Вы находитесь на странице: 1из 4

TATA RUANG PERTANAHAN

MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN


T: 012 345 6789 E: trp@bappenas.go.id WWW.TATARUANGPERTANAHAN.COM
SMART CITY merupakan sebuah konsep dimana.... halaman 3
Dinamika Isu Tata Ruang dan Pertanahan
IRSA
The 4th IRSA Institute & the 23rd PRSCO
Conference (PRSCO 2013)
halaman 2
LOKAKARYA NASIONAL
lokakarya nasional Capacity Building to
Sustain Peace and Integration
halaman 2
PENTINGNYA MITIGASI BENCANA
Indonesia menyimpan segudang ancaman
bahaya geologi
halaman 4
RESENSI BUKU
Konsultasi publik merupakan metode dan cara
baru dalam proses perumusan
halaman 4
EDISI 1 / FEBRUARI 2014
ISU TATA RUANG:
Kawasan terbuka hijau dan lingkungan
hidup merupakan isu tata ruang yang
hampir selalu dibahas dalam satu bulan
terakhir ini di beberapa media online
(Kompas, Republika, dan Media Indonesia).
Fokus yang ditekankan adalah perlunya
penambahan lahan Ruang Terbuka Hijau
(RTH) yang kemudian disesuaikan dengan
pelaksanaan Peraturan Daerah (Rencana
Detail Tata Ruang) RDTR dan Peraturan
Zonasi. Namun ruang terbuka hijau ini
terkendala beberapa faktor, di antaranya
adalah tingkat kepadatan penduduk
yang semakin tinggi, harga lahan yang
mahal, kesulitan untuk melakukan
pembebasan lahan, hingga kebutuhan
untuk normalisasi waduk yang berimbas
pada daerah resapan yang akan dibangun
di ruang terbuka hijau.
ISU PERTANAHAN:
Reforma Agraria Nasional (RAN) menjadi
kebutuhan mendesak yang menjadi
trending topic selama bulan Januari 2014.
Adanya ketidakpahaman masyarakat
petani dalam pengelolaan lahan menjadi
salah satu penyebab konfik perebutan
lahan yang terjadi di beberapa wilayah.
Selain itu konfik kepemilikan lahan perlu
menjadi perhatian pemerintah pusat
dan pemerintah daerah agar sadar untuk
mensertifkasi aset-aset yang mereka
miliki.
Sementara itu, RUU Pertanahan diharapkan
sudah selesai disusun sebelum September
2014. RUU Pertanahan secara formil
akan menggantikan UU Nomor 5/1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok
Agraria, RUU ini diharapkan mengurangi
tumpang tindih aturan tanah yang mulai
memunculkan sengketa.
Dapat disimpulkan secara umum, bahwa
fokus pemberitaan isu mengenai Tata
Ruang, yakni: (1) Kawasan Ruang Terbuka
Hijau, (2) Revitalisasi Lingkungan, dan
(3) Bencana Banjir. Sementara fokus
pemberitaan bidang Pertanahan, yaitu : (1)
Reforma Agraria, (2) RUU Pertanahan, dan
(3) Konfik Hak atas Tanah. (AY)
NEWSLETTER
!"#$% '$#"!(

