Вы находитесь на странице: 1из 21

TRAUMA SENDI

1. Pendahuluan
2. Instabilitas Sendi
3. Trauma pada Kapsul Sendi
4. Beberapa Dislokasi pada Sendi :
a. Dislokasi Sendi Bahu
b. Dislokasi Sendi Panggut
c. Dislokasi Sendi Lutut
d. Dislokasi Sendi Siku
5. Efusi
6. Diagnosis Trauma Sendi
7. Proses Penyembuhan Ruptur Ligamen, Otot, dan Tendo
8. Manajemen Trauma Sendi
9. Terminologi / Sinerai
10. Soal-Soal














BAB
III
SATUAN ACARA PENGAJARAN - 3
(SAP-3)

Mata Kuliah : Trauma Muskuloskeletal
Pertemuan ke : Tiga
Waktu Pertemuan : Satu jam
Nomer Kode / SKS :

A. Tujuan Instruksional
1. Umum :Pada akhir pertemuan, diskusi, mahasiswa diharapkan
dapat memahami dan penatalaksanaan pada penderita
trauma sendi secara efektif dan efisien dalam
meningkatan pelayanan kesehatan dan
pencegahan
2. Khusus : Memahami penyebab trauma sendi, stabilitasnya,
Trauma jaringan lunak disekitarnya dan membuat
diagnosis klinis dan radiologis serta pelaksanaannya dan
secepatnya atau sementara maupun komplikasi yang
akan terjadi.

B. PokokBahasan : Trauma sendi

C. Sub Pokok Bahasan :
1. Deskripsi pada trauma sendi
2. Trauma jaringan lunak sendi dan penyembuhannya
3. Diagnosis klinis dan radiotogis
4. Penatalaksanaan atau tindakan sementara pada trauma sendi
5. Komplikasi dan pencegahannya






D. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

Tahap
1
Kegiatan Pengajaran
2
Kegiatan
Mahasiswa
3
Media
Pendahuluan Menjelaskan dan diskusi
masalah trauma sendi
dengan TIU dan TIK
Memahami dan
menanggapi
Multimedia

Penyajian 1 Membicarakan dan
diskusi beberapa
deskripsi trauma sendi
Memperhatikan dan
menanggapi
Multimedia

Penyajian 2 Menjelaskan dan
menanggapi diskusi
trauma jaringan lunak
sendi dan
penyembuhannya
Memahami dan
menanggapi
Multimedia

Penyajian 3 Menjelaskan dan diskusi
cara membuat diagnosis
klinis dan radiologis
trauma sendi
Memperhatikan dan
menanggapi
Multimedia
Penyajian 4 Membicarakan dan
diskusi penatalaksanaan
sederhana atau tindakan
sementara pada trauma
sendi
Memahami dan
menanggapi
Multimedia
dan
peragaan
Penyajian 5 Menjelaskan dan diskusi
masalah komplikasi dan
pencegahan trauma
sendi
Memahami dan
menanggapi
Multimedia

Penutup Dengan penjelasan di
atas mahasiswa
diharapkan dapat
merangkum dan
Membuat rangkuman
memecahkan masalah
trauma sendi dengan
penatalaksanaan
sederhana atau
sementara serta
pencegahannya




























TRAUMA SENDI

Objektif: Mahasiswa kedokteran diharapkan dapat :
1. Mengetahui stabilitas sendi
2. Memahami beberapa deskripsi trauma sendi.
Pendahuluan
Secara anatomis stabilitas sendi tersebut meliputi stabilitas tulang (bone
stability) yaitu tulang yang membentuk sendi dan stabilitas jaringan lunak (soft
tissue stability) yang berupa kapsul sendi dan ligamentum serta tendo / otot-
otot di dekat sendi itu. Apabila terjadi kerusakan dari struktur tersebut diatas
maka sendi tersebut menjadi tidak stabil dengan kata lain disebut instabilitas
sendi (joint instability). Perlu Anda ketahui bahwa stabilitas sendi sangat
bervariasi seperti sendi panggul yang termasuk dalam golongan ball and socket
joint dengan permukaan asetabulum seperti mangkok yang dalam akan
memberikan stabilitas lebih baik bila dibanding dengan sendi lutut yang termasuk
grup hinge joint dimana faktor jaringan lunak memegang peranan pada stabilitas
sendi. Demikian juga untuk sendi bahu, jaringan lunak di sekitar sendi
memegang peranan untuk stabilitasnya. Trauma langsung akan mengakibatkan
sendi mengalami kontusi, dan bila trauma tersebut lebih berat lagi dapat
menimbulkan subluksasi atau dislokasi bahkan fraktur intraartikular. Pada
trauma tidak langsung (indirect injury) maka jaringan lunak seperti ligamentum
akan teregang atau ruptur parsial yang disebut dengan nama sprain dan
berdasarkan pergeseran sendi seta pemeriksaan klinis dan mikroskopik dibagi
menjadi : sprain grade I hanya mengeluh kesakitan tanpa instabilitas sendi.
Sprain grade II terjadi ruptur sebagian serabutnya saja sehingga terjadi
instabilitas sendi minimal. Pada Sprain grade III karena energi trauma cukup
besar dapat terjadi ruptur komplit atau avulsi sehingga terjadi instabilitas sendi.

