Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran sumberdaya air bawah tanah semakin lama semakin penting dan strategis, karena
menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas
masyarakat. Agar pemanfaatan sumberdaya air bawah tanah dapat dilakukan secara
berkelanjutan dengan tetap mempertimbangkan potensi ketersediaan dan perubahan-
perubahan yang terjadi akibat pemanfaatannya tidak menimbulkan dampak negatif yang
berarti baik bagi air bawah tanah maupun lingkungan di sekitarnya, maka diperlukan
evaluasi potensi air bawah tanah sebagai dasar perencanaan dan pengembangannya. Oleh
karena itu, sebagai perangkat pendukung diperlukan pedoman teknis evaluasi potensi air
bawah tanah.
Pedoman teknis evaluasi potensi air bawah tanah ini dimaksudkan sebagai acuan dalam
pelaksanaan evaluasi potensi air bawah tanah dengan skala 1 : 100.000 atau lebih besar,
dalam rangka perencanaan dan pengembangan air bawah tanah. Tujuan evaluasi potensi
air bawah tanah adalah untuk mengoptimalkan pengambilan air bawah tanah yang
berasaskan antara lain kemanfaatan, kesinambungan, dan pelestarian air bawah tanah.
C. Ruang Lingkup
Pedoman teknis evaluasi potensi air bawah tanah ini meliputi metode dan tahapan
evaluasi; ketentuan umum; kegiatan evaluasi potensi air bawah tanah yang meliputi
pengumpulan data, evaluasi geometri dan konfigurasi sistem akuifer berikut parameter-
parameternya, jumlah dan mutu air bawah tanah, penentuan daerah imbuh dan daerah
lepasan, penentuan tingkat potensi air bawah tanah, dan pelaporan.
Evaluasi potensi air bawah tanah dilakukan dengan metode gabungan antara deduktif,
empirik, analitik, dan estimasi kuantitatif, dengan melalui tahapan-tahapan :
1. Pengumpulan data air bawah tanah dan yang berkaitan, baik data primer maupun
sekunder;
2. Evaluasi dan analisis data terkumpul;
3. Penyusunan peta-peta tematik dan peta potensi air bawah tanah;
4. Penyusunan laporan.
E. Sasaran
Sasaran yang akan dicapai adalah tersedianya informasi potensi air bawah tanah dengan
tingkatan maju (advance), dalam arti informasi tersebut sudah mengandung evaluasi
yang semi-kuantitatif hingga kuantitatif sehingga layak dipakai acuan untuk perencanaan
dan pengembangan dalam pendayagunaan air bawah tanah.
1
II. PENGERTIAN
1. Air bawah tanah tak tertekan atau air bawah tanah bebas adalah air bawah tanah yang
terdapat dalam akuifer tak tertekan;
2. Air bawah tanah tertekan atau air bawah tanah artois adalah air bawah tanah yang
terdapat dalam akuifer tertekan;
3. Akuifer tak tertekan adalah akuifer yang dibatasi di bagian atasnya oleh muka air
bertekanan sama dengan tekanan udara luar (1 atmosfer) dan di bagian bawahnya oleh
lapisan kedap air; muka air bawah tanah pada akuifer ini disebut muka air preatik;
4. Akuifer tertekan atau akuifer artois adalah akuifer yang dibatasi di bagian atas dan
bawahnya oleh lapisan kedap air; muka air bawah tanah pada akuifer ini disebut muka
pisometrik yang mempunyai tekanan lebih besar dari tekanan udara luar;
5. Akuifer semi-tertekan atau akuifer bocor adalah akuifer yang dibatasi di bagian atasnya
oleh lapisan lambat air dan di bagian bawahnya oleh lapisan kedap air; muka air bawah
tanah pada akuifer ini disebut muka pisometrik yang mempunyai tekanan lebih besar
dari tekanan udara luar;
6. Akuiklud atau lapisan kedap air adalah suatu lapisan jenuh air yang mengandung air
tetapi tidak mampu melepaskannya dalam jumlah berarti;
7. Akuitar atau lapisan lambat air adalah suatu lapisan sedikit lulus air yang tidak mampu
melepaskan air dalam arah mendatar, tetapi melepaskan air cukup berarti ke arah
vertikal;
8. Akuifug atau lapisan kebal air adalah suatu lapisan kedap air yang tidak mampu
mengandung dan meneruskan air;
