling sering diproses menggunakan teknik compression molding. Pembuatan mold dan pemasukkan resin dilakukan dengan cara yang sama seperti yang digambarkan untuk resin yang diaktivasi secara panas, lalu ditempatkan pada suhu kamar atau pada suhu yang

19

sedikit lebih tinggi (45 oC) selama kurang lebih 3045 menit. Polimer dan monomer dipasok dalam bentuk bubuk dan cairan. Waktu kerja untuk resin yang teraktivasi secara kimia adalah lebih pendek dibanding bahan yang diaktivasi secara panas.7

2.4.3

RESIN AKRILIK POLIMERISASI MICROWAVE 7

Gelombang mikro adalah gelombang elektromagnetik dalam rentang frekuensi megahertz untuk mengaktifkan proses polimerisasi basis resin akrilik. Prosedur ini sangat disederhanakan pada tahun 1983, dengan pengenalan serat kaca khusus, cocok untuk digunakan dalam oven microwave. Resin akrilik dicampur dalam bubuk yang tepat, dalam waktu yang sangat singkat sekitar 3 menit. Kontrol yang cermat dari waktu dan jumlah watt dari oven adalah penting untuk menghasilkan resin bebas pori dan memastikan polimerisasi lengkap.

2.4.4

RESIN AKRILIK POLIMERISASI CAHAYA7

Resin akrilik diaktifkan cahaya, yang juga disebut resin VLC, adalah kopolimer dari dimetakrilat uretan dan resin akrilik kopolimer bersama dengan silika microfine. Proses polimerisasi diaktifkan dengan menempatkan resin akrilik yang telah dicampur dalam moldable di model master pada sebuah meja berputar, dalam ruang cahaya dengan intensitas cahaya yang tinggi dari 400-500 nm, untuk periode sekitar 10 menit. Resin dilapisi dengan senyawa tidak reaktif untuk mencegah penghambatan oksigen dari proses polimerisasi. Resin diaktifkan cahaya tidak mengandung

20

monomer metakrilat, resin yang dihasilkan mengandung oligomer berat molekul tinggi, yang menghasilkan penyusutan polimerisasi yang lebih kecil.

2.4.5

SIFAT FISIK RESIN BASIS GIGITIRUAN AKRILIK1

Sifat fisik resin basis gigitiruan adalah penting untuk ketepatan dan fungsi gigitiruan lepasan. Sifat yang perlu diperhatikan termasuk pengerutan polimerisasi, keporusan, penyerapan air, kelarutan, tekanan selama proses, dan retakan atau goresan. 1. Pengerutan polimerisasi Ketikar monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk PMMA, kepadatan massa bahan berubah dari 0,94-1,19 g/cm3. Perubahan kepadatan ini menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21%. Bila resin

konvensional yang diaktifkan panas diaduk dengan rasio bubuk berbanding cairan sesuai anjuran, sekitar sepertiga dari massa hasil cairan. Akibatnya, pengerutan volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi harus sekitar 7%. Persentase ini sesuai dengan nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis. Selain pengerutan volumetrik, juga harus dipertimbangkan efek pengerutan linier. Pengerutan linier memberikan efek nyata pada adaptasi basis gigitiruan serta interdigitasi tonjol. Biasnya, mulai pengerutan linier ditentukan dengan mengukur jarak antara 2 titik acuan yang telah ditentukan pada regio molar kedua pada susunan gigitiruan. Setelah polimerisasi resin basis gigitiruan dan pengeluaran basis gigitiruan dari model, jarak antara kedua titik acuan tadi

21

diukur kembali. Perbedaan antara pengukuran sebelum dan sesudah polimerisasi dicatat sebagai pengerutan linier. Semakin besar pengerutan linier, semakin besar pula ketidaksesuaian yang teramati dari kecocokan awal suatu gigitiruan. 2. Porositas Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat

mempengaruhi sifat fisik, estetika, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas tersebut akibat dari penguapan monomer yang tidak bereaksi serta polimer molekul rendah, bila suhu resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Namun porositas jenis ini tidak terjadi seragam sepanjang segmen resin yang terkena. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan yang tidak tepat antara komponen bubuk dan cairan. Bila ini terjadi, beberapa bagian massa resin akan mengandung monomer lebih banyak dibandingakn yang lain. Selama polimerisasi, bagian ini mengerut lebih banyak dibandingkan daerah di dekatnya, dan pengerutan yang terlokalisasi cenderung menghasilkan gelembung. 3. Penyerapan air Poli (metil metakrilat) menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanis dan dimensi polimer. Meskipun penyerapan dimungkinkan oleh adanya polaritas molekul PMMA, umumya mekanisme