3. Menjelaskan macam-macam instabilitas sendi
Instabilitas Sendi
Ada tiga macam instabilitas sendi yaitu:
1. Instabilitas sendi tersembunyi ( occult joint instability )
seperti trauma pada sendi pergelangan kaki akibat gaya trauma inversi.
Penderita mengeluh nyeri, edema, dan nyeri tekan pada lokasi dari lesi
sendi itu. Pada radiograph sendi pergelangan kaki itu terlihat dalam batas
normal, tapi pada pemeriksaan dengan penekanan ke arah inversi atau
eversi (stress X-ray examination) pada sisi bagian bawah sendi yang
mengalami nyeri itu, Anda akan melihat pelebaran rongga sendi pada sisi
yang mengalami lesi.

2. Subluksasi yaitu sebagian kontak sendi tidak ada sama sekali seperti
pada fraktur malleolus medialis sering disertai subluksasi sendi
pergelangan kaki, demikian juga fraktur malleolus lateralis. Artinya bila
Anda perhatikan ada sebagian permukaan sendi yang masih
berhubungan satu sama lain (Gb.23)













3. Dislokasi (luxation) Kontak tulang-tulang yang membentuk sentuk sendi
tersebut hilang secara komplit (Gb. 28).Bila kedudukan tulang tersebut
kembali seperti semula maka pada radiograph Anda tidak akan melihat
kelainan tersebut. Tetapi bila dislokasi tersebut disertai dengan fraktur
intraartikular atau fraktur ekstraartikular maka disebut fraktur-dislokasi
(Gb.24). Sendi yang rawan terhadap kelainan ini adalah sendi bahu, siku,
interphalanx( IP), panggul dan pergelangan kaki.












4. Memahami dislokasi intra dan ekstraartikular serta dislokasi buttonhole dan
subluksasi residual
Trauma Pada Kapsul Sendi
Trauma dapat meregangkan kapsul atau kapsul tersebut mengalami
avulsi dari perlengketannya sehingga rongga sendi melebar dan dapat
menimbulkan dislokasi yang disebut dislokasi intra-kapsular, tapi bisa juga
kapsul tersebut menjadi robek akibatnya salah satu tulang yang membentuk
sendi keluar melalui robekan rtu yang disebut dislokasi ekstra-kapsular.
Apabila tulang tersebut terjerat oleh kapsul yang robek tersebut akibatnya Anda
akan mengalami kesukaran mereposisi sendi itu akibat terkunci seperti kancing
baju dan fenomena ini disebut dislokasi buttonhole. J ika sewaktu reposisi
kapsul sendi yang menjerat itu masuk kedalam sendi maka akan mengganjel
sehingga pengambalian tidak sempurna dan akan berakhir sebagai subluksasi
residual

5. Memahami stabilitas sendi bahu dan terjadinya instabilitas sendi tersebut
Beberapa dislokasi pada sendi
1. Dislokasi Sendi bahu ( shoulder dislocation)
Sendi bahu secara anatomis terdiri dari kaput humerus yang besar
dengan kedangkalan kavitas glenoidalis sehingga stabilitas sendi itu
tergantung dari kekuatan otot-otot rotator (otot supra spinatus, infra
supinatus, teresminor dan sub skapularis), kapsul sendi dan ligamen
(gleno humeralis, korako humeralis dan labrurn yang memperdalam
kavitas glenoidalis) daiam mempertahankan kedudukannya (Gb. 25).















