0 оценок0% нашли этот документ полезным (0 голосов)
969 просмотров9 страниц
Laporan ini melakukan kromatografi lapis tipis untuk memisahkan campuran pewarna makanan. Tiga sampel diuji menggunakan berbagai perbandingan aseton dan air sebagai pelarut. Hasilnya menunjukkan pemisahan tidak sempurna dengan munculnya beberapa warna. Nilai f yang berbeda menunjukkan polaritas senyawa yang bervariasi. Komposisi pelarut mempengaruhi kecepatan proses kromatografi.
Laporan ini melakukan kromatografi lapis tipis untuk memisahkan campuran pewarna makanan. Tiga sampel diuji menggunakan berbagai perbandingan aseton dan air sebagai pelarut. Hasilnya menunjukkan pemisahan tidak sempurna dengan munculnya beberapa warna. Nilai f yang berbeda menunjukkan polaritas senyawa yang bervariasi. Komposisi pelarut mempengaruhi kecepatan proses kromatografi.
Laporan ini melakukan kromatografi lapis tipis untuk memisahkan campuran pewarna makanan. Tiga sampel diuji menggunakan berbagai perbandingan aseton dan air sebagai pelarut. Hasilnya menunjukkan pemisahan tidak sempurna dengan munculnya beberapa warna. Nilai f yang berbeda menunjukkan polaritas senyawa yang bervariasi. Komposisi pelarut mempengaruhi kecepatan proses kromatografi.
Oleh: Danny Laurent 11320090012 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS PELITA HARAPAN 2009 1. Tujuan Memisahkan campuran dengan menggunakan kromatografi lapis tipis. Menentukan f suatu senya!a. 2. Dasa T!"# "romatografi merupakan metode yang digunakan secara luas yang memungkinkan dilakukannya pemisahan# identifikasi dan determinasi dari senya!a kimia dalam campuran yang kompleks. Metode kromatografi menggunakan fase stasioner $ diam % dan fase gerak. "omponen se&uah campuran di&a!a melalui fase stasioner oleh aliran fase gerak# dan pemisahan didasarkan pada per&edaan kecepatan migrasi diantara komponen'komponen fase gerak $ (koog et al.# 200) %. "romatografi di&agi men*adi dua yaitu kromatografi kolom dan kromatografi planar. +ada kromatografi kolom# fase stasioner &erada pada selang sempit# dan fase gerak dipaksa melalui selang dengan menggunakan tekanan atau gra,itasi. Dalam kromatografi planar# fase stasioner &erada pada plat pipih atau dalam pori'pori kertas. -ase geraknya &ergerak melalui fase stasioner &erdasarkan pada prinsip kapilaritas atau di&a!ah pengaruh gaya gra,itasi. +ada praktikum ini digunakan metode kromatografi lapis tipis yang merupakan &agian dari kromatografi planar $ (koog et al.# 200) %. Metode kromatografi planar di&agi men*adi tiga# yaitu kromatografi lapis tipis# kromatografi kertas dan elektrokromatografi. "etiganya menggunakan material tipis yang dilapisi gelas# plastik atau permukaan logam. -ase gerak &ergerak melalui fase stasioner dengan kapilaritas# terkadang di&antu oleh gra,itasi atau tegangan listrik $ (koog et al.# 200) %. +roses kromatografi lapis tipis dilakukan pada plat gelas yang dilapisi dengan lapisan yang tipis dan adheren. Lapisan ini &erfungsi se&agai fase stasioner. +elarut yang digunakan &erfungsi se&agai fase gerak. .ampuran yang akan dipisahkan diletakkan pada fase stasioner. -ase stasioner diletakkan dalam &e*ana yang &erisi fase gerak. -ase gerak akan &ergerak melalui fase stasioner &erdasarkan pada prinsip kapilaritas. "omponen'komponen campuran akan di&a!a melalui fase stasioner oleh fase gerak. (etelah proses kromatografi selesai# fase stasioner dipindahkan dari &e*ana &erisi pelarut dan dikeringkan. Letak komponen'komponen dapat ditentukan dengan &er&agai macam cara. +roses menganalisa hasil kromatografi pada plat tipis ini dise&ut ,isualisasi $ (koog et al.# 200) %. "ecepatan gerakan senya!a pada proses kromatografi lapis tipis dipengaruhi oleh dua hal# antara lain: 1. /nteraksi antara senya!a dalam campuran dengan fase gerak atau pelarut yang digunakan. 0pa&ila senya!a dalam campuran memiliki kelarutan yang tinggi dalam pelarut yang digunakan# maka senya!a akan &ergerak le&ih cepat. 