Вы находитесь на странице: 1из 24

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Abortus merupakan suatu masalah kontroversi yang sudah ada sejak sejarah di
tulis orang. Kontroversi karena di satu pihak abortus ada di masyarakat. Abortus atau
lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin
dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar rahim, jika beratnya kurang
dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu karena pada saat ini proses
plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang mengalami abortus, hampir
selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Data dan lapangan menunjukkan bahwa ternyata sekitar 70-80% wanita yang
meminta tindakan aborsi legal ternyata dalam status menikah, karena tidak
menginginkan kehamilannya. Sisanya antara lain dan kalangan remaja puteri, yang
walaupun lebih sedikit namun menunjukkan kecenderungan meningkat, terutama di kota
besar atau di daerah tertentu seperti di Sulawesi Utara dan Bali. Bila ditinjau lebih lanjut,
penyebab kehamilan yang tidak diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB, alasan
ekonomi, kehamilan di luar nikah atau kehamilan akibat perkosaan dan inses.
Kasus abortus disebabkan oleh banyak factor, antara lain kelainan sel telur ibu,
biasanya terjadi di awal kehamilan, kelainan anatomi organ reproduksi ibu misalnya
mengalami kelainan atau gangguan pada rahim, gangguan sirkulasi plasenta akibat ibu
menderita suatu penyakit, atau kelainan pembentukan plasenta, ibu menderita penyakit
berat seperti infeksi yang disertai demam tinggi, penyakit jantung atau paru yang kronik,
keracunan, mengalami kekurangan vitamin berat, antagonis Rhesus ibu yang merusak
darah janin.
Dalam situasi seperti dikemukakan di atas, maka sangatlah penting untuk
melakukan tindakan pencegahan abortus dan penyediaan asuhan paska keguguran yang
berkualitas serta dapat dijangkau oleh semua lapisan masyarakat. Dengan demikian
kejadian abortus dapat dicegah dan kematian akibat komplikasi abortus dapat dikurangi,
yang pada waktunya akan mampu memberikan kontribusi nyata dalam menurunkan AKI.

1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Abortus?
2. Bagaimana konsep dari Abortus?
3. Bagaimana asuhan keperawatn pada pasien dengan kasus Abortus?
2


1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
a. Mengetahui pengertian dari Abortus.
b. Mengetahui konsep tentang Abortus
c. mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Abortus.

1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mengetahui definisi pasien Abortus
b. Mengetahui etiologi pasien Abortus
c. Mengetahui manifestasi klinis pada pasien Abortus
d. Mengetahui pemeriksaan diagnostik pada pasien Abortus
e. Mengetahui penatalaksanaan pada pasien Abortus
f. Mengetahui komplikasi pada pasien Abortus
g. Mengetahui patofisiologi Abortus
h. Mengetahui woc pada Abortus
i. Menambah pengetahuan mahasiswa tentang asuhan keperawatan yang tepat
untuk pasien Abortus



3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Definisi
Gugur kandungan atau aborsi (bahasa Latin: abortus) adalah berhentinya
kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu yang mengakibatkan kematian janin.
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan
(Mochtar Rustam, Sinopsis Obstetri. 1998 : 209).
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Janin belum mampu hidup di luar
rahim, jika beratnya kurang dari 500 g, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu
karena pada saat ini proses plasentasi belum selesai. Pada bulan pertama kehamilan yang
mengalami abortus, hampir selalu didahului dengan matinya janin dalam rahim.
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa
gestasi belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek
liewollyn&Jones, 2002).
Dalam ilmu kedokteran, istilah- istilah ini digunakan untuk membedakan
aborsi:
Spontaneous abortion: gugur kandungan yang disebabkan oleh trauma kecelakaan
atau sebab-sebab alami.
Induced abortion atau procured abortion: pengguguran kandungan yang disengaja.
Termasuk di dalamnya adalah:
o Therapeutic abortion: pengguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut
mengancam kesehatan jasmani atau rohani sang ibu, kadang-kadang dilakukan
sesudah pemerkosaan.
o Eugenic abortion: pengguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat.
o Elective abortion: pengguguran yang dilakukan untuk alasan-alasan lain.
2.2 Klasifikasi
Ada beberapa jenis abortus atau keguguran, yaitu:
2.2.1 Abortus spontanea merupakan abortus yang berlangsung tanpa tindakan, dalam
hal ini dibedakan sebagai berikut:
4