22

penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Poli (metil metakrilat) memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69% mg/cm2. 4. Kelarutan Meskipun resin basis gigitiruan larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer dilepaskan, resin basis umumnya tidak larut dalam cairan yang ditemukan dalam rongga mulut. Spesifikasi ADA No. 12 merumuskan pengujian untuk kelarutan resin. Prosedur ini adalah perendaman basis gigitiruan dalam air, lempeng tersebut dikeringkan dan ditimbang ulang untuk menentukan kehilangan berat. Menurut spesifikasi, kehilangan berat harus tidak melebihi 0,04 mg/cm2 dari permukaan lempeng. 5. Crazing Meskipun perubahan dimensi mungkin terjadi selama relaksasi tekanan, perubahan ini umumnya tidak menyebabkan kesulitan klinis. Sebaliknya, relaksasi tekanan mungkin menimbulkan sedikit goresan permukaan yang dapat berdampak negatif terhadap estetika dan sifat fisik suatu gigitiruan. Terbentuknya goresan atau retakan mikro ini dinamakan crazing. Secara klinis, crazing terlihat sebagai garis retakan kecil yang nampak timbul pada permukaan gigitiruan. Crazing pada resin transparan menimbulkan

penampilan berkabut atau tidak terang. Pada resin berwarna, crazing menimbulkan gambaran putih 6. Kekuatan Kekuatan dari resin basis gigitiruan tergantung pada beberapa faktor. Faktorfaktor ini termasuk komposisi resin, teknik pembuatan, dan kondisi-kondisi

23

yang ada dalam lingkungan rongga mulut. Untuk memberikan sifat fisik yang dapat diterima, resin basis gigitiruan harus memenuhi atau melampaui standar yang disajikan dalam spesifikasi ADA No. 12. Suatu uji tranvesa digunakan untuk mengevaluasi hubungan antara beban yang diberikan dan resultan defleksi dalam contoh resin dengan dimensi tertentu. 7. Creep Resin gigitiruan menunjukkan sifat viskoelastis. Dengan kata lain, bahan ini bertindak sebagai benda padat bersifat karet. Bila suatu resin basis gigitiruan terpapar terhadap beban yang ditahan, bahan menunjukkan defleksi atau deformasi awal. Bila beban ini tidak dilepaskan, deformasi tambahan mungkin terjadi dengan berlalunya waktu. Tambahan deformasi ini diistilahkan dengan creep. 8. Sifat lain Kekuatan benturan charpy untuk gigitiruan resin yang diaktifkan dengan panas berkisar dari 0,981,27 J, sedangkan resin yang diaktivasi kimia adalah lebih rendah 0,78 J. Nilai untuk resin tahan benturan, seperti Lucitone 199, dapat 2 kali nilai yang dilaporkan untuk resin PMMA.

2.5

PLAK GIGITIRUAN 18 Plak gigitiruan merupakan pengumpulan mikroorganisme yang membentuk

lapisan lunak, tidak terkalsifikasi dan melekat pada gigitiruan. Gigitiruan di dalam rongga mulut selalu berkontak dengan saliva, selanjutnya gigitiruan ini akan mengabsorbsi protein saliva secara selektif acquired denture pellicle (ADP). Segera

24

setelah ADP terbentuk, mikroorganisme akan melekat pada reseptor protein saliva dalam membentuk koloni. Mikroorgnisme yang banyak dijumpai dalam plak pada gigitiruan adalah Streptococcus mutans karena habitat utamanya adalah plak dan berkoloni pada permukaan gigi sehingga terbentuk formasi plak. Plak gigitiruan merupakan penyebab masalah yang berhubungan dengan jaringan periodontal, bau mulut, perubahan warna pada gigitiruan dan peradangan pada jaringan mukosa di bawah gigitiruan yang disebut denture stomatitis. Pencegahan terjadinya denture stomatitis perlu dilakukan oleh para pemakai gigitiruan, misalanya dengan merendam gigiitruan pada malam hari selain tindakan pemeliharaan dan pembersihan. Pembersihan gigitiruan dengan cara merendam dapat dilakukan sepanjang malam, 1 jam, 30 menit, 15 menit dan 5 menit tergantung dari bahan pembersih gigitiruan yang digunakan.

2.5.1

INDEKS PLAK GIGITIRUAN 18 Pengukuran dan penilaian plak dapat memberikan informasi berharga tentang

status kesehatan mulut individu. Metode yang digunakan untuk menilai kuantitas plak yang telah menyertakan tes biokimia, jumlah mikroorganisme dan penilaian visual dari plak atau ketebalan biofilm. The quantitative light induced fluorecence (QLF) sistem penyinaran (Inspektor Systems Research, BV) adalah alat diagnostik khusus gigi yang telah digunakan untuk penilaian kuantitatif in vivo dan in vitro dari karies gigi, pemutihan gigi, aktivitas bakteri, kalkulus, pewarnaan dan plak gigitiruan. Teknik ini didasarkan

25

pada autofluorescence gigi, yang, ketika diterangi dengan daya rendah terlihat warna biru terang, memancarkan di bagian hijau dari spektrum. Iradiasi sinar fluoresensi menunjukkan perbedaan enamel opacity, membuat awal karies deteksi lesi mungkin. Selain itu, QLF dapat digunakan untuk menunjukkan adanya plak pada gigitiruan, karena mikroorganisme berpendar sampai batas tertentu selama proses tersebut.

