Вы находитесь на странице: 1из 25

ANALISA TINDAKAN

PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN MATERNITAS


RSUD UNGARAN

Tanggal Tindakan Keterangan Kasus Analisa Teori Hasil
14/3/14 IMD (Inisiasi
Menyusui
Dini)
Observasi Ny. A (22 tahun)
melahirkan seorang anak
berjenis kelamin laki-laki
pada tanggal tanggal 14
Maret 2014 pukul 21.35
WIB. Sesaat setelah
melahirkan, dilakukan
IMD (Inisiasi Menyusui
Dini) pada Ny. A dan
bayinya.
Inisiasi menyusui dini
(IMD) didefinisikan sebagai proses
membiarkan bayi menyusu sendiri
setelah kelahiran. Bayi diletakkan
di dada ibunya dan bayi itu sendiri
dengan segala upayanya mencari
puting untuk segera menyusui.
Jangka waktunya adalahh sesegera
mungkin setelah setelah
melahirkan. Bayi disusui selama 1
jam atau lebih di dada ibunya
segera setelah lahir. Isapan bayi
penting dalam meningkatkan kadar
hormon prolaktin, yaitu hormon
yang merangsang kelenjar susu
untuk memproduksi ASI. Isapan itu
akan meningkatkan produksi susu 2
kali lipat.
Beberapa manfaat lain
IMD adalah sebagai berikut :
1. Ketik bayi diletakkan di dada
ibunya, ia berada tepat di tas
Sesaat setelah melahirkan,
dilakukan IMD (Inisiasi
Menyusui Dini) pada Ny. A dan
bayinya. 30 menit pertama bayi
Ny. A belum juga menemukan
puting ibunya, 30 menit kedua
(setelah 1 jam), bayi belum juga
menemukan puting ibunya. Ia
justru tengkurap tenang di atas
tubuh ibu sambil memainkan
tangan mungilnya yang berada
di atas payudara ibunya, serta
mata hanya berkedip-kedip. 30
menit ketiga (setelah 1,5 jam
bayi Ny. A baru bisa
menemukan puting ibunya dan
mulai menghisap).
rahim ibu. Hal itu membantu
menekan plasenta dan
mengecilkan rahim ibu.
Dengan begitu, perdarahan ibu
akan berhenti karena ada
kontraksi rahim. Setiap 2 jam,
ada ibu meninggal karena
perdarahan. Kalau semua
melakukan IMD maka akan
ada penurunan angka
perdarahan. IMD berlangsung
minimal 1 jam dengan posisi
bayi melekat di dada ibunya.
Kalau belum mendekat ke
puting susu ibunya maka
tambahkan satu setengah jam
lagi. Kata kuncinya adalah
segera.
2. Rasa kasih sayang meningkat
karena adanya kontak
langsung keduanya (kulit
dengan kulit)
3. Ambang nyerinya akan
meningkat sehingga tidak
gampang sakit waktu IMD.
Dalam perkembangannya,
semua bayi akan melalui 5 tahapan
yang sama saat IMD, antara lain :
1. Adaptasi melek merem, yakni
ketika bayi berhadap-hadapan
dengan ibunya.
2. Sesudah bayi tenang baru
mengecap bagian atas telapak
tangannya. Bau di telapak
tangan tersebut mirip dengan
ASI yang akan keluar. Jadi,
bau ini memandu bayi untuk
mencari puting susu ibunya.
Oleh karena itu, saat
membersihkan bayi, bagian
atas telapak tangannya jangan
dibersihkan, biarkan saja.
3. Menekan di atas perut tepat di
atas rahim guna menghentikan
perdarahan. Hal tersebut dapat
membantu mengecilkan
kontraksi rahim.
4. Waktu merayap, bayi akan
menekan payudara dan hal
tersebut akan merangsang susu
keluar. Sambil bergerak, ia
menjilat. Dengan jilatannya
itu, ia mengambil bakteri dari
kulit ibunya. Seberapa banyak
ia menjilat, cuma ia yang tahu
berapa kebutuhannya akan
bakteri yang masuk ke
pencernaannya itu dan menjadi
bakteri Lactobacillus. Ia
kulum dulu, kemudian dijilat
sampai ia yakin oksitusi
ibunya cukup, baru dia naik ke
atas. Jadi, hanya ia yang tahu.
5. Setelah merasa cukup maka ia
akan bergerak ke arah puting
susu sampai menemukannya.
Pada saat tersebut, tidak mesti
ASI keluar. Yang penting, ia
telah mencapai puting dan
mulai mengisap-isap.
Walaupun ia sudah
menemukan puting susu
ibunya, biarkan selama 1 jam
untuk proses skin to skin
contact. (Yuliarti, 2010)
18/3/14 Pemeriksaan
Leopold
Mandiri
didampingi
Ny. J (34 tahun) hamil 39
minggu datang ke Poli
KIA RSUD Ungaran
pada tanggal 18 Maret
2014 untuk
memeriksakan
kandungannya.
Teknik pemeriksaan palpasi
kehamilan.
Pemeriksaan palpasi yang
biasa dipergunakan untuk
menetapkan kedudukan janin dalam
rahim dan tuanya kehamilan terdiri
dari :
1. Pemeriksaan menurut Leopold
I-IV.
Dari pemeriksaan Leopold
diperoleh hasil :
Leopold I : Bulat, lunak
Leopold II : Puka
Leopold III : Bulat, keras
Leopold IV : Konvergen, Hodge
I
Usia kehamilan 39 minggu
Tinggi fundus uteri 36 cm
2. Pemeriksaan yang sifatnya
membantu pemeriksaan
Leopold adalah :
a. Membantu Leopold II
Pemeriksaan menurut
Budine.
Pemeriksaan menurut
Ahlfeld.
b. Membantu pemeriksaan
Leopold III.
Pemeriksaan Kneble.
Dengan memahami
pemeriksaan menurut Leopold
dengan baik, sudah dapat
menetapkan kedudukan janin.
Tahap-tahap pemeriksaan
menurut Leopold adalah sebagai
berikut :
1. Tahap persiapan pemeriksaan
Leopold.
a. Penderita tidur terlentang
dengan kepala lebih
tinggi.
b. Kedudukan tangan pada
saat pemeriksaan dapat di
atas kepala atau membujur
di samping badan.
c. Kaki ditekukkan sedikit