a. Abortus imminen adalah perdarahan bercak yang menunjukkan ancaman
terhadap kelangsungan sauatu kehamilan. Dalam kondisi seperti ini kehamilan
masih mungkin berlanjut atau dipertahankan. (Syaifudin. Bari Abdul, 2000).
Ditandai dengan perdarahan pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu, ibu
mungkin mengalami mulas atau tidak sama sekali. Pada abortus jenis ini, hasil
konsepsi atau janin masih berada di dalam, dan tidak disertai pembukaan
(dilatasi serviks).
b. Abortus insipiens adalah perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dan disertai mulas yang sering dan kuat. Pada abortus jenis ini terjadi
pembukaan atau dilatasi serviks tetapi hasil konsepsi masih di dalam rahim
atau uterus.
c. Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada
kehamilan sebelum 20 minggu. Sementara sebagian masih berada di dalam
rahim. Terjadi dilatasi serviks atau pembukaan, jaringan janin dapat diraba
dalam rongga uterus atau sudah menonjol dari os uteri eksternum. Perdarahan
tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan, sehingga harus
dikuret.
d. Abortus kompletus Pada abortus jenis ini, semua hasil konsepsi dikeluarkan
sehingga rahim kosong. Biasanya terjadi pada awal kehamilan saat plasenta
belum terbentuk. Perdarahan mungkin sedikit dan os uteri menutup dan rahim
mengecil. Pada wanita yang mengalami abortus ini, umumnya tidak dilakukan
tindakan apa-apa, kecuali jika datang ke rumah sakit masih mengalami
perdarahan dan masih ada sisa jaringan yang tertinggal, harus dikeluarkan
dengan cara dikuret.
e. Abortus Servikalis adalah pengeluaran hasil konsepsi terhalang oleh os uteri
eksternum yang tidak membuka, sehingga mengumpul di dalam kanalis
servikalis (rongga serviks) dan uterus membesar, berbentuk bundar, dan
dindingnya menipis.



Gb. 1 abortus spontanea

5

2.2.2 Abortus provokatus
Abortus provokatus merupakan jenis abortus yang sengaja dibuat/dilakukan,
yaitu dengan cara menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh
ibu. Pada umumnya bayi dianggap belum dapat hidup diluar kandungan apabila usia
kehamilan belum mencapai 28 minggu, atau berat badan bayi kurang dari 1000 gram,
walaupun terdapat beberapa kasus bayi dengan berat dibawah 1000 gram dapat terus
hidup.
Pengelompokan Abortus provokatus secara lebih spesifik:
a. Abortus Provokatus Medisinalis/Artificialis/Therapeuticus, abortus yang
dilakukan dengan disertai indikasi medik. Di Indonesia yang dimaksud dengan
indikasi medik adalah demi menyelamatkan nyawa ibu. Syarat-syaratnya:
1) Dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian dan kewenangan
untuk melakukannya (yaitu seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit
kandungan) sesuai dengan tanggung jawab profesi.
2) Harus meminta pertimbangan tim ahli (ahli medis lain, agama, hukum,
psikologi).
3) Harus ada persetujuan tertulis dari penderita atau suaminya atau keluarga
terdekat.
4) Dilakukan di sarana kesehatan yang memiliki tenaga/peralatan yang memadai,
yang ditunjuk oleh pemerintah.
5) Prosedur tidak dirahasiakan.
6) Dokumen medik harus lengkap.

b. Abortus Provokatus Kriminalis, aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya
indikasi medik (ilegal). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan
alat-alat atau obat-obat tertentu.