Karena itu sangat mudah terjadi dislokasi terutama ke arah anterior (80 -
90%) dengan karakteristik teriihat lengan atas dalam posisi rotasi
ekstemal parsial dan abduksi (Gb.26), adapun ke arah posterior sangat
jarang dengan karakteristik lengan atas dalam posisi adduksi dan rotasi
internal dan biasanya disebabkan oleh kontraksi otot pada penderita
epilepsi mengalami kejang-kejang dan otot-ototnya tidak seimbang maka
terjadi dislokasi ke arah tersebut. Dapat juga dislokasi bahu ke arah
inferior (luksasio erecta) atau superior. Dua kondisi terakhir ini sangat
jarang.











Dislokasi dapat terjadi kerusakan otot-otot dan kapsul yang menstabilkan
sendi tersebut sehingga dengan mudah terjadi disiokasi kembali
(recurrent dislocation) bila hal ini menjadi terbiasa maka disebut
habitual dislocation. Oleh karena itu, instabilitas sendi kronis dapat
terjadi dari kejadian disiokasi.

Setiap disiokasi sendi ini dapat mengganggu saraf di sekitar sendi yaitu
axillary nerve palsy oleh sebab itu Anda jangan lupa memeriksa fungsi
saraf itu sedangkan gangguan vaskuler sangat jarang tapi sering tejadi
pada usia lanjut Kejadian fraktur labrum pada dislokasi sendi bahu yang
diperkirakan sebanyak 20 % yang mengakibatkan instabilitas sendi itu.
Sobeknya otot-otot rotator (14-63 %) dapat terjadi dan kejadian ini
meningkat pada usia lanjut. Tapi bila disertai fraktur dapat menimbulkan
osteonekrosis.

Pemeriksaan radiograph untuk melihat posisi kaput humerus pada
proyeksi oblik. Sedapat mungkin mencari lesi Hill Sacks pada bagian
interior, adapun lesi Bankart mudah terlihat dengan pemeriksaan MRI.

6. Melakukan penanganan sederhana dan secepatnya pada disiokasi sendi Bahu
7. Melakukan dan mengetahui cara mereposisi sendi bahu dan imobilisasi
Manajemen disiokasi sendi bahu dapat dilakukan secara tarikan dan
kontra tarikan (traction I countertraction) seperti metode Hippocratic, Stimson
dengan cara penderita tidur tertelungkup (prone) dan bahu yang mengalami lesi
itu berada di tepi tempat tidur periksa sehinga lengan jatuh ke bawah, atau
metode Milch. dengan cara lengan atas sedikit abduksi dan rotasi ekstema dan
sedikit traksi bersamaan siku dibawa ke medial diatas dada dan rotasi interna,
maka kaput humerus akan tereduksi. Imobilisasi dengan Velpeau bandage
selama 2 - 6 minggu dan kemudian dilakukan rehabilitasi. Pembedahan
dilakukan untuk yang gagal pada tindakan reposisi, reccurrent (Traumatic
Unilateral, Bankart tession), disiokasi posterior lebih dari 3 minggu.



8. Menjelaskan perbedaan stabilitas sendi panggul dengan sendi bahu
2. Dislokasi Sendi Panggul (hip dislocation)
Sendi panggul lebih stabil dibanding sendi bahu karena mangkok
asetabulum sangat dalam disamping adanya ligamentum (Gb.27). Untuk
terjadinya dislokasi sendi panggul membutuhkan energi trauma yang
berat seperti MVA (Motor Vehicle Accident), contoh dislokasi posterior
terjadi pada posisi sendi panggul dan lutut fleksi seperti trauma
dashboard (dashboard injury). Ligamentum anterior lebih kuat daripada
ligamentum posterior akibatnya kejadian dislokasi posterior lebih tinggi
dibanding ke anterior (>85% ) (Gb.28).













Pada pemeriksaan fisik penderita dislokasi posterior terlihat seperti putri
malu (adduksi rotasi intema dan fleksi sendi panggul dan lutut bila
dibanding dengan sisi yang sehat serta pemendekan Gb.28)



















Anda jangan lupa memeriksa saraf skiatik dengan angka kejadian
diperkirakn 8-19 %. Pemeriksaan x-ray guna menentukan posisi kaput
femoris dan mencari iesi pada asetabulum, femur seperti fraktur kaput
atau kolum femoris atau fraktur femoris diafisis serta fraktur patela.