!"#$% '()*(+,-../
0,1./2 3434 56478

!"#$% '()*(+,-../
0,1./2 '953474:47
IRSA International Conference 2013
Lokakarya Nasional
Capacity Building to Sustain Peace and Integration
Jakarta, (15/1), UN-Habitat bersama para
stakeholder berbagi pengalaman dan
pembelajaran dari salah satu program
yang bernaung di bawah
European
Union Aid to Uprooted People
(AUP)
dalam lokakarya nasional Capacity
Building to Sustain Peace and Integration
dengan fokus pembahasan Realisasi Hak
atas Tanah dan Rumah untuk Masyarakat
di Daerah Tertinggal: Masukan dari
Indonesia Timur untuk RPJMN 2015-
2019.
Dalam paparannya, Wakil Menteri PPN /
Wakil Kepala Bappenas Lukita Dinarsyah
Tuwo mengatakan bahwa RPJMN
2015-2019 sangat kritikal disebabkan
adanya bonus demograf penduduk
usia produktif. Dirinya juga menyatakan
harapannya agar pengalaman dan
Pada tanggal 2-4 Juli 2013, Direktorat
Tata Ruang dan Pertanahan mewakili
BAPPENAS untuk turut serta dalam The 4th
IRSA Institute & the 23rd PRSCO Conference
(PRSCO 2013), yang mengusung tema
Green Growth and Global Recovery: A
Regional Perspective.
Konferensi ini diselenggarakan oleh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas
Padjadjaran yang bertempat di Hotel Asia
Afrika Bandung. Konferensi ini merupakan
agenda dua tahunan dari RSAI dan menjadi
tempat bagi para ilmuwan regional dan
peneliti dari berbagai disiplin ilmu yang
berbeda dari negara-negara Pasifk dan
sekitarnya, untuk berbagi hasil penelitian
dan mendiskusikan topik terkini tentang
aspek regional dari berbagai isu global.
Menteri PPN/Bappenas Prof. Armida
Alisjahbana menjadi plenary speaker utama
sebagai perwakilan dari IRSA Indonesia.
Selain beliau, ada empat plenary speaker
lain yang turut hadir, yakni Prof. Iwan Jaya
Azis (Cornell University/ADB), Prof. Peter
B. Dixon (Monash University), Prof. Piet
Rietvield (VU University Amsterdam), dan
Prof. Jichung Yang (President of PRSCO).
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
mewakili BAPPENAS mempresentasikan
paper mengenai Evaluasi Strategi
Sertifkasi Tanah di Indonesia. Paper
ini merupakan bagian dari kajian yang
dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan. Paper ini membahas
singkat mengenai kepastian hukum
hak atas tanah, untuk memberikan
informasi yang berkaitan dengan tanah
bagi para pemangku kepentingan, dan
merupakan administrasi pertanahan suara
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-
Undang Pokok Agraria Nomor 5/1960 dan
Peraturan Pemerintah Nomor 24/2007.
Hal ini diyakini bahwa kepastian hukum
atas tanah diperlukan untuk mengurangi
konfik lahan.
masukan dari lokakarya nasional ini dapat
direplikasikan ke daerah lain. Lokakarya
nasional tersebut juga dihadiri oleh
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Dr.
Ir. Oswar Mungkasa, MURP, yang menjadi
salah satu pembicara dengan paparan
mengenai Kebijakan Penetapan Tanah
Adat. Selain itu hadir pula Pelapor Khusus
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk
Hak atas Perumahan yang layak, Raquel
Rolnik dan Kepala Kerjasama Delegasi
Uni Eropa untuk Indonesia, Brunei
Darussalam dan ASEAN, Frank Viault.
Lokakarya nasional ini menghasilkan
beberapa kesimpulan terkait kebijakan
pertanahan, sanitasi, air bersih, dan
hak bertempat tinggal dan bermukim.
Bentuk tanggung jawab kolektif ini tidak
hanya mengantarkan hasil, tapi juga
menunjukkan kontribusi dari Indonesia
Timur dalam merancang RPJMN 2015-
2019, ujar Kemal Taruc, UN-Habitat
Programme.
Selain sebagai masukan terhadap
penyusunan rancangan Rencana
Pemerintah Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2015-2019 yang saat ini tengah
berlangsung di bawah koordinasi
Kementerian PPN/Bappenas, hasil dari
lokakarya nasional ini turut menanggapi
temuan awal Pelapor Khusus PBB untuk
Hak atas Perumahan yang Layak yang
akan menyampaikan laporannya secara
utuh pada Sidang Dewan Hak Asasi
Manusia PBB di Jenewa bulan Maret 2014.
)*+,-+ !-."$+$/(
2
Menuju Smart City