2.3 Etiologi
Penyebab penyebab terjadinya abosrtus spontanea adalah :
1. Usia di bawah 20 tahun, ibu yang terlalu muda sering kali secara fisik maupun
emosional belum matang. selain pendidikan pada umumnya rendah, ibu yang
masih muda masih tergantung pada orang lain. Keguguran sebagian dilakukan
dengan sengaja untuk menghilangkan kehamilan remaja yang tidak dikehendaki.
6

2. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat Jarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat
menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang
melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan
mengalami peningkatan resiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III,
termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta
dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.
3. Paritas ibu Anak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin
dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.
Paritas 2-3 merupakan paritas paling aman ditinjau dari sudut kematian maternal.
Paritas 1 dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal
lebih tinggi. Risiko pada paritas 1 dapat ditangani dengan asuhan obstetrik lebih
baik, sedangkan risiko pada paritas tinggi dapat dikurangi atau dicegah dengan
keluarga berencana. Sebagian kehamilan pada paritas tinggi adalah tidak
direncanakan..
Penyebab secara umum:
Penyebab dari segi martenal :
Infeksi akut
1. virus, misalnya cacar, rubella, hepatitis.
2. Infeksi bakteri, misalnya streptokokus.
3. Parasit, misalnya malaria.
Infeksi kronis
1. Sifilis, biasanya menyebabkan abortus pada trimester kedua.
2. Tuberkulosis paru aktif.
3. Keracunan, misalnya keracunan tembaga, timah, air raksa, dll.
4. Penyakit kronis, misalnya :
a) hipertensi
b) nephritis
c) diabetes
d) anemia berat
e) penyakit jantung
f) toxemia gravidarum
7

5. Gangguan fisiologis, misalnya Syok, ketakutan, dll.
6. Trauma fisik.

Penyebab yang bersifat lokal:
1. Fibroid, inkompetensia serviks.
2. Radang pelvis kronis, endometrtis.
3. Retroversi kronis.
4. Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil, sehingga menyebabkan hiperemia
dan abortus.
Penyebab dari segi J anin
Kematian janin akibat kelainan bawaan.
Mola hidatidosa
Penyakit plasenta dan desidua, misalnya inflamasi dan degenerasi
Adapun etiologi dari abortus prokatus adalah :
Abortus Provokatus Medisinalis
Abortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang
terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
Mola Hidatidosa atau hidramnion akut.
Infeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
Penyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan
adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya
pada tubuh seperti kanker payudara.
Prolaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
Telah berulang kali mengalami operasi caesar.
Penyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung
organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif,
toksemia gravidarum yang berat.
Penyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai
komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
Epilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
Hiperemesis gravidarum yang berat, dan chorea gravidarum.
8

Gangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti
ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.
Abortus Provokatus Kriminalis
Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada
beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya:
Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil.
Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak
lagi.
Kehamilan di luar nikah.
Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga.
Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat.
Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar
keluarga).
Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk
tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.
2. 4 Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
dalam uterus. Kemudian uterus berkontraksi untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada kehamilan kurang dari 8 minggu, villi korialis belum menembus desidua secara
dalam jadi hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Pada kehamilan 8 sampai 14
minggu, penembusan sudah lebih dalam hingga plasenta tidak dilepaskan sempurna dan
menimbulkan banyak perdarahan. Pada kehamilan lebih dari 14 minggu janin
dikeluarkan terlebih dahulu daripada plasenta hasil konsepsi keluar dalam bentuk seperti
kantong kosong amnion atau benda kecil yang tidak jelas bentuknya (blightes
ovum),janin lahir mati, janin masih hidup, mola kruenta, fetus kompresus, maserasi atau
fetus papiraseus.