Dislokasi ini akan mengakibatkan keaisakan medial femoral circumflex
artery ( MFCA ) yang menghidupi kaput femoris sehingga menimbulkan
osteonekrosis dengan angka kejadian 2-17 % pada dislokasi posterior.
J aringan lain yang periu Anda pikirkan yaitu trauma pada labrum
asetabulum, kapsul sendi, dan otot. Pemeriksaan arteri femoralis pada
kejadian dislokasi anterior periu dilakukan. Untuk itu mereposisi
secepatnya merupakan indikasi yang tepat. Reposisi tertutup dapat
dilakukan secara Stimson atau manuver Allis maupun Bigelow (Gb29 )



































9. Mengetahui cara reposisi dislokasi sendi panggul dan akibat bila tindakan
tersebut tertunda
Reposisi dislokasi panggul anterior sedikit sukar karena karekteristik
berbeda yaitu tungkai dalam posisi rotasi ekstemai dan abduksi. Traksi dimulai
dalam posisi fleksi kemudian dicoba pemutaran intema dan ekstema dan
dilanjutkan dengan penekanan kaput femoris ke arah sendi.
Setelah reposisi haais dilakukan tes stabilitas sendi dengan C-arm meliputi
pemeriksaan stabiltas posterior dengan cara sendi panggul fleksi 90 derajat,
sementara dipertahankan posisi rotasi dan abduksi netral kemudian dorongan
femur ke posterior. Bila sendi panggul mengalami subluksasi maka sendi
tersebut tidak stabil. Adapun pemeriksaan stabilitas anterior, sendi panggul
dalam posisi abduksi, fleksi dan rotasi ekstema. Bila dengan gaya gravitasi
terjadi dislokasi sendi panggul maka sendi itu tidak stabil Reposisi terbuka
dilakukan bila reposisi tertutup tidak berhasil atau instabilitas sendi.

3. Dislokasi Sendi Lutut
Dislokasi sendi lutut (anterior, posterior, lateral, medial atau rotasi, Gb.30)
sangat jarang karena ligamen di sekitar sendi sangat kuat dan bila terjadi
dislokasi membutuhkan energi besar maka ligamentum dan jaringan
lunak sekitar sendi akan terputus, demikian juga kerusakan sendi itu
sendiri (Gb.31).















10. Menjelaskan stabilitas sendi lutut dan permasalahannya bila terjadi dislokasi
sendi tersebut
Arteri poplitea yang berada di belakang sendi akan terjadi kerusakan
terutama tunika intima sehingga memudahkan terjadinya trombus oleh sebab itu
perlu dipikirkan pembenan anti trombin. Hilangnya distribusi darah ke perifer,
resiko amputasi tidak dapat dielakkan. Dislokasi sendi ini juga akan
mengakibatkan teregang atau rusaknya saraf peroneus disamping terjadinya
sindrom kompartemen.



















Pemeriksaan fisik sendi terlihat efusi dan terasa nyeri. Perlu Anda periksa
neurovaskuler bagian distal sendi secara berkala (serial neurovascular
examination). Pemeriksaan x-ray dengan proyeksi konvensional cukup memadai
dan pemeriksaan stabilitas sendi lutut seperti lateral dan medial stress test:
untuk menentukan kondisi ligamentum kolateral lateral dan medial serta anterior
dan posterior Drawer test guna menentukan keadaan ligamentum krusiatum
anterior dan posterior.
Dislokasi harus segera dilakukan reposisi sendi. Setelah reposisi,
pemeriksaan nadi, saraf dan sendi mutlak dikerjakan. Pemeriksaan X-ray pre -
pasca tindakan harus dilakukan guna menilai fraktur dan kelurusan sendi
(alignment). Imobilisasi pasca reposisi tertutup dengan gip selama 6-8 minggu
bila tidak disertai robekan ligamen. Reposisi terbuka dilakukan bila ada trauma
vaskuler atau tindakan fasbtomi atau melakukan repair ligamen.

