Вы находитесь на странице: 1из 3

BPJS KESEHATAN : Tidak Ada Perbedaan Pelayanan untuk Masyarakat

JAKARTA (Suara Karya): Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN) memastikan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang beroperasi pada 1 Januari 2014 tidak membedakan pelayanan. Masyarakat yang menjalankan proses rawat inap di kelas 1, 2, dan 3 akan mendapat pelayanan yang sama. "Harga obatnya sama, harga jasa dokter juga sama. Yang membedakan hanya harga kamarnya saja. Sebelumnya, masyarakat yang dirawat di kelas 1, harga obat dan jasa dokternya dihitung berdasarkan kelas 1. Nantinya tidak lagi," kata Ketua DJSN Chazali Situmorang di Jakarta, akhir pekan lalu. DJSN juga memastikan sebanyak 96,7 juta orang miskin akan dilayani BPJS Kesehatan. Mereka masuk 25,2 juta rumah tangga miskin (RTM) dan penerima bantuan iuran (PBI) berdasarkan Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) 2011. "PBI ini berlaku untuk satu tahun mulai 2014 sampai 2015. Nanti PBI pada dua tahun berikutnya menggunakan PPLS tahun 2014," katanya. Angka 96,7 juta orang ini terbagi tiga kelompok, yakni rentan miskin yang berjumlah 60 juta jiwa, kelompok miskin yang mencapai 29 juta jiwa, dan sangat miskin sebanyak 7,7 juta jiwa. Pemerintah sendiri menaruh perhatian besar kepada kelompok rentan miskin, karena bisa menjadi miskin dan sangat miskin. Di sisi lain, kelompok dalam PBI bisa berubah dari yang tadinya miskin menjadi tidak miskin atau yang semula tidak miskin menjadi miskin. Proses pemutakhiran data kelompok masyarakat yang masuk kategori PBI akan dilakukan enam bulan sekali. Chazali juga memastikan jumlah PBI tepat sasaran karena berdasarkan nomor identitas tunggal yang terekam di e-KTP. Jika tidak sesuai, maka orang tersebut tidak berhak masuk PBI. Seperti halnya ketika menggunakan kartu ATM, jika nomor identitas yang dimasukkan tidak sama, maka kartu ATM akan ditolak oleh mesin. Rancangan peraturan pemerintah (RPP) tentang PBI yang merupakan peraturan pelaksana UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang BPJS diperkirakan siap disahkan pada Oktober 2012 ini. diharapkan disahkan. "Jadi bisa diketahui mana peserta BPJS yang preminya menjadi tanggungan pemerintah, mana yang tidak. Karenanya, fasilitas-fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit, klinik, dan puskesmas harus memiliki teknologi informasi yang aksesnya terkoneksi dengan e-KTP," ucapnya. Dia menambahkan, ketika BPJS Kesehatan beroperasi, maka tidak ada lagi program jaminan kesehatan daerah (Jamkesda) dan tidak pemerintah daerah tidak akan menggunakan APBD untuk anggaran kesehatan bagi warga miskin. "Operasional BPJS semuanya dari APBN, bukan APBD. Dana Jamkesda yang sudah dianggarkan pemda, nantinya bisa digunakan untuk peningkatan mutu dan pelayanan kesehatan atau membangun sarana kesehatan dengan menggandeng pihak swasta. Bisa juga untuk membangun sumber daya manusia di bidang kesehatan," tutur Chazali. (Singgih BS) Sumber : http://mutupelayanankesehatan.net/index.php/112-bpjs-kesehatan-tidak-ada-perbedaan-pelayanan-untukmasyarakat

Senin, 21 Oktober 2013 - 15:41 WIB

Mulai 1 Januari 2014, Pemerintah Beri Jaminan Kesehatan 140 Juta Peserta BPJS
Oleh : DESK INFORMASI - Dibaca: 4740 kali