2.5 Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu.
9

2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran menurun, tekanan
darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan
normal atau meningkat.
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan hasil konsepsi.
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri pingang akibat
kontraksi uterus.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes kehamilan positif jika janin masih hidup dan negatif bila janin sudah mati
2. pemeriksaan Dopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. pemeriksaan fibrinogen dalam darah pada missed abortion Data laboratorium tes
urine, hemoglobin dan hematokrit, menghitung trombosit
4. kultur darah dan urine
5. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
Adakah disertai bekuan darah
Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
Apakah tampak jaringan keluar ostium
Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari usia kehamilan
Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
Adakah terasa tumor atau tidak
Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak
10


2.7 Penatalaksanaan
1. Abortus Iminens
a. Istirahat baring
Merupakan unsur penting dalam pengobatan, karena cara ini menyebabkan
bertambahnya aliran darah ke uterus dan berkurangnya rangsangan mekanis.
b. Menerangkan pasien agar tidak gelisah dan khawatir
c. Semua pengeluaran dari vagina, pembalut wanita, kain yang terkena darah harus
diperhatikan kepada dokter atau petugas kesehatan untuk mengetahui apakah ada
jaringan yang keluar dari vagina,
d. Membersihkan vulva minimal 2 x sehari dengan cairan antiseptic untuk mencegah
infeksi.
e. Memberikan obat penenang biasanya 3 x 30 mg sehari dan preparat hernatinik
misalnyasulfas farosus 600 1000 mg sehari.
f. Test kehamilan dapat dilakukan, bila negatif mungkin janin sudah mati.
g. Jangan melakukan klisma karena dapat merangsang kontraksi uterus. Apabila
terjadi obstipasi dapat diberikan laksan ringan dapat juga berbentuk Supositoria.
Dianjurkan untuk menunggu 48 jam setelah pasien membaik, baru merangsang
peristaltic usus.
h. Denyut nadi dan suhu badan diperiksa 2 x sehari bila tidak panas, tiap 4 jam sekali
jika pasien panas.
j. Dianjurkan untuk istirahat secara fisik dan mental dengan istirahat baring sampai
2/3 hari setelah perdarahan berhenti.
k. Pemeriksaan dalam spekulum perlu untuk melihat kemungkinan adanya lesi
cerviks.
l. Diet tinggi protein dan tambahan zat besi dan vitamin G.
m. Setelah lepas dari perawatan, pasien harus banyak istirahat, mengurangi kegiatan
fisik, jangan dulu mengangkat beban berat, menghindari kelelahan dan ketegangan
jiwa, 2-3 minggu setelah lepas perawatan jangan melakukan senggama. Bila terjadi
perdarahan ulang, segera istirahat baring dan lapor segera ke petugas kesehatan.
2. Abortus Incomplete
a. Bila disertai syok karena perdarahan segera berikan infuse NaCl atau cairan ringer
dilanjutkan dengan transfuse!
b. Setelah syok teratasi lakukan kerokan untuk mengeluarkan sisa konsepsi.
11

