Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Sindrom Reiter atau artritis reaktif merupakan artropati inflamatori akut dan non-supuratif yang timbul pasca infeksi, terutama infeksi pada traktus gastrointestinal atau traktus urogenital. Sindrom ini termasuk kelompok spondiloartropati seronegatif dan dikaitkan dengan gen HLA-B27.8,14 Hingga saat ini masih menjadi pertanyaan bagaimana infeksi sebelumnya dapat menyebabkan inflamasi dan erosi (proses autoimun) pada persendian tanpa adanya organism yang viabel. Selain adanya komponen mikroorganisme yang menetap, juga diduga adanya molecular mimicry yang menyebabkan reaktivitas silang sel host dengan antigen microbial. HLA-B27 juga dianggap berperan pada mekanisme molecular mimicry, dimana struktur antigeniknya dapat menyerupai protein dari mikroorganisme pencetus.7 Saat ini, teradapat dua kriteria yang digunakan untuk menegakkan diagnosis sindrom Reiter, yang pertama dikeluarkan oleh The American College of Rheumatology, tahun 1981. Menurut kriteria tersebut, diagnosis definitif sindrom Reiter dapat ditegakkan jika ditemukan artritis perifer yang timbul dan berkaitan dengan uretritis atau servisitis. Pada tahun 1996 The Third International Workshop on Reactive Arthritis menyepakati kriteria untuk sindrom Reiter, yaitu didapatkannya dua gambaran berupa inflamasi akut artirtis, sakit pinggang inflamasi, atau antesitis dan bukti adanya infeksi 4-8 minggu sebelumnya. Bukti adanya infeksi diperoleh dari hasil tes laboratorium seperti kultur dari feses, urin, atau swab urogenital, maupun ditemukannya antibodi terhadap patogen. Pasien dengan sindrom Reiter, cenderung terdapat peningkatan immunoglobulin A mengalami peningkatan dan kadar tersebut dipertahankan untuk waktu yang cukup lama. Pemeriksaan enzyme immunoassay direkomendasikan untuk diagnosis yang lebih akurat. 1,14
16
Fisioterapi dan kinesioterapi merupakan komponen esensial pengobatan. Pilihan pertama tata laksana sindrom Reiter adalah obat anti inflamasi non-steroidal (OAINS), yang pada banyak keadaan mampu memperbaiki keluhan artritis, entesitis dan sinovitis akut. Steroid intra-artikular berguna jika hanya satu atau beberapa sendi yang terkena. Jika banyak sendi yang terlibat atau pasien secara umum sakit, kortikosteroid sistemik perlu diberikan. Pemberian antibiotik menurut beberapa penelitian tidak memberikan efek terapeutik terhadap artritis reaktif. Ciprofloxacin, trimethoprim-sulfamethoxazole, dan tetracycline dapat diberikan pada fase awal penyakit dengan tujuan untuk mencegah penyebaran infeksi.9,11,13,14
17