Вы находитесь на странице: 1из 31

PTK MENINGKATKAN KEMAMPUANN BERBICARA

MELALUI METODE BERMAIN PERAN



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Perkembangan berpikir anak usia Taman Kanak-kanak atau Pra Sekolah juga
yang disebut dengan masa keemasan ( golden age ) berkembang sangat
pesat.Perkembangan intelektual anak sangat pesat terjadi pada kurun waktu usia nol
sampai usia pra sekolah. Masa usia Taman Kanak-Kanak itu dapat disebut sebagai
masa peka belajar. Dalam masa-masa ini segala potensi kemampuan anak dapat
dikembangkan secara optimal, tentunya dari bantuan orang-orang yang berada di
lingkungan anak-anak tersebut, misalnya dengan bantuan orang tua dan guru. Salah
satu kemampuan anak yang sedang berkembang pesat saat usia taman kanak-kanak
adalah kemampuan berbahasa.
Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak.
Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir.
Perkembangan bahasa anak usia taman kanak-kanak memang masih jauh dari
sempurna, namun demikian potensinya dapat di rangsang lewat komunikasi yang aktif
dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan
orang-orang yang dekat dengan anak-anak akan mempengaruhi dalam ketrampilan
berbicara dan berbahasa. Di TK guru merupakan salah seorang yang dapat
mempengaruhi perkembangan bahasa anak. Guru taman kanak-kanak harus dapat
mengupayakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat mengembangkan
kemampuan berbahasa anak.
Pengembangan kemampuan berbahasa anak di TK ASY-SYIFA Gunung Selan
Argamakmur merupakan prioritas dan merupakan tujuan dari sekolah. Namun pada
kenyataannya masih banyak permasalahan yang muncul dan teridentifikasi dalam
pelaksanaan program tersebut. Permasalahan yang dapat teridentifikasi antara lain:1)
hasil belajar yang kurang memuaskan pada kegiatan menyanyi; 2) anak pasif dalam
kegiatan bercakap-cakap; 3) kurangnya minat anak dalam bermain peran; 4)
kurangnya kemampuan anak dalam berbicara.
Dari keempat masalah yang teridentifikasi tersebut maka permasalahan yang
akan dipecahkan adalah kurangnya kemampuan anak dalam berbicara. Hal ini dapat
terlihat dari data bahwa dari 20 orang siswa hanya 8 orang yang bisa aktif dalam
kegiatan sementara 12 orang yang lainnya mengalami permasalahan. Penyebab dari
masalah tersebut adalah kemungkinan metode yang digunakan guru dalam kegiatan
pembelajaran kurang tepat. Masalah kurangnya kemampuan anak dalam berbicara
dapat diupayakan dengan menggunakan metode yang tepat yaitu metode bermain
peran, dengan menggunakan metode bermain peran diduga sangat efektif dalam
proses pembelajaran dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam kemampuan
berbicara, dengan asumsi proses yang baik akan membuahkan hasil yang baik pula.


B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas adapun rumasan masalah dalam penelitian
ini adalah: Apakah penggunaan metode bermain peran dapat meningkatkan
kemampuan berbicara anak kelompok B TK.ASY-SYIFA Gunung Selan Argamakmur?

C. TUJUAN PERBAIKAN
Tujuan perbaikan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah
untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B TK Asy Syifa Gunung
Selan melalui metode bermain peran.

D. MANFAAT PERBAIKAN
Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:
1. Bagi anak agar dapat meningkatkan kemampuan berbicara melalui kegiatan
yang bermakna dalam rangka mengembangkan kemanpuan berbahasa.
2. Bagi guru dan teman sejawat :
a) Dapat mengetahui perkembangan anak didik dan dapat mengukur seberapa besar
kemampuan yang telah dicapai oleh anak dan juga dapat mengetahui sejauh mana
minat anak terhadap kegiatan bermain peran
b) Dapat menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam merangsang dan
meningkatkan minat anak dalam bermain peran.
c) Dapat menciptakan beragam media dan kegiatan sesuai situasi dan kebutuhan dalam
bermain peran.
3. Manfaat bagi sekolah:
a) Dapat meningkatkan mutu pendidikan;
b) Menghasilkan anak didik yang kompeten;
c) Dapat membentuk kepibadian anak dan menjadi sarana bagi anak untuk berinteraksi
sosial dengan teman-teman dan lingkungan sekolah.
4. Manfaat bagi Kepala Sekolah adalah dengan mengadopsi hasil penelitian sehingga
dapat mengembangkan guru-guru untuk dapat lebih mengoptimalkan kemampuan
dalam kegiatan belajar mengajar serta memperbaiki proses pembelajaran dengan
memperhatikan hasil penelitian
ini.




BAB II

KAJIAN PUSTAKA


A. Pengertian Metode Bermain Peran

Pengertian metode bermain peran menurut buku Metode Pengembangan Bahasa
(Universitas Terbuka 2006:7.38) adalah memerankan tokohtokoh atau benda-benda
disekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal (imajinasi) dan
penghayatan terhadap bahan pengembangan yang dilaksanakan.
Metode Bermain Peran ini dikategorikan sebagai metode mengajar yang
berumpun pada metode perilaku yang diterapkan dalam pengajaran Karakteristiknya
adalah adanya kecenderungan memecahkan tugas belajar dalam sejumlah perilaku
yang berurutan, kongkrit dan dapat diamati. Secara eksplisit dapat dikatakan bahwa
bermain peran dapat ditujukan untuk memecahkan masalah-masalah yang
berhubungan dengan antar manusia (human relations problems) yang berkaitan
dengan kehidupan anak didik.
Bermain peran dalam Metode Pengembangan Bahasa (Universitas Terbuka
2006:7.38) bertujuan: 1) melatih daya tangkap; 2) melatih anak berbicara lancar; 3)
melatih daya konsentrasi; 4) melatih membuat kesimpulan; 5) membantu
pengembangan intelegensi dan; 6 ) membantu perkembangan fantasi.
Kegiatan bermain peran disamping fantasi dan emosi yang menyertai
permainan itu, anak juga belajar berbicara sesuai dengan peran yang dimainkan,
belajar bermain dengan baik dan melihat hubungan antara berbagai peran yang
dimainkan bersama.

B. Bermain Peran
Bermain Peran merupakan suatu aktifitas anak yang alamiah karena sesuai
dengan cara berpikir anak usia dini, yaitu berpikir simbolik (menurut teori Piaget).
Banyak ahli yang meneliti dan memberi perhatian terhadap aktivitas ini sehingga
menghasilkan penemuan dan teori yang menjadi dasar keilmuan bagi kajian bermain
peran.
Tahap-tahap perkembangan bermain peran adalah; 1) awal pura-pura; 2) pura-
pura dengan dirinya; 3) pura-pura dengan yang lain; 4) pengganti; 5) pura-pura
dengan obyek atau orang; 6) agen aktif ; 7) urutan yang belum berbentuk cerita; 8 )
urutan cerita; 9) perencanaan.
Menurut Fein dan Smilansky dalam Gunarti (2008,10.18) dalam bermain peran
anak menggunakan simbol, seperti kata-kata, gerakan dan mainan anak mewakili
dunia yang sesungguhnya. Bermain peran sering digunakan untuk melatih ketrampilan
berbicara anak melalui dialog-dialog yang di bawakannya.
Untuk berdialog, sekurang-kurangnya anak harus dapat memahami apa yang
dikatakan kepadanya dan berbicara dengan bahasa yang dapat dimengerti oleh teman
sebayanya. Dengan demikian dalam bermain peran harus mengikuti langkah-langkah
sebagai berikut: 1) menyiapkan naskah, alat, media dan konstum yang akan digunakan
dalam bermain peran; 2) menerangkan teknik bermain peran dengan cara sederhana;
3) memberi kebebasan pada anak untuk memilih peran yang disukainya; 4)
menetapkan peran pendengar (anak yang tidak ikut bermain); 5) menetapkan dengan
jelas masalah dan peranan yang harus mereka mainkan; 6) menyarankan kalimat
pertama yang baik diucapkan oleh pemain untuk memulai; 7 ) menghentikan
permainan pada detik-detik situasi sedang memuncak dan kemudian membuka diskusi
umum.( Gunarti, 2008, 10.19 )
Kunci keberhasilan bermain peran dalam pengembangan bahasa di taman
kanak-kanak adalah anak didik dapat mengekspresikan, berdialog dan berdiskusi
diakhir kegiatan bermain peran yang telah dilaksanakan.

