56 Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan per 1000 Eritrosit dan per 500 Eritrosit Dibanding Metode Automatik dr. Linda Rosita, dr. Utami Mulyaningrum Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta Abstract Background. Retikuloyte counting as one of indicator of stipulating of clasification diagnosis of anaemia. So result of accurate retikuloyte count- ing, do not need the needed old time especially for laboratory which me- dium of physical and human resource limited. For the efficiency of time and minimize the this study mistake try by way of retikuloyte counting of per 500 eritrocyte and per 1000 eritrocyte, is later then compared to by method of automatic flow cytometri which is considered to be permanent of gold standar. Objective. This Study aim to to compare the of the retikuloyte counting manual method of per 1.000 eritrocyte and perception 500 E compared to by a permanent inspection of gold standar by flow cytometri and also know the appearance diagnosed second of the manual method. Methods. This Study is done by eksprimental in laboratory of clinic pa- thology, by design cross sectional, where sampel taken only once. Sampel weared is whole blood. Retikuloyte counting done 2 method that is auto- matic and manual. Also test the agreement of two examiner. Result. Diagnostic performance manual method 500 eritroyte and 1000 eritrocyte own the same value sensitivitas that is 78%. To assess the spesifisitas of manual method 500 higher eritrocyte that is 69%and 61%. This matter is perceivable because calculation 500 eritrocyte do not re- quire the longer perception when have count untill 1000 eritrocyte Conclusion. Retikuloyte counting of manual method 500 eritrocyte replacable manual method 1000 eritrocyte. Key words: Retikuloyte counting, manual method, automatic Latar Belakang Masalah WHO mendefenisikan anemia sebagai keadaan dimana terjadi penurunan nilai hematokrit, haemoglobin, dan jumlah retikulosit.(Datz,2004). Peran laboratoriumsangat penting di dalam upaya menetapkan klasifikasi anemia selanjutnya. Serangkaian pemeriksaan laboratorium khususnya pemeriksaan darah rutin merupakan alat yang definitif untuk menyatakan status anemia. Peran laboratoriumsetelah anemia dicurigai, adalah memvalidasi diagnosis, menentukan tingkat keparahan, dan menentukan kausa anemia. (Hilman, 1996: 39-65) Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 57 Serangkaian pemeriksaan penyaring untuk menetapkan klasifikasi anemia, seperti: (1) Jumlah sel darah merah yang terdiri dari hitung eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit. (2) Indeks eritrosit yang terdiri dari mean cell volume (MCV), mean cell hemoglobin (MCH), mean cell hemoglobin concentration (MCHC), dan red blood cell distribution width (RDW), serta (3) pemeriksaan tambahan berupa morfologi darah tepi, dan hitung retikulosit.(Jones, 1995) Hitung retikulosit digunakan untuk menilai ketepatan reaksi sumsum tulang terhadap anemia.(Hilman, 1996;39-65). Hitung retikulosit relatif akurat untuk menunjukkan jumlah produksi eritrosit dalam sisitem eritropoetik. Angka ini harus dikoreksi pada anemia untuk mendapatkan nilai yang dikenal sebagai indeks retikulosit. (Henry Jhon Bernard, 1991: 581-583) Pada metode manual, hitung retikulosit diperiksa pada sediaan hapus dan harus dihitung dari jumlah retikulosit yang ditemukan per 1.000 eritrosit. Hal ini diperlukan ketelitian dan kecermatan yang tinggi. Pada pengamatan per 500 eritrosit diharapkan terjadi efisiensi waktu dan tenaga serta dapat diterapkan pada laboratoriumyang memiliki peralatan dan tenaga terbatas misalnya Puskesmas.. Rumusan Masalah Berdasar latar belakang di atas, disusun rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada perbedaan hasil hitung retikulosit metode manual pada pengamatan per 1.000 E dengan pengamatan per 500 E dibanding pemeriksaan baku emas dengan flow cytometri. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan membandingkan perhitungan retikulosit metode manual pada pengamatan 1.000 E dan pengamatan 500 E dibanding pemeriksaan baku emas dengan flow cytometri. Manfaat Penelitian yang diharapkan adalah 1) Bagi tempat pelayanan kesehatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada laboratoriumyang secara fisik dan tenaga laboran terbatas, misal: Puskesmas, laboratorium RS type C untuk mendapatkan metode yang tepat memberikan hasil yang bisa dipercaya, 2) Bagi institusi pendidikan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan sikap ilmiah kritis bagi mahasiswa untuk membandingkan berbagai metode pemeriksaan laboratorium sederhana. Tinjauan Pustaka Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang telah kehilangan inti sel, dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin.(Brown, 1973: 111-116) Retikulosit di dalam perkembangannya melalui 6 tahap: pronormoblast, basofilik normoblas, polikromatofilik normoblas, ortokromik normoblas, retikulosit, dan eritrosit. Dalam keadaan normal keempat tahap pertama terdapat pada sumsum tulang. Retikulosit terdapat baik pada sumsum tulang maupun darah tepi. Di dalam sumsum tulang memerlukan waktu kurang lebih 2 3 hari untuk menjadi matang, sesudah itu lepas ke dalam darah. (Rodak dan Bell, 2002: 202) Hitung retikulosit dalam persen menunjukkan jumlah retikulosit yang ada atau tampak (dihitung) per 100 eritrosit. Nilai normal hitung retikulosit adalah 1 %(dengan kisaran 0,5 1,7 %) apabila diperiksa dengan pengecatan new methylene blue dan 1 2 % dengan metode flow cytomerty. (Brown, 1973: 111-116) Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315 58 Penghitungan jumlah retikulosit seharusnya merefleksikan jumlah total eritrosit tanpa memperhatikan konsentrasi eritrosit, tapi kenyataannya tidak demikian. Untuk mengantisipasi hal ini dilakukan koreksi hitung retikulosit, yaitu: hematokrit pasien dibagi nilai normal hematokrit dikali jumlah retikulosit dalam persen. Penurunan jumlah retikulosit terdapat pada anemia aplastik dan pada kondisi sumsum tulang tidak memproduksi eritrosit. Peningkatan jumlah retikulosit terdapat pada anemia, penderita anemia defisiensi besi yang mendapat terapi besi, talasemia, anemia sideroblastik, dan kehilangan darah akut dan kronis. Pada kasus-kasus anemia berat, akan terjadi mekanisme stimulasi yang kuat oleh eritropoetin terhadap sumsumtulang untuk meningkatkan produksi dan pelepasan retikulosit lebih dini. Hal ini akan menyebabkan waktu pematangan retikulosit menjadi eritrosit di dalam darah tepi bertambah lama, dari 1 2 hari menjadi 2 3 hari. Maka untuk mendapatkan gambaran kemampuan yang sebenarnya dari sumsumtulang untuk memproduksi eritrosit, maka hitung retikulosit pada kasus-kasus seperti ini perlu dilakukan koreksi lebih lanjut (koreksi kedua), yaitu koreksi dengan lama waktu pematangan yang dibutuhkan dibagi dua. Hitung retikulosit setelah mengalami koreksi kedua disebut dengan indeks produksi retikulosit yang dapat ditulis dengan rumus: Indeks produksi retikulosit = Persentase retikulosit terkoreksi : 2 (Brown, 1973: 111-116) Perhitungan jumlah retikulosit sebagai salah satu indikator penetapan klasifikasi diagonosis anemia, maka hasil perhitungan retikulosit yang akurat, tidak memerlukan waktu lama diperlukan terutama bagi laboratorium yang sarana fisik dan sumber daya manusia terbatas. Untuk efisiensi waktu dan memperkecil kesalahan penelitian ini mencoba dengan jalan menghitung jumlah retikulosit per 500 eritrosit, kemudian dibandingkan dengan prosedur yang biasa dilakukan terhadap perhitungan prosedur yang biasa dilakukan terhadap perhitungan retikulosit dari 1000 eritrosit Penelitian tentang perhitungan retikulosit pernah dilakukan Sumardhika tahun 1996, didapatkan perbedaan bermakna dengan p < 0,05 antara