Вы находитесь на странице: 1из 4

KLHS DALAM PENATAAN RUANG

halaman 3

SOSIALISASI E-BKPRN
halaman 4

KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA .... HAL 3

RESENSI BUKU:
PENGEMBANGAN KAWASAN
PERBATASAN
halaman 4

NEWSLETTER

TATA RUANG PERTANAHAN


MEDIA INFORMASI BIDANG TATA RUANG DAN PERTANAHAN

EDISI 8/ SEPTEMBER 2014

KILAS BALIK: DINAMIKA ISU TATA RUANG DAN PERTANAHAN

Peta Rupa Bumi dan Reforma Agraria Jadi Prioritas


kenyamanan tertinggi, yaitu: Balikpapan,
Solo, Malang, Yogyakarta, Makassar,
Palembang, dan Bandung, (Kompas, 12/8).

Ilustrasi Peta Rupa Bumi Indonesia


Kebutuhan peta rupa bumi menjadi
bahasan yang disoroti pada bulan Agustus
ini. Peta rupa bumi memiliki peran yang
sangat penting dalam menyusun dan
merencanakan Rencana Tata Ruang hingga
pada tingkat yang sangat detail. Pada
Tahun 2014, Badan Informasi Geospasial
telah menetapkan pembuatan peta Rupa
Bumi Indonesia berskala 1:5.000 sebagai
program prioritas memenuhi kebutuhan
mendesak penyusunan Rencana Detail Tata
Ruang Perkotaan. Pembuatan peta itu telah
dimulai di Bandung Utara dan kini telah
dihasilkan 105 nomor lembar peta (NLP).
Sementara itu, dalam mewujudkan kota
yang nyaman untuk ditinggali merupakan
tantangan tersendiri bagi pemerintah
daerah dan kabupaten/kota. Ikatan Ahli
Perencana Indonesia merilis survei kota
yang paling nyaman ditinggali di Indonesia
pada Tahun 2014. Dari 17 kota yang
disurvei, ada tujuh kota dengan indeks
T: 021 392 7412

Pada bulan ini pula digegerkan dengan


tawaran penjualan dua pulau di Indonesia
secara daring melalui situs www.
privateislandsonline.com. Pulau yang
ditawarkan dijual adalah pulau Kiluan dan
pulau Kumbang. Pulau Kiluan di kabupaten
Tanggamus, Lampung, merupakan obyek
wisata alam yang terkenal dengan habitat
lumba-lumba, ditawarkan dengan harga
300.000 dollar AS atau sekitar Rp 3,51
miliar. Sementara itu, pulau Kumbang di
Sumatera Barat juga dijual dengan harga
yang lebih mahal, yaitu 1.880.000 dollar
AS (sekitar Rp 22 miliar). Pulau Kiluan
seluas 50 hektar, menurut rencana, akan
dijual atau disewakan selama 25 tahun
dan dapat diperpanjang hingga 70 tahun.
Penjualan kedua pulau ini menjadi masalah
yang mencuat dan harus mendapatkan
perhatian khusus, dan segera dituntaskan.
Dalam visi misi Presiden terpilih, JokowiJK, masalah agraria masuk dalam salah satu
agenda strategis. Terkait dengan berbagai
permasalahan agraria, ada tiga hal
prioritas yang harus segera dipersiapkan
pemerintahan Jokowi-JK di masa transisi
ini. Pertama, mengevaluasi kelembagaan
yang mengurus masalah tanah dan
sumber daya alam. Kedua, janji Jokowi-JK