Gambar 2.1 Plak gigitiruan. (Sumber: Coulthwaite E, Verran J. Potential patoghenic aspects of denture plaque. Br J Biomed Sci 2007; 64: 181-5

26

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

3.1

KERANGKA KONSEP

Tekanan alat uji

Proses perendaman

LEMPENG AKRILIK
Waktu dan lama perendaman Alat uji kekuatan tranversa Ukuran lempeng uji Kecepatan tekananan alat Suhu dan kelmbapan

Kekuatan transversa lempeng akrilik

Keterangan: : variabel penghubung : variabel bebas : variabel kendali : variabel akibat

3.2

HIPOTESIS Ha: Ada pengaruh tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik = 0,05

27

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1

RANCANGAN PENELITIAN

Berdasarkan asal datanya, penelitian ini disebut sebagai penelitian primer. Berdasarkan sifat permasalahannya, penelitian ini disebut sebagai penelitian eksperimental laboratoris, dengan asumsi bahwa penelitian berupa uji lempeng akrilik yang tiap unitnya adalah homogen. Desan penelitian ini posttest only control group design.

4.2

SAMPEL

Metode sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling dengan populasi homogen. Sampel dari penelitian ini adalah lempeng yang terbuat dari bahan resin akrilik PMMA jenis heat cured, karena merupakan jenis resin akrilik yang sering digunakan dalam dunia kedokteran gigi.19 Dengan toleransi kriteria sampel ukuran panjang = 65 mm, lebar = 10 mm dan tebal = 2,5 mm, serta permukaan halus, tidak porus, dan tidak ada perubahan bentuk.19, 20 Sampel dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu setiap kelompok terdiri dari 5 sampel.

28

4.2.1

BESAR SAMPEL21

Besar sampel dihitung dengan rumus:

4.3

VARIABEL PENELITIAN

4.3.1

VARIABEL BEBAS

a. Frekuensi waktu dan lama perendaman b. Kekuatan tekanan dari Universal Testing Machine terhadap lempeng akrilik

4.3.2

VARIABEL TERGANTUNG

a. Kekuatan transversa lempeng akrilik

4.3.3

VARIABEL KENDALI

a. Alat uji kekuatan transvesa lempeng akrilik b. Kecepatan tekanan alat (cross head) c. Lempeng akrilik d. Cara kerja pembuatan dan ukuran lempeng akrilik e. Suhu dan kelembaban ruangan penelitian

29

4.4

DEFINISI OPERASIONAL

a. Kekuatan transversa adalah kekuatan dari lempeng akrilik yang didukung pada masing-masing ujung lempeng akrilik, terhadap tekanan yang dikenakan pada lempeng uji.23 b. Pembersih gigitiruan tablet adalah salah satu bahan pembersih gigitiruan yang berfungsi untuk menghilangkan plak pada gigitiruan.2 Pada penelitian ini digunakan pembersih gigtiruan tablet Polident. c. Lempeng resin akrilik adalah salah satu bagian gigitiruan. Dalam penelitian ini resin akrilik yang digunakan adalah heat cured. Ukuran: panjang = 65 mm, lebar = 10 mm dan tebal = 2,5 mm. d. Larutan effervescent adalah larutan yang terbentuk dari hasil perendaman pembersih gigitruan tablet ke dalam air, yang mempunyai fungsi untuk menghapus biofilm pada basis gigitiruan.6

30

4.5

ALUR PENELITIAN

Pembuatan lempeng uji

Perendaman lempeng akrilik dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 1 hari

Perendaman lempeng akrilik dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 3 hari

Perendaman lempeng akrilik dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 5 hari

Perendaman lempeng akrilik dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 7 hari

Perendaman lempeng akrilik dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 10 hari

Perendaman lempeng akrilik dalam akuades

Uji kekuatan transversa

Analisis data

Simpulan

31

4.6

BAHAN PENELITIAN

a. Akrilik heat cured (Pillon Dental Material by S.S Limited) b. Master model ukuran 65 x 10 x 2 mm (Dental Stone) c. Vaselin (Kimia Farma) d. Gips lunak (Cepu, Indonesia) e. Separator resin akrilik Cold Mould Seal (CMS, Detrey, Inggris) f. Akuades (Kimia Farma) g. Air h. Pembersih gigitiruan tablet Polident (Fresh Active Denture Cleanser)

B C
Gambar 4.1 Bahan-bahan penelitian. (A) akuades. (B) lempeng akrilik, (C) tablet pembersih gigitiruan. (Sumber: Koleksi Pribadi)

4.7

ALAT PENELITIAN

a. Kuvet b. Alat pres c. Kuas

32

d. Gelas porselen e. Gelas ukur f. Alat Universal Testing Machine (Tensile Testing Machine Type PM 100 GALDABINI) g. Mesin poles h. Kertas gosok i. Bur Poles j. Pisau gips dan pisau malam

4.8

LOKASI PENELITIAN

a. Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Ujung Pandang. b. Laboratorium Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

4.9

WAKTU PENELITIAN

Bulan Mei-Oktober 2012

4.10

PROSEDUR KERJA

4.10.1 PEMBUATAN SAMPEL 21,22

a. Menyiapkan model master dengan ukuran 65 x 10 x 2 mm. b. Dilakukan pemendaman model master di dalam kuvet menggunakan gips lunak.

