Вы находитесь на странице: 1из 17

Ketahanan Energi Indonesia

Melalui Pembangunan Energy Mix Society di Tahun 2030


Menjadikan Kebhinekaan Energi Sebagai Kekuatan Menuju Ketahanan Energi Indonesia yang Utuh.
Konsep Bhineka Tunggal Ika Dalam Energi Indonesia

September 2014
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
Proyek PGN Dalam Mendukung MP3EI
1. Pendahuluan
Proyek PGN yang terkait dengan MP3EI antara lain yaitu:
FSRU Lampung






Jaringan Distribusi Lampung
Parameter Detail
Nilai Investasi + 8p. 2.3 1rllyun (LClC dan Moorlng)
Kapasitas Regasifikasi 240 MMSCFD
Progress rogres lS8u & Moorlng : 8eallsasl 99.9
Parameter Detail
Nilai Investasi
+ 8p. 612.2 Mllyar (Lampung ulsLrlbuuon lpellne ).
Progress ! konsLruksl Lampung ulsLrlbuuon lpellne 82.3
! embangunan Cmake SLauon dl 2 lokasl
! MaLerlal plpa dan valve sudah Lerklrlm 100 darl volume
LerkonLrak.

Proyek PGN Dalam Mendukung MP3EI
1. Pendahuluan
Towing LNG Carrier oleh tug boat
mendekat ke arah FSRU
!"# %&''()' *&+&, -'./)/ 0)'/&1*&' -&*&
2345 !&,-617
Transfer LNG dari LNG Carrier ke
FSRU Lampung dengan flexible hose
Ship To Ship Transfer Tampak
Belakang
Proyek FSRF Lampung
4
Koridor Wilayah
1 Sumatera
2 Jawa
3 Kalimantan
4 Sulawesi
5 Bali Nusa Tenggara
6 Papua - Maluku
MP3EI Sebagai Informasi Sebaran Demand Locus
1. Pendahuluan
Malaysia
Thailand
Malaysia
Papua
New
Guinea
Timor-Leste
Reg! #
Reg! #$
Reg! $
Reg! $#
Reg! $##
Reg!
$###
Reg!
#%
Reg! %
Reg! %#
Reg! %##
Reg! ##
Reg! ###
Region Wilayah
I Nanggroe Aceh Darussalam
II Sumatera Bagian Utara
III Sumatera Bagian Tengah & Selatan
IV Jawa Bagian Barat
V Jawa Bagian Tengah
VI Jawa Bagian Timur
VII Kalimantan Bagian Timur
VIII Sulawesi Bagian Selatan
IX Sulawesi Bagian Tengah
X Papua
XI Kepulauan Riau
XII Maluku Selatan
Koridor Ekonomi dalam MP3EI
Neraca Gas Indonesia
Koridor 1 - Sumatera
Sentra Produksi & Pengolahan
Hasil Bumi dan Lumbung Energi
Nasional
Koridor 3 - Kalimantan
Pusat Produksi & Pengolahan
Hasil Bumi & Lumbung Energi
Nasional
Koridor 4 - Sulawesi
Pusat Produksi & Pengolahan
Hasil Pertanian, Perkebunan,
Perikanan, Migas &
Pertambangan Nasional
Koridor 5 Bali - NT
Pintu Gerbang Pariwisata &
Pendukung Pangan Nasional
Koridor 6 Papua -
Maluku
Pusat Pengembangan
Pangan, Perikanan, Energi &
Pertambangan Nasional
Reg. I
Reg.
II Reg.
III Reg.
XI
Reg.
VII
Reg.
VIII
Reg.
IX
Reg.
X
Reg.
XII
Koridor 2 - Jawa
Pendorong Industri & Jasa
Nasional
Reg.
IV
Reg.
V
Reg.
VI
Pusat Beban
Catatan:
Koridor 1 yang terdiri dari Region IV, V,
VI dijadikan spesialisasi untuk pusat
beban energi nasional.
Demand energi yang tersebar di
koridor 1, 3, 4, 5, 6 tidak sebesar
koridor 2. Dan dapat dikategorikan
demand Beban Kota.
Beban Kota terdiri dari Transportasi,
RT, Komersial.
MP3EI Sebagai Informasi Sebaran Demand Locus
1. Pendahuluan
Dalam Konsep MP3EI Koridor 2 Jawa Menjadi Pusat Beban Energi Nasional
Dalam Hal Neraca Supply Demand Energi
1. MP3EI belum mencantumkan skenario energi yang akan digunakan dalam pencapaian target pembangunan
ekonomi yang ditentukan.
2. Melihat pada proyeksi pertumbuhan ekonomi dan pertambahan kebutuhan energi Indonesia, maka kebutuhan
energi tersebut tidak mungkin dipenuhi oleh satu jenis energi.
3. Indonesia tidak memiliki cadangan Minyak sebesar Saudi Arabia dan gas bumi sebesar Rusia, namun
Indonesia memiliki portofolio energi yang besar.
Skenario MP3EI dan Skenario Energi Untuk Pemenuhannya
1. Pendahuluan
Indonesia Memerlukan Konsep Energi yang Sesuai
Dengan Potensi Spesifik Indonesia
1. Pendahuluan
Indonesia berupaya untuk melakukan transformasi
(yang terlambat) dari oil based economy ke
natural gas society.
Pola kelola dan konsumsi energi dibentuk dengan