C. Kemampuan Berbicara Melalui Metode Bermain Peran
Kemampuan yang diharapkan dalam penggunaan metode bermain peran dalam
meningkatkan kemampuan berbicara dapat dilaksanakan melalui penguasaan materi,
keterlibatan guru, pemberian motivasi pada anak, mengeksplorasi dan pengayaan.
Upaya peningkatan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran
adalah sebagai berikut: 1) Bermain Peran harus diberikan secara bertahap dan tidak
boleh menilai baik buruk terhadap peran yang dimainkan terutama dalam hal
perasaan anak didik; 2) guru harus mampu sebagai dinamisator sehingga mampu
mengeksplorasi permasalahan dari berbagai dimensi dengan kata lain guru harus bisa
menangkap esensi dan pandangan peserta didik, merefleksinya dan menyesuaikannya
dengan baik; 3) anak didik harus dibuka wawasannya karena terdapat beberapa
alternatif pemeran dalam suatu alur cerita dengan konsekuensi yang menyertainya, 4)
mengkaji ketepatan masalah.( Nurbiana, 2005, 7.6 )
Dengan diterapkannya metode bermain peran diharapkan akan dapat
meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan kegiatan pembelajaran akan
menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah dengan menggunakan
berbagai sumber belajar, anak aktif dan kreatif.



BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN

Penelitian ini adalah penelitian tindakan (action research), dimana menurut
Hisley (1972) Penelitian tindakan merupakan bentuk intervensi skala kecil dalam hal
fungsinya dunia nyata ini (kegiatan nyata di lapangan) dan pemeriksaan dengan
cermat apakah intervensi ini efektif atau tidak. Dengan demikian penelitian tindakan
bukan merupakan eksperimental, tetapi merupakan penelitian yang berdasarkan
permasalahan. Desain rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah mengikuti langkah-langkah yang dikembangkan oleh Kemmis dan McTogart
(Dalam Zuriah:2003;73) yang terdiri dari planning, action, observation dan
reflection, yang selanjutnya dikaji dengan siklus spiral berikutnya. Penelitian
tindakan kelas ini dipilih karena pendekatan ini banyak memberikan manfaat kepada
guru. Sukarya (2000:6) mengemukakan manfaat PTK bagi guru antara lain (1) guru
dapat melihat kembali, mengkaji secara seksama dan menyempurnakan kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan dalam usahanya menemukan kelemahan dalam
proses belajar mengajar dan sekaligus mencari jalan keluar untuk memperbaiki
kelemahan tersebut; (2) guru dapat mengelola kegiatan pendidikan agar menjadi
sesuai dengan kondisi dan perkembangan masyarakat didaerahnya; (3) pelaksanaan
PTK tidak mengganggu kelancaran pelaksanaan pembelajaran di kelas dan juga tidak
menghambat pelaksanaan kurikulum di sekolah, dan (4) dapat menjembatani
kesenjangan antara teori yang bersifat umum, abstrak ,ideal dengan praktik
pembelajaran di kelas yang bersifat spesifik karena teori yang sifatnya umum, abstrak
dan ideal menyebabkan tidak dapat sepenuhnya dapat dilaksanakan dalam praktek,
diperlukan penyesuaian-penyesuaian agar relevan dengan kondisi yang terjadi di kelas
sehingga memberikan manfaat optimal.
A. Subyek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah anak Kelompok B TK Asy-Syifa
Gunung Selan Argamakmur pada semester 1 tahun pelajaran 2010/2011, yang
dilakukan secara kolaborasi antara dua orang guru dan satu orang kepala sekolah.
Jumlah siswa di kelompok B terdiri dari 10 anak laki-laki dan 10 orang anak
perempuan. Adapun tema yang diangkat yaitu Kebutuhan waktu pelaksanaan terdiri
dari 2 siklus dan kedua siklus tersebut dilaksanakan pada tanggal 26 sampai dengan 29
Oktober (siklus 1) dan tanggal 01 sampai dengan 05 November 2010 (siklus 2).
Anak kelompok B berasal dari berbagai masyarakat dan budaya yang berbeda
mereka mayoritas berasal dari orang tua yang memiliki pekerjaan sebagai pedagang,
petani, buruh, wiraswasta dan PNS. Dilihat dari struktur budaya mereka menggunakan
bahasa rejang sebagai alat komunikasi sehari-hari, dan rata-rata beragama islam serta
memiliki hubungan yang sangat akrab diantara sesama mereka.
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan
No Siklus
ke
Tanggal
Pelaksanaan
Kelas Nama Tk
1 I 25 s/d 29 -10-2010 B TK Asy-Syifa
Gunung Selan
Argamakmur
2 II 01 s/d 05-11-2010 B TK Asy-Syifa
Gunung Selan
Argamakmur

B. Deskripsi Persiklus
Untuk melaksanakan penelitian tindakan kelas ini tahap-tahap yang akan
dilaksanakan pada setiap siklus adalah sebagai berikut:
1. SIKLUS I
1) Tahap Perencanaan Kegiatan, meliputi:
a) Rencana yang akan dilaksanakan:
o Menentukan kelas subyek penelitian
o Menyiapkan rencana pembelajaran(skm,skh,materi,alokasi waktu, metode,
pendekatan, alat evaluasi.
o Menetapkan fokus obserfasi dan aspek-aspek yang akan diamati
o Menetapkan jenis data dan cara penggumpulannya
o Menentukan pelaku observasi ,alat bantu observasi ,pedoman obsevasi dan cara
pelaksanaan observasi
o Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi
o Menetapkan criteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pelaksanaan
pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang bersumber pada program semester
kelompok B semester 1 Tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan tindakan siklus 1
direncanakan terdiri dari 5 kali tatap muka, evaluasi dilakukan pada saat
pembelajaran berlangsung. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti bekerja sama
dengan pengamat yaitu teman sejawat dan supervisor. Tugas supervisor adalah untuk
membimbing peneliti dalam kegiatan tutorial sedangkan teman sejawat yang terdiri
dari rekan guru dan kepala sekolah bertugas sebagai penilai, memberikan masukan,
arahan dan membantu merencanakan dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan
Rencana pelaksanaan tindakan siklus 1
1. Kegiatan Awal
o Pendahuluan
o Guru membuka pembelajaran dengan mengunakan apersepsi
o Guru menyampaikan tujuan dan kegiatan hari ini.
2. Kegiatan inti
o Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan dengan memberikan arahan.
o Guru mempersiapkan alat atau bahan yang akan digunakan untuk bermain peran.
o Guru meminta anak untuk bermain peran (fokus pengembangan).
o Guru mengadakan diskusi pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk bertanya, membahas, mencoba dan menggali materi.
3. Kegiatan akhir
o Pada akhir pembelajaran guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan di atas.
o Guru menarik kesimpulan, refleksi dan tindak lanjut.
o Guru menutup pembelajaran
3) Tahap observasi dan evaluasi
Dalam penelitian ini pelaksanaan observasi akan dilaksanakan bersama dengan
pelaksanaan pembelajaran. Observasi ini akan dilakukan oleh observer, dalam hal ini
adalah pelaku tindakan itu sendiri, teman sejawat dan kepala sekolah. Observasi
dilakukan untuk penggumpulan data. Data yang akan dikumpulkan adalah data
kualitatif. Data kualitatif akan dikumpulkan melalui observasi dan evaluasi. Observasi
dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Alat bantu observasi yang akan
digunakan adalah lembar observasi yaitu berupa APKG-1dan APKG-2. Evaluasi akan
dilakukan melalui pelaksanaan proses berbicara anak dalam kegiatan pembelajaran.
4) Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kepala sekolah mengkaji
hasil pelaksanaan pembelajaran. Data yang terkumpul, diolah untuk disederhanakan,
membuat tabulasi data dan menyimpulkan data. Hasil analisis data akan
digunakan sebagai bahan refleksi. Analisis dan refleksi dilakukan setiap setelah
pembelajaran selesai. Hal ini dilakukan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan
suatu tindakan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi ini,
peneliti dan observer dapat melakukun revisi untuk melakukan rencana siklus
berikutnya agar pelaksanaan pembelajaran semakin baik dan diharapkan hasil
pembelajaran meningkat.
Keempat tahapan dalam satu siklus dilakukan berulang hingga 2 siklus untuk
mendapatkan kesimpulan dari yang telah dilakukan, yaitu apakah penggunaan metode
bermain peran dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B TK Asy-
Syifa Gunung Selan Argamakmur.