sehingga dinding perut
lemes.
d. Bagian perut penderita
dibuka seperlunya.
e. Pemeriksaan menghadap
ke muka penderita saat
melakukan pemeriksaan
Leopold I sampai III,
sedangkan saat melakukan
pemeriksaan Leopold IV
pemeriksa menghadap ke
kaki.
2. Tahap pemeriksaan Leopold.
a. Leopold I.
Kedua telapak tangan
pada fundus uteri untuk
menentukan tinggi
fundus uteri, sehingga
perkiraan umur
kehamilan dapat
disesuaikan dengan
tanggal haid terakhir.
Bagian apa yang
terletak di fundus uteri.
Pada letak membujur
sungsang, kepala bulat
keras dan melenting
pada goyangan, pada
letak kepala akan
teraba bokong pada
fundus : tidak keras tak
melenting, dan tidak
bulat ; pada letak
lintang, fundus uteri
tidak diisi oleh bagian-
bagian janin.
b. Leopold II.
Kemudian kedua tangan
diturunkan menelusuri tepi
uterus untuk menetapkan
bagian apa yang terletak di
bagian samping.
Letak membujur dapat
ditetapkan punggung
anak, yang teraba rata
dengan tulang iga
seperti papan cuci.
Pada letak lintang
dapat ditetapkan di
mana kepala janin.
c. Leopold III.
Menetapkan bagian apa
yang terdapat di atas
simfisis pubis.
Kepala akan teraba bulat
dan keras sedangkan
bokong teraba tidak keras
dan tidak bulat. Pada letak
lintang simfisi pubis akan
kosong.
d. Leopold IV
Pada pemeriksaan Leopold
IV, pemeriksaan
menghadap ke arah kaki
penderita untuk
menetapkan bagian
terendah janin yang masuk
ke pintu atas panggul.
Bila bagian terendah
masuk PAP telah
melampaui lingkaran
terbesarnya, maka tangan
yang melakukan
pemeriksaan divergen,
sedangkan bila lingkaran
terbesarnya belum masuk
PAP maka tangan
pemeriksa konvergen.
Pemeriksaan pembantu Leopold
adalah sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Budine
Dipergunkan pada letak
membujur, untuk lebih
menetapkan dimana punggung
janin berada.
Teknik : fundus uteri didorong
ke bawah, badan janin akan
melengkung sehingga punggung
mudah ditetapkan.
2. Pemeriksaan menurut Ahlfeld.
Janin dengan letak membujur
didorong ke salah satu sisi
sehingga janin mengisi ruangan
yang lebih terbatas. Dengan
mendorong janin ke satu arah,
maka pemeriksaan punggung
janin lebih mudah dilakukan.
3. Pemeriksaan menurut Kneble.
Pemeriksaan ini sama dengan
pemeriksaan menurut Leopold
III. (Manuaba, 1998)
20/3/14 Penilaian
APGAR
SCORE
Observasi Bayi Ny. M lahir tidak
menangis, warna kulit
pucat serta tonus otot
lemah. Plasenta lahir
spontan, kotiledon
lengkap, bayi lahir pada
usia kehamilan 39
minggu.
Penilaian skor Apgar
Prosedur
1. Hitung frekuensi jantung.
2. Kaji kemampuan bernapas.
3. Kaji tonus otot.
4. Kaji kemampuan refleks.
5. Kaji warna kulit.
6. Hitung total skor yang didapat
dari hasil pengkajian.
7. Tentukan hasil penilaian ke
dalam tiga kategori asfiksi, yaitu
Berdasarkan hasil pemeriksaan
APGAR score, pada bayi Ny. M
