Вы находитесь на странице: 1из 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kista ovarium adalah jenis yang paling umum di kalangan wanita dan menempati urutan
pertama diantara berbagai jenis penyakit ginekologi di Kanada. Insiden kista ovarium meningkat
dengan bertambahnya usia, di kalangan wanita yang berusia 20-30 tahun insiden terjadi kista
ovarium sebanyak 15% dan pada wanita yang berusia 40-69 tahun insiden terjadi kista ovarium
sebanyak 49%) (American Cancer Society, 2011).
Pada tahun 2012, The American Cancer Society memperkirakan insiden terjadinya kista
ovarium di Amerika sebanyak 22.280 wanita yang baru terdiagnosa kista ovarium dan 15.500
wanita meninggal akibat kanker ovarium yang merupakan manifestasi kista ovarium (Goldberg
et al., 2007). Di seluruh dunia, sekitar 27% wanita memiliki kista ovarium. Sebuah studi kasus di
AS lebih dari 15 tahun wanita pasca menopause menunjukkan kejadian kista ovarium 18%.
Studi lain, pada wanita pasca menopause (usia rata-rata 73 tahun), menunjukkan bahwa sekitar
15% dari wanita pasca menopause memiliki kista adneksa.
Prevalensi di kalangan wanita pasca menopause adalah 0,8% menjadi 1,8% dalam studi
skrining. Sebagian besar data AS menunjukkan prevalensi berbagai kalangan populasi umum
3% sampai 15%. Sebuah uji skrining besar Eropa mengungkapkan kejadian kista ovarium yang
sehat di kalangan wanita pasca menopause adalah 21,2%. Angka kejadian kista ovarium di
Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan penyakit di Indonesia
yang
kurang baik. Tetapi kista ovarium dapat menjadi karsinoma ovarium dimana sebanyak 32% dan
55% menyebabkan kematian) (Busmar B, 2006).
Keganasan ovarium merupakan 6 kasus kanker terbanyak dan sebagai penyebab
kematian oleh karena keganasan ginekologi. Angka kejadian pada gangguan reproduksi yang
ditemukan di Indonesia sekitar 60%-70% dari gangguan kesehatan lainnya, pada umumnya
pasien dengan gangguan reproduksi tidak selamanya mempunyai keluhan, karena penyakit ini
awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah metastasis,
sehingga 60% - 70% pasien dengan gangguan reproduksi datang pada stadium lanjut,
sehingga penyakit ini disebut juga sebagai silent killer (Kumala et al., 2006).
Banyak dampak yang dapat terjadi pada kista ovarium. Torsio komplit dapat
menyebabkan blokade vena dan infark (jaringan mati akibat gangguan sirkulasi) yang
mengakibatkan stasis dan kongesti vena, pendarahan dan nekrosis. Kista menjadi tegang dan
pecah. Pasien biasanya mengeluh nyeri perut akut dan pemeriksaan panggul didapatkan
massa kistik di rahim.
Sampai sekarang etiologi dari kista ovarium belum sepenuhnya dimengerti, tetapi
beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan estrogen dan dalam
mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus. Beberapa literatur menyebutkan bahwa
penyebab terbentuknya kista pada ovarium adalah gagalnya sel telur (folikel) untuk berovulasi.
Kista ovarium dapat membesar yang menyebabkan nyeri di bagian perut. Pada beberapa kasus
penyakit ini dapat menggangu produksi hormon-hormon dari ovarium dan menghasilkan
perdarahan iregular dari vagina dan peningkatan rambut tubuh. Kista ovarium dapat berbahaya
bilamana kista berubah menjadi ganas.
Melihat bahaya dan tingginya angka kejadian pada kasus kistoma ovarium, maka
penulis tertarik untuk membahas tentang asuhan kebidanan gynekologi pada klien dengan kista
ovarium.
1.2.1 Tujuan Umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan dengan menggunakan management
kebidanan 7 langkah varney yang tepat pada klien dengan kista ovariu
1.2.1 Tujuan Khusus
a. Mampu menggali data subjektif pada pasien dan melakukan pengumpulan data
objektif.
b. Mampu menginterpretasi data dasar
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial
d. Mampu mengidentifikasi kebutuhan segera
e. Mampu merencanakan asuhan kebidanan yang menyeluruh
f. Mampu melaksanakan perencanaan
g. Mampu mengevaluasi seluruh implementasi yang dilakukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 KISTA OVARIUM
2.1.1 Definisi
Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal, folikel de graf atau
korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari epithelium ovarium
(Smelzer and Bare. 2002: 1556). Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun
yang besar, kistik atau padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan,
tumor ovarium yang dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein.
Tumor ovarium yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau
dapat menghalang halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro, 2005).
Kistoma ovari adalah kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai, bilateral
dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan serosa dan berwarna kuning.
Pengumpulan cairan tersebut terjadi pada indung telur atau ovarium (Mansjoer, 2000: 388;
Kondas, 2008). Jadi, dapat disimpulkan bahwa kista ovarium adalah kantong abnormal yang
berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang bersifat jinak juga dapat
menyebabkan keganasan.


