Вы находитесь на странице: 1из 11

1

KONSERVASI GEOLOGI DAN GEOWISATA :


ALTERNATIF PENGEMBANGAN POTENSI
SUMBER DAYA GEOLOGI SECARA BERKESINAMBUNGAN

Oleh :
Dr. Yunus Kusumahbrata, Museum Geologi Bandung, Jl. Diponegoro 57
Bandung

Pendahuluan
INDONESIA, sejak dahulu kala dikenal sebagai zamrud khatulistiwa,
untaian mutiara dari timur karena kekayaan alamnya yang berlimpah, baik di
wilayah daratan maupun perairan. Sumber daya alam yang berlimpah tersebut
mencakup aneka ragam sumber daya hayati dan nir-hayati yang tersebar luas di
seluruh nusantara. Sumber daya alam nir-hayati yang dikenal pula sebagai
sumber daya geologi, mempunyai peran sangat penting untuk menunjang
berbagai sektor pembangunan.
Selain bahan tambang seperti minyak dan gasbumi, batubara, panas
bumi, aneka ragam mineral, dan air, sumber daya geologi dapat pula berwujud
sebagai fenomena alam geologi yang indah, unik dan langka yang bernilai tinggi.
Fenomena geologi tersebut bervariasi bentuknya, mulai dari kawasan yang
memiliki keindahan bentang alam (landscape) di permukaan (gunung, lembah,
sungai, danau, telaga) (Foto 1, 2, 3, 4) singkapan berbagai jenis batuan langka
(Foto 5), singkapan batuan berfosil langka dan fenomena alam spektakuler
lainnya di bawah permukaan, seperti gua-gua kars yang dihiasi aneka ragam
ornamen kalsit berupa stalaktit, stalagmit, batu aliran dan sebagainya (Foto 6, 7).









2































Foto 1 : Kawah Ratu di puncak G. Tangkuban Parahu memperlihatkan kaldera
yang dibatasi dinding terjal telah menjadi objek geowisata populer.

Foto 2 : Ngarai Sianok di Bukittinggi merupakan objek geowisata yang sangat
menarik apabila dijelaskan secara geologis. Lembah ini terbentuk akibat dinamika
pergerakan Sesar Sumatera.

Foto 3 : Situ Patengan dengan keindahan pemandangan alam spektakuler khas
daerah pegunungan beudara sejuk telah menjadi objek wisata alam yang ramai
dikunjungi.

Foto 4 : Monumen batuan tufa pasiran (ignimbrite) sisa penambangan di sekitar
Lembang yang merupakan bukti terjadinya letusan dahsyat Gunung Sunda perlu
dilestarikan sebagai objek geowisata.

3
































Foto 6 : Fenomena di dalam Gua Petruk berupa pembentukan undak-undak kalsit
(gourdam) akibat rekristalisasi larutan jenuh CaCO
3
. Berbagai jenis ornamen gua di
kawasan Kars cukup menarik untuk wisata penjelajahan gua (speleolgy).

Foto 5 : Fenomena geologi yang
unik, langka dan bernilai ilmiah tinggi
di Tanjung Layar, Banten berupa
singkapan batuan Formasi Cimapag
memperlihatkan bentuk lipatan,
patahan dan longsoran berskala
raksasa di bawah laut

4


















Pembentukan beraneka ragam fenomena alam geologi tersebut dikontrol
oleh serangkaian proses dinamika kebumian yang khas, unik dan cukup
kompleks dalam rentang waktu jutaan tahun. Dari sudut pandang para ahli ilmu
kebumian, wilayah Indonesia merupakan tempat berlangsungnya pertemuan
(interaksi) antara 3 (tiga) mega lempeng dunia, yaitu : Lempeng Asia yang relatif
statis, Lempeng Indo-Australia yang relatif bergerak ke utara dengan kecepatan
sekitar 6-8 cm/tahun menunjam dibawah Lempeng Asia, dan Lempeng Pasifik
yang relatif bergerak ke barat menunjam ke bawah lempeng Asia. Keberadaan
fenomena geologi tersebut seyogyanya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin
sebagai sumber daya untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun
mendukung pengembangan objek wisata alam beraspek geologi yang lebih
dikenal sebagai geowisata.