dinyatakan mengalami asfiksia
sedang karena skor Apgar pada
1 menit bernilai 6. Skor Apgar 1
menit, 5 menit, 10 menit adalah
6,7,9.
:
a. Adaptasi baik : skor 7-10
b. Asfiksia ringan-sedang :
skor 4-6
c. Asfiksia berat : 0-3
Penilaian tersebut dilakukan pada 1
menit, 5 menit, 10 menit, dan 15
menit setelah bayi baru lahir.
Penilaian APGAR Score :
A. Denyut jantung
0 : Tidak ada
1 : < 100
2 : > 100
B. Usaha nafas
0 : Tidak ada
1 : Lambat
2 : Menangis
C. Tonus otot
0 : Lumpuh
1 : Ekstrimitas sedikit fleksi
2 : Reaksi melawan
D. Refleks
0 : Tidak bereaksi
1 : Gerakan sedikit
2 : Reaksi melawan
E. Warna kulit
0 : Seluruh tubuh biru/pucat
1 : Tubuh merah, ekstrimitas
biru
2 : Seluruh tubuh kemerahan
(Hidayat, 2008)
22/3/14 Pemeriksaan
Denyut
Jantung Janin
Mandiri
didampingi
Ny. A (36 tahun) masuk
ke ruang Flamboyan
(VK) RSUD Ungaran
pada pukul 20.00 WIB.
Klien sudah merasakan
kenceng-kenceng pada
perut sehingga dilakukan
observasi setiap 30
menit. Awal masuk ke
ruang VK dilakukan
pemeriksaan TTV, DJJ,
TFU, Leopold, dan VT.
Pemeriksaan denyut jantung janin
Setelah punggung janin dapat
ditetapkan, diikuti dengan
pemeriksaan denyut jantung janin
sebagai berikut :
a. Kaki ibu hamil diluruskan
sehingga punggung janin lebih
dekat dengan dinding perut ibu.
b. Pungtum maksimum denyut
jantung janin ditetapkan di
sekitar skapula.
c. Denyut jantung janin dihitung
dengan cara menghitung 5 detik
pertama, interval 5 detik
dilanjutkan menghitung untuk 5
detik kedua, interval 5 detik
dilnjutkan menghitung untuk 5
detik ketiga. Jumlah perhitungan
selama 3x setiap 5 detik
dikalikan empat, sehingga
denyut jantung janin selama satu
menit dapat ditetapkan
Jumlah denyut jantung janin
normal antara 120-140 denyut
per menit. (Manuaba, 1998)
Dari pemeriksaan DJJ
menggunakan Doppler diperoleh
hasil 11-12-12 artinya pada 5
menit pertama terdengar 11x
denyut, selang 5 menit dilakukan
DJJ pada 5 menit kedua
diperoleh hasil 12x denyut dan
selang 5 menit dilakukan DJJ
lagi pada 5 menit ketiga
diperoleh 12x denyut. Jadi
jumlah DJJ pada janin Ny. A
adalah (11 + 12 + 12) x 4 = 140
dpm.
Denyut jantung janin baru dapat
didengar pada usia kehamilan 16
minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ:
a. Takikardi berat: detak jantung
diatas 180x/mnt
b. Takikardi ringan: antara 160-
180x/mnt
c. Normal: antara 120-160 x/mnt
d. Bradikardia ringan: antara
100-119x/mnt
e. Bradikardia sedang: antara 80-
100x/mnt
f. Bradikardia berat: kurang dari
80x/mnt (Benson, 2008)
22/3/14 Pemeriksaan
Vagina
Toucher (VT)
Observasi Ny. A (36 tahun) masuk
ke ruang Flamboyan
(VK) RSUD Ungaran
pada pukul 20.00 WIB.
Klien sudah merasakan
kenceng-kenceng pada
perut sehingga dilakukan
observasi setiap 30
menit. Awal masuk ke
ruang VK dilakukan
pemeriksaan TTV, DJJ,
TFU, Leopold, dan VT.