2. SIKLUS II
1) Tahap Perencanaan Kegiatan, meliputi:
a) Rencana yang akan dilaksanakan:
o Menentukan kelas subyek penelitian
o Menyiapkan rencana pembelajaran (SKM, SKH, materi, alokasi waktu, metode,
pendekatan, alat evaluasi)
o Menetapkan fokus obserfasi dan aspek-aspek yang akan diamati
o Menetapkan jenis data dan cara penggumpulannya
o Menentukan pelaku observasi, alat bantu observasi, pedoman obsevasi dan cara
pelaksanaan observasi
o Menetapkan cara pelaksanaan refleksi dan pelaku refleksi
o Menetapkan kriteria keberhasilan dalam upaya pemecahan masalah.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pelaksanaan
pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang bersumber pada program semester
kelompok B semester 1 Tahun pelajaran 2010/2011. Pelaksanaan tindakan siklus 2
direncanakan terdiri dari 5 kali tatap muka, evaluasi dilakukan pada saat proses
pembelajaran dan perbaikan siklus 2 ini akan dilaksanakan pada tanggal 01 sampai
dengan 05 Nopember 2010. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti bekerja sama
dengan pengamat yaitu teman sejawat dan supervisor. Tugas supervisor adalah untuk
membimbing peneliti dalam kegiatan tutorial sedangkan teman sejawat yang terdiri
dari rekan guru dan kepala sekolah bertugas sebagai penilai, memberikan masukan,
arahan dan membantu merencanakan dalam pelaksanaan kegiatan perbaikan.
Prosedur Kegiatan Pembelajaran/Rencana pelaksanaan tindakan siklus 2.
1. Kegiatan Awal
o Pendahuluan
o Guru membuka pembelajaran dengan mengunakan apersepsi
o Guru menyampaikan tujuan dan kegiatan hari ini.


2. Kegiatan inti.
o Guru menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan dengan memberikan arahan.
o Guru mempersiapkan alat atau bahan yang akan digunakan untuk bermain peran.
o Guru meminta anak untuk bermain peran (fokus pengembangan).
o Guru mengadakan diskusi pembelajaran dengan memberikan kesempatan kepada anak
untuk bertanya, membahas, mencoba dan menggali materi.
3. Kegiatan akhir
o Pada akhir pembelajaran guru mengadakan tanya jawab tentang kegiatan di atas.
o Guru menarik kesimpulan, refleksi dan tindak lanjut.
o Guru menutup pembelajaran
3) Tahap observasi dan evaluasi
Dalam penelitian ini pelaksanaan observasi akan dilaksanakan bersama dengan
pelaksanaan pembelajaran. Observasi ini akan dilakukan oleh observer, dalam hal ini
adalah pelaku tindakan itu sendiri, teman sejawat dan kepala sekolah. Observasi
dilakukan untuk pengumpulan data. Data yang akan dikumpulkan adalah data
kualitatif. Data kualitatif akan dikumpulkan melalui observasi dan evaluasi. Observasi
dilakukan selama proses pembelajaran berlansung. Alat bantu observasi yang akan
digunakan adalah lembar observasi yaitu berupa APKG-1 dan APKG-2. Evaluasi
dilakukan melalui pelaksanaan proses berbicara anak selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.
4) Tahap Refleksi
Pada tahap ini peneliti bersama teman sejawat dan kepala sekolah mengkaji
hasil pelaksanaan pembelajaran. Data yang terkumpul, diolah untuk disederhanakan,
membuat tabulasi data dan menyimpulkan data. Hasil analisis data akan
digunakan sebagai bahan refleksi. Analisis dan refleksi dilakukan setiap setelah
pembelajaran selesai. Hal ini dilakukan untuk menemukan kekuatan dan kelemahan
suatu tindakan perbaikan pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi ini,
peneliti dan observer dapat melakukan revisi untuk melakukan rencana siklus
berikutnya agar pelaksanaan pembelajaran semakin baik dan diharapkan hasil
pembelajaran meningkat.

C. Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Untuk
menggumpulkan data kualitatif, dilakukan melalui observasi dan evaluasi. Evaluasi
pembelajaran dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung, hal ini
dilakukan untuk melihat kemampuan anak berbicara selama pelaksanaan
pembelajaran dan juga untuk melihat interaksi antar siswa atau antara siswa dengan
guru yang dilakukan oleh observer dengan bantuan alat lembar observasi.
Dalam penelitian ini faktor-faktor yang akan diamati dan menjadi fokus
utama untuk diteliti dalam menjawab permasalahan dalam penelitian ini adalah
faktor guru, anak, metode pembelajaran yang berimplikasi untuk meningkatkan hasil
belajar siswa. Faktor utama yang diamati dari guru adalah penguasaan dalam
penggunaan metode bermain peran, yang meliputi:
1) Penguasaan guru pada saat pembukaan, yaitu
o Memberi perhatian pada siswa
o Menarik perhatian siswa
o Pelaksanaan Apersepsi
2) Penguasaan guru pada tahap kegiatan inti, yaitu
o Tahap orientasi
o Tahap implementasi
o Tahap review
3) Penguasaan guru saat penutup
o Menciptakan suasana anak untuk bertanya jawab
o Pelaksanaan post test pembelajaran
Sedang faktor siswa yang diamati adalah sebagai berikut:
1) Respon anak terhadap pembelajaran, meliputi:
o Interaksi antar siswa dan atau dengan guru
o Keaktifan anak dalam pembelajaran setiap tahap pembelajaran (awal, inti, penutup)
2) Daya serap siswa dalam pembelajaran
Untuk merekam daya serap siswa terhadap pembelajaran akan dikumpulkan
melalui pelaksanaan evaluasi yang pada akhirnya merupakan data kualitatif. Dalam
menetapkan kriteria keberhasilan belajar di kelompokkan menjadi 5 kriteria yaitu (>
80 % ) sangat tinggi, (60-70 %) tinggi, (40-59 % ) sedang, (20-39 % ) rendah, dan (<
20 % ) sangat rendah (Diadopsi dari Wardani, 2008, PTK, hal 5.10)

