Вы находитесь на странице: 1из 2

1.

Proses Pengolahan Terasi


Bahan baku terasi adalah Udang atau ikan teri, Air, dan garam. Sedangkan alat untuk
pembuatan terasi adalah mesin penggiling ikan serta pembungkus dan alat alat dapur. Proses
pembuatan terasi menurut winarno et.al.(1973) diacu dalam rahayu et.al.(1992) dapat dilihat
pada gambar 1.

Gambar 1. Bagan Proses Pembuatan Terasi
Pengolahan terasi adalah fermentasi degan garam sebagai media penyeleksi (Van Veen
1965). Prinsip pengolahan terasi didasarkan pada proses penguraian daging udang atau ikan oleh
enzim pemecah protein yang ada dalam tubuh udang atau ikan itu sendiri (Yunizal 1998). Proses
ini terjadi dalam suasana beragam dan dalam kondisi tertentu sehingga diperoleh terasi udang
atau ikan dengan bau, aroma dan rasa yang sangat spesifik.

2. Mikroba dalam terasi
Mikroba yang tumbuh selama fermentasi sangat mempegaruhi mutu hasil produksi hasil
fermentasi. Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa mikroba yang berperan dalam fermentasi
terasi berbeda jenis dan jumlahnya. Menurut Pedersen (1971), mikroba yang berperan dalam
fermentasi terasi adalah bakteri asam laktat, asam asetat, khamir dan jamur. Strain dari bakteri
asam laktat adalah leuconostoc mesenteroides, Pediococcus cereviceae, Lactobacillus
plantarum, dan Steptococcus faecalis. Sedangkan menurut perangin angina et al. (1981). Khamir
dan kapang tidak berperan selama fermentasi pembutan terasi. Menurut Vong dan Jackson
(1977), diacu dalam marliana (1992), mikroba dalam terasi berasal dari genus Bacillus, Sarcina,
Staphylococcus, Clostridium.
Pada produk fermentasi ikan bergaram terdapat dua jeis mikroba yaitu bakteri obligat
halofilik dan kapan halofilik. Bakteri obligat halofilik tumbuh pada suhu 5-50oC dan tumbuh
optimum pada suhu 35-40oC, pH Antara 6-10. Pada konsentrasi garam yang tinggi menghailkan
gas H2S dan Indol dengan warna koloni merah muda (Shewan and Hobbs, 1967 diacu dalam
Sjafi,I 1988).
Menurut Rahayu (1989) Menduga bahwa pada terasi terdapat mikroba jenis Micrococcus,
Corynebachterium, Cytophaga, Bacillus, HaloBacterium, dan Acinobacter. Menurut Sjafi,I
(1988), yang bertanggung jawab atas pembentukan cita rasa khas yag dihasilkan produk
fermentasi adalah Staphylococcus sp. Saisthi (1967), menemukan bahwa bakteri gram positif
batang yang menghasilkan aroma asam organic yang khas, gram negative oval batang nonmotil
yang memproduksi bau khas daging yang meragsang, dan gram positif berbentuk batang
panjang, memproduksi arma yang berasal adri degradasi asam amino.
Mikroba yang tumbuh pada terasi bermacam-macam, baik bakteri positif atau negatif.
Bakteri tersebut dapat tumbuh akibat penanganan yang kurang baik serta penambahan garam
yang jumlahnya kecil. Hasil penelitian Yamani (2006), didapatkan bahwa dari 15 sampel terasi
tanpa kemasan dipasar Karang Menjangan Surabaya menunjukkan 12 sampel (80%) terasi
mengandung indeks MPN coliform melebihi batas maksimum cemaran mikroba dalam
makanan. Junianto (2011) juga menambahkan, terasi yang baik dan aman yaitu terasi yang tidak
terdapat cemaran bakteri patogen. Menurut Desrosier (2008), penggunaan garam pada
pembuatan terasi sangat berperan penting karena selain berfungsi sebagai fermentor, garam
juga berperan sebagai penyeleksi organisme yang diperlukan tumbuh.

Вам также может понравиться