2. /nteraksi senya!a dalam campuran dengan fase stasioner atau plat silika atau alumina. (emakin &esar ketertarikan antara senya!a dengan fase stasioner# maka pelarut akan &ergerak le&ih cepat dari senya!a terse&ut $ .lark# 2001 %. -ase stasioner &erupa silika memiliki permukaan yang &ersifat polar# karena permukaannya memiliki gugus hidroksida. "e&eradaan gugus hidroksida ini menye&a&kan plat silika dapat mem&entuk ikatan hidrogen dengan senya!a'senya!a yang &ersesuaian $ &ersifat polar % contohnya air $ .lark# 2001 %. f atau Retention Factor atau Retardation Factor didefinisikan se&agai *arak yang ditempuh oleh senya!a di&agi *arak yang ditempuh oleh pelarut pada kromatografi. (enya!a yang memiliki f &esar pasti memiliki polaritas yang rendah# karena interaksinya dengan fase gerak le&ih &esar dari fase stasioner. (e&aliknya senya!a yang memiliki f kecil pasti memiliki polaritas yang tinggi# karena interaksinya dengan fase stasioner le&ih &esar dari fase gerak $ 0nonim# 2000 %. $. Da%a P!n&a'a%an 2a&el 3.1 3asil "romatografi Lapis 2ipis 0seton : 3 2 O 4aktu (ampe l 5arak dari &atas &a!ah 4arna dan f 30 : 10 2:)2:11 1 6iru 7 1.) cm "uning 7 1.8 cm 6iru 7 0.81 "uning 7 0.918 2 2idak dapat diukur Merah# 6iru $ tailing % 3 "uning 7 1.9 cm "uning 7 0.929 )0 : 90 1:31:20 1 6iru 7 1.1: cm "uning 7 8.1: cm 6iru 7 0.912 "uning 7 0.9:9 2 2idak dapat diukur Merah# 6iru $ tailing % 3 "uning 7 8.1 cm "uning 7 0.9:3 :0 : :0 )1:0) 1 6iru 7 8 cm "uning 7 8.) cm 6iru 70.9)1 "uning 7 0.988 2 6iru 7 8 cm Merah 7 8.) cm 6iru 7 0.9)1 Merah 7 0.988 3 "uning 7 8.) cm "uning 7 0.988 90 : )0 ))::0 1 2idak dapat diukur "uning# hi*au# &iru $ tailing % 2 2idak dapat diukur Merah# ungu# &iru $ tailing % 3 "uning 7 8.2 cm "uning 7 0.99: 10 : 30 )2:1: 1 2idak dapat diukur "uning# hi*au# &iru $ tailing % 2 2idak dapat diukur Merah ungu# &iru $ tailing % 3 "uning 7 8.) cm "uning 7 0.988 "eterangan: (ampel 1 pe!arna makanan hi*au (ampel 2 pe!arna makanan ungu (ampel 3 pe!arna makanan *ingga (.P!)#%un&an * P!sa'aan R!a+s# f 7 5arak yang digerakkan oleh senya!a5arak yang digerakkan oleh permukaan pelarut 1. 0seton : 3 2 O 7 30 : 10 (ampel 1 6iru f 7 1.) ; 8.: 7 0.81 "uning f 7 1.8 ; 8.: 7 0.918 (ampel 2 2idak dapat dihitung (ampel 3 "uning f 7 1.9 ; 8.: 7 0.929 1. 0seton : 3 2 O 7 )0 : 90 (ampel 1 6iru f 7 1.1: ; 8.: 7 0.912 "uning f 7 8.1: ; 8.: 7 0.9:9 (ampel 2 2idak dapat dihitung (ampel 3 "uning f 7 8.1 ; 8.: 7 0.9:3 1. 0seton : 3 2 O 7 :0 : :0 (ampel 1 6iru f 7 8 ; 8.: 7 0.9)1 "uning f 7 8.) ; 8.: 7 0.988 (ampel 2 6iru f 7 8 ; 8.: 7 0.9)1 Merah f 7 8.) ; 8.: 7 0.988 (ampel 3 "uning f 7 8.) ; 8.: 7 0.988 1. 0seton : 3 2 O 7 90 : )0 (ampel 1 2idak dapat dihitung (ampel 2 2idak dapat dihitung (ampel 3 "uning f 7 8.2 ; 8.: 7 0.99: 1. 0seton : 3 2 O 7 10 : 30 (ampel 1 2idak dapat dihitung (ampel 2 2idak dapat dihitung (ampel 3 "uning f 7 8.) ; 8.: 7 0.988. , .P!'-a)asan "andungan pada sampel 1 $ hi*au % adalah tartrasine dan &rilliant &lue. "andungan pada sampel 2 $ ungu % adalah carmoisine dan &rilliant &lue. "andungan pada sampel 3 $ kuning % adalah tartrasine dan ponceau )r. 3asil kromatografi dapat dilihat pada ta&el 3.1. 4arna yang ditemukan pada sampel 1 $ hi*au % adalah kuning# &iru# dan hi*au. "uning merupakan tartrasine# &iru merupakan &rilliant &lue# sedangkan !arna hi*au yang tampak merupakan campuran keduanya. 4arna yang ditemukan pada sampel 2 $ ungu % adalah merah# &iru dan ungu. 4arna merah merupakan carmoisine# &iru merupakan &rilliant &lue# sedangkan ungu merupakan !arna ga&ungan dari keduanya. 4arna yang ditemukkan pada sampel 3 $ *ingga % adalah kuning. +e!arna makanan *ingga terdiri dari tartrasine dan ponceau )r. 4arna yang muncul hanya kuning hal ini dise&a&kan oleh proses kromatografi yang tidak sempurna. 6egitu *uga dengan munculnya !arna hi*au pada sampel 1 dan !arna ungu pada sampel 2# merupakan hasil pemisahan tidak sempurna pada proses kromatografi. 