D. Analisis Data
Setelah data terkumpul, hasil observasi dianalisis dengan metode deskriptif
kualitatif sedangkan hasil belajar didokumentasikan kemudian dianalisis melalui
proses pembelajaran dengan membandingkan hasil yang dicapai pada siklus 1 dan
siklus 2 dengan rumus sebagai berikut:
N
K= ---- x 100%
n
Keterangan
K : Kecenderungan
N : Jumlah hasil observasi
n : Jumlah sampel seluruh anak
100% : Bilangan Konstanta
(Diadopsi dari Wardani, 2008, PTK, hal 5.10)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Persiklus
Selama pelaksanaan tindakan kelas berlangsung diupayakan untuk direkam.
Sarana untuk merekam kegiatan tersebut dilakukan melalui observasi, baik
menyangkut guru maupun siswa. Data yang terkumpul yaitu data kualitatif. Data
kualitatif dilakukan melalui observasi dan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran,
yang dilakukan oleh observer dengan alat bantu lembar observasi APKG 1 dan APKG 2.
1. Pelaksanaan Siklus 1
a. Perencanaan
Hasil refeksi awal sebelum penelitian ini dilakukan adalah di kelompok B terdapat
permasalahan siswa dalam belajar, yaitu kurangnya kemampuan berbicara. Untuk
meningkatkan kemampuan tersebut maka ditetapkan penggunaan metode bermain
peran dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu dalam perencanaan penelitiaan
ini telah dilakukan persiapan rencana pembelajaran (SKM, SKH, media, alokasi waktu,
metode, alat evaluasi dan lembar kerja anak). Menetapkan fokus observasi dan aspek-
aspek yang akan diamati, meliputi siswa, guru dan penggunaan metode, menetapkan
cara pelaksanaan refleksi dan perilaku refleksi dan menetapkan kriteria keberhasilan
dalam upaya pemecahan masalah.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Dilaksanakan tanggal 25 sampai dengan 29 Oktober 2010, dengan TemaKebutuhan
sedangkan sub temanya adalah Makanan Kesukaan, Metode yang digunakan adalah
Bermain Peran.
Adapun langkah-langkah yang telah di laksanakan adalah:
1. Kegiatan Pembukaan
o Salam, doa, bernyanyi
o Tanya jawab tentang makanan kesukaan
o Menyanyi lagu Tukang Bakso.
2. Kegiatan Inti
o Menggambar bebas macam-macam makanan kesukaan
o Bermain peran Penjual Bakso.
o Meniru bentuk tulisan kata bakso.
3. Istirahat
o Cuci tangan, doa, makan
o Bermain
4. Kegiatan Penutup
o Meniru bunyi kalimat saya suka makan bakso.
o Diskusi dan Tanya jawab.
o Bernyanyi, doa, salam.
c. Tahap Observasi atau Pengamatan
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Hasil
observasi pada siklus 1 menunjukkan : 1) guru belum terlalu optimal dalam
menggunakan metode bermain peran dalam pembelajaran; 2) pada tahap kegiatan
inti tidak dilakukan pengelolaan interaksi kelas secara optimal sehingga anak ada yang
masih ribut sendiri; dan 3) pengunaan waktu juga belum ditepati sesuai dengan yang
direncanakan, sehingga tidak dilaksanakan kegiatan mengulas kembali atau review
dan siswa tidak diberi kesempatan untuk bertanya.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil observasi dan hasil belajar siswa pada siklus 1, ditemukan sejumlah
permasalahan anak, yaitu pada proses dan hasil belajar anak. Pada proses kegiatan
pembelajaran, yaitu kegiatan bermain peran sebagian anak masih takut
mengungkapkan imajinasinya dan masih kurang aktif dalam berbicara/berdialog.
Sedangkan hasil belajar siswa pada siklus 1 menunjukkan persentase 50%. Pada pra
perbaikan jumlah anak yang mencapai indikator sebanyak 8 orang dan setelah
diadakan perbaikan jumlah anak yang dapat mencapai indikator sebanyak 10 orang,
jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, hal ini telah menunjukkan suatu
kemajuan yaitu adanya kenaikan sebanyak 2 orang. Namun masih rendah dan belum
mencapai indikator keberhasilan. Karena hanya ada 10 orang anak dari 20 anak yang
dapat meningkatkan kemampuannya. Untuk meningkatkan aspek yang masih kurang
pada siklus 1, maka perlu adanya perbaikan untuk tindakan selanjutnya dengan cara
sebagai berikut:
1). Mengoptimalkan penggunaan metode yang dipakai guru.
2). Penggelolaan interaksi kelas harus tepat sehingga anak dapat belajar dengan baik
dan menyenangkan.
3). Penggunaan alokasi waktu harus sesuai dengan alokasi waktu yang ditentukan
sehingga ada waktu untuk diskusi dan tanya jawab.
Tabel data hasil perbaikan siklus 1
No Aspek yang dievaluasi Hasil Evaluasi
1 Kegiatan membuka pembelajaran Baik
2 Kegiatan inti pembelajaran Baik
3 Kegiatan penutup pembelajaran Baik
4 Rata-rata hasil kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru
Baik
5 Rata-rata hasil kegiatan pembelajaran anak Baik

Hasil perbaikan sebagaimana tabel di atas menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran yang dilakukan guru baik dan hasil pembelajaran anak juga baik.
2. Pelaksanaan Siklus 2
a). Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus 1 masih terdapat permasalahan
dalam kegiatan pembelajaran dan hasil belajar anak, rendahnya hasil belajar siswa
ditunjukkan dengan pencapaian persentase belajar 50%. Untuk meningkatkan hasil
belajar tersebut maka strategi guru dalam penggunaan metode bermain peran perlu
diperhatikan. Oleh kerena itu dalam perencanaan siklus 2, direncanakan penggunaan
metode bermain peran akan dilaksanakan dengan seoptimal mungkin, meliputi
rencana kegiatan pembelajaran(materi/tema, alokasi waktu, metode, media, alat
evaluasi dan lembar kerja anak).
b). Tahap pelaksanaan tindakan
Pelaksanaan siklus 2 dilaksanakan tanggal 01 sampai dengan 05 November 2010,
dengan tema Kebutuhan dan sub tema Minuman Kesukaan, dengan mengunakan
metode bermain peran . Adapun lankah langkah yang telah dilaksanakan pada siklus
ke 2 ini adalah:
1). Kegiatan Pembukaan
o Salam, doa, bernyanyi.
o Tanya jawab tentang guna air minum
o Praktek langsunh memantulkan bola tenis
2). Kegiatan inti
o Bermain peran Penjual Es Krim.
o Mewarnai gambar es krim
o Menghitung jumlah gambar es krim
3). Istirahat
o Cuci tangan, doa, makan
o Bermain
4 ). Kegiatan penutup
o Menyebutkan empat nama kitab Alloh
o Menggulas kegiatan dan Tanya jawab.
o Bernyanyi, doa, salam.
c). Tahap Observasi
Pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan Hasil
observasi pada siklus 2 menunjukkan: 1) guru sudah berupaya mengoptimalkan
kegiatan dengan metode bermain peran; 2) guru sudah meningkatkan penggunaan
waktu dan mengelola interaksi kelas dengan baik; 3) kegiatan pembelajaran dimulai
dengan tahap orientasi, implementasi dan review serta anak diberi kesempatan untuk
bertanya.


d.) Tahap Refleksi
Hasil observasi dan hasil belajar anak pada siklus 2 menunjukkan
adanya perbaikan, baik hasil belajar maupun proses belajar. Pada proses kegiatan
pembelajaran sudah dapat berjalan dengan baik, sedangkan hasil belajar anak pada
siklus 2 telah mencapai 80%, jika dibandingkan dengan kondisi sebelumnya, hal ini
telah menunjukkan suatu kemajuan karena nilai persentase telah mencapai 80% dan
hal ini sudah menunjukan ketercapaian indikator
Indikator yang nampak pada keberhasilan siklus 2 adalah:
1. Anak rata-rata tertarik dan antusias terhadap kegiatan bermain peran
2. Anak menjadi berani tampil dan dapat mengungkapkan imajinasinya
dalam bermain peran.
3. Anak mampu memainkan beberapa peran dengan baik.
4. Anak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas.
5. Anak dapat melaksanakan kegiatan dengan menyenangkan melalui
bermain peran.
Tabel data hasil perbaikan siklus 2
No Aspek yang dievaluasi Hasil Evaluasi
1 Kegiatan membuka pembelajaran Baik
2 Kegiatan inti pembelajaran Baik
3 Kegiatan penutup pembelajaran Baik
4 Rata-rata hasil kegiatan pembelajaran yang
dilakukan guru
Baik
5 Rata-rata hasil kegiatan pembelajaran anak Baik