33

c. Gips lunak dicampur air lalu diaduk selama 30 detik kemudian dimasukkan ke dalam kuvet dan dilakukan vibrasi. Setelah bagian basis kuvet terisi penuh, plat dari bahan kuningan ditanam dalam kuvet sebanyak 1 buah untuk setiap kuvet, kemudian ditunggu hingga mengeras. Setelah permukaan gips keras diolesi selapis tipis vaselin hingga merata menggunakan kuas. d. Dilakukan pengisian kuvet lawan dengan gips lunak dan dilakukan pengepresan dengan menggunakan alat pres. e. Setelah gips lunak setting, kuvet bawah dan atas dipisahkan dengan cara mengungkit pertemuan kuvet dengan pisau gips. Master model diambil dan permukaan gips dibersihkan dari vaseline dengan air panas yang mengalir. Setelah kuvet dingin, permukaan gips diulasi cold mould seal secara merata menggunakan kuas dan ditunggu hingga kering. f. Campurkan bubuk dan likuid resin akrilik. Pengadukan dilakukan pada pot porselen hingga mencapai tahap dough. Resin akrilik yang telah dicampur dimasukkan ke dalam kuvet dan dilakukan pengepresan agar kelebihan adonan mengalir keluar. Kuvet dibuka kembali dan kelebihannya dipotong dengan pisau malam kemudian kuvet ditutup kembali, lalu dilakukan pengepresan kembali. g. Dilakukan proses curing secara konvensional, yaitu mulai suhu kamar hingga 72 0C selama 2 jam dan dinaikkan sampai 100 oC selama 2 jam, kemudian dibiarkan hingga dingin.

34

h. Setelah dingin, kuvet dibuka dan lempeng akrilik diambil. Kelebihan akrilik dirapikan dan dihaluskan menggunakan straight hand piece, bur polish dan kertas gosok. i. Lempeng dicuci dengan air mengalir lalu disimpan dalam wadah penyimpanan yang berisi akuades selama 2 x 24 jam pada suhu kamar (30 oC 1 oC).

4.10.2 PERSIAPAN SAMPEL

Sampel berjumlah 30, dibagi dalam 6 kelompok yang setiap perlakuan terdiri dari 5 sampel: 1. Kelompok 1 adalah kelompok perlakuan yang direndam di dalam larutan effervescent selama 5 menit dengan sekali perendaman dalam waktu 1 hari 2. Kelompok 2 adalah kelompok perlakuan yang direndam di dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 3 hari dengan sekali perendaman setiap harinya. 3. Kelompok 3 adalah kelompok perlakuan yang direndam di dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 5 hari dengan sekali perendaman setiap harinya. 4. Kelompok 4 adalah kelompok perlakuan yang direndam di dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 7 hari dengan sekali perendaman setiap harinya.

35

5. Kelompok 5 adalah kelompok perlakuan yang direndam di dalam larutan effervescent selama 5 menit dalam waktu 10 hari dengan sekali perendaman setiap harinya. 6. Kelompok 6 adalah kelompok kontrol yang direndam dalam akuades.

Gambar 4.2 Lempeng uji dari bahan heat cured. (Sumber: Koleksi Pribadi)

Gambar 4.3 Perendaman lempeng akrilik di dalam larutan tabet pembersih gigitiruan. (Sumber: Koleksi pribadi)

36

4.10.3 PENGUJIAN KEKUATAN TRANSVERSA4

a. Batang uji diukur panjangnya kemudian diberi tanda pada garis tengahnya dengan menggunakan pensil. b. Batang uji yang telah diberi tanda diletakkan di tengah alat tekan supaya tekanan betul-betul tertuju pada satu garis uji. c. Mesin alat dihidupkan, pemberat alat akan turun menekan tepat pada tengah batang uji sampai terjadi patahnya batang uji, dan secara otomatis akan berhenti bekerja. d. Dengan rumus5, 20

Keterangan: S = kekuatan transversa (N/mm2) b = lebar lempeng (mm) L = panjang / jarak pendukung (mm) d = tebal lempeng (mm) P = beban (N)

Gambar 4.4 Pengujian kekuatan transversa. (Sumber: Koleksi Pribadi)

37

4.11

ANALISIS DATA

Data kekuatan transversa yang diperoleh ditabulasi ke bentuk tabel. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji levene statistic. Hasil penelitian kemudian dianalisis melakukan uji statistik Anova satu arah untuk mengetahui pengaruh tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik. Uji Anova satu arah dipakai untuk melihat perbedaan dari beberapa varians (= 0,05). Selanjutnya jika bermakna, maka dilakukan uji beda lanjut (post hoc test) yaitu least significance difference (LSD) untuk mengetahui lebih lanjut letak perbedaan tersebut. Uji ini dipakai untuk melihat perbedaan dari masing-masing kelompok perlakuan.

