Вы находитесь на странице: 1из 3

KONSEP DIRI POSITIF Dasar dari konsep diri positif adalah penerimaan diri.

Hal ini disebabkan karena orang yang mempunyai konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik. Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi. Konsep diri ini meliputi baik informasi yang positif maupun informasi yang negatif tentang dirinya. Jadi orang yang mempunyai konsep diri positif dapat menerima dan memahami kenyataan yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Sebagai contoh, saya orang pintar matematika, tetapi saya kurang bisa pelajaran bahasa atau saya orang yang ramah, tetapi saya pembosan. Karena konsep diri yang positif dapat menampung seluruh pengalaman dirinya, maka hasil evaluasi dirinya pun positif. Ia dapat menerima dirinya secara apa adanya. Hal ini bukan berarti bahwa ia tidak pernah kecewa terhadap dirinya sendiri atau bahwa ia gagal mengenali kesalahannya tetapi ia tidak perlu merasa bersalah terusmenerus atas keberadaannya. Dengan menerima diri sendiri ia dapat menerima orang lain. Seperti kata Erich Fromm (Coulhoun, 1990) bahwa cinta pada diri sendiri adalah prasyarat untuk mencintai orang lain. Orang yang berkonsep diri positif dapat menyongsong masa depannya dengan bebas. Baginya hidup merupakan suatu proses penemuan, yang dapat membuat dirinya tertarik, memberi kejutan dan imbalan yang menyenangkan. Oleh karena itu konsep diri yang positif akan menuntun seseorang untuk bertindak dengan spontan dan memperlakukan orang lain dengan ramah dan hormat. Cara hidup seperti ini akan membuat hidup terasa menyenangkan, penuh kejutan, dan imbalan yang menyenangkan. Brook dan Emmert (Rahmat, 1985) menyebutkan ciri-ciri orang yang mempunyai konsep diri positif antara lain: 1. Yakin akan kemampuan dalam mengatasi masalah. Orang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa

mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. 2. Merasa setara dengan orang lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan

siapapun, selalu menghargai orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah

diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan orang lain. 4. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak

seluruhnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat. 5. Mampu memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak disenangi dan

berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Dasar konsep diri positif adalah penerimaan diri. Kualitas ini lebih mengarah kekerendahan hati dan kekedermawanan dari pada keangkuhan dan keegoisan. Orang yang mengenal dirinya dengan baik merupakan orang yang mempunyai konsep diri yang positif.

KONSEP DIRI NEGATIF Orang yang mempunyai konsep diri negatif sangat sedikit mengetahui tentang dirinya. Menurut ( (Coulhoun, 1990) ada dua jenis konsep diri negatif. Pertama pandangan seseorang tentang dirinya benar-benar tidak teratur. Ia tidak memiliki kestabilan dan keutuhan diri. Ia benar-benar tidak tahu siapa dirinya, apa kakuatan dan kelemahannya atau apa yang dihargai dalam hidupnya. Kondisi ini umumnya dialami oleh remaja. Konsep diri mereka seringkali menjadi tidak teratur untuk sementara waktu dan hal ini terjadi pada masa transisi dari peran anak ke peran orang dewasa. Tetapi pada orang dewasa hal ini merupakan tanda ketidakmampuan menyesuaikan. Tipe kedua dari konsep diri negatif hampir merupakan kebalikan yang pertama, disini konsep diri terlalu stabil dan terlalu teratur, dengan kata lain, kaku. Mungkin karena didikan orang tua yang terlalu keras, individu tersebut menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari aturan-aturan yang menurutnya cara hidup yang tepat. Berlawanan dengan ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif , maka ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif, sesuai yang dikemukakan oleh Brook dan Emmert (Rahmat, 1985) antara lain:

1.

Peka terhadap kritik, . Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam, hal ini berarti dilihat dari faktor yang mempengaruhi dari individu tersebut belum dapat mengendalikan emosinya, sehingga kritikan dianggap sebagi hal yang salah. Bagi orang seperti ini koreksi sering dipersepsi sebagai usaha untuk menjatuhkan harga dirinya. Dalam berkomunikasi orang yang memiliki konsep diri negatif cenderung menghindari dialog yang terbuka, dan bersikeras mempertahankan pendapatnya dengan berbagai logika yang keliru

2.

Responsif terhadap pujian, meskipun ia berpura-pura menghindarinya. Walaupun ia mungkin berpurapura menghindari pujian, ia tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian. Buat orang seperti ini, segala macam embel-embel yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. Bersamaan dengan kesenangannya terhadap pujian, merekapun hiperkritis terhadap orang lain

3.Hiperkritis terhadap orang lain . ia selalu mengeluh, mencela, meremehkan siapapun, dan apapun. Mereka tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. 4.Cenderung merasa tidak disenangi oleh orang lain. Ia merasa tidak diperhatikan, karena itulah ia bereaksi pada orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, berarti individu tersebut merasa rendah diri atau bahkan berperilaku yang tidak disenangi, misalkan membenci, mencela atau bahkan yang melibatkan fisik yaitu mengajak berkelahi (bermusuhan). 5. Bersikap psimis terhadap kompetisi. Hal ini terungkap dalam keengganannya untuk bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Ia akan menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya

Brooks, W.D. dan P. Emmert. (1997). Interpersonal Communication. Dubuque: Wm. C. Brown Company Publisher. Rakhmat, J. 1985. Psikologi Komunikasi. Alih Bahasa: Tjun Suryaman. Jakarta: Remaja Rosdakarya .

Calhoun, F. & Acocella, Joan Ross. (1990). Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan (edisi ketiga). Semarang : Ikip Semarang Press.

Seri diktat kuliah universitas gunadarma. Aktualisasi diri. Hal 40, 41, 42, 43. [online] 2010 [cited 2011 november] ; (95 screens) From http:// http://elearning.gunadarma.ac.id/index.php?option=com_wrapper&Itemid=36.pdf. diambil pada tanggal 16 november 2011 jam 04:15

Вам также может понравиться