c. Pasca tindakan diberi suntikan ergometrin 6,2 mg Intra muskuler,
d. Bila pasien dalam keadaan anemi beri obat hematinik, sulfas ferroscus dan vitamin
C.
e. Diberikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
3. Abortus kompletus
a. Bila kondisi baik berikan ergometrin 31 tablet selama 3-5 hari.
b. Bila pasien anemi berikan hematinik, jika terlalu anemi bisa dipertimbangkan
transfuse.
c. Antibiotik untuk cegah infeksi.
d. Dianjurkan makan makanan tinggi protein, vitamin, mineral.
4. Abortus incipiens .
a. Sebelum dokter mendiagnosis sebagai abortus Incipiens, maka harus ditangani
sebagai abortus Iminens, kecuali bila perdarahan banyak suntikan ergometrin 0,5
mg Intra muskuler, dan apapun yang keluar dari vagina ditunjukkan pada dokter.
b. Apabila perdarahan tidak banyak dapat ditunggu terjadinya abortus spontan,
pertolongan dalam keadaan ini berlangsung dalam 36 jam. Morfin sangat berguna
disamping menghilangkan rasa sakit dapat merelaksasi cerviks sehingga
memudahkan ekspulsinya hasil konsepsi.
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu adalah dengan segera melakukan
pengosongan uterus.
d. Pemberian infus oksitosin dapat mempercepat proses abortus. Digunakan pada
kehamilan lebih dari 12 minggu karena biasanya perdarahan tidak banyak dan
bahaya perforasi pada saat kerokan lebih besar. Pemberian oksitosin 10 unti dalam
500 ml dekstrose 5 % dimulai 8 tetes/ menit dinaikkan sesuai kontraksi uterus
sampai terjadi abortus komplit. Bila janin sudah keluar tetapi placenta masih
tertinggal sebaiknya pengeluaran placenta secara digital.
e. Bila perdarahan banyak dan pasien harus segera mendapatkan pertolongan dapat
dilakukan pengeluaran jaringan secara digital,
f. Bila dengan demikian masih tertinggal, harus dirujuk ke rumah sakit untuk tindakan
pengosongan uteri,
g. Pengosongan kavum uteri dapat dilakukan dengan kuret vakum / cunam abortus,
h. Suntikan ergometrin 0,5 mg Intra muskuler diberikan jika pengosongan uterus
sudah selesai dilakukan untuk mempertahankan kontraksi uterus.
5. Abortus infeksiosus dan abortus septic
12

a. Bila perdarahan banyak berikan transfusi dan cairan yang cukup.
b. Berikan antibiotik yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan dan uji
kepekaan obat). Berikan suntikan penisillin 1 juta tiap 6 jam berikan suntikan
streptomycin 500 mg setiap 12 jam atau antibiotik spectrum luas lainnya.
c. 24 sampai 48 jam setelah dilindungi dengan antibiotik atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan banyak lakukan dilatasi dan kuretase untuk mengeluarkan hasil
konsepsi.
d. Infuse dan pemberian antibiotik diteruskan menurut kebutuhan dan kemajuan
penderita.
e. Pada abortus septic terapi sama saja hanya dosis dan jenis antibiotik ditinggikan
dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan
kuman.
f. Tindakan operatif, melihat jenis komplikasi dan banyaknya perdarahan dilakukan
bila keadaan umum membaik dan panas reda.

Penatalaksanaan pasca keguguran
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan, memerlukan asuhan
pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit
Setiap fasilitas kesehatan seyogyanya menyediakan dan mampu melakukan
tindakan pengobatan abortus inkomplit sesuai dengan kemampuannya. Biasanya
tindakan evakuasi/kuretase hanya tersedia di Rumah Sakit Kabupaten. Hal ini
merupakan kendala yang dapat berakibat fatal, bila Rumah Sakit tersebut sulit dicapai
dengan kendaraan umum. Sehingga peningkatan kemampuan melakukan tindakan
pengobatan abortus inkomplit di setiap tingkat jaringan pelayanan sesuai dengan
kemampuannya akan mengurangi risiko kematian dan kesakitan.
Tindakan pengobatan abortus inkomplit meliputi :
Membuat diagnosis abortus inkomplit
.Melakukan konseling tentang keadaan abortus dan rencana pengobatan.
Menilai keadaan pasien termasuk perlu atau tidak dirujuk.
Mengobati keadaan darurat serta komplikasi sebelum dan setelah tindakan.
Melakukan evakuasi sisa jaringan dari rongga rahim.
Seminar
13

2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi Pasca keguguran
Kesuburan segera kembali setelah 12 hari pascaabortus. Untuk itu pelayanan
kontrasepsi hendaknya merupakan bagian dari pelayanan Asuhan Pascakeguguran.
Secara praktek hampir semua jenis kontrasepsi dapat dipakai pascaabortus.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu
Kejadian abortus hendaknya dijadikan kesempatan untuk memperhatikan segi
lain dari Kesehatan Reproduksi. Misalnya masalah Penyakit Menular Seksual (PMS)
dan skrining kanker ginekologik termasuk kanker payudara.

