Вы находитесь на странице: 1из 4

Cara Pemeriksaan Kusta

A. Cara Pemeriksaan
1. Anamnese:
Keluhan yang ada/kapan timbul bercak .
Apakah ada riwayat kontak .
Riwayat pengobatan sebelumnya.

2. Pemeriksaan kulit / rasa raba.
Untuk memeriksa rasa raba dengan memakai ujung kapas yang dilancipkan kemudian
disentuhkan secara tegak lurus pada kelainan kulit yang dicurigai, sebaiknya penderita
duduk pada waktu pemeriksaan .Terlebih dulu petugas menerangkan bahwa bilamana
merasa disentuh bagian tubuh dengan kapas, ia harus menunjuk kulit yang disentuh
dengan jari telunjuknya, menghitung jumlah sentuhan atau dengan menunjukkan jari
tangan keatas untuk bagian yang sulit dijangkau, ini dikerjakan dengan mata terbuka
bilamana hal ini telah jelas, maka ia diminta menutup matanya. Kelainan-kelainan dikulit
diperiksa secara bergantian untuk mengetahui ada tidaknya anestesi . pada telapak tangan
dan kaki memakai bolpoin karena pada tempat ini kulit lebih tebal.

3. Pemeriksaan saraf (nervus )
Peroneus, dan tibialis posterior, namun pemeriksaan yang sering diutamakan pada
saraf ulnaris, peroneus, tibialis posterior, pada umumnya cacat kusta mengikuti
kerusakan pada saraf-saraf utama.

B. Tehnik Pemeriksaan Saraf .
1. Saraf Ulnaris.
Tangan kanan pemeriksa memegang lengan kanan bawah penderita dengan posisi
siku sedikit ditekuk sehingga lengan penderita rileks. Dengan jari telunjuk dan jari
tengah tangan kiri pemeriksa mencari sambil meraba saraf ulnaris di dalam sulkus nervi
Ulnaris yaitu lekuken diantara tonjolan tulang siku dan tonjolan kecil di bagian medial
(epicondilus medialis ). Dengan memberi tekanan ringan pada saraf Ulnaris sambil
digulirkan dan menelusuri keatas dengan halus sambil melihat mimik / reaksi penderita
adakah tampak kesakitan atau tidak.

2. Saraf Peroneus Communis (Poplitea Lateralis).
Penderita diminta duduk disuatu tempat (kursi dll ) dengan kaki dalam keadaan
rilek.
Pemeriksa duduk didepan penderita dengan tangan kanan memeriksa kaki kiri
penderita dan tangan kiri memeriksa kaki kanan .
Pemeriksa meletakkan jari telunjuk dan jari tengah pada pertengahan betis bagian
luar penderita sambil pelan-pelan meraba keatas sampai menemukan benjolan
tulang (caput fibula )setelah menemukan tulang tersebut jari pemeriksa meraba
saraf peroneus 1 cm kearah belakang .
Dengan tekanan yang ringan saraf tersebut digulirkan bergantian kekanan dan kiri
sambil melihat mimik / reaksi penderita .

3. Saraf Tibialis Posterior .
Penderita masih duduk dalam posisi rileks .
Dengan jari telunjuk dan tengah pemeriksa meraba saraf Tibialis Posterior dibagian
belakang bawah dari mata kaki sebelah dalam(maleolus medialis)dengan tangan
menyilang (tangan kiri memeriksa saraf tibialis kiri dan tangan kanan pemeriksa
memeriksa saraf tibialis posteior kanan pasien )
Dengan tekanan ringan saraf tersebut digulirkan sambil melihat mimik / reaksi dari
penderita.

C. Pemeriksaan Gangguan Fungsi Saraf
Untuk mengetahui adanya gangguan pada fungsi saraf yang perlu diperiksa adalah
Mata, Tangan, dan Kaki, Pemeriksaan Fungsi Rasa Raba dan Kekuatan Otot. Alat yang
diperlukan : ballpoin yang ringan dan kertas serta tempat duduk untuk penderita.

Cara pemeriksaan Fungsi Saraf .
Periksa secara berurutan agar tidak ada yang terlewatkan mulai dari kepala sampai
kaki .
1. Mata
Fungsi Motorik (Saraf Facialis )
Penderita diminta memejamkan mata.
Dilihat dari depan / samping apakah mata tertutup dengan sempurna / tidak ,
apakah ada celah .
Bagi mata yang menutup tidak rapat, diukur lebar celahnya lalu dicatat, misal
lagofthalmus 3 mm, mata kiri atau kanan.

Catatan : Untuk fungsi sensorik mata(pemeriksaan kornea, yaitu fungsi saraf
Trigeminus) tidak dilakukan dilapangan .