pengamatan jumlah retikulosit per 1000 dengan per 500 eritrosit pada kelompok retikulosit normal dengan jumlah sampel 30. Mengingat penelitian tersebut dilakukan pada pasien rawat inap Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta, yang tiap hari petugas Laboratorium melakukannya. Penelitian lain dilakukan oleh Kurnia tahun 2001, didapatkan ada beberapa prosedur yang tidak dilakukan oleh laboran, sehingga mempengaruhi hasil perhitungan. Sehingga penelitian perhitungan Retikulosit metode manual dilihat per 1000 eritrosit dengan per 500 eritrosit memerlukan sampel dalamjumlah banyak, prosedur pelaksanaan perlu dijaga sehingga didapatkan hasil yang dapat dipercaya. Landasan Teori Retikulosit adalah sel-sel eritrosit muda yang telah kehilangan inti sel, dan mengandung sisa-sisa asam ribonukleat di dalam sitoplasmanya, serta masih dapat mensintesis hemoglobin.(Brown, 1973: 111-116) Retikulosit didalamnya masih mengandung sitoplasma yang dapat menyerap beberapa pewarna tertentu seperti azure B, brilliant cresyl blue, atau new methylene blue. Apabila darah diinkubasi bersama larutan pewarna tadi dalam keadaan Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 59 supravital, sehingga secara mikroskopis akan tampak sebagai presipitat yang berwarna biru tua di dalam sitoplasma, baik hanya mengandung beberapa granula (= 2 granula) maupun sebagai filamen (untaian granula), dimana hal ini terjadi akibat terbentuknya kompleks dye-ribonucleoprotein. (Rodak, 1995:203) Sampai saat ini dikenal 2 metode cara menghitung retikulosit di dalam sirkulasi darah. Pertama adalah metodeflowcytometry, dimana sampel darah segar ditambahkan cat (bahan pewarna) acridine orange, kemudian jumlah retikulosit dihitung dengan alat flow cytometer. Sistem ini dapat diotomatisasi sehingga dapat memeriksa sejumlah sampel persatuan waktu yang relatif lebih singkat. Dengan metode ini retikulosit diidentifikasi sebagai sel yang lebih besar dan mengandung fluoresce karena RNA-nya menyerap acridine orange tadi. Metode kedua adalah sampel darah segar dicampur dengan zat pewarna suprival (New Methylene Blue, Brilliant Cresyl Blue) dan diinkubasi, kemudian dari campuran ini dibuat sediaan hapus. Hitung retikulosit diperoleh dari jumlah retikulosit yang ditemukan per 1.000 eritrosit dari sediaan hapus yang diperiksa dengan mempergunakan mikroskop cahaya. (Brown, 1973: 111-116) Penelitian ini akan menghitung retikulosit dari jumlah retikulosit yang ditemukan per 500 eritrosit, kemudian dibanding dengan per 1000 eritrosit, dan membandingkan dengan pemeriksaan baku emas hitung retikulosit dengan flow cytometri. Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan secara eksprimental di laboratorium patologi klinik, dengan cross sectional, dimana sampel diambil hanya satu kali. Sampel yang dipakai adalah whole blood/darah segar. J alannyaPenelitian Kesediaan Subjek Informed concern Keluar Vena Punctie Buat Preparat Apus Hitung Retikulosit Per 1000 e Per 500 e Flow cytometri Gambar 1 Skema alur penelitian Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315 60 Semua sampel darah diambil dari probandus yang telah menyetujui mengikuti penelitian ini, dengan menandatangani informed concern. Sampel darah diambil 2 cc. Langkah awal menentukan anemia atau tidak . Penetapan anemia dilakukan pemeriksaan kadar Hemoglobin (Hb). Masing-masing diambil 30 sampel, kemudian diperiksa retikulosit metode manual serta dibandingkan hasilnya pengamatan 1.000 E dengan 500 E. Penelitian dilakukan di laboratoriumPatologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta antara bulan April hingga Mei 2004. Pembacaan dilakukan dengan mikroskop cahaya, dengan tahap pertama pembacaan dilakukan dengan lensa objektif pembesaran 10 x untuk mencari daerah ideal, daerah dimana eritrosit terdisitribusi dengan baik, saling bersentuhan serta tidak saling tumpang