minyak berlimpah yang terwarisi sampai ke
kondisi minyak menipis (subsidi BBM, dll);
Kondisi APBN menciptakan kerancuan optimasi
pemanfaatan energi.
Pengembangan energi selain Migas yang terlantar
Portofolio Energi Indonesia
Sumber: www4.bkpm.go.id
Fakta Indonesia adalah negara kepulauan yang tidak
memiliki kesamaan tantangan baik geografis, demografis
dan portoflio energi yang besar;
Fakta Indonesia, tidak dapat menciptakan ketahanan
energi di setiap wilayah (pulau) melalui pemanfaatan satu
jenis energi;
Fakta Indonesia, negara yang unik yang harus melihat
bahwa oil based, natural gas society dan RE society
dapat dikelola dan co-exist dalam komposisi optimum
dalam menciptakan ketahanan energi.
Pertimbangan Dalam Pembangunan Konsep Pengelolaan Energi Indonesia
1. Pendahuluan
Pe n g e l o l a a n e n e r g i I n d o n e s i a h a r u s
mempertimbangkan tiga dimensi yaitu waktu,
geopolitik dan portofolio energi
Dimensi waktu: berarti memperhatikan faktor
utama penentu ketahanan energi di saat ini dan di
masa depan. Saat ini yaitu saat Indonesia masih
memiliki cadangan energi yang besar dan masa
depan adalah saat cadangan energi sudah menipis.
Dimensi geopolitik: berarti perencanaan melihat
pada peta kawasan dan internasional dalam upaya
ketahanan energi. Di masa depan, saat Indonesia
tidak memiliki cadangan energi yang memadai
maka penyediaan energi harus melalui impor
dengan kompetisi akuisisi energi di kawasan dan
internasional.
Dimensi portofolio energi: berarti pengelolaan
energi Indonesia yang semakin tidak tergantung
pada satu jenis energi dan menuju pada optimasi
potensi energi nasional berupa bauran energi yang
ideal.
Pemanfaatan Energi Domestik Untuk Pembangunan Keunggulan Daya Saing Nasional
Sebagai Upaya Pembangunan Ketahanan Energi di Masa Depan
2. Dimensi Waktu Dan Paradigma Pemanfaatan Energi Indonesia
Perubahan paradigma pemanfaatan energi yang semula sebagai sumber pendapatan sebesar-besar negara
menjadi modal pembangunan yang berkelanjutan adalah tepat namun belum optimal dalam implementasi;
Pemanfaatan energi domestik di dalam negeri sebagai bagian dari pembangunan keunggulan daya saing
industri domestik melalui strategi energi yang kompetitif, bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi, tapi
tentang pembangunan kemampuan penciptaan ketahanan energi di masa depan.
Di masa depan saat cadangan energi Indonesia yang sudah habis, maka sumber energi harus didapatkan
dari luar negeri. Namun tidak hanya Indonesia yang membutuhkan energi tapi negera lain juga demikian.
Kemampuan akuisisi energi Indonesia di pasar energi Internasional ditentukan oleh kekuatan dari Industri
domestiknya.
Pembangunan keunggulan daya saing industri domestik melalui pemanfaatan energi domestik adalah upaya
pembangunan ketahanan energi nasional di masa depan.
Ketahanan Energi Nasional Sebagai Integrasi Ketahanan Energi Daerah
Melihat Indonesia sebagai Cluster dari banyak daerah yang harus memiliki ketahanan energi di tiap daerah
secara mandiri dan secara cluster yang saling memperkuat;
Melakukan pembangunan ketahanan energi daerah dengan optimasi potensi energi spesifik di masing-masing
daerah;
Sumber energi besar (batubara, gas bumi, minyak atau panas bumi) diperlakukan sebagai sumber energi cluster
yang akan menyediakan energi sampai dengan setiap daerah mampu mengoptimalkan sumber energi
spesifiknya;
Ini berarti tidak semua daerah harus dialiri gas bumi, tidak semua memerlukan batu bara namun kembali kepada
spesifikasi kebutuhan dasar setiap daerah yaitu setiap daerah membutuhkan energi;
Optimasi Energy Mix memerlukan Identifikasi Demand Mix. Penentuan secara spesifik demand untuk tiap energi.