2.1.2 Etiologi
Kista ovarium merupakan jenis yang paling sering terjadi terutama yang bersifat non neoplastik,
seperti kista retensi yang berasal dari korpus luteum. Tetapi di samping itu ditemukan pula jenis
yang merupakan neoplasma. Oleh karena itu kista ovarium dibagi dalam 2 golongan:
1. Non-neoplastik (fungsional)
a. Kista folikel
Kista ini berasal dari folikel yang menjadi besar semasa proses atresia foliculi. Setiap bulan,
sejumlah besar folikel menjadi mati, disertai kematian ovum disusul dengan degenerasi dari
epitel folikel. Pada masa ini tampaknya sebagai kista-kista kecil. Tidak jarang ruangan folikel
diisi dengan cairan yang banyak, sehingga terbentuklah kista yang besar, yang dapat
ditemukan pada pemeriksaan klinis. Tidak jarang terjadi perdarahan yang masuk ke dalam
rongga kista, sehingga terjadi suatu haematoma folikuler.
b. Kista lutein
Kista ini dapat terjadi pada kehamilan, lebih jarang di luar kehamilan. Kista lutein yang
sesungguhnya, umumnya berasal dari corpus luteum haematoma. Perdarahan ke dalam ruang
corpus selalu terjadi pada masa vascularisasi. Bila perdarahan ini sangat banyak jumlahnya,
terjadilah corpus luteum haematoma, yang berdinding tipis dan berwarna kekuning-kuningan.
Secara perlahan-lahan terjadi reabsorpsi dari unsur-unsur darah, sehingga akhirnya tinggalah
cairan yang jernih atau sedikit bercampur darah. Pada saat yang sama dibentuklah jaringan
fibroblast pada bagian
dalam lapisan lutein sehingga pada kista corpus lutein yang tua, sel-sel lutein terbenam dalam
jaringan-jaringan perut.
2. Neoplastik
Yang termasuk golongan ini ada 3 jenis:
a. Cystadenoma mucinosum
Jenis ini dapat mencapai ukuran yang besar. Ukuran yang terbesar yang pernah dilaporkan
adalah 328 pound. Tumor ini mempunyai bentuk bulat, ovoid atau bentuk tidak teratur, dengan
permukaan yang rata dan berwarna putih atau putih kebiru-biruan.
b. Cystadenoma serosum
Jenis ini lebih sering terjadi bila dibandingkan dengan mucinosum, tetapi ukurannya jarang
sampai besar sekali. Dinding luarnya dapat menyerupai kista mucinosum. Pada umumnya kista
ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium) c. Kista dermoid
Tumor ini merupakan bagian dari teratoma ovary bedanya ialah bahwa tumor ini bersifat kistik,
jinak dan elemen yang menonjol ialah eksodermal. Sel-selnya pada tumor ini sudah matang.
Kista ini jarang mencapai ukuran yang besar. Penyebabnya saat ini belum diketahui secara
pasti. Namun ada salah satu pencetusnya yaitu faktor hormonal, kemungkinan faktor resiko
yaitu:
1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan payudara.
2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3. Gaya hidup yang tidak sehat
4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-
obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh yang bersifat diuretik.
5. Kebiasaan menggunakan bedak tabur di daerah vagina
(Wiknjosastro, 2005)

2.1.3 Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel
de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan
melepaskan oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat
matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun
bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan
mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu
jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein.
Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional
multiple dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin
yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan
choriocarcinoma) dan kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCG
menyebabkan kondisi yang disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi
ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate,
dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian
HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol
dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari
semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel
permukaan (mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa
dengan keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain
dapat terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan
germ cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi
elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.

2.1.4 Jenis dan Karakter Kista
Prawirohardjo (2002) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya, kista terbagi dua,
yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya jinak dan biasanya akan
mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista neoplastik umumnya harus
dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan sifatnya.