tindih, dan selanjutnya pembacaan dilakukan pada pembesaran lensa objektif 100 x dimana sediaan dihapus sebelumnya telah ditetesi dengan minyak emersi. Lebar lapangan penglihatan dipersempit dengan pemasangan potongan kertas yang telah dilubangi didalamnya dengan ukuran 4 x 4 mm di dalam lensa okuler. Hitung retikulosit diperoleh dari jumlah retikulosit yang ditemukan per 1.000 eritrosit dan per 500 eritrosit dari sediaan hapus Bahan Pemeriksaan Bahan pemeriksaan adalah sampel darah dengan antikoagulan EDTA. Bahan pewarna berupa larutan Brilliant Cresyl Blue (BCB) dengan komposisi BCB sebanyak 1 gram dan dilarutkan pada 100 ml cairan fisiologis (NACl 0,9 %). Larutan pewarna tadi diambil dengan pipet pastur sebanyak lebih kurang 2 tetes lalu dicampur pada sebuah botol dengan 2 4 tetes darah EDTA dari penderita, kemudian botol ditutup dengan kertas saring yang telah dibasahi dengan akuades (untuk tetap memberikan kelembaban yang cukup pada saat inkubasi), lalu didiamkan selama 20 30 menit pada suhu kamar. Kemudian dari campuran ini diambil satu tetes untuk dibuat sediaan hapus pada sebuah objek glas. Setelah didiamkan selama 15 menit atau ditunggu sampai kering, maka preparat siap untuk dibaca. Cara Mengolah Data Pembacaan retikulosit dilakukan oleh 2 orang pemeriksa, dimana 1 orang menghitung persentase retikulosit per 1.000 eritrosit, dan 1 orang pemeriksa lainnya menghitung persentase retikulosit per 500 eritrosit. Kemudian masing-masing hasil yang diperoleh diubah ke dalam persentase retikulosit sebagai variabel 1 dan indeks produksi retikulosit sebagai variabel 2. Persentase retikulosit diperoleh dari persentase retikulosit terhitung, sedangkan indeks produksi retikulosit diperoleh dari persentase retikulosit terkoreksi dibagi 2. Variabel 1 dan variabel 2 dari masing-masing pemeriksa lalu dilakukan uji t berpasangan (paired t-test) dan uji diagnsotik.. Pada penelitian ini juga dilakukan uji kesepakatan antara pemeriksa 1 dan pemeriksa 2, dengan cara masing-masing pemeriksa menghitung jumlah retikulator per 1.000 eritrosit pada sediaan hapus yang sama, kemudian dilakukan uji kesepakatan. Hasil dan Pembahasan Jumlah sampel yang telah diperiksa pada penelitian ini sebanyak 40 sampel darah, dikerjakan di LaboratoriumKlinik RS Panti Rapih dan LaboratoriumHematologi RS Dr. Sardjito Yogyakarta. Waktu penelitian 1 Oktober 2004 hingga 30 Mei 2005. Perhitungan retikulosit dilakukan 2 metode yaitu automatik dan manual. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 40 orang subyek penelitian. Laki Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 61 laki 22 (55%) dan perempuan 18 (45%). Kondisi anemia didapatkan pada 22 orang dengan anemia berat apabila hemoglobin kurang dari 7g% dan digolongkan anemia ringan jika kadar hemoglobin 7-10g% (Bell dan Rodak, 2002). Selengkapnya tampak pada tabel 1. Tabel 1 Karakteristik subyek penelitian Subyek Penelitian Jumlah % Jenis Kelamin Laki laki Perempuan 22 18 55 45 Anemia Tidak anemia Anemia ringan Anemia berat Total 18 20 2 40 45 50 5 100 Laki-laki lebih sedikit terkena anemia bila dibanding dengan jenis kelamin perempuan. Hal ini dapat dipahami karena hampir tiap bulan perempuan mengeluarkan darah lewat siklus menstruasi sehingga dapat mempengaruhi kadar hemoglobin. Kondisi anemia pada jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 2. Laki-laki tidak ada yang menderita anemia berat, hanya anemia ringan 4 (10%). Jenis kelamin perempuan yang menderita anemia berat 2 (5%) dan anemia ringan 16 (40%). Penurunan kadar hemoglobin akan mengakibatkan tubuh mengalami hipoksia karena kemampuan kapasitas pengangkutan oksigen dari darah berkurang. Manifestasi gejala dan keluhan anemia tergantung beberapa faktor: 1) penurunan kapasitas daya angkut oksigen dari darah serta kecepatan penurunannya; 2) derajat dan kecepatan perubahan volume darah; 3) penyakit dasar penyebab anemia, dan 4) kapasitas kompensasi sistem kardiopulmonal (Supandiman, 1994). Tabel 2 Klasifikasi Anemia berdasar jenis kelamin J enis kelamin Laki-laki Perempuan Klasifikasi anemia n % n % Tidak Anemia 18 45 0 0 Anemia Anemia Ringan 4 10 16 40 Anemia Berat 0 0 2 5 TOTAL 22 55 18 45 Anemia ringan yang terjadi pada individu sehat biasanya asimtomatik dikarenakan kemampuan tubuh mengkompensasi keadaan ini. Gejala yang muncul berupa palpitasi, sesak napas yang terjadi saat beraktivitas, kelemahan, dan letargi. Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315 62 Seiring dengan peningkatan keparahan anemia terjadi peningkatancardiac stress yang mengakibatkan takikardi, napas tersengal sengal, dan sakit kepala. Gejala ane- mia ringan ini akan mengganggu dan menurunkan produktivitas kerja (Hillman, 1995). Gejala dan tanda yang muncul pada anemia merupakan symptomhipoksia susunan saraf pusat misalnya kram tungkai, insomnia, ketidakmampuan berkonsentrasi, dan bahkan disorientasi. Gejala payah jantung, angina pektoris, dan claudicasio intermiten biasa dijumpai pada pasien pasien lanjut usia. Perdarahan retina bisa merupakan komplikasi anemia yang berat, dan apabila anemia menjadi semakin parah akan mengakibatkan koma dan bahkan kematian (Hillman, 1995) Ketepatan strategi pemilihan parameter laboratorik sangat berperan dalamupaya penegakkan diagnosis anemia. Anemia dapat dicurigai dari anamnesis dan pemeriksaan fisik, namun pemeriksaan laboratorik khususnya pemeriksaan darah lengkap merupakan alat definitif untuk menyatakan status anemia. Jika anemia sudah dicurigai, evaluasi laboratorium sangat esensial untuk memvalidasi diagnosis, menentukan tingkat keparahan, dan menentukan kausa anemia (Stiene dan Koepke., 1998). Prosedur pemeriksaan laboratorium untuk anemia adalah pemeriksaan darah lengkap, morfologi darah tepi, hitung retikulosit, indeks produksi retikulosit, pemeriksaan sumsumtulang, dan evaluasi persediaan besi. Pemeriksaan tambahan dapat dikerjakan urinalisis, feses rutin dan pemeriksaan biokimia lain yang penting dalam membantu penegakkan diagnosis dan etiologi anemia (Stiene dan Koepke, 1998). Pemeriksaan hitung retikulosit merupakan alat diagnostik penting, dimana retikulosit merupakan refleksi peningkatan produksi eritrosit pada sumsumtulang. Hitung retikulosit digunakan untuk menilai ketepatan reaksi sumsum tulang terhadap anemia (Hillman, 1995). Pemeriksaan hitung retikulosit dapat dilakukan dengan 2 metode yaitu metode sederhana dengan perhitungan manual serta metode automatik dengan flowcytometri (Lamchiagdhase, 2000). Metode manual dikerjakan dengan menghitung jumlah retikulosit dari 500 eritrosit dan 1000 eritrosit. Metode manual dikerjakan dengan metode flow cytometri. Pengerjaan manual dikerjakan 2 orang analis dengan mengawali uji kesepakatan. Setelah didapat uji kesepakatan, dilanjutkan dengan perhitungan retikulosit selanjutnya. Tabel 3 Rerata hitung Retikulosit metode automatik dan metode manual Metode Minimal Maksimal Mean SD Automatik (flowcytometri) 0,4 6 2,44 1,49 Manual (500 E) 0,5 5 2,06 1,32 Manual (1000 E) 0,5 8 2,25 1,614 Dari tabel 2 didapatkan nilai minimal pada metode manual 0,4 sedang pada metode manual 500 eritrosit dan 1000 eritrosit masing-masing 0,5 dan 0,5. Mean pada ketiga pemeriksaan didapatkan 2,44, 2,06 dan 2,25. Nilai normal retikulosit 0,5-1,5%(Rodak dan Bell, 2002). Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 63 Siep (cit Sumardhika) pernah menganjurkan untuk mendapatkan hitung retikulosit yang akurat pada sampel darah dengan retikulosit rendah harus dilakukan pengamatan jumlah sel yang lebih banyak. Pada nilai retikulosit tinggi perlu dibedakan jenis retikulositnya. Pada orang normal, 61%retikulosit yang beredar di darah tepi merupakan retikulosit grup IV (retikulosit matang) menurut klasifikasi Heilmeyer, + 32% retikulosit grup III, sekitar 75% grup II dan hanya 0,1% grup I (retikulosit sangat muda). Villamor mengatakan sukar untuk mengidentifikasi retikulosit dengan sel darah lain yang dapat disebabkan karena pengecatan DNA dan RNA tidak dapat bertahan lama. Maturitas retikulosit dapat memeberikan estimasi kualitaif abnormalitas eritropoesis, sehingga dapat membantu klasifikasi anemia yang berhubungan dengan aktifitas eritropoesis. Penelitian Watanabe juga menunjukkan adanya peningkatan eritropoesis pada kasus anemia hemolitic autoimun (AIHA) dan kehilangan darah akut (Watanabe, et al., 1994) Tabel 5 Penampilan diagnostik metode manual 500 eritrosit Metode automatik (Flow cytometri) + - Jumlah + 21 4 25 Metode manual (500 e) - 6 9 15 27 13 40 Sensitivitas Diagnostik 500 eritrosit adalah 21/27 = 78% Spesifisitas Diagnostik 500 eritrosit adalah 9/13 = 69% Nilai Ramal Positif metode 500 eritrosit adalah 21/25 = 84% Nilai Ramal Negatif metode 500 eritrosit adalah 9/15 = 60% Metode manual 500 eritrosit bila dibanding dengan metode automatik (flow cytometri) diperoleh Sensitivitas Diagnostik 500 eritrosit 78% dan Spesifisitas Diagnostik 500 eritrosit adalah 9/13 = 69%. Nilai Ramal Positif metode 500 eritrosit 84% serta Nilai Ramal Negatif metode 500 eritrosit adalah 9/15 = 60% Tabel 6 Penampilan diagnostik metode manual 1000 eritrosit Metode automatik (Flowcytometri) + - Jumlah + 21 5 26 Metode manual (1000 e) - 6 8 14 27 13 40 Sensitivitas diagnostik 500 eritrosit adalah 21/27 = 78% Spesifisitas diagnostik 500 eritrosit adalah 8/13 = 61% Nilai ramal positif metode 500 eritrosit adalah 21/26 = 80% Nilai ramal negatif metode 500 eritrosit adalah 8/14 = 57% Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315 64 Nilai sensitivitas diagnostik pada metode manual 500 eritrosit dan 1000 eritrosit terlihat belummendekati 100%. Metode manual 500 eritrosit dan 1000 eritrosit memiliki nilai sensitifitas yang sama yaitu 78%. Untuk nilai spesifisitas lebih tinggi yaitu 69% sedang metode manual 1000 eritrosit yaitu 61%. Hal ini dapat dipahami karena perhitungan 500 eritrosit tidak membutuhkan pengamatan lebih lama bila harus menghitung hingga 1000 eritrosit. Hitung retikulosit secara manual memiliki kemungkinan ketidaktepatan mencapai 25%dan ketidaktepatan ini akan berkurang secara signifikan sesuai peningkatan jumlah retikulosit yang ada. (Stiene dan Koepke, 1998) Hasil yang diperoleh pada metode manual sangat tergantungdari teknik pembuatan sediaan apus dan cara pengecatan yang benar. Untuk mendapatkan sediaan apus yang baik, rasio campuran antara pewarna dan sampel yang dianjurkan adalah sama banyak (Hillman, 1996). Sumber variasi hitung retikulosit manual adalah variasi antar pemeriksa dalam mengidentifikasi retikulosit, besar populasi eritrosit dan area pehitungan sel (Stiene dan Koepke, 1998). Faktor subjektivitas pemeriksa juga sangat mempengaruhi hasil pemeriksaan. Metode automatik dapat terhindar dari unsur subjektivitas pemeriksa. Penelitian WinarnoAA, 2002 menunjukkan ketelitian pemeriksaan hitung retikulosit secara manual di laboratorium patologi klinik RS Dr Sardjito Yogyakarta baik dengan ICC(Inter Class Correlation) 0,7. Demikian pula penelitian Sumardhika, 1999. Kelompok peneliti di Amerika menyebutkan variasi hitung retikulosit secara manual antar laboratorium cukup besar yaitu 25-48% (Stiene dan Koepke, 1998). Keterbatasan metode manual dapat dijumpai pada preparasi sampel dan pembuatan preparat hapus, serta penggunaan alat untuk mereduksi area perhitungan yang ditempatkan pada lensa okuler mikroskop yaitu Miller Disk lebih terstandarisasi dibanding jendela manual (Stiene dan Koepke, 1998). Hal tersebut dapat diatasi dengan pemeriksaan oleh lebih dari satu orang secara tersamar dimana hasilnya tidak boleh berbeda lebih dari 20%. Bila ternyata terdapat perbedaan demikian, pemeriksaan harus diulang oleh orang ketiga juga