Foto 7 : Fenomena geologi
yang unik, langka dan
bernilai ilmiah tinggi di
Pegunungan Jayawijaya
memperlihatkan singkapan
batuan tua, hamparan
gletser tropis, dan danau-
danau di lembah yang
terbentuk akibat patahan

5
Dalam upaya mendukung pelestarian alam, lingkungan hidup, mitigasi
bencana dan konservasi sumber daya alam nir-hayati, Badan Geologi
mempunyai tugas menyediakan berbagai bentuk informasi geologi untuk
kepentingan sektor pembangunan terkait. Selain sektor pertambangan, energi
dan pekerjaan umum, salah satu sektor yang memerlukan informasi geologi
adalah sektor adalah pariwisata, khususnya untuk mendukung pengembangan
wisata alam. Seperti yang dilaporkan World Trade Organization (WTO, 1994),
Getz (1991) dan Lawson, & Bovy, 1997, bahwa sejak awal tahun 1990-an,
paradigma industri kepariwisataan dunia ditandai dengan pesatnya pertumbuhan
minat wisatawan kembali ke alam (back to nature, go green atau greenspeak).
Trend tersebut menunjukan mulai munculnya kesadaran, penghargaan dan
penghayatan wisatawan terhadap alam dan lingkungannya. Tumbuhnya minat
tersebut, membuka peluang terhadap pengembangan sumber daya geologi
kepariwisataan yang ada di daerah

INFORMASI GEOLOGI SEBAGAI BASIS DATA PENGEMBANGAN WISATA
KEBUMIAN GEOWISATA

Selama kurun waktu lebih dari 30 tahun, berbagai survei, penyelidikan dan
penelitian geologi telah dilakukan oleh unit-unit teknis di lingkungan Badan
Geologi dan telah menghasilkan aneka ragam informasi geologi yang sebagian
diantaranya dipublikasikan dalam berbagai bentuk, seperti jurnal, buletin, laporan
penelitian, peta-peta, dan lain sebagainya. Informasi geologi yang telah
terkumpul tersebut merupakan basis informasi dalam mengembangkan suatu
objek wisata alam menjadi objek geowisata.

Mengingat geologi merupakan ilmu yang relatif belum tersosialisasikan dengan
baik untuk masyarakat umum, maka dalam upaya memanfaatkan informasi
geologi untuk pengembangan geowisata perlu ada kesamaan persepsi
mengenai beberapa peristilahan (terminologi) yang mengandung
makna/pengertian khusus, diantaranya adalah :


6
a) Geosite adalah situs geologi yang terbentuk secara alami dan
mengandung komponen keragaman geologi tertentu yang unik, langka
dan benilai keilmuan tinggi (Komoo, 2003).
b) Geotope adalah objek atau bagian tertentu yang terbentuk secara alami di
permukaan bumi yang memiliki ciri geologi dan geomorfologi bersifat luar
biasa (outstanding) sehingga perlu dilindungi dari pengaruh-pengaruh
kegiatan manusia (anthropogenic) yang dapat merusak keberadaannya
(Komoo, 2003).
c) Geoheritage adalah warisan geologi yang terbentuk secara alami dan
memiliki nilai tinggi karena merepresentasikan rekaman proses geologi
yang saling berhubungan sehingga secara keilmuan merupakan bagian
penting dari sejarah dinamika bumi (Komoo, 2003).
d) Geopark merupakan konsep pengembangan kawasan yang dipromosikan
UNESCO dimana beberapa sumber daya geoheritage yang terletak
berdekatan di wilayah terbangun dikelola dengan cara mengintegrasikan
prinsip-prinsip konservasi dan rencana tata ruang eksisting dari
pemerintah (Komoo, 1993).
e) Konservasi Geologi adalah suatu upaya untuk mengelola, menjaga,
melindungi, dan melestarikan keberadaan beberapa kawasan di wilayah
Indonesia yang mempunyai keunikan, kelangkaan dan keajaiban
fenomena alam yang bernilai tinggi ditinjau dari aspek geologi.
f) Kawasan Lindung Geologi atau Cagar Alam Geologi adalah suatu
kawasan yang memiliki karakteristik geologi yang khas, unik dan langka
sehingga ditetapkan sebagai kawasan yang dicagar dan dilindungi agar
keberadaan fenomena alam geologi tersebut dapat dilestarikan serta
dimanfaatkan secara berkesinambungan dan berwawasan lingkungan.
g) Geowisata adalah suatu kegiatan wisata alam yang diselenggarakan
secara bertanggung jawab di suatu kawasan yang dilindungi dengan
memanfaatkan informasi geologi beraspek geodiversity untuk
menjelaskan proses pembentukan suatu keindahan, keunikan dan
kelangkaan objek wisata alam. Agar dapat dipahami oleh masyarakat

7
umum, maka informasi geologi tersebut hendaknya dapat dikemas secara
sederhana dalam bahasa populer.
h) Ekowisata adalah suatu kegiatan wisata alam dan budaya berbasis
komunitas lokal (community based tourism) yang diselenggarakan secara
bertanggungjawab di suatu kawasan yang dilindungi dengan
memanfaatkan aspek biodiversity, geodiversity dan cultural diversity.
Ekowisata memperlihatkan suatu interaksi harmonis dalam pemanfaatan
potensi alam dan lingkungan secara terbatas dan berkesinambungan
sehingga memberikan kesejahteraan bagi masyarakat disekitar kawasan.