Hasil perbaikan sebagaimana tabel di atas menunjukkan bahwa hasil
pembelajaran yang dilakukan guru baik dan hasil pembelajaran anak juga baik.
B. Pembahasan Hasil Perbaikan
a) Siklus 1
Dari hasil perbaikan siklus 1 ini menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
berbicara anak dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini terbukti dari perbandingan
antara pra perbaikan dan setelah perbaikan. Dari data terlihat bahwa sebelum
perbaikan jumlah anak yang dapat mencapai indikator hanya 8 orang sedangkan data
setelah perbaikan naik menjadi 10 orang dari jumlah anak yaitu 20 orang, ini
menggambarkan bahwa ada kenaikan sekitar 10% dari sebelum perbaikan.
Refleksi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus
ini menunjukkan hasil siklus yang lebih baik, kelebihan dihitung melalui rumus:
N
K= ----- x 100%
n
10
= ------ x 100%
20
= 50%
Faktor-faktor keberhasilan dan kelemahan yang tampak pada siklus I :
1. 50% anak dapat meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bermain peran
2. Sebagian besar anak belum bisa aktif dalam bermain peran
3. Sebagian besar anak masih takut dalam mengungkapkan imajinasinya.
4. Guru belum bisa mengoptimalkan metode yang digunakan dalam bermain
peran
Dari temuan-temuan di atas dapat diperoleh keterangan bahwa secara keseluruhan
anak belum dapat mencapai indikator yang ditetapkan, sehingga diperlukan perbaikan
siklus ke 2.
b) Siklus 2
Berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada siklus 1 maka pada
siklus 2 pelaksanaan pembelajaran sudah berjalan dengan baik, ini dapat dilihat pada
data dari 20 orang anak hanya 4 orang anak yang belum mencapai indikator yang
ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari prosentase perbandingan antara siklus 1 dan
siklus 2, yaitu 50% pada siklus 1 dan 80% di siklus 2.
Refleksi proses pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti pada siklus
ini menunjukkan hasil siklus yang lebih baik, kelebihan dihitung melalui rumus:
N
K= ----- x 100%
n
16
= ------ x 100%
20
= 80%

Faktor-faktor keberhasilan pada siklus 2 ini dapat di capai karena:
1. 80% anak dapat meningkatkan kemampuan berbicara melalui metode bermain
peran.
2. Anak menjadi berani tampil dan berani mengungkapkan imajinasinya ketika bermain
peran.
3. Anak mampu memainkan beberapa macam peran dengan baik.
4. Anak aktif dalam pembelajaran karena mempunyai minat yang besar pada kegiatan
bermain peran.
5. Anak dapat melaksanakan kegiatan dengan menyenangkan pada kegiatan bermain
peran.
Dengan demikian berdasarkan pelaksanaan kegiatan pembelajaran bermain
peran yang dimulai dengan siklus 1 hingga siklus 2 telah menunjukkan terjadinya
perbaikan proses pembelajaran, terbukti dari hasil observasi oleh teman sejawat
bahwa pada pra perbaikan jumlah anak yang mencapai indikator hanya 8 orang sedang
pada siklus 1 ada kenaikan menjadi 10 orang dan pada siklus 2 anak yang mencapai
indikator sebanyak 16 orang.
Secara umum hasil belajar yang terlihat dari kedua siklus ini adalah adanya
peningkatan kemampuan berbicara anak. Hal ini terbukti dari hasil perbandingan
antara pra perbaikan dengan setelah perbaikan. Keberhasilan perbaikan ini dapat
dilihat dari hasil belajar siklus 1 dan siklus 2, yaitu 50% meningkat menjadi 80%.
Dengan demikian terjadi kenaikan sebagai berikut dari siklus 1 ke siklus 2
kenaikannya 30% (80%-50%=30%)
Tingkat keberhasilan pelaksanaan siklus 1 adalah 50% anak aktif mengikuti
pembelajaran, sedangkan pada siklus 2 anak berhasil 80%. Jika kedua siklus tadi
dibandingkan maka siklus 2 lebih berhasil dari siklus 1, maka pada siklus 2 terdapat
keunggulan-keunggulan sebagai berikut: 1) menunjukkan rata-rata anak tertarik pada
kegiatan bermain peran; 2) anak menjadi berani tampil dan dapat mengungkapkan
imajinasinya dalam bermain peran; 3) anak mampu memainkan beberapa peran
dengan baik; 4) anak terlibat aktif dalam pembelajaran di kelas; 5) anak dapat
melaksanakan kegiatan dengan menyenangkan melalui bermain peran.
Melihat hasil dari penelitian tindakan kelas ini, maka dapat dikatakan metode
bermain peran ini baik untuk diterapkan dalam pembelajaran terutama dalam
pengembangan kemampuan berbicara dan berbahasa. Namun harus diperhatikan
dalam penyediaan alat bermain peran haruslah yang dapat menarik minat anak,
walaupun alat atau media tersebut dalam bentuk yang paling sederhana sekalipun.
Sehingga untuk menerapkan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai
berikut antara lain: 1) kesiapan guru dalam pengguasan metode yang akan digunakan;
2) ketersediaan media; 3) kemampuan guru mengelola pembelajaran.
Berdasarkan hasil belajar secara klasikal individual dan kelompok serta
pencapaian indikator yang ditetapkan maka penelitian ini masih menyisakan
permasalahan, untuk itu penelitian tindakan kelas ini perlu ditindaklanjuti.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Pembelajaran dengan menggunakan metode bermain peran yang dilakukan dengan
baik dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok B TK Asy-Syifa
Gunung Selan.
2. Daya serap siswa terhadap pembelajaran rata rata tinggi yang mencapai 50% pada
siklus pertama, dan 80% pada siklus kedua

B. Saran

1. Penggunaan metode bermain peran dalam pembelajaran perlu terus ditingkatkan
mengingat cukup signifikan terhadap hasil belajar anak.
2. Guru hendaknya menambah wawasan tentang stimulasi yang tepat dalam merangsang
dan meningkatkan kemapuan berbicara , dan seharusnya guru lebih kreatif dalam
menciptakan baragam media dan kegiatan sesuai dengan situasi dan kebutuhan dalam
kegiatan pembelajaran.
3. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di TK
ASY-SYIFA

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas (2004) Kurikulum Pedoman Penyusunan Silabus Jakarta : Depdiknas

Dhieni Nurbiana. dkk. (2005) Metode Pengembangan Bahasa Jakarta : Universitas Terbuka

Gunarti Winda,Suryani Lilis,Muis Azizah (2008) Metode Pengembangan Perilaku dan
Kemampuan Dasar AUD, Jakarta: Universitas Terbuka

Tim PKP PG-PAUD (2009) Panduan Kemantapan Kemampuan Mengajar Profesional Jakarta
: Universitas Terbuka

Wardhani Igak, Wihardit Kuswaya, (2008) Penelitian Tindakan Kelas Jakarta : Universitas
Terbuka

MAKALAH METODE PENGEMBANGAN BAHASA
Tugas ini disusun guna memenuhi matakuliah: Metode Pengembangan Bahasa
Dosen pengampu : Mila Karmila,S.Pd






Di susun oleh :
1. Aisyah Nur Hidayatun ( 11150005)
2. Indah Dewi Andani (11150049)
3. Coryza Nursyahbani (11150050)



FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
IKIP PGRI SEMARANG
2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan limpahan
kasih karunianya, kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula kami mengucapkan
terimakasih kepada Dosen kami Mila Karmila,S.Pd yang sudah membimbing kami dalam
penulisan makalah ini. Serta orang tua dan teman-teman yang sudah mendukung dalam berbagai
aspek.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode
Pengembangan Bahasa AUD. Makalah ini berisi tentang metode-metode pembelajaran yang
dapat diterapkan dalam pembelajaran bahasa pada anak usia dini. Kami berharap melalui
makalah kami pembaca dapat mengetahui metode-metode pembelajaran apa yang cocok untuk
di terapkan oleh pembaca.
Demikian sepatah kata dari kami penulis, penulis berharap makalah ini dapat menjadi
makalah sumber belajar untuk pembaca. Apabila ada banyak kesalahan dalam kami mengerjakan
makalah ini, kami mengucapkan terimakasih. Selamat membaca, dan mempelajarinya.