38

BAB V HASIL PENELITIAN

Dari hasil pengamatan, pengukuran dan perhitungan yang dilakukan mengenai pengaruh larutan tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik yang dibagi dalam 6 kelompok yaitu perendaman selama 5 menit dalam kurun waktu 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari dan 10 hari serta kelompok kontrol yang direndan dalam akuades Tabel 5.1 Beban maksimal (Newton) yang dapat diterima setiap sampel dengan kecepatan crosshead 3 mm/menit. Replikasi Beban Maksimal yang diberikan (N) Untuk Kelompok Sampel I 1 2 3 4 5 Rerata 120 100 120 80 120 108 II 100 80 60 80 100 84 III 80 80 100 90 110 92 IV 60 90 80 90 80 80 V 60 60 80 75 80 71 VI 90 80 80 90 90 86

Sumber: Data primer Kelompok I : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 1 hari dengan waktu perendaman 5 menit. Kelompok II : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 3 hari dengan masing-masing waktu perendaman 5 menit. Kelompok III : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 5 hari dengan masing-masing waktu perendaman 5 menit. Kelompok IV : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 7 hari

39

dengan masing-masing waktu perendaman 5 menit. Kelompok V : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 3 hari dengan masing-masing waktu perendaman 5 menit. Kelompok VI : perendaman dengan akuades selama 1 hari dengan waktu perendaman 5 menit.

Tabel 5.1 menunjukkan beban maksimal yang dapat diterima setiap kelompok sampel. Kelompok sampel I, yaitu yang direndam dalam tablet pembersih gigitiruan selama 5 menit dengan waktu perendaman 1 hari dapat menahan beban paling besar dan kelompok V yang dapat menahan beban paling kecil.

160.00

150.00

Mean of Kekuatan_Tranversa

140.00

130.00

120.00

110.00

100.00

Klp 1 (1 hari)

Klp 2 (3 hari)

Klp 3 (5 hari)

Klp 4 (7 hari)

Klp 5 (10 hari)

Klp 6 (Kontrol Akuades)

Perlakuan

Gambar 5.1 Grafik besar kekuatan transversa lempeng akrilik (Sumber: Koleksi pribadi)

40

Pada gambar 5.1 menunjukkan grafik kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam dalam larutan tablet pembersih gigitruan selama 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari dan 10 hari serta perendaman dalam akuades. Tabel 5.2 Rerata hasil uji kekuatan transversa lempeng akrilik dengan kecepatan crosshead 3 mm/menit yang direndam dalam tabet pembersih gigitiruan dan akuades. Kelompok sampel 1 2 3 4 5 Rerata I 172,8 144 172,8 115,2 172,8 155,52 II 144 115,2 86,4 115,2 144 120,96 Kekuatan Transversa (N/mm2) III 115,2 115,2 144 129,6 158,4 132,48 IV 86,4 129,6 115,2 129,6 115,2 115,2 V 86,4 86,4 115,2 108 115,2 102,24 VI 129,6 115,2 115,2 129,6 129,6 123,84

Sumber: Data primer Tabel 5.2. menunjukkan kekuatan transversa lempeng akrilik setiap sampel. Dari hasil ini kelompok sampel I memiliki nilai rerata kekuatan transversa tertinggi dan kelompok sampel V memiliki nilai rerata kekuatan transversa terendah. Dari nilai kekuatan transversa tersebut di atas, jika diurut yang mempunyai mean kekuatan transversa terbesar sampai yang terkecil adalah hasil kelompok perendaman 1 hari di dalam larutan tablet pembersih gigitiruan, kelompok perendaman 5 hari di dalam larutan tablet pembersih gigitiruan, kelompok perendaman 1 hari di dalam akuades, kelompok perendaman 3 hari di dalam larutan tablet pembersih gigitiruan, kelompok perendaman 7 hari di dalam larutan tablet pembersih gigitiruan dan kelompok perendaman 10 hari di dalam larutan tablet pembersih gigitiruan.

41

Sebelum dilakukan pengujian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh larutan tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik dilakukan uji Levene untuk mengetahui homogenitas pada setiap varians. Tabel 5.3 Hasil uji homogenitas dengan uji levene homogeneity of variances Levene statistic 1,432 df1 5 df2 24 Sig. 0,249

Pada tabel 5.13 dari hasil uji Levene diperoleh probabilitas 0,249. Berarti hasil uji Levene didapatkan p = 0,249 (p>0,05) hal ini berarti data tersebut homogen. Selanjutnya dilakukan uji Anova satu arah untuk mengetahui apakah ada pengaruh larutan tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik dengan menggunakan = 0,05. Tabel 5.4 Hasil uji Anova satu arah kekuatan transversa lempeng akrilik Sumber variasi Jk Antar kelompok 8095,680 8750,592 Dalam kelompok 16846,272 Total Sumber: Data primer Keterangan: jk : jumlah kuadrat db : derajat bebas mk : median kuadrat Fhit : nilai F hitung p : Probabilitas db 5 24 29 mk 1619,136 364,608 Fhit 4,441 p 0,005

Dari hasil uji Anova didapatkan nilai p = 0,005 (p<0,05) yang berarti ada pengaruh yang bermakna antara kelompok perlakuan pada lempeng akrilik setelah