Smart City
Banjir menjadi bencana tahunan yang tidak
bisa dihindari. Kemacetan menjadi menu
wajib setiap hari, tidak hanya di dalam kota
namun sudah meluas ke pinggiran. Public
transport bukannya menjadi kebanggaan,
justru banyak menimbulkan keruwetan.
Aksi kriminal jalanan menghiasi koran
setiap hari.
Permasalahan tersebut dapat dikurangi
dengan penerapan teknologi di berbagai
aspek kehidupan perkotaan. Salah satu
konsep yang saat ini sedang berjalan yakni
konsep Smart City.
Smart citymemang masih menjadi barang
asing di Indonesia. Namun, bukanlah
mimpi yang tak terjangkau, pada saatnya
nanti akan semakin popular dan nyata.
Smart City adalah konsep pembangunan
kota dari Jepang. Konsep itu merupakan
pembangunan kota dengan teknologi,
tujuannya untuk menyelesaikan masalah
yang terjadi pada kota-kota besar untuk
kaum urban.
Smart city merupakan sebuh konsep
dimana tidak hanya sekedar dapat
membuat kehidupan manusia menjadi
lebih baik, tetapi juga membuat kota
menjadi lebih layak untuk ditinggali
nantinya, kata Deputi Gubernur bidang
Tata Ruang dan Lingkungan Hidup
DKI, Sarwo Handayani, saat ditemui di
Kediaman Resmi Kedutaan Besar Jepang,
Konsep Smart City pada umumnya adalah
suatu konsep bagaimana situasi kota bisa
diketahui oleh pengelolanya, warganya,
atau calon pendatang, sehingga kalau ada
ketidakberesan di suatu kota, pemangku
kepentingan bisa segera mengambil
keputusan segera.
Menurutnya, proses pengukuran, mulai
dari mengetahui hingga antisipasi atau
adaptasi akan bisa cepat jika dibantu
dengan teknologi informasi dan
komunikasi. Prosesnya merupakan urutan
sensing (mengukur), understanding
(mengetahui), hingga controlling
(pengendalian).
Smart city adalah sebuah impian dari
publik semua negara di dunia. Berbagai
macam data dan informasi yang berada
disetiap sudut kota dapat dikumpulkan
melalu sensor yang terpasang di setiap
sudut kota, dianalisis dengan aplikasi
cerdas, selanjutnya disajikan sesuai
dengan kebutuhan pengguna melalui
aplikasi yang dapat diakses oleh berbagai
jenis gadget. Pada era yang akan datang,
bisa dibayangkan bahwa kota kota yang
termasuk Smart City dilengkapi fasilitas
yang serba canggih dan bebasis IT. Selain
teknologinya yang serba canggih SDM
nya pun selalu up to date. Seperti negara-
negara maju yang memang penataan kota-
kotanya sudah berbasis IT. Stasiun kereta
api, trafc light, jalan raya, bahkan pejalan
kaki difasilitasi teknologi canggih.
Smart city sendiri secara teoritis dapat
dijabarkan melalui enam dimensi yakni
smart economy, smart mobility, smart
environment, smart people, smart
living, dan smart governance. Enam
dimensi itu berhubungan dengan teori
regional dan neoklasik pertumbuhan dan
pembangunan perkotaan tradisional.
Dengan membangun secara perlahan
demi perlahan, seharusnya konsep smart
city tidak hanya menjadi sebuah konsep
atau impian tetapi dapat diwujudukan
dengan baik di salah satu kota di Indonesia.
Konsep smart city secara sederhana adalah
sebagai berikut (a) Sebuah kota berkinerja
baik dengan berpandangan ke dalam
ekonomi, penduduk, pemerintahan,
mobilitas, lingkungan hidup; (b) Sebuah
kota yang mengontrol dan mengintegrasi
semua infrastruktur termasuk jalan,
jembatan, terowongan, rel, kereta bawah
tanah, bandara, pelabuhan, komunikasi,
air, listrik, dan pengelolaan gedung.
Dengan begitu dapat mengoptomalkan
sumber daya yang dimilikinya serta
merencanakan pencegahannya. Kegiatan
pemeliharaan dan keamanan dipercayakan
kepada penduduknya; (c) Smart City
dapat menghubungkan infrastuktur fsik,
infrastruktur IT, infrastruktur sosial, dan
bisnis infrastruktur untuk meningkatkan
kecerdasan kota; (d) Smart City membuat
kota lebih efsien dan layak huni; (e)
Penggunaan smart computing untuk
membuat smart city dan fasilitasnya
meliputi pendidikan, kesehatan,
keselamatan umum, transportasi yang
lebih cerdas, saling berhubungan dan
efsien.
Banyak faktor yang membuat smart city
ini menjadi sukses di beberapa negara
berkembang, selain inisiatif yang membuat
smart city ini berhasil faktor lain yaitu:
Manajemen dan Organisasi, Teknologi,
Pemerintahan, Kebijakan, Masyarakat,
Ekonomi, Infrastruktur dan, Lingkungan.
Dengan adanya konsep Smart City yang
berkembang saat ini, diharapkan ke
depan dapat membawa perubahan yang
besar dalam konsep tata ruang perkotaan,
memberikan rasa aman dan kenyamanan
bagi warga dan calon pendatang, serta
solusi yang konkret bagi permasalahan
urbanisasi, khususnya di kota-kota besar
seperti Jakarta dan sekitarnya.
(Dari berbagai sumber)
0$0$%$/
3
MEMFASILITASI KONSULTASI
PUBLIK
Konsultasi publik merupakan metode dan cara baru dalam proses perumusan dan
penentuan kebijakan. Dikatakan metode baru karena menggunakan metode terbuka dan