2.8 Pencegahan
Adapun upaya upaya penceghan terjadinya abrtus ialah :
1. Yaitu melakukan making pregnancy safer (MPS) dengan 3 pesan kunci yaitu:
a. Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih
b. Semua komplikasi obstetrik dan neonatal mendapat pelayanan adekuat
c. Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi abortus
yang aman.
2. Penuhi ADIK (asam folat, dua asam amino, iron dan kalsium)
Pencegahan abortus provakatus dapat dilakukan dengan cara :
Suatu kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dicegah seandainya pasangan
menggunakan kontrasepsi darurat. Yang dimaksud kontrasepsi darurat adalah
kontrasepsi yang dapat mencegah kehamilan bila digunakan setelah hubungan
seksual. Hal ini sering disebut Kontrasepsi pasca senggama atau morning after
pill atau morning after treatment . lstilah kontrasepsi sekunder atu kontrasepsi
darurat asalnya untuk menepis anggapan obat tersebut harus segera dipakai/
digunakan setelah hubungan seksual atau harus menunggu hingga keesokan harinya
dan bila tidak, berarti sudah terlambat sehingga tidak dapat berbuat apa-apa lagi.
Sebutan kontrasepsi darurat juga menekankan bahwa dalam cara KB ini lebih baik
dari pada tidak ada sama sekali. Namun tetap kurang efektif dibandingkan dengan
cara KB yang sudah ada.

2.9 Komplikasi
Ada pun komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu :
14

1. Perforasi
Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada
kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga
peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak
uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada
dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret
dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan
dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis.
Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi
dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan
suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau
ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera.
2. Luka pada serviks uteri
Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul
sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri
internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan
pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah
kemungkinan timbulnya incompetent cerviks.
3. Pelekatan pada kavum uteri
Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan
sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding
kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat
apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.
4. Perdarahan
Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa
terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi
darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina.
15

5. I nfeksi
Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi
sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran
darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus
kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa
terjadi kehamilan lagi.
6. Lain-lain
Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik
adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam
pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung,
penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat
ditimbulkan pada pemberian prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan
diare.

Komplikasi yang dapat timbul pada janin
Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan,
maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal.
Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin
kemungkinan besar mengalami cacat fisik.

2.10 Prognosis
Menurut Malpas dan Eastman kemungkinan terjadinya abortus lagi pada seorang
wanita ialah 73% dan 83,6%. Sedangkan, Warton dan Fraser dan Llewellyn - Jones
memberi prognosis yang lebih baik, yaitu 25,9% dan 39% (Wiknjosastro, 2007).











16


Gb 2. Curretage

Gb 3. Aborsi

















Gb 4. Etiologi abortus

17

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Biodata:
Mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku
bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya
perkawinan dan alamat
b. Keluhan utama:
Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang
c. Riwayat Kesehatan:
1) Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit
atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid,
pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.
2) Riwayat kesehatan masa lalu
d. Riwayat kesehatan:
e. Riwayat pembedahan:
Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan ,
oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.
f. Riwayat penyakit yang pernah dialami:
Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM , jantung ,
hipertensi , masalah ginekologi/urinary , penyakit endokrin , dan penyakit-penyakit
lainnya.
g. Riwayat kesehatan keluarga:
Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi
mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.
h. Riwayat kesehatan reproduksi:
Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau,
warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta
keluahan yang menyertainya.
i. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas:
Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini,
bagaimana keadaan kesehatan anaknya.
18