secara tersamar. Untuk pemeriksaan retikulosit yang kurang dari 10%, seharusnya pemeriksan dilakukan sampai dengan ditemukan minimal 100 retikulosit (kecuali bila hitung retikulosit sangat rendah sehingga tidak praktis dilakukan (Brown, 1993). Beberapa kelemahan yang juga sering dijumpai pada praktek pemeriksaan hitung retikulosit manual adalah waktu dan suhu inkubasi serta mutu cat dan reagensia lain (new methylen blue bersifat lebih stabil dibanding BCB), demikian pula proporsi darah dan cat harus disesuaikan dengan kadar hematokrit (Dacie, 1991). Metode baku emas pada penelitin ini adalah metode automatik yaitu dengan prinsip kerja flow cytometri. Alat ini mempunyai kemudahan dan keunggulan dibandingkan dengan cara manual. Keberadaan alat ini sangat membantu pemeriksaan rutin karena jumlah pemeriksaan sudah sangat banyak dan diperlukan penghematan waktu pemeriksaan, ketepatan hasil serta presisi yang baik dan mempunyai reproduksibilitas yang tinggi (Koeswardani., et al, 2004). Keuntungan yang diperoleh dari pemeriksaan retikulosit dengan metode automatik flowcytometri adalah dapat membedakan antara retikulosit awal dan lanjut. Retikulosit muda biasanya dilepaskan selama episode hemolitik, mengandung lebih banyak RNA dan menunjukkan intensitas yang lebih besar daripada retikulosit tua. Perbedaan intensitas fluoresen memungkinkan perhitungan indeks maturasi lekosit atau fraksi retikulosit imatur. Fraksi retikulosit imatur terbukti berguna dalam klinik tidak hanya pada anemia hemolitik, tetapi juga monitor transplantasi sumsum Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 65 tulang dan kemoterapi sebagai indikator awal pemulihan hemopoesis (Louie dan Parker, 1998). Penelitian yang menunjukkan keuntungan metode flowcyometri yaitu Davies, 1997 yang memperoleh nilai r=0,98 mendekati sempurna untuk metode automatik Coulter STKS Haematology Analyser. Penelitian yang membandingkan metode manual dengan automatik secara jelas tergambar pada penelitian Carter, yang memperoleh korelasi sempurna diantara manual dan FAC (r = 0.98). Namun FACS menunjukkan presisi yang lebih tinggi (CV = 3.1) dari pada metode manual (CV = 11.9) untuk 1 observer, 20.8%untuk banyak observer. Spesimen klinik memperlihatkan kestabilan jumlah retikulosit dalam waktu 6 jam bila disimpan pada suhu 4 derajat Celcius. Perbedaan akan dijumpai bila disimpan hingga 24 jam (Carter., 1989) Perhitungan retikulosit pada sediaan darah tepi merupakan alat yang penting untuk memberikan inforamasi tentang produksi eritrosit pada sum-sum tulang. Awalnya perhitungan retikulosit dilakukan secara manual, dan terbukti memiliki berbagai kelemahan dan reprodusibilitas yang rendah. Rudiger mencoba membandingkan 3 metode dari 130 sampel darah. Alat automatik yang digunakan ABX Pentra, Coulter EPICSXLMCL, dan Coulter STKSHaematology. Korelasi ketiga metod tersebut r=0.84, p<0,001. Sementara CV yang dihasilkan ketiga metode tersebut adalah 6,8%, 4,9%, dan 5,3% (Rudiger., et al, 2000) Penggunaan metode automatik pernah dibandingkan dengan Sysmex RAM-1 dengan hasil korelasi baik r=0,98. Penelitian yang dilakukan Peng tersebut menyarankan perhitungan retikulosit memakai metode automatik karena lebih cepat, lebih akurat dan lebih reprodusibel (Peng., et al, 2001) College of American Pathologists Retikulocyte Project tahun 1985 pernah menilai metode pemeriksaan retikulosit antara metode manual dan automatik. Akhirnya disarankan kedua metode tersebut dapat dipergunakan (Savage., et al, 1989) Kesimpulan 1. Pemeriksaan retikulosit metode manual 500 eritrosit memiliki korelasi yang kuat dengan metode automatik dibanding metode 1000 eritrosit 2. Penampilan diagnostik pemeriksaan retikulosit metode manual 500 eritrosit yaitu sensitivitas diagnostik 78% dan spesifisitas diagnostik 69% 3. Penampilan diagnostik pemeriksaan retikulosit metode manual 1000 eritrosit yaitu sensitivitas diagnostik 78% dan spesifisitas diagnostik 61% 4. Pemeriksaan retikulosit metode manual 500 eritrosit dapat menggantikan Pemeriksaan retikulosit metode manual 1000 eritrosit . 