9. Uji pemompaan adalah salah satu cara untuk menentukan karakteristik hidraulika
akuifer dan non-akuifer yang bertindak sebagai penekan;
10. Koefisien kelulusan (k) adalah angka yang menunjukkan kemampuan meluluskan air di
dalam rongga-rongga batuan tanpa mengubah sifat-sifat airnya; dengan dimensi
[panjang/waktu], misal [m/detik];
11. Koefisien keterusan (T) adalah angka yang menunjukkan banyaknya air yang dapat
mengalir melalui suatu bidang vertikal setebal akuifer, selebar satu satuan panjang
dengan landaian hidraulika 100 %; dengan dimensi [panjang2/waktu], misal [m2/hari];
12. Kapasitas jenis (Qs) adalah debit air yang diperoleh pada setiap penurunan muka air
bawah tanah sepanjang satu satuan panjang dalam suatu sumur pompa pada akhir
periode pemompaan; dengan dimensi [panjang3/waktu/panjang], misal [liter/detik/m];
13. Serahan jenis (Sy) adalah volume air yang dibebaskan atau diberikan oleh suatu satuan
isi akuifer jika dapat meniris (mengalir sendiri) secara bebas oleh gaya berat. atau
kesarangan efektif adalah perbandingan dalam persen ( % ) antara air yang dapat
diambil dari tanah atau batuan yang jenuh air dan volume total tanah atau batuan;
14. Koefisien simpanan (S) adalah volume air yang dilepaskan dari atau dimasukkan ke
dalam akuifer setiap satu satuan luas akuifer pada satu satuan perubahan kedudukan
muka air bawah tanah; koefisien cadangan tidak berdimensi [-];
15. Debit optimum (Qopt) adalah volume air yang dapat dikeluarkan dalam setiap satuan
waktu tertentu tanpa menimbulkan kerusakan pada akuifer yang disadap; dengan
dimensi [panjang3/waktu], misal [liter/detik];
16. Daur hidrologi adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan peredaran air dalam
keadaannya yang berupa bahan cair, uap air, dan padat dari lautan ke udara, dari udara
ke daratan, di atas permukaan daratan atau di bawah tanah dan kembali ke laut;
17. Limpasan permukaan (RO) adalah air yang mencapai sungai tanpa mencapai
permukaan air bawah tanah, yakni curah hujan dikurangi sebagian dari besarnya
infiltrasi, air yang tertahan dan genangan; dengan dimensi [panjang3/waktu], misal
[liter/detik];
18. Evapotranspirasi atau penguap-keringatan (ET) adalah jumlah penguapan dan
pengeringatan yang berasal dari permukaan yang basah (permukaan air atau tanah
2
terbuka) dan tetumbuhan ke dalam atmosfera; dengan dimensi [panjang/waktu], misal
[mm/tahun];
19. Hidrograf muka air bawah tanah adalah grafik yang menggambarkan hubungan antara
kedudukan muka air bawah tanah dan waktu;
20. Peta potensi cekungan air bawah tanah adalah bentuk ungkapan informasi yang
menggambarkan dimensi, geometri dan karakteristik akuifer dan non akuifer serta
jumlah ketersediaan dan mutu air bawah tanah.
Evaluasi potensi air bawah tanah merupakan kegiatan lanjutan setelah evaluasi hidrogeologi
berskala regional, yakni pemetaan hidrogeologi sistematis skala 1 : 250.000. Evaluasi potensi
air bawah tanah ini didasarkan atas cekungan air bawah tanah dengan skala lebih besar atau
sama dengan 1 : 100.000.
Evaluasi potensi air bawah tanah mencakup kegiatan :
A. Pengumpulan Data
1. Data Primer air bawah tanah dan yang berkaitan dikumpulkan secara in-situ,
yakni dari suatu kegiatan survei lapangan meliputi :
2. Data Sekunder air bawah tanah dan yang berkaitan dikumpulkan dari berbagai
sumber, meliputi :
a. Peta topografi dan peta geologi skala 1 : 100.000 atau lebih besar;
b. Data hasil kegiatan pengeboran;
c. Data hasil pengukuran geofisika;
d. Data fisik dan kimia air bawah tanah;
e. Data hidroklimatologi;
f. Data hidrologi berupa aliran sungai dan air permukaan lainnya;
g. Data jenis tanah dan tanaman penutup serta tata guna lahan;
h. Data penggunaan air bawah tanah.