Penulis,










BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam berkomunikasi, bahasa merupakan alat yang penting bagi setiap orang. Melalui
berbahasa seseorang atau anak akan dapat mengembangkan kemampuan bergaul (social skill)
dengan orang lain. Tanpa bahasa seseorang tidak akan dapat berkomunikasi dengan orang lain.
Anak dapat mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa sehingga orang lain dapat
menangkap apa yang dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat terjalin dengan baik
dengan bahasa sehingga anak dapat membangun hubungan sehingga tidak mengherankan bahwa
bahasa dianggap sebagai salah satu indikator kesuksesan seorang anak. Anak yang dianggap
banyak berbicara, kadang merupakan cerminan anak yang cerdas.
Bahasa mencakup komunikasi non verbal dan komunikasi verbal serta dapat dipelajari secara
teratur tergantung pada kematangan serta kesempatan belajar yang dimiliki seseorang, demikian
juga bahasa merupakan landasan seorang anak untuk mempelajari hal-hal lain. Sebelum dia
belajar pengetahuan-pengetahuan lain, dia perlu menggunakan bahasa agar dapat memahami
dengan baik . Anak akan dapat mengembangkan kemampuannya dalam bidang pengucapan
bunyi, menulis, membaca yang sangat mendukung kemampuan keaksaraan di tingkat yang lebih
tinggi. Dalam makalah ini akan dibahas secara rinci mengenai : metode-metode pengembangan
bahasa yang dapat digunakan untuk Anak Usia Dini (metode karya wisata, metode bermain
peran dan sosiodrama, metode proyek).







B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah mengenai metode pengembangan
Bahasa adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode karya wisata ?
2. Bagaimana langkah-langkah penerapan (rencana persiapan karya wisata) ?
3. Apa pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode bermain peran dan sosiodrama ?
4. Bagaimana langkah-langkah penerapan pembelajaran dengan metode bermain peran dan
sosiodrama ?
5. Apa pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode proyek ?

C. Tujuan
Adapun tujuan mengenai metode pengembangan bahasa adalah sebagai berikut :

1. Memahami pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode karya wisata
2. Mengetahui langkah-langkah penerapan (rencana persiapan karya wisata)
3. Memahami pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode bermain peran dan
sosiodrama.
4. Mengetahui langkah-langkah penerapan pembelajaran dengan metodebermain peran dan
sosiodrama.
5. Memahami pengertian, tujuan, kelebihan, dan kekurangan metode proyek.


BAB II
PEMBAHASAN

a. Metode Pengembangan Bahasa
Disini penulis akan menuliskan beberapa metode yang digunakan untuk pengembangan bahasa
pada anak usia dini, yaitu diantaranya :
A. Metode Karya Wisata
a. Pengertian
Bagi anak usia dini karyawisata berarti memperoleh kesempatan untuk mengobservasi,
memperoleh informasi atau mengkaji segala sesuatu secara langsung.Karya wisata berarti juga
membawa anak didik ke obyek-obyek tertentu sebagai pengayaan pengajaran, pemberian
pengalaman belajar yang tidak mungkin diperoleh anak di dalam kelas
.
Anak sangat senang
melihat langsung berbagai kenyataan yang ada di masyarakat melalui kunjungan. Berbagai
macam kunjungan seperti ke perpustakaan, ke kepolisian, dinas pemadam kebakaran memberi
inspirasi anak untuk mengembangkan cita-citanya. Misalnya menjadi polisi, TNI, pemadam
kebakaran dan lain sebagainya. Pengertian karya wisata menurutSagala (2006) menyatakan
bahwakaryawisata atau studi wisatasebagai metode pembelajaran adalahsiswa dibawah
bimbingan gurumengunjungi tempat-tempat tertentudengan maksud untuk mempelajariobyek
belajar yang ada di tempat itu.

b. Tujuan Metode Karya Wisata
Mengkaji materi pembelajaran tertentu sebagaimana direncanakan dalam kurikulum/silabus.
Misalnya untuk mempelajari cara berternak sapi perah dan pengelolahan susunya, maka siswa
diajak berkaryawisata ke peternakan sapi perah.
Melengkapi materi pelajaran yang tertulis di buku sehingga pemahaman siswa menjadi lebih
jelas dan konkret
Memupuk rasa cinta lingkungan, daerah, tanah air, dan penghargaan terhadap pahlawan serta
pemimpin yang berjasa dimasa silam.





c. Keunggulan Metode Karya Wisata
Sangat efektif dalam memperluas wawasan anak sebagai perubahan perilaku
ranah kognitif tentang bidang pekerjaan sesuai dengan profesinya kelak.
Memperkuat pemahaman tentang aplikasi berbagai teori dan praktek yang
dipelajari siswa di sekolah.
Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa karena memperoleh gambaran
nyata tentang lapangan pekerjaan tempat mereka akan berkecimpung sebagai
profesional kelak setelah menamatkan pendidikannya.
Memberikan masukan praktis dan baru bagi guru serta sekolah guna
meningkatkan program pembelajaran yang akan di terapkan di sekolah.
Menjadi sarana hubungan kerja sama yang lebih luas dan saling
menguntungkan antara sekolah dan lembaga atau perusahaan yang
bersangkutan.
Menjadi sarana promosi sekolah dan tamatan kepada lembaga atau perusahaan
yang bersangkutan.
d. Kelemahan Metode Karya Wisata
1. Memerlukan biaya yang relatif tinggi untuk transportasi, akomodasi, dan
konsumsi peserta karya wisata.
2. Kegiatan di lembaga atau di perusahaan sasaran karya wisata tidak selalu
sesuai denagn kompetensi yang akan di capai oleh siswa sebagai mana yang
termuat di dalam kurikulum.
3. Lokasi lembaga atau perusahaan sasaran karya wisata tidak selalu berada
dalam jarak yang mudah dan murah di jangkau dari lokasi sekolah.
4. Perencanaan dan persiapan karya wisata yang kurang matang justru akan
mengalihkan tujuan karya wisata menjadi sekedar wisata tanpa manfaat yang
memadai dari sudut pandang pendidikan.
e. Langkah-Langkah penerapan (rencana persiapan karya wisata)
1. Menetapkan sasaran tempat sesuai dengan tema kegiatan belajar
2. Merumuskan program kegiatan melalui karya wisata
3. Mengadakan hubungan dan pengenalan medan sasaran karya wisata
4. Koordinasi dengan pihak tempat karya wisata
5. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan
6. Membuat kesepkatan bersama dengan anak tentang tata tertib
7. Permintaan izin dan partisipasi orang tua
8. Apresiasi pendidik di kelas kepada anak tentang tempat wisata yang akan dituju

B. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
1. Pengertian
Metode sosiodrama dan role playing dapat dikatakan sama artinya, dan dalam
pemakainya sering disilihgantikan. Sosiodrama adalah suatu cara memerankan beberapa peran
dalam suatu cerita tertentu yang menunjukkan kerjasama diantara para pemerannya. Biasanya
kegiatan ini dikemas sebagai kegiatan pentas akhir tahun.
Bermain peran : metode pengembangan yang efektif dimana seseorang memerankan karakter
orang lain dan mencoba berfikir/berbuat dengan cara/sudut pandang sosok yang diperankan.
Bermain peran memberikan contoh alamiah terhadap perilaku manusia yang rill dan dapat
digunakan untuk membangun sikap menuju nilai-nilai dan pemahaman mereka sendiri.
Yang membedakan bermain peran dan sosiodrama adalah sosiodrama menekankan
pada tanggungjawab individu dan kerjasama antar pemeran dalam memerankan tokoh-tokohguna
kelancaran jalannya alur cerita yang ditampilkan, peran yang dimainkan biasanya diangkat dari
kehidupan sehari-hari, contoh : tema rumah tangga, tema perawatan dan keselamatan, tema
fantasi yang mengancam. Metode sosiodrama membuat anak belajar memikirkan cara-cara
menyelesaikan masalah, membuat anak belajar menyatakan sikap dan perasaan melalui drama,
menyusun ide dan melatih mereka menanggapi secara spontan.
Tujuan dan manfaat
Manfaat sosiodrama serupa dengan bermain peran. Metode ini dapat dipakai sebagai kegiatan
yang mengutamakan pengembangan kemampuan berekspresi, imajinasi, kreativitas. yang dapat
di capai dengan metode sosiodrama di antaranya :
a. Aspek afektif motorik dibandingkan pada aspek kognitif, terkait dengan kehidupan hubungan
sosial. Sehubungan dengan itu maka materi yang disampaikan melalui teknik sosiodrama bukan
materi yang bersifat konsep- konsep yang harus dimengerti dan dipahami, tetapi berupa fakta,
nilai, mungkin juga konflik-konflik yang terjadi di lingkungan kehidupannya.
b. Melalui permainan sosiodrama, anak diajak untuk mengenali, merasakan suatu situasi tertentu
sehingga mereka dapat menemukan sikap dan tindakan yang tepat seandainya menghadapi
situasi yang sama. Diharapkan akhirnya mereka memiliki sikap dan keterampilan yang
diperlukan dalam mengadakan penyesuaian sosial.
c. Mengajarkan anak saling membantu dan bekerja sama dalam permainan sosiodrama.
d. Membantu menghilangkan rasa malu, rendah diri, dan kemmurungan pada anak.

2. Metode sosiodrama dan bermain peranan di lakukan :
a. Apabila kita ingin menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak,
kita beranggapan lebih baik di dramatisasikan dari pada di ceritakan, karena akan lebih jelas.
b. Apabila kita ingin melatih anak-anak agar mereka dapat menyelesaikan masalah-masalah yang
bersifat psikologis.
c. Apabila kita akan melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberikan kemungkinan
bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

3. Saran-saran dalam melakukan metode sosiodrama :
a. Guru harus mempunyai tujuan yang jelas pola tingkah laku atau watak tertentu ang hendak di
tanamkan.
b. Guru menceritakan suatu peristiwa sosial dengan jelas yang akan dapat di mainkan.
c. Guru memilih murid-murid untu menjadi pelaku memegang peranan tertentu memberi contoh
dan melatih.
d. Guru menetapkan peranan mendengar.
e. Guru harus menghentikan apabila dramatisasi itu telah mencapai puncaknya yaitu sampai
kepada adegan yang kita tuju.

4. Implikasi pada Pembelajaran Sosiodrama
Pada pembelajaran sosiodrama guru lebih bersifat sebagai fasilitator.
Fasilitator merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran dengan model
sosiodrama. Guru dalam pembelajaran ini bisa bertindak sebagai aktor, sutradara atau penonton.
Peranan Fasilitator dalam pembelajaran ini menyampaikan sebuah prolog memperkenalkan topik
yang disesuaikan dengan audiens yang spesifik. kemudian memperkenalkan para aktor dan
memberikan gambaran dari TKP. Selama aksi dan antar-tindakan, fasilitator memandu peserta
dan juga mengarahkan dan mengendalikan aktor untuk memastikan semua tema dibahas.
Terdapat delapan langkah yang dianjurkan Torrance (dalam Waluyo: 2001) dalam
mengefektifkan sosiodrama untuk menghadapi problem dan tantangan
Menetapkan problem
Mendeskripsikan sosial konflik
Pemilihan pemain
Memberikan penjelasan dan pemanasan bagi aktor dan pengamat.
Memerankan situasi tersebut.
Memotong adegan (jika aktor meniggalkan peran dan tidak dapat di teruskan. Membuat
kesimpulan. Jia pemimpin tidak dapat melihat perkembangan adegan dapat diganti.
Mendiskusikan, menganalisis situasi kelakuan dan gagasan yang diproduksi.
Menusun rencana untuk testing lebih atau implementasi gagasan baru (Treffingger: 1982. 62-63)

Ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan oleh guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran
sosiodrama :
a. Guru sebagai fasilitator memulai pembelajaran dengan memberi gambaran singkat mengenai
situasi. Situasi ini meliputi suatu profesi atau budaya. Pada proses ini biasanya siswa sebagai
aktor melakukan pengenalan karakter dan mengatur panggung, masing-masing dari sudut
pandangnya sendiri.
b. Setelah aktor atau siswa membangun karakter dan situasi, guru sebagai fasilitator bersikap lebih
pasif dengan membiarkan siswa untuk berimprovisasi.
c. Pada akhir sosiodrama, fasilitator akan membuat kunci poin pembelajaran berdasarkan apa
yang telah terjadi dan tentang subjek di tangan. Para penonton diajak untuk terlibat baik
fasilitator atau aktor dalam diskusi.

5. Kelebihan metode sosiodrama :
a. Melatih kemampuan anak untuk memahami, dan mengingat isi bahan yang akan didramakan.
b. Anak akan terlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu main drama para pemain
dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c. Bakat yang terdapat pada anak dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh
bibit seni drama dari sekolah. Jika seni drama mereka dibina dengan baik kemungkinan besar
mereka akan menjadi pemain yang baik kelak.
d. Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaik-baiknya.
e. Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan
sesamanya.
f. Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang baik agar mudah dipahami orang lain.

6. Kekurangan metode sosiodrama
a. Sebagian besar anak yang tidak ikut bermain drama mereka menjadi kurang kreatif
b. Banyak memakan waktu, baik waktu persiapan dalam rangka pamahaman isi bahan pelajaran
maupun pada pelaksanaan pertunjukan
c. Memerlukan tempat yang cukup luas, jika tempat bermain sempit menjadi kurang bebas
d. Sering kelas lain terganggu oleh suara para pemain dan para penonton yang kadang-kadang
bertepuk tangan.