j. Riwayat seksual:
Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn
yang menyertainya.
k. Riwayat pemakaian obat:
Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat
lainnya.
l. Pola aktivitas sehari-hari:
Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur,
hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.
3.2 Pemeriksaan fisik, (Johnson & Taylor, 2005 : 39) meliputi :
a. Inspeksi:
Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap
drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh,
pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan
seterusnya
b. Palpasi :
1) Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban
dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.
2) Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi
janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.
3) Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang
abnormal
c. Perkusi:
1) Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan
ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.
2) Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan
pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut
atau tidak
d. Auskultasi:
mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi
jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin


19


3.3. Pemeriksaan laboratorium:
a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smear.
b. Keluarga berencana :
Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien
menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.

3.4 Diagnosa Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d perdarahan pervagina
2. Gangguan rasa nyaman: Nyeri s.d kontraksi uterus
3. Cemas s.d kurang pengetahuan tentang abortus
4. Berduka b.d kehilangan
5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina

3.5 Intervensi Keperawatan
1. Devisit Volume Cairan s.d Perdarahan
Tujuan : Dalam 1x24 jam tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake
dan output baik jumlah maupun kualitas.
Kriteria hasil: Tidak ada perdarahan, intake dan output dalam rentan normal
No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi status hemodinamika Pengeluaran cairan pervaginal sebagai akibat
abortus memiliki karekteristik bervariasi
2 Ukur pengeluaran harian Jumlah cairan ditentukan dari jumlah
kebutuhan harian ditambah dengan jumlah
cairan yang hilang pervaginal
3 Berikan sejumlah cairan pengganti
harian
Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi
perdarahan massif
4 Evaluasi status hemodinamika Penilaian dapat dilakukan secara harian
melalui pemeriksaan fisik
2. Gangguan rasa nyaman : Nyeri s.d Kerusakan jaringan intrauteri
Tujuan : Dalam perawatan 1x24, nyeri klien dapat berkurang atau hilang
Kriteria hasil: Klien tidak meringis kesakitan, klien menyatakan nyerinya berkurang

20

No Intervensi Rasional
1 Kaji kondisi nyeri yang dialami klien Pengukuran nilai ambang nyeri dapat
dilakukan dengan skala maupun dsekripsi.
2 Terangkan nyeri yang diderita klien
dan penyebabnya
Meningkatkan koping klien dalam melakukan
guidance mengatasi nyeri
3 Kolaborasi pemberian analgetika Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat
dilakukan dengan pemberian analgetika oral
maupun sistemik dalam spectrum
luas/spesifik

3. Cemas b.d kurang pengetahuan tentang abortus
Tujuan : Tidak terjadi kecemasan, pengetahuan klien dan keluarga terhadap penyakit
meningkat
Kriteria hasil: RR dalam rentan normal, klien tidak gelisah
No Intervensi Rasional
1 Kaji tingkat pengetahuan/persepsi
klien dan keluarga terhadap penyakit
Ketidaktahuan dapat menjadi dasar
peningkatan rasa cemas
2 Kaji derajat kecemasan yang dialami
klien
Kecemasan yang tinggi dapat menyebabkan
penurunan penialaian objektif klien tentang
penyakit
3 Bantu klien mengidentifikasi
penyebab kecemasan
Pelibatan klien secara aktif dalam tindakan
keperawatan merupakan support yang
mungkin berguna bagi klien dan
meningkatkan kesadaran diri klien
4 Asistensi klien menentukan tujuan
perawatan bersama
Peningkatan nilai objektif terhadap masalah
berkontibusi menurunkan kecemasan
5 Terangkan hal-hal seputar aborsi yang
perlu diketahui oleh klien dan
keluarga
Konseling bagi klien sangat diperlukan bagi
klien untuk meningkatkan pengetahuan dan
membangun support system keluarga; untuk
mengurangi kecemasan klien dan keluarga.