partisipatif dalam merancang dan memutuskan sebuah kebijakan.
Istilah konsultasi publik menjadi populer
dengan berkembangnya proses-
proses partisipatif dalam penentuan
kebijakan dan perumusan/penyusunan
peraturan perundang-undangan yang
akan berdampak pada warga negara.
Buku panduan ini memaparkan apa dan
bagaimana konsultasi publik digunakan
sebagai salah satu metode partisipatif
dalam merancang dan memutuskan
sebuah kebijakan. Konsultasi publik
tidak lain adalah musyawarah antara
warganegara dan pemerintah untuk
mencarai cara terbaik dalam memecahkan
sesuatu, Melalui konsultasi publik relasi
antara warga negara dan pemerintah
dikembangkan menjadi hubungan yang
lebih erat, sejajar dan saling memerlukan
satu sama lain. Pemerintah akan tampil
sebagai pemimpin yang reformis dan
aspiratif, sementara warga negara akan
memiliki forum alternatif yang konstruktif
dalam menyampaikan aspirasi dan
gagasan. Buku panduan ini diharapkan
dapat bermanfaat bagi kalangan warga
negara mengenai cara memanfaatkan
peluang dan akses keterlibatan dalam
perumusan kebijakan melalui konsultasi
publik, sedangkan bagi pemerintah
diharapkan dapat menjadi salah satu
sumber mengenai bagaimana pengelolaan
dan pelaksanaan konsultasi publik yang
lebih partisipatif.
Judul Buku:
MEMFASILITASI KONSULTASI PUBLIK
Refeksi Pengalaman Penyusunan
Rancangan Peraturan Pemerintah
tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengenalian, dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah (RPP -
T2CP2EPRPD).
Penyusun: Yuna Farhan, dkk
Penerbit : FPPM Bandung
Jumlah halaman: 168
DIREKTORAT TATA RUANG DAN PERTANAHAN,
BAPPENAS
Jalan Taman Suropati No. 2A
Gedung Madiun Lt. 3
T : 021
F : 012 345 6789
E : trp@bappenas.go.id
W: www.trp.or.id
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:
Pentingnya Mitigasi Bencana
Meletusnya Gunung Sinabung di
Kabupaten Karo, Sumatera Utara, sejak
tiga bulan yang lalu (November 2013)
memaksa kita untuk siap menghadapi
berbagai bencana dengan membangun
sistem penanggulangan yang disertai
dengan peningkatan kewaspadaan.
Sesuai dengan Pasal 1 ayat 6 PP No 21
Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana, mitigasi
bencana menjadi suatu aspek yang lebih
diperhatikan. Didalam undang-undang ini
dijelaskan bahwa penataan ruang wajib
memperhatikan aspek kebencanaan yang
berada di dalam suatu daerah dengan
mengintegrasikan mitigasi bencana ke
dalam rencana tata ruang nya tersebut.
Berbagai kawasan rawan bencana alam
seperti kawasan rawan letusan gunung
berapi, kawasan rawan gempa bumi,
kawasan rawan tanah longsor,dan lainnya
diarahkan menjadi suatu kawasan lindung.
Pada dasarnya kebencanaan merupakan
suatu aspek yang tidak dapat terpisahkan
dengan ilmu perencanaan wilayah
dan kota. Berada di wilayah dengan
potensi bencana sangat dahsyat
membuat Indonesia harus memiliki
sistem manajemen bencana terpadu
dan terintegrasi untuk meminimalisasi
dampak dari risiko yang ditimbulkan,
mencakup hubungan antara komponen-
komponen ancaman (hazard), kerentanan
(vulnerability), dan kemampuan dalam
mengelola ancaman. Salah satu elemen
terpenting dalam siklus manajemen
bencana adalah upaya mitigasi bencana,
berupa mitigasi struktural serta mitigasi
non struktural.
Peran perencanaan tata ruang dalam
pengurangan resiko bencana telah banyak
diusulkan dalam praktik perencanaan baik
di negara-negara maju maupun negara-
negara berkembang. Tata ruang secara
khusus memiliki kemampuan untuk
mengurangi kerentanan yang terdapat
di dalam suatu wilayah. Dimulai dari
tahap perencanaan, pemanfaatan, hingga
pengendalian, secara tidak langsung
memang diarahkan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui
pengembangan suatu sektor ekonomi,
namun tetap selaras dengan kondisi
lingkungan dengan maksud menghindari
dampak-dampak negatif yang mungkin
terjadi dari pengembangan ekonomi
terhadap kondisi lingkungan.
Pembangunan yang tidak mengindahkan
aspek kebencanaan akan dapat berakibat
pada besarnya resiko bencana yang timbul,
seperti pembangunan permukiman dan
lokasi pariwisata di sepanjang pantai
berpotensi terkena dampak tsunami.
Penggunaan lahan dapat digunakan
sebagai salah satu upaya mitigasi. Tujuan
utama dari pengaturan penggunaan
lahan adalah untuk mengurangi resiko
dampak bencana pada aktivitas dan
properti masyarakat serta infrastruktur
umum. Melalui pengaturan penggunaan
lahan tersebut penggunaan lahan seperti
permukiman, pusat perekonomian serta
infrastruktur akan diarahkan pada kawasan
yang memiliki resiko dampak terendah.
Dengan berada pada lokasi dengan resiko
dampak terendah diharapkan aktivitas-
aktivitas pada penggunaan lahan tersebut
dapat berjalan dengan optimal.
,-%-/%" '1!1(
4

Вам также может понравиться