2er*adinya tailing *uga merupakan salah satu aki&at dari pemisahan yang tidak sempurna pada proses kromatografi. 2ailing menye&a&kan nilai f tidak dapat dihitung. 3u&ungan antara fase gerak $ pelarut %# fase stasioner $ plat silika % dan senya!a yang dipisahkan terletak pada interaksinya. (enya!a yang memiliki polaritas tinggi akan &erinteraksi &aik dengan fase stasioner $ plat silika % dan memiliki nilai f yang kecil# sedangkan senya!a dengan polaritas rendah akan &erinteraksi &aik dengan fase gerak $ pelarut % dan memiliki nilai f yang &esar. +ada ta&el 3.1 dapat dilihat nilai f !arna pada &er&agai sampel dan &er&agai komposisi pelarut. (ecara umum dapat dilihat &ah!a !arna kuning memiliki nilai f yang tinggi# maka dapat disimpulkan !arna kuning pada ketiga sampel memiliki polaritas yang paling rendah. <ilai f terendah secara umum terdapat pada !arna &iru. Dapat disimpulkan !arna &iru pada ketiga sampel memiliki polaritas yang paling tinggi dan !arna kuning memiliki polaritas yang paling rendah. Dari ta&el 3.1 dapat dilihat &ah!a semakin tinggi komposisi air dalam pelarut# maka semakin lama !aktu yang diperlukan untuk menyelesaikan proses kromatografi. 3al ini *uga &erhu&ungan dengan polaritas pelarut. 3 2 O merupakan senya!a yang &ersifat polar. (emakin &anyak komposisi 3 2 O dalam pelarut# menye&a&kan interaksi pelarut dengan permukaan fase stasioner $ plat silika % semakin &anyak $ &anyak ter*adi ikatan hidrogen %. 3al ini merupakan penye&a& proses kromatografi &erlangsung le&ih lama. (emakin tinggi komposisi aseton dalam fase gerak $ pelarut % maka semakin cepat proses kromatografi lapis tipis &erlangsung. Dapat disimpulkan &ah!a komposisi fase gerak $ pelarut % mempengaruhi kecepatan proses pada kromatografi lapis tipis. Dari ta&el 3.1 *uga dapat dilihat &ah!a peru&ahan komposisi fase gerak $ pelarut % *uga mempengaruhi nilai f. Dapat diamati &ah!a nilai f !arna kuning sampel ketiga secara umum mengalami peningkatan seiring dengan menurunnya komposisi air dalam pelarut. 3al ini dise&a&kan oleh semakin &anyak komposisi aseton dalam pelarut. 6anyaknya komposisi aseton dalam pelarut mengaki&atkan interaksi fase gerak $ pelarut % dengan fase stasioner $ plat silika % kurang &aik $ tidak ter*adi ikatan hidrogen %# sehingga fase gerak $ pelarut % &ergerak dengan le&ih cepat dan senya!a &ergerak ke atas le&ih cepat dan le&ih dekat pada &atas atas. (emakin &anyak komposisi air dalam fase gerak $ pelarut % maka interaksinya dengan fase stasioner $ plat silika % kurang &aik dan terdapat senya!a'senya!a yang gerakkannya terham&at# sehingga senya!a'senya!a le&ih *auh dari &atas atas. Dapat disimpulkan &ah!a komposisi fase gerak $ pelarut % mempengaruhu nilai f. (edikit peru&ahan pada komposisi fase gerak $ pelarut % menye&a&kan peru&ahan pada nilai f. 3arga f pada kromatografi lapis tipis tidak hanya dipengaruhi oleh interaksi senya!a dengan fase gerak $ pelarut % dan stasioner $ plat silika %# tetapi *uga dipengaruhi oleh faktor' faktor lain seperti: suhu dan ukuran &e*ana. +ada praktikum ini suhu dan ukuran &e*ana tidak mempengaruhi nilai f karena praktikum dilakukan pada suhu dan ukuran &e*ana yang sama. . .K!s#'/u0an 4arna &iru $ &rilliant &lue % memiliki polaritas yang tinggi dan !arna kuning $ tartrasine % memiliki polaritas yang paling rendah. "omposisi fase gerak $ pelarut % mempengaruhi kecepatan proses kromatografi lapis tipis. (edikit peru&ahan pada komposisi pelarut menye&a&kan peru&ahan pada nilai f. 1 .Da2%a Pus%a+a 0nonim. 2000. 2L. = etention -actor. Online. orgchem.colorado.edu. Diakses tanggal 21 <o,em&er 2009. .lark# 5. 2001. "romatografi Lapis 2ipis. Online. !!!.chem'is'try.org. Diakses tanggal 21 <o,em&er 2009. (koog# D0# 4est# DM# 3oller# -5# .rouch# (. 200). -undamentals of 0nalytical .hemistry. 2homson: >nited (tates of 0merica. 3al 920# 1000'1002.