E: trp@bappenas.go.id

membagikan tanah seluas 9 juta hektar


dan meningkatkan kepemilikan lahan
petani gurem hendaknya diletakkan
dalam kerangka program reforma agraria.
Ketiga, perlu membentuk Badan Otoritas
Reforma Agraria yang bekerja secara ad
hoc dengan tugas merumuskan strategi
dan tata cara pelaksanaan reforma
agraria, mengkoordinasikan kementerian
terkait, menyelesaikan konflik agraria,
serta melaksanakan penataan pemilikan
dan penguasaan tanah, termasuk 9 juta
hektar yang dijanjikan. Terdapat 21
undang-undang, 49 peraturan presiden,
22 keputusan presiden, 4 instruksi
presiden, 496 peraturan/keputusan/surat
edaran dan instruksi Menteri Negara/
Kepala BPN terkait masalah agraria yang
tumpang tindih. Masalah klasik ini pada
dasarnya telah menjadi mandat TAP MPR
No IX/2001 tentang Pembaruan Agraria
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam
untuk segera diselesaikan. Namun, sampai
kini belum ada penyelesaiannya (Kompas,
20/8).
Pada bulan ini, sekitar 4.000 hektar
sawah terancam gagal panen akibat
banjir bandang yang melanda kecamatan
Toili dan Toili Barat, kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah. Kerusakan hutan pun
terjadi pada gunung Cycloop, yang
terletak di wilayah Jayapura, hingga tahun
2014 mencapai 1.500 hektar. [AY]

WWW.TATARUANGPERTANAHAN.COM

POTRET KEGIATAN:

Pilot Project Reforma Agraria Nasional (RAN)


Koordinasi Pelaksanaan Redistribusi Tanah di Provinsi Bangka Belitung
Ambhara, Jakarta (8/7).
FGD Urban Land Policy dilaksanakan dalam rangka
penyusunan Roadmap Housing Policy Reform
sebagai masukan bagi penyusunan RPJMN 20152019 Bidang Perumahan dan Permukiman. Pada
FGD ini turut hadir pula Direktorat Tata Ruang
dan Pertanahan Bappenas, Badan Pertanahan
Nasional, Kementerian Perumahan Rakyat, HUD,
dan Perumnas.

Penyediaan tanah menjadi faktor penting


dalam pembangunan infrastruktur di
Indonesia. Dengan kemunculan konflik
Bangka Belitung, (29/8), Direktorat Tata
lahanRuang
yangdan menghambat
penyediaan
Pertanahan Kementerian
tanah,PPN/Bappenas
membuat ide menyelenggarakan
pembentukan Bank
Project Reformasi
Tanahkegiatan
mencuat Pilot
ke permukaan.
Hal itulah
Agraria
Nasional
(RAN)
yang
yang bertujuan
kemudian untuk
dibahasmengkoordinasikan
dalam Focus Group
pelaksanaan
kegiatan
redistribusi
Discussion
Urban Land
Policy, yang
diadakan
olehPerumahan
Kanwil BPNdan
agarPermukiman
lokasinya
oleh tanah
Direktorat
disesuaikan dengan pelaksanaan
Kementerian
PPN/Bappenas, masyarakat
di Hotel
program pemberdayaan
yang dilaksanakan oleh SKPD Provinsi.

Pilot

Project Reforma Agraria


merupakan bagian dari Roadmap
Kebijakan Redistribusi dan Reforma
Akses yang menjadi salah satu
program multi years. Pelaksanaan
pilot project dilakukan melalui dua
skema yaitu aset mengikuti akses,
yang berarti pelaksanaan legalisasi
aset tanah oleh BPN dilakukan pada
lokasi pemberdayaan masyarakat oleh
SKPD; dan akses mengikuti aset, yang
merupakan program pemberdayaan
masyarakat oleh SKPD dilakukan
pada lokasi-lokasi redistribusi tanah
oleh BPN. Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung dinilai layak untuk menjadi
lokasi Pilot Project Reforma Agraria
karena nilai capaian pengelolaan
pertanahan mendekati 100%.

Direktur Perumahan dan Permukiman, Ir.