GEOWISATA

Sebagai suatu bentuk kegiatan, di dalam geowisata sendiri dikenal pula
beberapa peristilahan khusus seperti volkanowisata (wisata gunungapi),
speleowisata (wisata penelusuran gua), wisata arung sungai/jeram (white-water
rafting), dan lain sebagainya. Peristilahan tersebut sesungguhnya memiliki
persamaan dalam penggunaan daya tarik keindahan, kelangkaan dan keunikan
fenomena alam sebagai muatan utama berwisata. Perbedaannya adalah dalam
penonjolan ciri khas dalam karakter alami masing-masing kegiatan wisata. Oleh
karena pengembangan geowisata di Indonesia masih berada pada tahapan awal
pencarian bentuk, maka sampai saat ini belum ada referensi yang
menstandarisasi bagaimana kegiatan geowisata harus lilakukan. Informasi
geologi sebagai muatan utama geowisata belum muncul ataupun belum
dimanfaatkan secara optimal untuk menambah bobot penyelenggaraannya.
Namun demikian, berdasarkan hasil analisis data dan informasi objek geowisata
di Indonesia dan pengalaman dalam menginterpretasi suatu objek wisata alam
kebumian, berikut ini adalah kriteria yang diusulkan untuk dapat digunakan
sebagai acuan dasar klasifikasi objek-objek geowisata (Kusumahbrata, 1998):



8
a. Keindahan
Objek wisata alam harus bersifat indah dipandang, nyaman, mampu
memberikan suasana tenang, tenteram, sehingga dapat memanjakan
panca indera.
b. Keunikan
Secara geologis objek wisata alam mempunyai sejarah proses
pembentukan yang khas sehingga bersifat unik.
c. Kelangkaan
Objek jarang dijumpai di tempat lain
d. Tantangan
Objek wisata alam memiliki variasi bentang alam tertentu dengan
berbagai tingkat kesulitan rintangan penjelajahan.

Objek wisata alam yang memiliki kriteria tersebut di atas dapat diklasifikasikan
sebagai objek geowisata unggulan yang memiliki potensi besar untuk
dikembangkan. Selanjutnya, jika hasil inventarisasi geologis telah menunjukan
keberadaan suatu objek geowisata unggulan, maka objek atau fenomena
geologi tersebut harus secepatnya dilindungi atau dilestarikan (dikonservasi)
dengan mengedepankan pemanfaatannya secara berkesinambungan.

PROSPEK PENGEMBANGAN GEOWISATA DI INDONESIA
Sebagai hasil proses dinamika bumi, tataan geologi Indonesia yang merupakan
busur kepulauan tersebut memiliki bentang alam yang indah dengan berbagai
jenis batuan yang muncul akibat evolusi kerak bumi sehingga menghasilkan :
a. Kawasan yang memiliki bentang alam indah, unik, langka dan berfungsi
sebagai penyeimbang lingkungan
b. Kawasan yang disusun oleh berbagai jenis batuan langka, unik dan khas.
c. Kawasan yang memiliki jenis fosil langka, unik dan khas.
d. Kawasan Kars Kelas 1 yang memiliki jaringan gua dengan berbagai
ornamen kalsit yang indah, unik , langka dan aliran sungai bawah tanah.

PERMASALAHAN

9
Adalah suatu kenyataan bahwa sampai saat ini banyak fenomena alam
spektakuler yang secara geologis bernilai tinggi karena keindahan, keunikan dan
kelangkaannya berada dalam keadaan terancam akibat belum optimalnya
arahan pemanfaatan ruang. Sehingga, apabila dibiarkan begitu saja tanpa ada
upaya untuk melindunginya, maka fenomena alam tersebut akan mengalami
kerusakan atau mungkin hancur tanpa bekas. Dampak kerusakan tersebut akan
bersifat permanen karena tidak akan pernah tergantikan lagi dalam skala waktu
kehidupan manusia. Akibatnya, selain tidak dapat dimanfaatkan secara
berkesinambungan untuk mendukung pembangunan, generasi yang akan
datang tidak akan pernah memiliki kesempatan untuk menikmati fenomena alam
spektakuler tersebut. Dengan mempertimbangkan kemungkinan rusak, hancur
ataupun hilangnya suatu fenomena alam geologi yang spektakuler, indah, unik,
langka dan bernilai tinggi, maka diperlukan suatu upaya konservasi untuk
melindungi dan melestarikan keberadaan beberapa kawasan di Indonesia yang
memiliki tatanan geologi seperti tersebut diatas dalam bentuk kawasan Cagar
Alam Geologi atau Kawasan Lindung Geologi.
Bennet & Doyle (1996) telah mengemukaakan pentingnya konservasi
geodiversity karena beberapa alasan, antara lain:
a) Kenyamanan dan kesejahteraan kehidupan manusia sangat terkait erat
dengan sumber daya yang dimiliki bumi.
b) Kita membutuhkan sumber daya alam yang dapat bertindak sebagai
laboratorium ristek untuk mencerdaskan generasi mendatang
c) Dibutuhkan situs-situs alam yang bernilai keilmuan tinggi untuk referensi
nasional dan internasional.
d) Batuan menentukan karakter dan bahkan mengontrol perkembangan
bentang alam dan habitat di kawasan tersebut.
e) Informasi geologi sangat berpengaruh terhadap tata ruang dan tata guna
lahan, eksploitasi mineral ekonomi, dan lokasi serta karakter arsitektur
kawasan perkotaan.