42

perendaman dalam akuades dan perendaman dalam larutan tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik. Untuk mengetahui perbedaan rerata kekuatan transversa pada kelompok perlakuan maka dilakukan uji lanjuttan dengan uji LSD yang dapat dilihat pada tabel 5.5 Tabel 5.5 Hasil uji LSD perbandingan rerata kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam di dalam larutan tablet pembersih gigitiruan Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok Kelompok I II III IV V VI Kelompok I 0,009* 0,068 0,003* 0,000* 0,015* Kelompok II 0,009* 0,350 0,638 0,134 0,814 Kelompok III 0,068 0,350 0,165 0,019* 0,481 Kelompok IV 0,003* 0,638 0,165 0,294 0,481 Kelompok V 0,000* 0,134 0,019* 0,294 0,086 Kelompok VI 0,015* 0,814 0,481 0,481 0,086 Sumber: Data primer * p< 0,05 Keterangan: * = ada perbedaan yang bermakna Kelompok I : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 1 hari dengan waktu perendaman 5 menit. Kelompok II : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 3 hari dengan masing-masing waktu perendaman 5 menit. Kelompok III : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 5 hari dengan masing-masing waktu perendaman 5 menit. Kelompok IV : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 7 hari dengan masing-masing waktu perendaman 5 menit. Kelompok V : perendaman dengan larutan tablet pembersih gigitiruan selama 3 hari dengan masing-masing waktu perendaman 5 menit. Kelompok VI : perendaman dengan akuades selama 1 hari dengan waktu perendaman 5 menit. Kelompok Pada tabel 5.15 tampak kelompok I berbeda bermakna dengan perendaman pada kelompok II, IV, V dan VI. Pada kelompok II dan kelompok IV terdapat

43

perbedaan yang signifikan dengan kelompok I. Pada kelompok III terdapat pebedaan yang signifikan dengan kelompok V. Untuk kelompok V terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok I dan III. Sedangkan kelompok VI terdapat perbedaan yang signifikan dengan kelompok I.

44

BAB VI PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dilakukuan perendaman di dalam larutan tablet pembersih gigitiruan selama 5 menit dalam 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari, 10 hari dan perendaman 1 hari di dalam akuades sebagai kontrol. Pada penelitian ini dilakukan perendaman lempeng akrilik selama 5 menit pada saat malam hari sesuai prosedur penggunaan tablet pembersih gigiitruan. Lempeng resin akrilik telah digunakan sebagai basis gigitiruan selama lebih dari 60 tahun dan saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigitiruan.1 Hal tersebut disebabkan harganya murah, pengerjaan mudah, warna menyerupai gingiva, tidak toksik dan dapat direparasi. Sedangkan kekurangan resin akrilik adalah porus, absorbsi air, mudah fraktur dan retak.7 Penyerapan air pada resin akrilik terjadi pada celah yang terletak diantara rantai interpolimer yang merupakan struktur pembentuk dari resin akrilik. Besarnya celah interpolimer ini menentukan jumlah air yang diserap. Polimerisasi resin akrilik yang baik dapat meningkatkan kekuatan ikatan rantai interpolimer dan menurunkan jumlah penyerapan air.1

45

Menurut Jorgenzen pembersihan gigitiruan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan kimia. Secara mekanik dapat dilakukan dengan menyikat gigitiruan, sedangkan secara kimia dilakukan dengan cara merendam gigitiruan di dalam larutan pembersih gigitiruan.20 Meskipun pemeliharaan kebersihan gigitiruan yang tepat adalah penting, banyak pemakai gigitiruan gagal untuk mempertahankan tingkat kebersihan yang memuaskan. Oleh karena itu berbagai macam pembersih gigitiruan kimia yang tersedia untuk memfasilitasi kebersihan gigitiruan. Pembersih gigitiruan ini tidak hanya mengontrol plak pada gigitiruan tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan yang signifikan. 3 Dari hasil penelitian terjadi penurunan kekuatan transversa lempeng akrilik pada kelompok sampel yang direndam selama 3 hari, 5 hari, 7 hari dan 10 hari dibandingkan dengan kelompok yang hanya direndam selama 1 hari. Hal ini disebabkan karena semakin lama perendaman makin banyak menyerap air karena safat resin akrilik absorbsi air dan secara makroskopik terlihat sejumlah perubahan bentuk permukaan dari resin akrilik.23 Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, yaitu molekul air diabsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi diantara interpolimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami ekspansi. 1, 24 Berdasarkan hasil penelitian, terdapat perbedaan kekuatan transversa lempeng akrilik antara kelompok kontrol dengan kelompok yang direndam dalam tablet pembersih gigitiruan selama 5 hari, 7 hari dan 10 hari dan untuk kelompok perendaman 1 hari dan 3 hari menunjukkan kekuatan transversa lempeng akrilik

46

yang lebih besar dibanding kelompok kontrol. Menurut Shen dkk bahwa kekuatan transversa tergantung pada lamanya waktu perendaman dan macam bahan desinfektan yang digunakan. Kekuatan transversa dari resin akrilik juga akan menurun apabila resin akrilk tersebut semakin meningkat dalam meresorbsi air. Bahan resin akrilik dapat mengabsorbsi air atau kehilangan komponennya tergantung komposisi dan larutan untuk merendam misalnya alkalin peroksida, alkalin hipooklorit, acids dan desinfeksi.
3