Menurut Mansjoer, et al (2000), kista ovarium neoplastik jinak diantaranya:
a. Kistoma Ovarii Simpleks
Kistoma ovarii simpleks merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih
yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium.
b. Kistadenoma Ovarii Musinosum
Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi sangat besar.
Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan degeneratif
sehingga timbul perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan peritoneum parietale. Selain
itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi musin yang terus bertambah akibat
pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista in tito tanpa pungsi
terlebih dulu dengan atau tanpa salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista.
c. Kistadenoma Ovarii Serosum
Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular, tapi jika multilokular
perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tetapi
tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat timbul asites.
Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii musinosum.
d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal berdiferensiasi sempurna
dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm. Bentuk cairan kista ini seperti mentega.
Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang,
atau sisa-sisa kulit. Dinding kista keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal
dan sebagian lagi padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga
berasal dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak
di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur sehingga
isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista dermoid
bersama seluruh ovarium.
Menurut Prawirohardjo (2002), kista nonneoplastik terdiri dari:
a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh terus
menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah tumbuh di bawah pengaruh
estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista. Bisa
didapati satu kista atau lebih, dan besarnya biasanya dengan diameter 1 1,5 cm. Kista folikel
ini bisa menjadi sebesar jeruk nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas
beberapa lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah
atrofi pada lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung
estrogen. Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel
lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista pun
menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat ditunggu dahulu
karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang sendiri.
b. Kista Korpus Luteum
Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi korpus
albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum persistens),
perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista, berisi cairan yang
berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus luteum lebih jarang dari pada
kista folikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang
berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid, berupa
amenorea diikuti oleh perdarahan tidak teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa
berat di perut bagian bawah dan perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan
ruptur. Rasa nyeri di dalam perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering
menimbulkan kesulitan dalam diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu.
Jika dilakukan operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan
diagnosis. Penanganan kista korpus luteumialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam
hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum diangkat
tanpa mengorbankan
ovarium.
c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya kelainan
tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya bilateral dan bisa menjadi
sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel
granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi, akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena
atresia. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan,
dan dengan hilangnya mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan.
d. Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium. Kista ini lebih banyak terdapat pada wanita
yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya secara
kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik ovarium yang diangkat waktu operasi. Kista
terletak di bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan epitel kubik atau
torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus.
e. Kista Endometriosis
Kista yang terbentuk dari jaringan endometriosis (jaringan mirip dengan selaput dinding
rahim yang tumbuh di luar rahim) menempel di ovarium dan berkembang menjadi kista. Kista ini
sering disebut juga sebagai kista coklat endometriosis karena berisi darah coklat-kemerahan.
Kista ini berhubungan dengan penyakit endometriosis yang menimbulkan nyeri haid dan nyeri
senggama. Kista ini berasal dari sel-sel selaput perut yang disebut peritoneum. Penyebabnya
bisa karena infeksi kandungan menahun, misalnya keputihan yang tidak ditangani sehingga
kuman-kumannya masuk kedalam selaput perut melalui saluran indung telur. Infeksi tersebut
melemahkan daya tahan selaput perut, sehingga mudah terserang penyakit. Gejala kista ini
sangat khas karena berkaitan dengan haid. Seperti diketahui, saat haid tidak semua darah akan
tumpah dari rongga rahim ke liang vagina, tapi ada yang memercik ke rongga perut. Kondisi ini
merangsang sel-sel rusak yang ada di selaput perut mengidap penyakit baru yang dikenal
dengan endometriosis. Karena sifat penyusupannya yang perlahan, endometriosis sering
disebut kanker jinak.

2.1.5 Manifestasi Klinis
Kista ovarium seringkali tanpa gejala, terutama bila ukuran kistanya masih kecil. Kista
yang jinak baru memberikan rasa tidak nyaman apabila kista semakin membesar, sedangkan
pada kista yang ganas kadangkala memberikan keluhan sebagai hasil infiltrasi atau metastasis
kejaringan sekitar (Sarjadi, 1995). Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja
karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul,
kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium. Meski demikian, penting untuk
memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang
serius. Gejala-gejalanya antara lain: perut terasa penuh, berat dan kembung, tekanan pada
dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil), haid tidak teratur, nyeri panggul yang menetap
atau kambuhan yang dapat menyebar ke punggung bawah dan paha, nyeri senggama, mual,
ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil. Kadang-kadang kista
dapat memutar pada pangkalnya, mengalami infark dan robek, sehingga menyebabkan nyeri
tekan perut bagian bawah yang akut sehingga memerlukan penanganan kesehatan segera
(Moore, 2001)

Вам также может понравиться