11. Mengetahui macam-macam sendi pada daerah siku dan stabilitasnya
12. Menjelaskan klasifikasi dislokasi sendi siku

4. Dislokasi Sendi Siku ( elbow dislocation)












:

Sendi siku mempunyai tiga sendi, yaitu sendi ulno - humeralis, sendi
kapitulo - radialis dan sendi radio - ulnaris proksimalis, yang distabilkan dengan
ligamentum kolateral lateral (radialis), ligamentum kolateral medialis (ulna),
ligamentum anularis dan kapsul sendi. (Gb.32)
Dislokasi sendi siku sering terjadi pada anak- anak, atletik dan kadang-
kadang disertai fraktur kaput radialis atau trauma arteri brakhialis dan saraf
medianus di samping terjadinya ruptur kolateral ligamen baik medial maupun
lateral. Pada pemeriksaan fisik terdapat deformitas, nyeri tekan daerah sendi,
kadang-kadang disertai gangguan neurovaskuler. Oleh karena itu, Anda jangan
lupa memeriksa nadi dan pemeriksaan neurologis. Pemeriksaan x-ray pada
proyeksi konvensional cukup memadai. Dislokasi bisa ke posterior,
posterolateral, anterior, lateral, medial dan divergen yang didasarkan atas lokasi
ulna.(Gb.33)


















13. Melakukan reposisi secepatnya pada dislokasi sendi siku
14. Memahami mekanisme efusi pada sendi
15. Menjelaskan macam-macam tindakan secepatnya pada efusi sendi
16. Menjelaskan cara membuat diagnosis pada trauma sendi

Manajemen segera melakukan reposisi tertutup anestesi lokal / obat
sedasi, dan setelah reposisi Anda jangan lupa memeriksa stabilitas sendi itu,
kemudian memberikan imobilisasi dengan pembidaian selama 7 hari dan setelah
itu dilakukan rehabilitasi. Reposisi terbuka dilakukan pada dislokasi unstable atau
terjadi entrapment tulang atau jaringan lunak.

Efusi (Effusion)
Lihat pada penjelasan halaman 16, masalah tindakan segera pada
trauma muskuloskeletal.

Diagnosis Trauma Sendi
Secara umum untuk menegakkan diagnosis maka Anda melakukan:
1. eksplorasi riwayat (history) yaitu kejadian yang meliputi keluhan dan
mekanisme trauma. Biasanya penderita mengeluh nyeri dan penderita
sadar bahwa sendinya keluar dari kedudukan semestinya (gone out of
place) dan disertai spasme otot akibat instabilitas sendi atau kehilangan
struktur sendi itu.
2. Pada pemeriksaan fisik akan teriihat sendi edema (kecuali sendi
panggul yang ditutupi oleh otot-otot tebal), deformitas seperti angulasi,
rotasi, pemendekan, atau pemanjangan. Palpasi terasa nyeri tekan pada
daerah yang mengalami sprain atau ligamen yang mengalami ruptur
komplit. Sewaktu Anda meraba tulang-tulang yang membentuk sendi
dapat dirasakan posisinya, namun Anda sering juga terkecoh karena
pemeriksaan yang tidak memadai (inadequate examination) dan
melupakan pemeriksaan X-ray pada sendi itu. Pemeriksaan gerakan
terdapat gerakan abnormal dan sendi tersebut tidak stabil.
3. Pemeriksaan X-ray akan membuka tabir subluksasi atau dislokasi.
Proyeksi konventional AP dan lateral cukup memadai. Kadangkala
membutuhkan proyeksi aksial seperti sendi bahu dll. Atau teknik stres
untuk adanya kerusakan stabilitas sendi tersebut.
4. Dalam membaca radiograph yang periu diperhatikan adalah: derajat
pergeseran, rongga sendi (space), permukaan sendi, fraktur yang
menyertainya (lokasi), apakah ada trap dipermukaan sendi itu.