Pada penelitian yang dilakukan oleh Amanda dkk pada tahun 2010 mengenai efek pembersih gigitiruan Corega Tabs dan Bony Plus terhadap sifat-sifat fisik heat cured acrylic menunjukkan hasil perbedaan kekuatan transversa yang signifikan p: 0,001 (p<0,05) antara kelompok kontrol dan kelompok yang diberi perlakuan.5 Poli (metil-metakrilat) menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan dalam lingkungan basa. Namun air yang teresap ini menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanis dan dimensi polimer. Meskipun penyerapan dimungkinkan oleh adanya polaritas molekul poli (metal-metakrilat), umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. PMMA memiliki nilai penyerapan air sebesar 0,69% mg/cm2. 1 Pada Akrilik heat cure terdapat monomer sisa 0,2%-0,5%. Monomer sisa akan berperan sebagai plasticizer yang menyebabkan resin lebih lemah. Akrilik yang mempunyai monomer sisa yang tinggi, maka menunjukkan kekuatan transversa yang rendah. Penurunan kekuatan transversa menunjukkan jumlah kehilangan monomer sisa yang terlepas ke saliva atau larutan tablet pembersih gigitiruan.3

47

D C B A Gambar 6.1 Diagram keaadaan uji kekuatan transversa lempeng akrilik. (A) basis, (B) pendukung, (C) lempeng uji, (D) punch, (E) bagian autograph yang dapat di gerakkan, (F) gaya. (Sumber: Jubhari E H. Jaring-jaring penguat sambungan sebagai alternatif penguat bahan reparasi lempeng resin akrilik [tesis]. Surabaya: Universitas Airlangga; 2001. hal. 43).

Pada gambar 5.1 tampak grafik penurunan kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam dalam tablet pembersih gigitiruan. Terlihat penurunan kekuatan transversa yang semakin hari semakin menurun. Pada kelompok 10 hari perendaman terjadi penuruan kekuatan transversa hingga 102,24 N/mm2, sedangkan untuk kelompok 1 hari perendaman memiliki kekuatan transversa lebih besar. Hal ini menunjukkan semakin lama perendaman lempeng akrilik di dalam tablet pembersih gigitiruan maka semakin kecil kekuatan transversa lempeng akrilik yang akan diperoleh. Hal ini sesuai dengan penelitian Amanda dkk pada tahun 2010 mengenai efek pemakaian pembersih gigitiruan tablet terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik yang mendapatkan perbedaan signifikan pada lempeng akrilik setelah direndam dalam tablet pembersih gigitiruan yang berbahan dasar alkalin peroksida effervescent.

48

Pada kelompok 3 (5 hari) terjadi kenaikan kekuatan transversa lempeng akrilik. Hal ini mungkin disebabkan karena sifat keasaman dari senyawa citric acid yang apabila bereaksi dengan resin akrilik akan menyebabkan perubahan kimia, yaitu terjadi kelarutan beberapa bahan pengisi. Kelarutan ini akan menyebabkan banyaknya ruang-ruang kosong diantara matrik polimer sehingga memudahkan terjadinya ikatan angtara unsure-unsur yang ada pada cairan dengan matrik polimer ditempat tersebut, yang akan mempengaruhi sifak mekanis dari resin akrilik. 19 Sifat fatigue atau kekuatan kelelahan ditentukan dengan memanjakan suatu bahan pada suatu siklus tekanan maksimal yang telah diketahui nilainya serta menentukan jumlah siklus yang diperlukan untuk menghasilkan kegagalan lelah. Untuk lempeng yang rapuh dan permukaan yang kasar, batas ketahanan lebih rendah dibandingkan dengan permukaan lempeng yang terpoleh dengan baik. Untuk beban tertentu yang diaplikasikan, semakin kasar permukaan bahan, semakin kecil siklus beban yang dapat menimbulkan kegagalan. Beberapa bahan dari basis gigitiruan menunjukkan kelelan statistik, suatu gejala yang berhubungan dengan interkasi tekanan tarik konstan dengan retakan struktur lempeng akrilik setelah jangka waktu tertentu. 1

49

BAB VII PENUTUP

7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh larutan tablet pembersih gigitiruan terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedeaan bermakna terhadap kekuatan transversa lempeng akrilik setelah direndam dalam larutan tablet pembersih gigitiruan antara 1 hari, 3 hari, 5 hari, 7 hari dan 10 hari. 2. Semakin lama direndam. Kekuatan transversa lempeng akrilik yang direndam dalam tablet pembersih gigitiruan mengalami penurunan kekuatan transversa.

7.2 Saran 1. Perlu pengujian lempeng akrilik dengan menggunakan pembersih gigitiruan lain. 2. Perlu pengujian yang membandingkan pembersih gigitiruan yang alami dengan pembersih gigitiruan dari bahan kimia lain. 3. Perlu pengujian lempeng akrilik yang direndam dalam tablet pembersih gigitiruan dengan waktu perendaman yang lebih lama.