Periksa dalam atau biasa
disebut VT (Vagina Toucher)
adalah suatu prosedur pemeriksaan
rongga panggul dan leher rahim
yang dilakukan oleh bidan atau
dokter kandungan. Sebagian
perempuan merasakan
ketidaknyamanan dalam menjalani
pemeriksaan ini.
Bidan atau dokter pertama
kali akan mencuci tangan lalu
menggunakan sarung tangan steril.
Ibu hamil diminta untuk membuka
kedua pahanya dengan lebar dan
Dari hasil pemeriksaan VT yang
dilakukan pada Ny. A, telah
terjadi pembukaan 1 cm dan
belum teraba penurunan kepala.
kaki ditekuk sambil menarik napas.
Tangan kiri bidan akan
membeberkan bibir kemaluan. Pada
saat yang sama, jari telunjuk dan
jari tengah dari tangan kanannya
secara pelan-pelan masuk ke dalam
vagina sambil meraba bagian
dinding dalam vagina dan leher
rahim, sementara tangan kirinya
berpindah ke perut sambil sedikit
menekan-nekan perut.
Periksa dalam dilakukan
selama maksimal 30-45 detik.
Periksa dalam dilakukan untuk
mendiagnosis kehamilan. Jadi akan
dilakukan pada ibu hamil yang
pertama kali datang ke bidan atau
dokter. Selanjutnya, pemeriksaan
dalam akan dilakukan secara
intensif menjelang persalinan.
Periksa dalam dapat meraba
kekakuan atau kelenturan leher
rahim, pembukaan leher rahim,
keadaan ketuban, dan posisi kepala
janin serta ukuran panggul. (Sinsin,
2008)
Tahap pada Vagina Touching yaitu
:
b. Tahap Pra Interaksi
1) Cuci tangan
2) Siapkan alat:
a) Handscon
b) Cairan DTT
c) Kapas
d) Kain / selimut
c. Tahap Orientasi
1) Menjelaskan prosedur
dan tujuan kepada klien
2) Meminta persetujuan klien
d. Tahap Kerja
1) Jaga privasi klien
2) Buka pakaian bagian
bawah klien dan
menutupnya dengan
selimut
3) Bantu klien untuk posisi
litotomi
4) Pakai sarung tangan
5) Ambil kapas yang telah
dicampur dengan cairan
DTT
6) Jari telunjuk tangan dan
jari tengah dimasukkan
dalam vagina klien
7) Jari tengah di bawah yang
masuk agak menekan
lubang vagina setelah itu
baru masuk jari telunjuk
8) Tanggan kiri membuka
pubis mayor dan minor
9) Telusuri kebawah adanya
nyeri tekan dan bentuknya
besar atau kecil.
10) Kembalikan klien ke
posisi semula
11) Mencuci tangan
12) Bereskan alat
e. Tahap Terminasi
1) Mengevaluasi respon
pasien
2) Dokumentasi
22/3/14 Pengukuran
Antropometri
Bayi
Observasi Bayi Ny. E lahir pada
tanggal 22 Maret 2014
pukul 23.00 WIB
A. Prosedur Teori (Mengukur
BB)
1. Siapkan alat : Timbangan
BB khusus untuk balita
2. Mencuci tangan
3. Pakai sarung tangan bila
perlu
4. Menjelaskan prosedur,
meminta izin pada orang
tua bayi
5. Meletakan bayi di atas
timbangan khusus
timbangan bayi
Berdasarkan hasil pemeriksaan
diperoleh hasil BB : 3.500 gram,
PB : 49 cm, LK : 34 cm, LD : 35
cm.
6. Timbang BB bayi
7. Baca hasil BB bayi tersebut
8. Memberitahukan hasil BB
bayi pada orang tua bayi
dan
9. Dokumentasi hasil (3.500
gram)