Dengan diterbitkannya UU No. 26 Tahun 2007 tentang Tata Ruang
Nasional, dimana aspek Konservasi Sumber Daya Geodiversity wajib
diperhatikan dalam perencanaan tata ruang, disusul dengan diluncurkannya
Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional (RTRWN) yang menegaskan kedudukan Kawasan Lindung Nasional

10
dalam perencanaan tata ruang (Bagian Kedua, Paragraf 1 dan 2, Pasal 51-62)
maka Geowisata dan Ekowisata di Indonesia akan memasuki era baru yang
menjanjikan karena mendapat perlindungan payung hukum yang kuat sebagai
landasan pengembangannya di masa datang.

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI GEOLOGI
Apabila suatu kawasan telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi geologi,
maka statusnya dapat ditingkatkan dengan suatu peraturan menjadi Kawasan
Cagar Alam Geologi yang akan dikelola secara bersama-sama oleh lembaga
tertentu dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :
a. Melindungi keanekaragaman nirhayati, seperti jenis, wujud, keunikan dan
asal usul proses pembentukannya bagi kepentingan ilmu pengetahuan,
ekosistem, pariwisata, dan sosial ekonomi.
b. Mengidentifikasi dan memahami kemungkinan terjadinya kerusakan di
kawasan konservasi akibat proses pembangunan dan menentukan
tindakan antisipatif untuk mengurangi dampak kerusakan yang telah
terjadi.
c. Memanfaatkan kawasan tersebut sebagai sarana penelitian, pendidikan
dan pelatihan, serta laboratorium kajian permasalahan lingkungan yang
lebih luas untuk pembangunan berkelanjutan.
d. Memanfaatkan keberadaan kawasan konservasi geologi tersebut sebagai
keunggulan komparatif yang mempunyai nilai tambah untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat secara bijaksana dan
berkelanjutan dengan penerapan konsep pemberdayaan masyarakat.

PENUTUP

Guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerusakan terhadap fenomena
alam geologi yang khas, indah, unik, langka dan bernilai tinggi perlu dilakukan
langkah tindak sebagai berikut :

11
1. Melakukan reinventarisasi dan kajian rinci terhadap sebaran kawasan
yang memiliki tatanan geologi yang khas dan bernilai tinggi melalui
kerjasama dengan pihak-pihak terkait secara multidisiplin dan lintas
sektor.
2. Melakukan kajian rinci untuk mendelineasi batas kawasan konservasi
geologi secara akurat sehingga dapat memunculkan kawasan inti yang
secara teknis benar-benar mewakili. Upaya ini diharapkan dapat
meminimalkan luas kawasan konservasi tanpa mengurangi makna serta
kepentingannya bagi ilmu pengetahuan, pendidikan dan pembangunan
ekonomi masyarakat, serta mengurangi kemungkinan terjadinya benturan
dari berbagai kepentingan.


REFERENSI

Bennet, M.R., & Doyle, P., 1996. In Bennet, M.R., Doyle, P., Larwood, J.G., & Prosser, C.D.
(eds), Geology On Your Doorstep, Geological Society, London, p. 3-10.
Getz, D., 1991. Festival, Special Event and Tourism, USA, Van Nostrand Reinhold, 2
nd
Ed., 204
hal.
Goodal, B., & Asworth, G., 1998. Marking in the Tourism Industry: The Promotion of Destination
Regions, London & New York, Routledge, 275 hal.
Kusumahbrata, Y., 1998. Potensi Pengembangan Geowisata, Proceeding Lokakarya Geowisata
II, Puslitbang Geologi, Bandung, 112 hal.
Komoo, Ibrahim., 1993. Conservation Geology: Protecting Hidden Treasures of Malaysia, ASM
Inaugural Lectures, LESTARI, University Kebangsaan Malaysia, 51 hal.
Lawson, F., and Bovy, B., 1997. Tourism and Recreation Development, CBI Publ. Co., Boston,
207 hal.
WTO, 1994. Global Tourism Forecast to the Year 2000 and Beyond: East Asia and Pacific, Vol.
4, Madrid.

Вам также может понравиться