5. Perlu penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih banyak dan kondisi retikulosit yang bervariasi Daftar Pustaka Bell & Rodak. 2002. Hematology: Clinical Principles And Applications. Philadelphia: W. B. Saunders Company. Brown, B. A. 1993. Hematology: Principles and Procedures. Philadelphia; Lea and Febringer. Brown, M. and Wittwer, C., Flow cytometry: principles and Clinical application in He- matology, Clinical Chemistry, 2000, 46:8(B) Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 ISSN: 1410-2315 66 Fraser, AR. FIBMS No. 1: Haematology. SPSeries for Medical Laboratory Technology. First Edition 1995, 1 (Feb): 34. Hilman Robert S, Finch Clement A 1995. Red Cell Manual, 1996. 7 th Edition Philadel- phia: F.A. Davis Company. Henry Jhon Bernard, MD. 1995. Clinical Diagnosis & Management. 18 th Edition W.B. Saunders Company. Hutchison R.E., Davey F.R., Hematopoesis in Henry J.B. (ed) Clinical Diagnosis and Management by Laboratory Methods, Philadelphia, W.B. Saunders, 1996. Jones, N. C. H., Wicakramasinghe, S. N. 1995. Catatan Kuliah Hematologi. Jakarta: EGC. Kjeldsberg, Carl R MD. Practical Diagnosis of Hematologic Disorders. Second Edition Chicago Illinois, ASCP Press, 1995: 18-19. Koeswaedani. R., et al, 2004. FlowCytometri danAplikasi alat hitung Sel Darah Otomatik Technicon H1 dan H3 (Online) Available at http;//www.tempo.co.id/medika. Kurnia, E. 2001. Pengamatan Pemeriksaan Hitung Retikulosit di Instalasi Laboratorium Patologi Klinik RSUP Dr Sardjito Yogyakarta: Program Pendidikan Dokter Spesialis I. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Lamchiagdhase, et al. 2000. Reticulocyte Counting in Thalassemia Using Different Automated Technologies. J Laboratory Hematology. 2000, 6:73-78. Louie, J., Parker, J.W., Flow cytometry, dalam Steine-Martin EA., Letspeich-Stringer CA., and Koepke, JA., Clinical Hematology Mc. Sharry, J.J., Uses of Flow cytometer in Virology, Clinical Microbiology Reviews, 1994. Peng L., et al, 2001. Automated reticulocyte counting using the Sysmex RAM. Clin Lab Haematol. 2001 Apr;23(2):97-102. Rudiger., et al, 2000. Determination of Reticulocytes: Three Methods Compared. J. Clinical Chemistry and Laboratoy Medicine. 2000, 38:245-249 Savage., et al, 1989. Analytic inaccuracy and imprecision in reticulocyte counting: a prel i mi nary report from the Col l ege of Ameri can Pathol ogi sts ReticulocyteProject. J Blood Cells. 1985;11(1):97-112. Sumardhika. 1999. Perbandingan Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual Antara Pengamatan per 1000 dan per 500 Eritrosit. Penelitian Mini, tidak diterbitkan. Yogyakarta: ProgramPendidikan Dokter Spesialis I. Fakultas Kedokteran Uni- versitas Gadjah Mada.Supandiman, I. Hematologi Klinik. Penerbit Alumni, Bandung, 1994: 1-7. Stiene-Martin, E.A., Nonmalignant, Reactive Disorders of Leukocytes, in: Martin, E.A.S., Steininger, C.A.L., Koepke, J.A.(eds), 1998, Clinical Hematology Principles, Procedures, Correlations, 2 nd Ed., Lippincott, Philadelphia, 347 61. Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan... ISSN: 1410-2315 LOGIKA, Vol. 3, No. 1, Januari 2006 67 Watanabe, et al . 1994. Reticulocyte maturity as an indicator for estimating qualitative abnormality of eritropoesis. J Clin Pathol. 1994 Aug;47(8):736-9. Winarno, AA., Setyawati. IPR (Indeks Produksi Retikulosit) pada Berbagai Klasifikasi Anemia. Makalah Bebas Nasional, 2002. Villamor N, et al. Interference of Blood Leucocyte in the Measurement of immature cells (reticulocytes) by Two Different (semi-) automated flow-cytometry Tech- nologies. J Clin Haematology. 1996;18:89-94 Linda Rosita, Pemeriksaan Retikulosit Metode Manual pada pengamatan...