Nugroho Tri Utomo, MRP, mengungkapkan
bahwa FGD ini dilaksanakan untuk menyepakati
teknik
tanah yang
paling
efektif dan
Uke Mohammad Hussein, S.Si,
MPP, penyediaan
bersama staf melakukan
kunjungan
lapangan
ke Desa Serdang, Bangka Belitung (29/8). Sumber: Dokumentasi TRP.
menyepakati model dan tahapan pembentukan
bank tanah.
yang dilakukan Direktorat Tata Ruang
Kanwil BPN Bangka Belitung menyampaikan
Pembentukan
bank
dan Pertanahan
ke tanah
Kantor dimaksudkan
Wilayah BPN untuk
bahwa pihaknya bersama Pemda telah
Kabupaten Bangka
Selatan
dan desa-desa
menginisiasi kegiatan redistribusi tanah, namun
memperkuat
UU No.
2 Tahun
2013 tentang
penerima redistribusi
tanah
pada Tahun untuk
dalam pelaksanaannya masih mengalami
Penyediaan
Tanah Bagi
Pembangunan
2013, yakni desa Pergam dan desa Serdang.
kendala dalam hal koordinasi. Sementara
kepentingan umum. Dengan adanya bank
itu,
Bappeda
Provinsi menyampaikan
Terdapat 201 bidang tanah yang telah
agar pelaksanaan Reforma Agraria harus
tanah
dapat pada
mempercepat
prosesdanakuisisi
diredistribusi
desa Pergam,
memperhatikan RTRW Provinsi, RTRW Kota,
lahan
oleh
pemerintah,
khususnya
bagi tanah1.299 bidang tanah pada desa Serdang.
dan struktur ruang. Ke depan, pelaksanaan
Kondisi
lahan
redistribusi
tersebut
berada
tanah
terlantar
serta
penyediaan
tanah bagi
Reforma Agraria, diharapkan dapat didukung
di hamparan lahan yang berdekatan
juga dengan kegiatan LP2B, sehingga BPN
sehingga tidak banyak perbedaan kondisi
yang selaku pelaksana Reforma Agraria bisa
lahan di dua desa tersebut. Para petani
bersinergi dengan Dinas Daerah terkait.
penerima lahan mulai mengeluhkan
ketersediaan
air
untuk kebutuhan
Terkait dengan redistribusi aset, BPN telah
pertanian yang semakin berkurang. Selain
menetapkan beberapa hal yang merupakan
itu para petani juga mengeluhkan kecilnya
bagian dari kriteria clean and clear, antara
jumlah agunan yang diterima ketika
lain: (i) kriteria subjek penerima yang
sertifikat tanah diajukan ke Bank sebagai
merupakan masyarakat miskin atau mata
jaminan, padahal penggunaan tersebut
pencaharian petani, dibuktikan dengan
untuk meningkatkan hasil pertanian.
KTP; (ii) kesesuaian subjek-objek; (iii) status
bidang tanah tidak dalam sengketa; dan
Untuk rencana bidang redistribusi dan
(iv) kesesuaian dengan rencana tata ruang.
legalisasi aset yang akan dilaksanakan
pada tahun depan di kabupaten Bangka
Kunjungan Lapangan
Selatan, lokasi yang akan ditunjuk
Dalam tiga tahun terakhir Kabupaten Bangka
berada di sekitar desa Serdang dan desa
Selatan menjalankan Program Redistribusi
Pergam. Daerah tersebut dipilih karena
Tanah, dan mendapat penilaian yang baik
sarana prasarana yang ada di daerah
dari Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka
tersebut menunjang untuk kegiatan
Belitung dalam pengelolaan pertanahan
pertanian, baik dari segi pengairan
yang berjalan hingga saat ini. Hal tersebut
maupun kondisi tanah yang cocok untuk
dikemukakan pada kunjungan lapangan
penggunaan lahan pertanian. [RZ]

Partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan pada Pameran Foto


The Awesome and Advanced Indonesia
Jakarta,
(17/8),
dalam rangka
memeriahkan
acara
Kemerdekaan
Republik Indonesia, KORPRI Kementerian
PPN/Bappenas mengadakan Pameran Foto
Pembangunan dengan tema Indonesia
yang Elok dan Maju (The Awesome
and Advanced Indonesia), pada tanggal
17 22 Agustus 2014, di lobi utama
depan Ruang Rapat SG 1 5, Bappenas.
Pameran foto ini akan diikuti oleh
seluruh unit kerja di Kementerian
PPN/Bappenas, di antaranya: Sesmen;
Deputi Bidang SDM dan Kebudayaan;
Deputi Bidang Polhukhankam; Deputi
Bidang
Ekonomi;
Deputi
Bidang
Kemiskinan,
Ketenagakerjaan
dan
Usaha Kecil Menengah; Deputi Bidang
Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup; Deputi Bidang Sarana dan
2