3
B. Penentuan Geometri Cekungan dan Konfigurasi Sistem Akuifer
4
D. Penentuan Jumlah Air Bawah Tanah
4. Jarak minimum antar sumur ditentukan agar debit optimum pada setiap sumur
yang dibuat dapat dicapai yang ditentukan berdasarkan uji pemompaan yang
dilengkapi dengan sumur-sumur pengamat (observation wells);
Neraca air pada suatu cekungan air bawah tanah dilakukan untuk menentukan
angka besaran beberapa komponen daur hidrologi (hydrologic cycle) yang
dilakukan sebagai berikut :
a. Analisis data hidroklimatologi untuk memperoleh besaran komponen daur
hidrologi, yakni curah hujan areal (P), evapotranspirasi (ET), dan limpasan
permukaan (R );
b. Penghitungan neraca air untuk menentukan jumlah air bawah tanah
dilakukan dengan mempertimbangkan model konseptual sistem akuifer
pada cekungan air bawah tanah yang dikaji, komponen daur hidrologi, dan
menerapkan persamaan neraca air.
Dilakukan melalui :
1. Evaluasi hidrokimia untuk mendapatkan informasi tentang asal usul (genesa),
kecepatan dan arah pergerakan, dan imbuhan serta lepasan air bawah tanah;
2. Evaluasi bakteriologi untuk mengetahui kandungan bakteri patogen dan coli
di dalam air bawah tanah dengan tujuan untuk mendeteksi polusi biologi
terhadap air bawah tanah serta menguji kelayakan penggunaannya untuk
keperluan air minum;
5
3. Evaluasi peruntukan untuk mengetahui kelayakan penggunaan air bawah
tanah bagi berbagai keperluan seperti air minum, rumah tangga, industri, dan
pertanian.
Jumlah air bawah tanah yang dapat dieksploitasi dinilai berdasarkan harga
parameter akuifer dan parameter sumur secara areal (areal values), meliputi
koefisien keterusan (T), debit jenis (Qs), dan debit optimum (Qopt).
Berdasarkan kriteria jumlah, dibedakan menjadi 3 (tiga) kelas yakni :
a. Besar, jika debit optimum setiap sumur lebih dari 10 liter/detik;
b. Sedang, jika debit optimum setiap sumur antara 2.0 - 10 liter/detik;
c. Kecil, jika debit optimum setiap sumur kurang dari 2.0 liter/detik.
Pada setiap kelas di atas, perlu ditentukan jarak minimum antar sumur agar
debit optimum dapat dicapai.
Dari sisi mutu, kelayakan air bawah tanah untuk keperluan air minum
didasarkan atas kandungan unsur/senyawa anorganik utama seperti besi (Fe),
mangan (Mn), khlorida (Cl), nitrat (NO3), nitrit (NO2), sulfat (SO4), derajat
keasaman (pH), dan jumlah zat padat terlarut (TDS), menurut standar
Departemen Kesehatan (Tabel 1).
Tabel 1 . Standar Air Minum DepKes untuk Unsur / Senyawa Kimia Utama
Fe 0,1 0,1
Mn 0,05 0,5
Cl 200 600
NO3 - 20
NO2 - 0,0
SO4 200 400
PH - 7,5
6
TDS 500 1.500
IV. pelaporan
Hasil akhir dari evaluasi potensi air bawah tanah dituangkan dalam bentuk
laporan tertulis yang berisi uraian pembahasan dan dilengkapi dengan sajian :
A. Peta utama berupa Peta Potensi Cekungan Air Bawah Tanah Skala 1 : 100.000 atau
lebih besar, yang di dalamnya memberikan informasi tentang wilayah potensi,
7
konfigurasi dan parameter sistem akuifer, parameter sumur, daerah imbuh dan
daerah lepasan;
B. Peta-peta hidrogeologi tematik skala 1 : 100.000 atau lebih besar, antara lain Peta
Morfologi, Peta Satuan Hidrogeologi, Peta Kedalaman Bagian Atas Sistem Akuifer,
Peta Kedalaman Bagian Bawah Sistem Akuifer, Peta Ketebalan Sistem Akuifer, dan
Peta Muka Air Bawah Tanah, dan Peta Mutu Air Bawah Tanah;
C. Gambar, sketsa, grafik, dan tabel hasil analisis dan penghitungan.
Purnomo Yusgiantoro