3. Konsep Energy Mix Society untuk Kedaulatan Energi Indonesia
Identifikasi Permasalahan Energi Nasional
Kebutuhan Energi Indonesia
Pemenuhan dalam bentuk listrik yang terus meningkat dan rasio elektrifikasi yang belum mencapai 100%. Pembangkitan menggunakan BBM di pulau
pulau terpisah
Pertumbuhan jumlah kendaraan yang membutuhkan BBM terus meningkat dan hampir 2x lipat dari produksi minyak domestik.
Energi untuk rumah tangga yang tersebar di seluruh Indonesia
Energi untuk kebutuhan industri yang pertumbuhannya terkendala karena tidak ada energi memadai infrastruktur energi terbatas
Di permukaan:
Defisit neraca anggaran karena subsidi energi untuk kendaraan, listrik yang menggunakan minyak (BBM) begitu besar;
Ketergantungan pada asing untuk penyediaan minyak di dalam negeri membuat rapuh ketahanan energi;
Ketidakmampuan eksploitas sumber energi secara mandiri
Paradigma menggunakan energi sebagai komoditas
Tidak Menyokong
Tidak Mampu Lagi
Menyokong
Tidak Optimal Menyokong Tidak Optimal Menyokong
Minyak Bumi Gas Bumi
Batu Bara
EBT
Rendahnya temuan baru
Kapasitas kilang tidak
memadai
Pemanfaatan domestik
rendah:
Ekspor besar
Infrastruktur terbatas dan
lambat pertumbuhan
Skema pengelolaan industri
yang destruktif
Minim sinergi
!.
Ekspor besar
Ekspor ilegal
Perkembangan tekniologi
untuk minimalisasi dampak
lingkungan lambat
!.
Eksploitasi rendah
Kurang support / insentif
!.
3. Konsep Energy Mix Society untuk Kedaulatan Energi Indonesia
Kedaulatan
Energi
Ketahanan Energi
Kemandirian
Energi
Kapabilitas
Akuisi Energi
Ex. Swedia,
Singapura
Industri Domestik
yang Kuat
Kompetisi Akuisisi
Energi
komoditas
Modal Pembangunan
Competitive
Fuel
Competitive
Feedstock
Domestic Industry
Competitive Advantage
Competitive & Energy
Efficiency Strategy
Domestic Energy
Energy Mix Society
Approach.
Brain ware
optimization
Paradigma
Shifting
Higher ATP/
Certainty
Strategi
Pengelolaan Gas Bumi
Strategi
Pengelolaan MInyak
Strategi
Pengelolaan Batubara
Strategi
Pengelolaan EBT
Energy Portfolio Management
International Market
Regional/World Competition in
Energy Acquisition
3. Konsep Energy Mix Society untuk Kedaulatan Energi Indonesia
Domestic Energy
Energy Mix Society
Approach.
Strategi
Pengelolaan Gas Bumi
Strategi
Pengelolaan MInyak
Strategi
Pengelolaan Batubara
Strategi
Pengelolaan EBT
Energy Portfolio Management
Strategy Theme
Akselerasi pemenuhan aspek 4A
(Availability; Affordability;
Acceptability; Accessibility)
Development Phase Approach
a. Percepatan pembangunan infrastruktur energi
b. Al okasi Gas sebagai bagi an per kuat an
pembangunan infrastruktur
c. Skema bisnis dengan penjaminan investasi
pengembang infrastruktur
d. Skema penyaluran efisien dan efektif untuk
competitiveness
e. Sinkronisasi dan sinergi dalam realisasi
Konsep Pengelolaan Energi Gas
4. Terobosan Skema Kelola Gas Bumi
Konsep Pengelolaan Energi Gas
Strategy Theme
Akselerasi Peningkatan
Pemanfaatan Domestik
Skema Optimasi Utilisasi
Infrastruktur Gas
Skema Harga
di Hulu & Hilir
Skema Alokasi Gas
Skema Pengembangan
Infrastruktur
Perencanaan
Terintegrasi
Sinkronisasi perencanaan produksi (PoD), Neraca Gas Bumi Indonesia, RIJTDGBN dan
RoadMap Klaterisasi Industri, menjadi RoadMap Pengelolaan Gas Bumi Indonesia.
Pendekatan demand driven8
Harga di hulu dengan optimasi antara harga keekonomian (HPP) dan market value;
Sinkronisasi hulu dan hilir dengan bentuk Hilir sebagai Eligible Buyer (penjamin keekonomian)
untuk produksi di hulu.
Pengaturan harga di hilir untuk End User dengan harga yang mendukung keunggulan daya saing
domestik.
Alokasi gas diberikan pada upaya pengembangan infrastruktur sebagai bentuk pemberian
kekuatan keekonomian untuk kemudian disampaikan kepada sektor prioritas nasional