Prasarana; Deputi Bidang Pengembangan


Regional dan Otonomi Daerah; Deputi
Bidang Pendanaan; Deputi
Bidang
Evaluasi
Kinerja
Pembangunan;
dan Inspektorat Utama dan SAHLI.
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
turut berpartisipasi dalam kegiatan
pameran foto tersebut dan sekaligus
sebagai koordinator dari Kedeputian Bidang
Pengembangan Regional dan Otonomi
Daerah. Foto-foto yang ditampilkan
merupakan hasil jepretan staf maupun hasil
dari kunjungan lapangan yang dilakukan
oleh Kementerian PPN/Bappenas yang
merepresentasikan Pembangunan menuju
Indonesia yang Elok dan Maju. Fotofoto tersebut berupa kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh Kedeputian,
maupun kajian, program monitoring
dan evaluasi, dan lain sebagainya. [AY]

Beberapa foto Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan pada Pameran


Foto KORPRI (Sumber: Dokumentasi TRP).

WAWASAN

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Dalam Penataan Ruang

Ilustrasi Lingkungan Hidup Strategis


Sesuai dengan UU No. 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup pasal 1, definisi Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
adalah rangkaian analisis yang sistematis,
menyeluruh, dan partisipatif untuk
memastikan bahwa prinsip pembangunan
berkelanjutan telah menjadi dasar dan
terintegrasi dalam pembangunan suatu
wilayah dan/atau kebijakan, rencana dan/
atau program.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
bertujuan untuk memastikan bahwa
prinsip pembangunan berkelanjutan
telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan. KLHS digunakan
untuk merencanakan dan mengevaluasi
kebijakan, rencana dan/atau program agar
dampak dan/atau risiko lingkungan yang
tidak diharapkan dapat diminimalkan,
sedangkan dalam evaluasi kebijakan,
rencana
dan/atau
program, KLHS
digunakan untuk mengidentifikasi dan
memberikan alternatif penyempurnaan
kebijakan, rencana dan/atau program
yang menimbulkan dampak dan/atau
risiko negatif terhadap lingkungan.
KLHS dalam Penataan Ruang
Sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) dan
(2), UU 32/2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Pemerintah daerah wajib membuat
KLHS dalam penyusunan atau evaluasi:
(i) Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)
beserta rencana rincinya, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP),
dan Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) nasional, provinsi, dan/

atau kabupaten/kota; dan (ii) Kebijakan,


rencana,
dan/atau
program
yang
berpotensi menimbulkan dampak dan/atau
risiko lingkungan.
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
adalah sebuah bentuk tindakan strategik
dalam menuntun, mengarahkan, dan
menjamin efek negatif terhadap lingkungan
dan keberlanjutan dipertimbangkan dalam
kebijakan, rencana, dan program (KRP)
tata ruang. Posisinya berada pada relung
pengambilan keputusan. Oleh karena
siklus dan bentuk pengambilan keputusan
dalam perencanaan tata ruang tidak selalu
gamblang, maka manfaat KLHS bersifat
khusus bagi masing-masing RTRW. KLHS
bisa menentukan substansi RTRW, bisa
memperkaya proses penyusunan dan
evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan
sebagai
instrumen
metodologis
pelengkap (komplementer) atau tambahan
(suplementer) dari penjabaran RTRW, atau
kombinasi dari beberapa atau semua
fungsi-fungsi di atas.
Kaidah terpenting KLHS dalam perencanaan
tata ruang adalah pelaksanaan yang
bersifat partisipatif, dan sedapat mungkin
didasarkan pada keinginan sendiri untuk
memperbaiki mutu KRP tata ruang (self
assessment) agar keseluruhan proses
bersifat lebih efisien dan efektif. Asas-asas
hasil penjabaran prinsip keberlanjutan
yang mendasari KLHS bagi penataan ruang
adalah : (a) keterkaitan (interdependency);
(b) keseimbangan (equilibrium); dan (c)
keadilan (justice).
Jenis-jenis pendekatan KLHS dalam
penataan ruang dibentuk oleh kerangka
bekerja dan metodologi berpikirnya.