7. Langkah- langkah metode sosiodrama :
1) Langkah perencanaan
Pelajari dengan cermat kegiatan yang akan di simulasikan dan catat bagian-bagian atau langkah-
langkah yang akan di peragakan. Berikan catatan untuk bagian utama atau langkah kunci.
Buatlah skenario simulasi merujuk kepda topik, dan tujuan pembelajaran serta catatan tentang
bagian dan langkah- langkah utama yang telah di buat pada langkah sebelumnya. Sekenario ini
meliputi :
a. Alur dan prosedur kegiatan yang di simulasikan.
b. Berbagai peran, karakter dan pelakunya.
c. Kunci- kunci pokok dari prosedur dan kompetensi yang akan di ajarkan beserta standar
keberhasilannya.
Lakukan uji coba serta penyempurnaan skenario simulasi yang telah di buat menjadi skenario
akhir yang akan di gunakan di kelas.
2) Langkah Persiapan.
a. Siapkan dan periksalah kesiapan peralatan serta perlengkapan pendukung lainnya.
b. Jelaskan kepada siswa gambaran umum simulasi dan kaitannya dengan topik yang sedang di
pelajari, tujuan yang akan di capai serta apa yang di harapkan dari siswa.
c. Siapkan sekenario simulasi yang telah di sempurnakan.
d. Bagiakn skrip kegiatan kepada siswa sesuai dengan perannya masing- masing dan berikan
penjelasan tentang apa yang harus dan apa yang tidak boleh mereka lakukan.
e. Beri kesempatan pada siswa untuk bertanya, untuk memperjelas pemahamannya tentang
kegiatan simulasi dan perannya.
3) Langkah Pelaksanaan
a. Lakukan langkah demi langkah kegiatan simulasi sesuai dengan skenario.
b. Guru berperan sebagai sutradara yang mengendalikan kegiatan agar simulasi berjalan sesuai
dengan sekenario dan di laksanakan dengan serius.
c. Ingatkan siswa yang kuarang serius agar memfokuskan diri pada kegiatan suapaya memberikan
makna bagi dirinya dan kelas.
d. Guru membuat catatan- catatan tentang hal- hal yang perlu didiskusikan pada akhir pembelajaran
yang meliputi hal- hal yang perlu mendapat pujian dan hal- hal yang perlu di perbaiki.
e. Jika waktu masi tersedia ulangi melakukan langkah demi langkah dengan terlebih dahulu
mendiskusiakan hal-hal yang perlu di perbaiki. Jika perlu buat rotasi peran di anatara sesama
siswa untuk meningkatkan keluasan penguasaan kompetensi dan juga meningkatkan semangat
belajar mereka.
f. minta siswa menyebutkan urutan langkah demi langkah dengan kecepatan sub normal dan guru
melakukan langkah sesuai dengan urutn sesuai yang di sebutkan oleh siswa.
4) Langkah evaluasi dan penutup
a. Lontarkan sejumlah pertanyaan ynag terkait denagn bagian atau langkah yang baru di peragakan
berdasarkan catatan- catatan yang telah di buat.
b. minta komentar dari siswa tentang pelaksanaan langkah- langkah yang di lakukan oleh
temannya.
c. Buatlah rangkuman dari kegiatan simulasi yang terkait dengan tujuan pembelajaran dengan
menggalinya dari siswa.
5) Perbedaan Metode Sosiodrama dan Bermain Peran
Terletak pada objek pemain dan peran anak. Dalam bermain peran anak menjadi
sutradara/dalang dan benda-benda menjadi pemainnya (boneka jari,wayang) tanpa skenario,
dalam perkembangan anak ini disebut bermain mikro.Sedangkan sosiodrama, anak menjadi
pemain yang memerankan tokoh/karakter yang diperankan dan guru sebagai sutradaranya, dalam
perkembangan anak ini disebut bermain makro. Sosiodrama dan bermain peran menempatkan
anak sebagai pemain, namun tema/jalan cerita pada bermain peran dapat bersifat umum/luas,
bahkan imajinatif, sedangkan pada sosiodrama jalan cerita mengandung konflik sosial yang
terselesaikan di akhir cerita.

C. Metode Proyek
a. Pengertian
Metode proyek atau unit adalah cara penyajian pengajaran yang bertitik tolak dari suatu
masalah, kemudian dibahas dari berbagai segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara
keseluruhan dan bermakna.
Metode ini melatih anak bekerja sama dengan kelompok kecil antara 3-4 anak. Setiap kelompok
diberi proyek kecil, misalnya menemukan berbagai jenis daun dan mengecapnya dengan
berbagai warna pada sehelai kertas manila. Anak-anak dalam satu kelompok menghasilkan satu
karya. Begitu pula proyek-proyek kecil seperti pengamatan dan percobaan dapat dikerjakan
anak. Metode ini melatih anak bekerja sama dan mengembangkan kemampuan sosial.
b. Tujuan
Didalam kegiatan bersama, anak belajar mengatur diri sendiri untuk bekerja sama dengan teman
dalam memecahkan suatu masalah
Dalam kegiatan bersama pengalaman akan sangat bermakna bagi anak. Misalnya pengalaman
anak dalam melipat kertas akan menjadi sangat bermakna untuk membuat hiasan dinding dalam
rangka menyiapkan ruangan untuk pesta.
Berlatih untuk berprakarsa dan bertanggung jawab
Berlatih menyelesaikan tugas yang harus diselesaikan secara bebas dan kreatif

Hollans (1983:124) mengemukakan bahwa proyek merupakan suatu tugas yang
membutuhkan gabungan dari kecakapan. Proyek-proyek biasanya mengambil suatu jumlah
waktu yang diperhitungkan.
Kunandar (2007:375) menyatakan bahwa:Pembelajaran basis proyek atau tugas adalah
pendekatan pembelajaran dimana guru memberikan proyek atau tugas yang komplek, sulit,
lengkap tetapi realistis/otentik kepada siswa dan kemudian diberikan bantuan secukupnya agar
mereka dapat menyelesaikan tugas tersebut.
c. Kelebihan metode proyek :
Dapat memperluas pemikiran siswa yang berguna dalam menghadapi masalah kehidupan
Dapat membina siswa dengan kebiasaan menerapkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
dalam kehidupan sehari-hari secara terpadu
Membangun pengetahuan baru yang didasari oleh pengetahuan sebelumnya,
Menolong anak mengerti nilai-nilai yang berlaku di lingkungan mereka,
Menolong anak mengerti hubungan satu konsep dengan konsep yang lain,
Membuat anak mengerti nilai literatur dan angka-angka dalam konteks hidup yang sebenarnya,
memberikan ide-ide dalam permainan peran,
Mendorong anak mencari sumber-sumber pengetahuan dan informasi yang lain selain di
sekolah,
Menjembatani komunikasi dengan orang tua atau orang dewasa lainnya.
Metode ini sesuai dengan prinsip-prinsip modern yang dalam pengajaran perlu diperhatikan :
a. Kemampuan individu siswa dan kerja sama dalam kelompok
b. Bahan pelajaran tak lepas dari kehidupan riel sehari-hari yang penuh dengan masalah
c. Pengembangan aktivitas, krestivitas dan pengalaman siswa banyak dilakukan
d. Agar teori dan praktek, sekolah dan kehidupan masyarakat menjadi satu kesatuan yang tak
terpisahkan.
c. Kekurangan metode proyek :
Pemilihan topik unit yang tepat sesuai dengan kebutuhan siswa, cukup fasilitas dan sumber-
sumber belajar yang diperlukan, bukanlah merupakan pekerjaan yang mudah
Bahan pelajaran sering menjadi luar sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang dibahas.
Memerlukan tambahan waktu yang lebih lama diluar jadwal pelajaran.


BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode yang digunakan untuk pengembangan bahasa pada anak usiadini,
yaitu metode karya wisata, metode sosiodrama, bermain peran, dan metode
proyek. Dalam penerapannya sekolah dapat memilih metode sesuai dengan
tingkat perkembangan dan kebutuhan yang akan dicapai oleh anak. Dalam
penerapan setiap metode ini guru harus dapat merencanakan kegiatan secara
sistematis dan dapat menggunakan waktu sebaik mungkin agar dapat mencapai
sasaran dan tujuan pendidikan yang diinginkan.

B. KRITIK DAN SARAN
Semoga dengan makalah ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman para pembaca
untuk lebih memahami akan pentingnya pemilihan metode pembelajaran bahasa untuk anak usia
dini. Mungkin makalah ini jauh dari sempurna, maka apabila ada kritik dan saran kami terima
guna untuk membangun agar bisa menyusun makalah lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Bahri, Syaiful.(1996).Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Gintings, Abdorrakhman(2008)Esensi praktis belajar dan Pembelajaran. Jakarta :humanior
Gunarti, Winda.(2008).Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia
Dini.Jakarta: Universitas Terbuka.
http://www.slideshare.net/WahyuWatt/metode-pemberian-tugas-dan-metode-karyawisata
http://abitadya.wordpress.com/2012/02/28/32/www.syntactsolutions.com).

Вам также может понравиться