Alokasi gas di hilir diawasi oleh pemerintah dalam hal kuantitas dan SLA oleh Pengelola Gas
yang ditunjuk. (Pengelola gas adalah penyalur gas bumi dengan pembangunan infrastruktur gas)
Pengembangan infrastruktur dilakukan dengan mekanisme fokus pada penjaminan realisasi.
Bila pelelangan dilakukan dengan bentuk Eligibility yang jelas dan mekanisme penjaminan
realisasi yang tegas.
Diusulkan dengan mekanisme penawaran langsung atau penugasan dari pemerintah.
Untuk jaringan distribusi dilakukan dengan skema LDC (Local Distribution Company) yang akan
menyediakan gas bersamaan dengan pengembangan infrastruktur gas. Sebagai bentuk
penjaminan investasi.
Pengelola jairngan distribusi sebagai penjamin through put transmisi.
Utilisasi infrastruktur untuk sektor tertentu yang terkait kepentingan umum seperti RT, SPBG
Utilisasi jaringan transmisi yang menginterkoneksi beberapa WJD yang dikelola Pengelola Gas
4. Terobosan Skema Kelola Gas Bumi
Brunei Darussalam
Produksi migas 800 kboe/d
tahun 2030
Kapasitas 10 MW solar cell
2030
Penurunan intensitas energi
25% tahun 2030 dari ahun
2005
Harga listrik bertingkat
Kamboja
Optimasi PLTA untuk
domestik
15% EBT tahun 2015
Manajemen produksi migas
Elektrifikasi 70% untuk RT
tahun 2030
Penurunan final energy
demand 10% tahun 2030
Laos
Optimasi PLTA dan EBT
untuk domestik
Bangun 5 GW PLTA dan 1,9
GW PLTU Batubara
Integrasi listrik dengan
Thailand dan Vietnam.
Porsi EBT 30% tahun 2025
Target 10% biofuel untuk
transportasi
Penurunan final energy
demand 10% 2025
Elektrifikasi 80% tahun 2015
dan 90% 2030.
Malaysia
Tambahan 3,1 GW dan ganti
7,7 GW tahun 2020.
Pembangkit EBT 935 MW
Nuklir sebagai opsi
Reduksi intensita energi 10%
tahun 2030
Myanmar
Penurunan konsumsi energi
5% tahun 2030
Sol ar dan Bensi n harga
diindeksasi ke harga spot
market di Singapura
Filipina
Peni ngkat an kapasi t as
pembangkit listrik 29 GW di
tahun 2030
Interkoneksi seluruh pulau
EBT sebesar 15 GW tahun
2030
Efisiensi 10% tahun 2030
Elektrifikasi 90% tahun 2017
Konversi LPG
CNG untuk kendaraan umum
Ethanol blend untuk bensin
20% tahun 2020
Singapura
5 strategi s: Di versi fi kasi
pasokan energi; peningkatan
i nfrastruktur dan si stem;
peningkatan efisiensi energi;
perkuatan ekonomi hijau;
penjaminan harga energi yg
kompetitif
Jadi Gas Hub besar
5 % listrik dari EBT tahun
2020
Thailand
Peningkatan kapasitas 71
GW tahun 2030
Pengenalan nuklir 2026
Peningkatan gas bumi
EBT 25% tahun 2030
Peningkatan stock minyak 45
hari dari net import dan
menjadi 90 hari.
Vietnam
Kapasitas listrik menjadi 150
GW tahun 2030
Pembangkitan 5% dari EBT
tahun 2020
Pembangkitan nuklir 12 GW
tahun 2030
Stok minyak 90 hari dari net
import tahun 2025
Elektrifikasi 100% tahun 2020
Sumber: IEA SouthEast Asia Energy Outlook (2013)
5. Dimensi Geopolitik Dalam Pengelolaan Energi Indonesia
5. Dimensi Geopolitik Dalam Pengelolaan Energi Indonesia
Indonesia harus memiliki Awareness secara internasional
dalam perencanaan pengelolaan Energi nasional
5. Kesimpulan
Ketahanan Energi Indonesia membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan
kondisi spesifik Indonesia.
Kebhinekaan energi Indonesia adalah kekuatan, sehingga penciptaan ketahanan
energi nasional melalui bauran energi sesuai portofolio potensi energi di setiap
daerah adalah tepat
Pemanfaatan energi domestik untuk pembangunan keunggulan daya saing
nasional adalah upaya pembangunan ketahanan energi nasional di masa depan.
Indonesia memerlukan penyesuaian tata kelola gas dengan terobosan sehingga
mampu menjawab tantangan energi saat ini. Antara lain dalam skema
pembangunan infrastruktur, alokasi gas dan kegiatan usaha hilir.

Вам также может понравиться