4. Berduka bd kehilangan
Tujuan : Dalam perawatan 1x24 jam, klien dapat mengatasi rasa berdukanya
Kriteria Hasil: Klien tidak marah, menangis, dan menyesali rasa berduka terlalu larut.
No Intervensi Rasional
1 Kembangkan hubungan saling percaya Rasa percaya merupakan dasar unutk suatu
21

dengan pasien. Perlihatkan empati dan
perhatian. Jujur dan tepati semua janji
kebutuhan yang terapeutik.
2 Perlihatkan sikap menerima dan
membolehkan pasien untuk
mengekspresikan perasaannya secara
terbuka

Sikap menerima menunjukkan kepada pasien
bahwa anda yakin bahwa ia merupakan
seseorang pribadi yang bermakna. Rasa
percaya meningkat.
3 Bantu pasien untuk mengerti bahwa
perasaan seperti rasa bersalah dan
marah terhadap konsep kehilangan
adalah perasaan yang wajar dan dapat
diterima selama proses berduka.
Pengetahuan tentang perasaan-perasaan yang
wajar yang berhubungan dengan berduka
yang normal dapat menolong mengurangi
beberapa perasaan bersalah menyebabkan
timbulnya respon-respon ini.
4 Bantu pasien menentukan metoda-
metoda koping yang lebih adaptif
terhadap pengalaman kehilangan.
Berikan umpan balik positif untuk
identifikasi strategi dan membuat
keputusan.
Umpan balik positif meningkatkan harga diri
dan mendorong pengulangan perilaku yang
diharapkan.
5 Dorong pasien untuk menjangkau
dukungan spiritual selama waktu ini
dalam bentuk apapun yang diinginkan
untuknya.
Menguatkan keimanan dan mohon kekuatan
kepada sang Pencipta agar diberi kekuatan
menghadapi masalahnya

5. Resiko tinggi syok hipovolemik b.d perdarahan pervagina
Tujuan: Dalam 1x24 jam perawatan, tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria hasil: Tanda vital (nadi, suhu, tensi, RR) dalam rentan normal.
No Intervensi Rasional
1 Monitor keadaan umum pasien Untuk memonitor kondisi pasien selama
perawatan terutama saat terjadi perdarahan.
Perawat segera mengetahui tanda-tanda
presyok /syok.
2 Observasi vital sign setiap 3 jam atau
lebih
Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign
untuk memastikan tidak terjadi presyok /
syok.
3 Jelaskan pada pasien dan keluarga
tanda perdarahan, dan segera laporkan
jika terjadi perdarahan
Dengan melibatkan pasien dan keluarga maka
tanda-tanda perdarahan dapat segera
diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat
22

dapat segera diberikan.
4 Kolaborasi : Pemberian cairan
intravena
Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi
kehilangan cairan tubuh secara hebat.
5 Kaji tanda-tanda dehidrasi Dehidrasi merupakan salah satu tanda syok
hipovolemik





23

BAB 4
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Abortus atau lebih dikenal dengan istilah keguguran adalah pengeluaran hasil
konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar rahim. Penyebab dari keguguran adalah
multifaktor, salah satunya kelainan sel telur pada awal kehamilan.

3.2 Saran
Semua wanita yang mengalami abortus, baik spontan maupun buatan,
memerlukan asuhan pascakeguguran. Asuhan pascakeguguran terdiri dari:
1. Tindakan pengobatan abortus inkomplit dengan segala kemungkinan komplikasinya.
2. Konseling dan pelayanan kontrasepsi pascakeguguran.
3. Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu


24

DAFTAR PUSTAKA


http://pastakyu.wordpress.com/2010/01/21/asuhan-keperawatan-kehilangan-dan-berduka/,
diakses tanggal 20 November 2011 jam 19.38
http://yoedhasflyingdutchman.blogspot.com, diakses tanggal 20 November 2011 jam 19.40

Вам также может понравиться