B. Prosedur Mengukur Panjang
Badan
a. Siapkan alat : Pita ukur dan
alat lain yang lebih akurat
b. Cuci tangan
c. Pakai sarung tangan bila
perlu
d. Jelaskan prosedur pada
orang bayi dan meminta ijin
(Bila hanya mengukur PB
saja)
e. Letakan bayi bayi pada
posisi telentang di tempat
yang rata serta luruskan
kakinya
f. Ukur panjang bayi
g. Baca hasil dan
memberitahukan kepada
orang tuanya
h. Dokumentasi hasil (49 cm)

C. Mengukur Lingkar Kepala
(LK)
1. Siapkan alat : Pita ukur
2. Cuci tangan
3. Pakai sarung tangan bila
perlu
4. Jelaskan prosedur pada
orang bayi dan meminta ijin
5. Letakan bayi bayi pada
posisi telentang di tempat
yang rata serta luruskan
kakinya atau didudukan
6. Ukur Lingkar kepala
7. Baca hasil dan
memberitahukan kepada
orang tuanya
8. Dokumentasi hasil (34 cm)

D. Mengukur Lingkar Dada
1. Siapkan pita pengukur
2. Lingkarkan pita pengukur
pada daerah dada
3. Catat hasil pengukuran pada
KMS (35 cm)
23/3/14 Tindakan
Hecting pada
laserasi
Observasi Pada Ny. U terdapat
robekan yang terjadi
pada portio dan perineum
Laserasi perineum
merupakan robekan yang terjadi
pada perineum sewaktu proses
Perdarahan perineum Ny.U
sudah terhenti dan luka tampak
tertutup.
Perineum
Grade II
sewaktu proses
persalinan. Laserasi
perineum pada Ny. U
sudah mencapai Grade II,
maka harus dilakukan
Hecting.
persalinan. Persalinan dengan
tindakan seperti ekstraksi forsep,
ekstraksi vakum, versi ekstraksi,
kristeller (dorongan pada fundus
uteri). Jika terjadi Laserasi
perineum, maka harus dilakukan
hecting untuk mencegah
perdarahan yang banyak. Pada saat
melakukan hecting petugas
kesehatan terlebih dahulu mengkaji
luka, kedalaman, luasnya dan
keadaan luka. Setelah petugas
kesehatan telah mengetahui baru
melakukan tindakan yang lainnya.
Prinsip steril sangat diperhatikan
pada saat melakukan hecting, hal
ini bertujuan untuk menghindari
terjadinya infeksi pada daerah yang
dilakukan hecting.