2. Tangan
Fungsi Sensorik (Saraf Ulnaris dan Medianus )
Posisi penderita: Tangan yang akan diperiksa diletakkan diatas meja/paha
penderita atau tertumpu pada tangan kiri pemeriksa sedemikian rupa, sehingga
semua ujung jari tersangga .
Menjelaskan kepada penderita apa yang akan dilakukan padanya, sambil
memperagakan dengan menyentuhkan ujung ballpoin pada lengannya dan satu
atau dua titik pada telapak tangan
Bila penderita merasakan sentuhan tersebut diminta untuk menunjukkan tempat
sentuhan tersebut dengan jari tangan yang lain .
Tes diulangi sampai penderita mengerti dan kooperatif .
Penderita diminta tutup mata atau menoleh kearah berlawanan dari tangan yang
diperiksa.
Penderita diminta menunjuk tempat yang terasa disentuh .
Usahakan pemeriksaan titik tersebut acak dan tidak berurutan
Penyimpangan letak titik yang bisa diterima < 1,5 cm .

Fungsi Motorik (Kekuatan Otot)Saraf Ulnaris ,Medianus dan Radialis .
Saraf Ulnaris (Kekuatan Otot Jari kelingking).
Tangan kiri pemeriksa memegang ujung jari 2, 3, dan 4 tangan kanan penderita
dengan telapak tangan penderita menghadap keatas dan posisi ektensi (jari
kelingking /5 bebas bergerak tidak terhalang oleh tangan pemeriksa .
Minta penderita mendekatkan dan menjauhkan kelingking dari jari-jari
lainnya,bila penderita dapat melakukannya minta ia menahan kelingkingnya pada
posisi jauh dari jari lainnya , dan kemudian ibu jari pemeriksa mendorong pada
bagian pangkal kelingking.
Penilaian :
Bila jari kelingking penderita tidak dapat mendekat atau menjauh berarti
dari jari lainnya berarti lumpuh.
Bila jari kelingking penderita tidak dapat menahan dorongan pemeriksa
berarti lemah .
Bila jari kelingking penderita dapat menahan dorongapemeriksa ibu jari
bisa maju dan dapat menahan dorongan ibu jari pemeriksa berarti masih
kuat.
Bila masih ragu , penderita diminta menjepit sehelai kertas yang
diletakkan diantara jari manis dan jari kelingking tersebut, lalu pemeriksa
menarik kertas tersebut sambil menilai ada tidaknya tahanan / jepitan
terhadap kertas tesebut .
Bila kertas terlepas dengan mudah berarti kekuatan otot lemah .
Bila ada tahanan terhadap kertas tersebut berarti otot masih kuat

Saraf Medianus (Kekuatan Otot Ibu Jari )
Tangan kanan pemeriksa memegang jari telunjuk sampai kelingking tangan
kanan penderita agar telapak tangan penderita menghadap keatas,dan dalam
posisi ekstensi .
Ibu jari penderita ditegakkan keatas sehingga tegak lurus terhadap telapak tangan
penderita (seakan-akan menunjuk kearah hidung) dan penderita diminta untuk
mempertahankan posisi tersebut.
Jari telunjuk pemeriksa menekan pangkal ibu jari yaitu dari bagian batas antara
punggung dengan telapak mendekati telapak tangan.

Penilaian :
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat .
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti sudah lemah .
Bila tidak ada gerakan berarti lumpuh.

Saraf Radialis ( Kekuatan otot Pergelangan tangan ).
Tangan kiri pemeriksa memegang punggung lengan bawah tangan kanan
penderita .
Penderita diminta menggerakkan pergelangan tangan yang terkepal keatas
(ektensi ).
Penderita diminta bertahan pada posisi ektensi ( keatas) lalu dengan tangan kanan
pemeriksa menekan tangan penderita kebawah kearah fleksi .

Penilaian :
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti masih kuat .
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah .
Bila tidak ada gerakan dan tahanan berarti lumpuh ( pergelangan tangan tidak
bisa digerakkan keatas)
.
3. Kaki
Fungsi Rasa Raba (Saraf Tibialis Posterior )
Kaki kanan penderita diletakan pada paha kiri, usahakan telapak kaki menghadap
keatas .
Tangan kiri pemeriksa menyangga ujung jari kaki penderita .
Cara pemeriksaan sama seperti pada rasa raba tangan.
Pada daerah yang menebal sedikit menekan dengan cekungan berdiameter 1cm.
Jarak penyimpangan yang bisa diterima maksimal 2,5 cm.

Fungsi Motorik: Saraf Peroneus (Saraf Poplitea Lateralis ).
Dalam keadaan duduk ,penderita diminta mengangkat ujung kaki dengan tumit
tetap terletak dilantai / ektensi maksimal (seperti berjalan dengan tumit).
Penderita diminta bertahan pada posisi ekstensi tersebut lalu pemeriksa dengan
kedua tangan menekan punggung kaki penderita kebawah /lantai.

Keterangan:
Bila ada gerakan dan tahanan kuat berarti kuat.
Bila ada gerakan dan tahanan lemah berarti lemah .
Bila tidak ada gerakan dan tahanan lumpuh (ujung kaki tidak bisa ditegakkan
keatas)

Вам также может понравиться