17. Menjelaskan proses penyembuhan kerusakan ligamen
Proses Penyembuhan Ruptur Ligamen, Otot, dan Tendo
Penyembuhan kerusakan ligamen akan diganti dengan jaringan fibrus
melalui proses inflamasi, proliferasi dan remodeling. Pada ruptur parsial akan
sembuh sempuma tapi pada ruptur komplit tertihat adanya nekrosis, sel
inflamasi, infiltasi neovascular di ujung-ujung ligamen yang mengalami ruptur itu
pada proses inflamasi, oleh karena itu pemberian obat antiinflamasi akan
menghambat proses ini. Pada proses proliferasi tertihat sel-sel bertambah
banyak dengan disertai neovascular beserta pembentukan jaringan kolagen baru
dan berakhir memjadi jaringan garulasi. Pada masa transisi ke proses
remodeling dengan karateristik penurunan proliferatif fibroblas dan peningkatan
matrik dan rongga antara ujung-ujung Iigamen itu terisi oleh jaringan fibrus.
Struktur jaringan fibrus tersebut seperti Iigamen walaupun tidak persis sama.
Oleh karena itu, sendi menjadi tidak stabil sebab adanya jaringan fibrus dan
perpanjangan sehingga menjadi lemah. Tapi pada Iigamen intraartikular seperti
ligamentum krusiatum anterior tidak akan mengalami proses penyembuhan
walaupun dilakukan penyambungan. Penyebabnya tidak jelas apakah karena
ketidakmampuan, atau hambatan atau kekurangan nutrisi proses penyembuhan.
Perlu Anda ketahui bahwa penyembuhan Iigamen tersebut sangat bervariasi dan
tergantung dari besar energi trauma yang mengakibatkannya. Umumnya untuk
sendi-sendi di jari membutuhkan waktu 3 minggu, sendi yang lebih besar lagi
seperti sendi lutut membutuhkan waktu 3 bulan. Pada anak - anak waktu
penyembuhan lebih cepat dibandingkan dengan orang dewasa.
Otot melekat pada tulang dan memberikan gerakan atau tenaga statik.
Kontraksi otot dapat berupa isotonik, isometrk atau isokinetik. Pada kontraksi
isotonik seperti mengangkat beban dengan perubahan panjang serabut otot
untuk menghasilkan gerakan. Kontraksi isotonik ini dapat diukur dengan
menggunakan dynamic strength. Kontraksi isometrik dapat terjadi bila kita
mendorong dinding sehingga otot melakukan kontraksi tapi panjang serabutnya
tetap dan kekuatan ini dapat diukur dengan static sterngth. Terakhir adalah
isokinetik yaitu kontraksi otot dengan kecepatan konstan pada waktu melakukan
lingkup gerakan sendi penuh (full range of motion) dan kontraksi ini dapat diukur
dengan dynamic strength.
Trauma pada otot akan menimbulkan iskhemi akibat trauma crush,
laserasi, kontusi, dan strain . Laserasi akibat trauma langsung dari benda tajam.
Kontusi biasanya akibat trauma benda tumpul dan sering terjadi akibat
kecelakaan sepeda motor atau kecelakaan olah raga. Adapun strain akibat
trauma tidak langsung yang menimbulkan tension pada otot yang hebat sehingga
dapat terjadi ruptur serabut otot inkomplit atau komplit. Pada otot tersebut akan
terjadi proses degenerasi dan regenerasi. Pada proses inflamsi sel-sel mati akan
dimakan oleh set macrophage. Serabut baru kelihatan berada pada jaringan
lunak dan pada proses synchronous akan membentuk jaringan fibrosis dan
revascularisation. Fibrosis inilah akhir dari proses regenerasi otot yang rusak itu
dan mencegah pemendekan serta perpanjangan serabut otot.
Trauma tendon dapat terjadi akibat keregangan yang mendadak atau
trauma laserasi sehingga menimbulkan gap yang memerlukan penyambungan.
Adapun proses penyembuhannya hampir sama dengan proses penyembuhan
luka pada kulit atau jaringan lunak. Pada fase inflamasi dan diikuti dengan fase
reparatif, sel-sel disekitar itu masuk dan membentuk jaringan kolagen. Perlu
anda ketahui bahwa masih ada perselisihan pendapat apakah sel-sel tersebut
berasal dari tendon itu sendiri atau berasal dari jaringan disekitar itu. Kekuatan
dari jaringan penyembuhan lebih lemah dibanding dari tendon yang tidak kena
trauma dan tidak akan kembali selama waktu 3 minggu setelah trauma. Dengan
teknik penyambungan yang sempuma maka latihan gerakan awal dapat
dikerjakan sehingga memperbaiki outcome.