LINK TERKAIT
Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan,
Bappenas
Portal Tata Ruang dan Pertanahan
Sekretariat BKPRN

Berdasarkan literatur terkait, sampai


saat ini ada 4 (empat) model pendekatan
KLHS untuk penataan ruang, yaitu : (1)
KLHS dengan Kerangka Dasar Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup/
AMDAL (EIA-Mainframe); (2) KLHS
sebagai Kajian Penilaian Keberlanjutan
Lingkungan
Hidup
(Environmental
Appraisal); (3) KLHS sebagai Kajian
Terpadu atau Penilaian Keberlanjutan
(Integrated Assessment/ Sustainability
Appraisal); dan (4) KLHS sebagai
pendekatan Pengelolaan Berkelanjutan
Sumberdaya Alam (Sustainable Natural
Resource Management) atau Pengelolaan
Berkelanjutan Sumberdaya (Sustainable
Resource Management).
Pada prinsipnya, proses KLHS harus
dilakukan terintegrasi dengan proses
perencanaan tata ruang. Beragamnya
kondisi yang mempengaruhi proses
perencanaan tata ruang menyebabkan
integrasi tersebut bisa dilaksanakan
dalam 2 (dua) cara, yaitu: (a) Penyusunan
dokumen KLHS untuk menjadi masukan
bagi RTRW atau KRP tata ruang; dan (b)
Melebur proses KLHS dengan proses
penyusunan RTRW atau KRP tata ruang.
Sesuai dengan Pasal 16 UU No. 32/2009,
muatan KLHS antara lain: (a) kapasitas
daya dukung dan daya tampung
lingkungan hidup untuk pembangunan;
(b) perkiraan mengenai dampak dan risiko
lingkungan hidup; (c) kinerja layanan/
jasa ekosistem; (d) efisiensi pemanfaatan
sumber daya alam; (e) tingkat kerentanan
dan
kapasitas
adaptasi
terhadap
perubahan iklim; dan (f) tingkat ketahanan
dan potensi keanekaragaman hayati.
(dari berbagai sumber)

Potret Kegiatan TRP


Pilot Project Reforma Agraria Nasional di
Provinsi Bangka Belitung
Partisipasi Direktorat Tata Ruang dan
Pertanahan pada Pameran Foto
Sosialisasi e-BKPRN

Sosialisasi E-BKPRN

The Awesome and Advanced Indonesia


E-BKPRN sebagai Media Informasi bagi Seluruh Anggota BKPRN
membangun suatu media online yang dapat
mengoptimalkan koordinasi dan komunikasi
kerja BKPRN serta meningkatkan pelayanan
dan komunikasi publik. Media online yang
disusun oleh Sekretaris BKPRN kemudian
disebut dengan e-BKPRN. Sistem e-BKPRN
adalah sistem informasi berbasis internet yang
dikelola oleh Sekretariat BKPRN dan dapat
diakses oleh seluruh anggota BKPRN.

Dr. Ir. Oswar Mungkasa selaku Direktur TRP tengah membuka


acara didampingi oleh Ir. Nana Apriyana, selaku JF di Sekretariat BKPRN. Sumber: Dokumentasi TRP

Kementerian PPN/Bappenas yang bertindak


selaku Sekretaris Badan Koordinasi Penataan
Ruang Nasional (BKPRN) mempunyai tugas
mengkoordinasikan
seluruh
kegiatan
BKPRN dan menjalankan fungsi-fungsi
kesekretariatan seperti perencanaan dan tata
laksana, kehumasan serta data dan informasi.
Untuk menjalankan fungsi kesekretariatan
tersebut Bappenas memandang perlu untuk