50

DAFTAR PUSTAKA

1. Anusavice KJ. Philps: Buku ajar ilmu kedokteran gigi. Ahli bahasa: Budiman JA, Purwoko S. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2003. hal. 197-8. 2. Felton D, Cooper L, Duqum I, Minsley G, Guckes A, Haug S, et al. Evidencebased guidelines for the care and maintenance of complete dentures. J Am Dent Assoc 2011;142:1s-9s. Available at: http://jada.ada.org/content/142/supp1_1/1S, Diunduh 5 Desember 2011. 3. Mese A. Bond strength of denture liners following immersion of denture cleanser. Biotechnol 2006;20:185. 4. Widowati K, Ragowo P, Kridanto MJ. Pengaruh Coca-Cola terhadap kekuatan transversa plat akrilik. Jurnal PDGI 2007;57:66-7. 5. Peracini A, Davi LR, Ribeiro NQ, Souza RF, Silva CHL, Paranhos HFO. Effect of denture cleansers on physical properties of heat-polymerized acrylic resin. J Prosthodont Res 2010;54:80. 6. American dental Association. Dentures cleanser. 2011. Available at: http://www.ada.org/1317.aspx. Diunduh 5 desember 2011 7. Ecket, Jacob, Fenton, Mericske, Stern. Prosthodontic treatment for edentulous patients. St. Louis: Mosby Inc. 2004. p. 190-205. 8. Polident. Perawatan gigitiruan. Available at:
www.gsk-

indonesia.com/0_repository/polident.pdf. Diunduh 5 desember 2011

51

9. Food science and technology. Pengaruh perendaman dengan berbagai konsentrasi sodium polifosfat. 2003. Available at:

http://www.repository.ipb.ac.id/handle. Diunduh 1 oktober 2012 10. Oral health tips. Use a quality denture cleaning solution for hygiene. 2012. Avalaible at: http://www.gplantchem.com/sodiumlaurylsulfocetate. Diunduh 1 oktober 2012 11. Wikipedia. Sodium bicarbonate. 2012. Available at:

http://www.wikipedia.com/sodiumbicarbonate. Diunduh 2 okteboer 2012 12. Wisegeek. What is citric acid. 2012. Available at:

http://www.wisegeek.com/what-is-citic-acid. Diunduh 2 oktober 2012 13. Shangyuchem cherish world with oxygen chemistry. Sodium perborate monohydrate tetrahydate . 2012. Available at:

http://www.runyoutech.com/sodiumperborat-monohydrate-tetrahydrate. Diunduh 2 oktober 2012 14. Shangyuchem cherish world with oxygen chemistry. Potassium monopersulfate. 2012. Available at: http://www.runyoutech.com/pottassium-monopersulfate. Diunduh 2 oktober 2012 15. Newsmax. Top 5 health benefits of peppermint oil. 2012. Available at: http://www.newsmax.com/fastfeatures/health-benefits-of-peppermint. Diunduh 2 oktober 2012 16. Pioneer thinking. Making natural dyes from plants. 2012. Available at: http://www.pioneerthinking.com/crafts/natural-dyes. Diunduh 2 oktober 2012

52

17. Gunadi HA, Burhan LK, Suryatenggara F, Margo A, Setiabudi I. Buku ajar ilmu geligi tiruan sebagian lepasan. Jilid I. Jakarta: Hipokrates;1991. hal. 215-20. 18. Coulthwaite E, Verran J. Potential patoghenic aspects of denture plaque. Br J Biomed Sci 2007; 64: 181-5 19. Pribadi SB, Yogihartono M, Agustantina TH. Perubahan kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dalam perendaman larutan cuka apel. J Dentofasial 2010; 9:13-4. 20. Kristiana D. kekuatan transversa akrilik self cured dan akrilik heat cured direndam rebusan daun sirih sebagai bahan pembersih gigitiruan lepasan. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi 2007;22:121-3. 21. Pasiga B. Metode praktis perhitungan besar sampel. Makassar: Bagian ilmu kesehatan gigi masyarakat;2007. hal.17. 22. David, Munadziroh D. Perubahan warna lempeng resin akrilik yang direndam dalam larutan desinfektan sodium hipoklorit dan klorhexidin. Majalah Kedokteran Gigi 2005; 38:37-8. 23. Brodgen KN. Effect of effervescent denture cleansers on the properties of denture base resins and denture liners. Supplementary Report GlaxoSmithKline Inc 2001 1 Agustus 24. Craig RG, Powers JM. Restorative dental materials. 11th ed. St. Louis: Mosby, Inc; 2002. P. 636-8, 643. 25. American Dental Association. Spefication No. 12 for denture base polymers. 1975. Available at: http://www.ada.org/830.aspx#top. Diunduh 26 september 2012.

53

26. Jubhari EH. Jarring-jaring penguat sambungan sebagai alternatif penguat bahan reparasi lempeng resin akrilik [tesis]. Surabaya: Universitas Airlangga; 2001. hal. 43.

54

Вам также может понравиться