1. Prosedur tindakan
berdasarkan teori
a. Memakai sarung tangan
steril
b. Mengkaji luka, kedalaman,
luasnya dan keadaan luka
c. Membersihkan luka dengan
larutan antiseptic atau
larutan garam faal
d. Gunakan kassa terpisah
untuk setiap usapan,
membersihkan luka dari
area yang kurang
terkontaminasi ke area
terkontaminasi
e. Menyiapkan injeksi lidokain
1 %
f. Lakukan desinfeksi pada
ujung luka/daerah yang
akan disuntik dengan
menggunakan alcohol 70%
secara sirkuler dengan
diameter kurang lebih 5 cm
g. Menyuntikkan lidokain
secara subkutan di sekitar
luka
h. Melakukan aspirasi, apabila
tidak ada darah masukkan
lidokain secara perlahan-
lahan sambil menarik jarum
dan memasukkan obat
sepanjang tepi luka.
Lakukan pada tepi luka
yang lainnya
i. Tunggu 2 menit agar
lidokain bereaksi
j. Sambil menunggu reaksi
obat, siapkan nalpoeder,
jarum dan benang
k. Uji reaksi obat dengan
menggunakan pinset
l. Jahit luka kurang lebih 1 cm
diatas ujung luka dan ikat,
gunting benang sisakan
kira-kira 1 cm. jahit satu per
satu dengan jarak jahitan
satu dengan yang lainnya
kurang lebih 1 cm. teruskan
sampai semua luka terjahit.
m. Berikan antiseptic pada luka
n. Tutup luka dengan kassa
steril dan rekatkan dengan
plester
o. Rapikan pasien
p. Bereskan alat
q. Buka sarung tangan dan
rendam dalam larutan
chlorine 0,5% bersama alat-
alat lainnya selama 10 menit
r. Cuci tangan
s. Dokumentasi
25/3/14 Vulva Hygiene Mandiri
didampingi
Ny. W (23 tahun) hamil
35 minggu, mengalami
KPD (Ketuban Pecah
Vulva hygiene adalah
membersihkan vulva dan daerah
sekitarnya pada pasien wanita yang
Sebelum dilakukan vulva
hygiene, daerah perineum Ny. W
terlihat ada cairan putih keruh.
Dini) sejak 1 hari yang
lalu.
sedang nifas atau tidak dapat
melakukannya sendiri. Pasien yang
harus istirahat di tempat tidur
(misalnya, karena hipertensi,
pemberian infus, section caesarea)
harus dimandikan setiap hari
dengan pencucian daerah perineum
yang dilakukan dua kali sehari dan
pada waktu sesudah selesai
membuang hajat. Meskipun ibu
yang akan bersalin biasanya masih
muda dan sehat, daerah daerah
yang tertekan tetap memerlukan
perhatian serta perawatan protektif.
Persiapan alat yang dibutuhkan:
1. Bak instrumen steril berisi :
Lidi waten
Hanschoen satu pasang
Kassa
Deppers
Kapas gulung kecil
2. Kom Steril berisi betadin/ obat
lain
3. Larutan NaCl dalam kemasan
4. Hanschoen bersih
5. Korentang
6. Botol cebok berisi air hangat
7. Plastik disposibel/ bengkok
Setelah dilakukan vulva hygiene,
perineum menjadi bersih.
8. Selimut mandi
9. Pembalut wanita dalam
kemasan
10. Celana dalam dan pakaian
bersih
11. Pengalas dan srem bila perlu
12. Tissue
13. Pispot

Prosedur Tindakan Vulva Higiene
1. Menjelaskan prosedur pada
klien
2. Dekatkan peralatan dekat
pasien
3. Menyiapkan lingkungan
pasien (menutup pintu dan
jendela, memasang srem bila
perlu)
4. Menyiapkan pasien dalam
posisi dorsal recumbent
5. Memasang selimut mandi
dengan posisi ujung dikaitkan
pada kaki
6. Melepaskan pakaian bawah
pasien
7. Memasang perlak bawah,
pengalas dan pot
8. Cuci tangan
9. Memakai handschoen bersih
10. Cari dan raba daerah TFU,
massage dari atas ke bawah
secara perlahan dan anjurkan
tarik nafas panjang
11. Vulva diguyur dengan air
hangat bersih
12. Bersihkan dengan kapas NaCl
0,9%:
Bagian sekitar genetalia
Labia mayora
Labia minora
Vestibulum
Perineum
Anus
13. Dilakukan satu kali usapan
dari atas ke bawah kemudian
ganti sampai bersih dan kapas
kita buang dalam plastik
disposable
14. Untuk jahitan perineum/ post
episiotomy
Pakai handschoen steril
Tekan dengan depers
sampai dengan tidak
keluar pus secara perlahan
Bersihkan dengan kapas
NaCl seperti diatas
Beri betadine/ obat lain
dengan lidi watten
15. Keringkan daerah sekitar
dengan tissue atau kassa kapas
16. Kenakan pembalut bersama
pakaian dalam klien
17. Rapikan pasien
18. Handschoen dilepas, pasien
dirapikan sesuai kenyamanan
19. Rapikan alat
20. Cuci tangan


Semarang, Maret 2014
Pembimbing

(Siti Hidayah, Amd. Keb)




DAFTAR PUSTAKA

Benson, ralph C. 2008. Buku Saku Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

Hidayat, A. Azis Alimul. 2008. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita : Buku
Praktikum Mahasiswa Kebidanan. Jakarta : EGC

Manuaba, Ida Bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Sinsin, Iis. 2008. Sari Kesehatan Ibu dan Anak Masa Kehamilan dan Persalinan.
Jakarta : Gramedia

Yuliarti, Nurheti. 2010. Keajaiban ASI Makanan Terbaik untuk Kesehatan,
Kecerdasan dan Kelincahan Si Kecil. Yogyakarta : ANDI

Вам также может понравиться