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menegaskan, perubahan PT Asuransi Kesehatan (Askes) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dilakukan untuk mempercepat terselenggaranya sistem jaminan sosial yang bersifat nasional bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui BPJS Kesehatan, pemerintah ingin memberikan jaminan yang lebih luas lagi bagi terpenuhinya kebutuhan kesehatan, kata Presiden SBY saat mencanangkan BPJS di Sekolah Pembentukan Perwira (SETUKPA) Jalan Bhayangkara, Kecamatan Gunung Puyuh, Sukabumi, Jabar, Senin (21/10). Presiden menegaskan, dengan kehadiran BPJS Kesehatan, maka mulai 1 Januari 2014, pemerintah akan memberikan pelayanan kepada 140 juta peserta, antara lain untuk 86,4 juta jiwa kepesertaan Jamkesmas, 11 juta jiwa untuk Jamkesda, 16 juta peserta Askes, 7 juta peserta Jamsostek, dan 1,2 juta peserta unsur TNI dan Polri. Pada tahap kedua tanggal 1 Januari 2019, seluruh rakyat Indonesia akan secara otomatis menjadi peserta BPJS Kesehatan. Tolong diingatkan Presiden yang akan datang, jangan lupa 1 Januari 2019 kita sudah mendapatkan bantuan jaminan kesehatan, pesan Kepala Negara. Presiden menginstruksikan untuk memastikan suksesnya operasional BPJS kesehatan tanggal 1 Januari 2014 mendatang, yang sudah tinggal 2 (dua) bulan. Kalau pelu bikin Posko bekerja siang dan malam, sehingga tanggal 1 Januari, apa yang kita rencanakan bisa dilaksanakan, ujar Presiden SBY. Kepala Negara juga meminta agar dioptimalkan jaminan kesehatan bagi peserta Askes, Jamsostek, Asabri, Jamkesmas, dan Jamkesda. Pastikan proses transisi menuju BPJS Kesehatan berlangsung lancar dan tidak menghambat layanan kesehatan yang berkualitas, perintah Kepala Negara. Presiden mengajak semua pihak bekerja keras untuk mencapai target pemenuhan jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat tahun 2019 mendatang. Secara khusus saya berpesan agar meningkatkan memberikan layanan kesehatan yang profesional, santun, tanggap, informatif, dan bermartabat, pinta Presiden sembari mengajak semua pihak terkait untuk memberikan perluasan pelayanan kesehatan yang makin merata, terjangkau dan bermutu bagi masyarakat. Jangan Berobat ke Luar Negeri Dalam kesempatan pencanangan itu, Presiden SBY mengatakan, pembangunan sektor kesehatan merupakan salah satu prioritas penting dalam agenda pembangunan nasional. Pemerintah ingin masyarakat di seluruh tanah air dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Pemerintah terus memperbaiki dan menyempurnakan pengelolaan jaminan kesehatan untuk memberikan kemudakan akses bagi masyarakat dalam memperoleh manfaat dari jaminan pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, ujar Presiden SBY. Perbaikan dan layanan kesehatan, lanjut Presiden, disinergikan dengan perkembangan kependudukan, kemajuan Iptek, kelestarian lingkungan hingga pembinaan budaya dan paradigma hidup sehat di kalangan masyarakat.

Melalui reformasi kesehatan, kita ingin membangun rakyat Indonesia yang bukan hanya sehat fisik tapi juga sehat jiwanya agar dapat menjadi bangsa yang kuat, tangguh dan cerdas, tegas Presiden SBY. Adapun kemitraan dengan BUMN dan kalangan dunia usaha, menurut Presiden SBY, akan diperluas kerjasamanya dalam penyediaan sarana dan fasilitas, serta jaminan kesehatan dalam jumlah yang mencukupi. Ditegaskan Presiden, melalui kemitraan pemerintah dengan BUMN dan kalangan dunia usaha, pemerintah akan memperbanyak pembangunan mulai Puskaesmas, Posyandu, dan sarana kesehatan lainnya, terutama di daerah rawan bencana, terpencil dan pulau terdepan, hingga pembangunan rumah sakit bertaraf internasional di kota-kota besar. Saya menyeru kepada rakyat yang tergolong mampu dan kaya, ketika di negeri sendiri sudah bisa dibangun rumah sakit bertaraf internasional, jangan sedikit-sedikit berobat ke luar negeri, seru SBY. Pada awal sambutannya, Presiden SBY atas nama negara dan pemerintah mengucapkan terima kasih atas peran dan pengabdian PT Askes selama 5 (lima) dekade. Badan usaha ini telah secara sungguh-sungguh ikut memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di seluruh tanah air, ungkap Presiden. Ia menyebutkan, sejarah mencatat sejak didirikan tanggal 15 Juli 1968, PT Askes berperan besar dalam memberikan jaminan pemeliharaan kesehatan, utamanya bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS), penerima pensiun, veteran perintis kemerdekaan beserta keluarganya, bahkan badan usaha dan masyarakat umum. Selama 20 tahun terakhir ini, lanjut Presiden, PT Askes telah menunjukkan kinerja yang baik. Acara pencanangan BPJS Kesehatan itu juga dihadiri oleh Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, Menteri BUMN Dahlan Iskan, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, Menteri Keuangan M Chatib Basri, dan Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. (Humas Setkab/ES)

Вам также может понравиться