melaksanakan fungsinya lebih optimal. Sosialisasi


mengenai e-BKPRN tersebut diselenggarakan di
Bappenas, (19/8), dan dihadiri oleh perwakilan
staf Asdep Urusan Penataan Ruang dan PDT,
Kemenko Perekonomian; perwakilan Direktorat
Penataan Ruang Wilayah Nasional, Kementerian
PU; perwakilan Direktorat Tata Ruang Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan
dan Perikanan; serta perwakilan staf Direktorat
Tata Ruang dan Pertanahan, Kementerian PPN/
Sebagai implementasi Kepmen PPN/Kepala
Bappenas.
Bappenas No. KEP.46/M.PPN/HK/03/2013
tentang Pedoman Tata Kerja Sekretariat BKPRN Pertemuan ini bertujuan untuk mensosialisasikan
(SOP BKPRN), e-BKPRN berfungsi sebagai penggunaan e-BKPRN kepada K/L anggota
wadah komunikasi berbasis internet antar- BKPRN khususnya untuk Sekretaris Pokja BKPRN.
organ BKPRN. Adapun fungsi e-BKPRN secara Dengan adanya sosialisasi tersebut, diharapkan
umum, antara lain: (1) sebagai media kerja focal point yang ditunjuk mewakili unit kerja
elektronik (e-office) untuk meningkatkan selaku Sekretaris Pokja BKPRN memahami dan
efisiensi dan efektifitas kerja BKPRN; (2) sebagai mampu mengaplikasikan e-BKPRN. Selanjutnya
media penyebarluasan informasi (e-public pengembangan e-BKPRN diharapkan dapat
relation) kepada publik; dan (3) menyediakan menjangkau BKPRD melalui e-BKPRD, sehingga
fasilitas shared folder untuk berbagi informasi komunikasi antar BKPRD dan Pemerintah Pusat
dan dokumentasi antar-organ BKPRN. lebih efisien. [AY/OC]
Dengan demikian, diharapkan BKPRN dapat

RESENSI BUKU:

Pengembangan Kawasan Perbatasan


Kawasan perbatasan merupakan kawasan strategis nasional dari sudut kepentingan
pertahanan keamanan, yang diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting
secara nasional terhadap kedaulatan negara dan pertahanan serta keamanan negara.
Namun, pengembangan dan pembangunan di sebagian wilayah kawasan perbatasan hingga
saat ini masih tertinggal jika dibandingkan dengan wilayah lainnya. Penentuan perbatasan
negara dalam banyak hal ditentukan oleh
proses historis, politik, hukum nasional,
dan internasional. Indonesia merupakan
negara terbesar kelima di dunia yang batas
negaranya terletak di dua matra, yaitu di
laut dengan sepuluh negara tetangga dan
di darat dengan tiga negara. Nilai strategis
faktual kawasan perbatasan dapat dilihat
dari aspek ideologi, politik, ekonomi,
sosial budaya, dan pertanahan keamanan.
Buku ini mencoba mengupas proses
dan konsep serta isu-isu strategis terkait
dengan pengembangan wilayah, terutama
pengembangan di wilayah perbatasan. Pada
buku ini pula memuat empat bagian utama,
yakni: (i) konsepsi, ruang lingkup, dan isu
strategis wilayah perbatasan; (ii) karakteristik
dan kebijakan kawasan perbatasan; (iii)

teori dan model pengembangan wilayah


serta penerapannya di lapangan; dan
(iv) penataan ruang kawasan perbatasan
darat dan laut. Pada buku ini pula dibahas
mengenai
beberapa
permasalahan
yang mencuat di kawasan perbatasan,
di antaranya: (a) belum tuntasnya
kesepakatan perbatasan antar negara; (b)
kesenjangan kesejahteraan masyarakat;
(c) luas dan jauhnya wilayah perbatasan
dari pusat pemerintahan menyebabkan
keterbatasan aksesbilitas; dan (d)
penyebaran penduduk yang tidak merata
dengan SDM yang rendah. Permasalahan
di atas dapat diatasi dengan baik jika kita
dapat mewujudkan sistem, kebijakan, dan
instrumen pengelolaan perbatasan negara
yang terintegrasi dan berkelanjutan. [AY]

Judul Buku:

Pengembangan Kawasan
Perbatasan
Penyusun: Lutfi Mutaali
Penerbit : BPFG UGM
Jumlah halaman: 267

Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami:

DIREKTORAT TATA RUANG DAN


PERTANAHAN,
BAPPENAS
Jalan Taman Suropati No. 2A
Gedung Madiun Lt. 3

T : 021 392 7412


F : 021 392 6601
E : trp@bappenas.go.id
W: www.trp.or.id

Penanggung Jawab :
Direktur Tata Ruang dan Pertanahan
Tim Redaksi : Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan
Editor : Astri, Gina, Santi
Layout: Indra dan Astri

Вам также может понравиться