18. Memahami penatalaksanaan dari beberapa kondisi trauma sendi
Managemen Trauma Sendi
Prinsip penanganan trauma sendi sama dengan prinsip penanganan
fraktur. Umumnya, pada dislokasi atau subluksasi harus secepatnya
dikembalikan ke posisi normal.
1. Kontusi. Pada kontusi dilakukan aspirasi cairan karena dapat
mengakibatkan rasa nyeri. Darah di dalam sendi tentu akibat pemutusan
pembuluh darah di daerah itu dan pemeriksaan X-ray sangat diperlukan
untuk melihat apakah ada fraktur.

2. Sprain Ligamen. Penyebab sprain adalah peregangan mendadak pada
ligamen sendi itu sehingga mengakibatkan robekan parsial dan
perdarahan. Penderita akan mengeluh rasa nyeri terutama bila penderita
menggerakkan sendi tersebut sebagai akibat peregangan ligamen. Sendi
akan teriihat edema, nyeri tekan di sekitar lesi. Pemeriksaan stabilitas
sendi dalam batas normal karena tidak ada perpanjangan ligamen.
Pemeriksaan X-ray dibutuhkan guna untuk melihat apakah ada fraktur,
dislokasi atau subluksasi. Instabilitas tersembunyi ditentukan dengan cara
pemeriksaan X-ray teknik stres pada sendi tersebut. Terapinya bersifat
proteksi seperti strapping agar tidak ada gerakan sehingga selama proses
penyembuhan tidak terjadi peregangan. Kemudian diikuti latihan aktif
guna mempertahankan lingkup gerak sendi dan memperkuat otot yang
mengontrol gerakan sendi itu.

3. Dislokasi atau Subluksasi. Penatalaksanaan dislokasi atau subluksasi
adalah mengembalikan kedudukan sendi tersebut ke tempat semula
secepatnya dengan manipulasi dan bila gagal dilakukan tindakan operasi.
Setelah berhasil Anda jangan lupa memeriksa stabilitas sendi tersebut
guna mencegah terjadinya instabilitas sendi, sehingga tidak terjadi
dislokasi berulang. Ligamen sangat memegang peranan daiam stabilitas
sendi, oleh karena itu bila terjadi ruptur komplit harus dibarengi dengan
repair. Bila teriambat maka outcome tidak memuaskan. Akan berbeda
dengan ligamen pergelangan kaki atau sendi interphalanx umumnya
cukup dengan imobilisasi dan dalam keadaan tertentu saja untuk
dilakukan operasi. Perlu Anda ketahui imobilisasi sendi siku dan sendi
panggul berguna sekali untuk pencegahan terjadinya osifikan miositis
pasca trauma.

Terminologi / Sinerai
1. Dislokasi buttonhole adalah dislokasi dimana satu tulang yang
membentuk sendi itu keluar dari robekan kapsul sehingga mengalami
kesukaran memanipulasinya.
2. Dislokasi ekstraartikular adalah dislokasi dimana salah satu tulang yang
membentuk sendi keluar dari robekan kapsul sendi itu.
3. Dislokasi intraartikular adalah keluarnya salah satu tulang yang
membentuk sendi tapi masih berada didalam kapsulnya karena kapsul
tersebut meregang sehingga rongganya melebar.
4. Instabilitas sendi tersembunyi (occutl joint instability) adalah
dislokasi sendi tapi pemeriksaan fisik dalam batas normal, untuk hal ini
memerlukan pemeriksaan khusus.
5. Kontusi yaitu trauma pada sendi tapi tidak mengalami perubahan posisi
tulang-tulang yang membentuk sendi, hanya terjadi kerusakan pembuluh
darah sehingga sendi teriihat edema.
6. Sprain adalah truma sendi yang mengakibatkan teregangnya ligamen
sendi atau ruptur parsial.
7. Subluksasi residual adalah pergeseran inkomplit salah satu tulang
pembentuk sendi karena adanya fragmen didalam sendi setelah
dilakukan manipulasi.




Soal-soal:
1. Komponen apa saja yang menyusun stabilitas sendi?
2. Bagaiman terjadi instabilitas sendi?
3. Kondisi apa saja yang terdapat pada sendi akibat trauma?
4. Bagaimana cara membuat diagnosis trauma pada sendi?
5. Bagaimana penatalaksanaan trauma pada sendi?

Вам также может понравиться