Вы находитесь на странице: 1из 35

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Hematemesis melena adalah suatu kondisi di mana pasien mengalami
muntah darah yang disertai dengan buang air besar (BAB) berdarah dan berwarna
hitam. Hematemesis melena merupakan suatu perdarahan yang terjadi pada
saluran cerna bagian atas (SCBA) dan merupakan keadaan gawat darurat yang
sering dijumpai di tiap rumah sakit di seluruh dunia termasuk Indonesia.
Pendarahan dapat terjadi karena pecahnya varises esofagus, gastritis erosif atau
ulkus peptikum. Delapan puluh enam persen dari angka kematian akibat
pendarahan SCBA di Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia (FKUI)/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
(RSCM) berasal dari pecahnya varises esofagus akibat penyakit sirosis hati dan
hepatoma Di Indonesia sebagian besar (70-85%) hemetemesis disebabkan oleh
pecahnya varises esofagus yang terjadi pada pasien sirosis hati sehingga
prognosisnya tergantung dari penyakit yang mendasarinya. Perdarahan akibat
sirosis hati disebabkan oleh gangguan fungsi hati penderita, alkohol, obat-obatan,
virus hepatitis dan penyakit bilier
Virus hepatitis dan penyakit bilier. Pendarahan SCBA dapat
bermanifestasi sebagai hematemesis, malena, atau keduanya. Walaupun
perdarahan akan berhenti dengan sendirinya, tetapi sebaiknya setiap pendarahan
saluran cerna dianggap sebagi suatu keaadaan serius yangs setiap saat dapat
membahayakan pasien. Setiap pasien dengan pendarahan harus dirawat di rumah
2

sakit tanpa kecuali, walaupun pendarahan dapat berhenti secara spontan. Hal ini
harus ditanggulangi secara saksama dan dengan optimal untuk mencegah
pendarahan lebih banyak, syok hemoragik, dan akibat lain yang berhubungan
dengan pendarahan tersebut, termasuk kematian pasien.

1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan utama dalam pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan tugas Praktek Belajar Lapangan III (PBL
III).
Adapun tujuan dari menyiapkan tempat tidur adalah agar pasien
merasa aman dan nyaman selama ia menjalani proses penyembuhan di
RS dan juga untuk mempermudah perawat dalam melakukan tindakan
keperawatan karena sebagian kebutuhan pasien telah terpenuhi. Dan
tujuan penulisan makalah ini adalah agar siswa keperawatan dapat
mengetahui bagaimana cara memberikan rasa aman dan nyaman bagi
pasien dengan cara menyiapkan tempat tidur sesuai prosedur.

b. Tujuan Khusus
1. Penulis mampu menciptakan hubungan antara perawat dengan
klien.
2. Penulis mampu berkomunikasi secara terapetik pada pasien.
3

3. Penulis mampu mengkaji status kesehatan klien dalam keadaan
normal dan abnormal pada klien.
4. Penulis mampu mengidentifikasi tanda dan keluhan dalam keadaan
normal dan abnormal pada klien.
5. Penulis mampu membuat masalah keperawatan berdasarkan data
objektif dan data subjektif.
6. Penulis mampu melaksanakan rencana keperawatan sesuai dengan
masalah yang dihadapi termasuk memberikan penjelasan atau
pendidikan kesehatan pada klien yang terkait dengan kurangnya
pengetahuan.
7. Penulis mampu melaksanakan evaluasi terhadap pelaksanaan
asuhan keperawatan.
1.3. Manfaat
Dapat memperluas wawasan dan memperoleh pengalaman secara langsung dalam
memberikan Asuhan Keperawatan pada klien Tn.R Dengan Diagnosa Medis.

1.4. Metode Penulisan
Metode penulisan makalah ini dengan menggunakan pendekatan dan
laporan kasus di lapangan pada Tn.R dengan masalah Defisit Volume Cairan b/d
Perdarahan di Ruang : Perawatan Baru Kelas III Dalam Laki-laki RSUD M.A
Pantura Sentot Indramayu.

4


1.5. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman laporan ini, maka sistematika penulisan adalah
sebagai berikut:
BAB I : Berisi pendahuluan yang mengungkapkan latar belakang masalah,
tujuan penulisan, manfaat, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
BAB II : Berisi tentang tinjauan teoritis yang memuat definisi, etiologi,
patofisiologi, penatalaksanaan, upaya pencegahan.
BAB III : Berisi tentang tinjauan kasus pada pasien Tn. R dengan gangguan
devisit volume cairan b/d perdarahan meliputi pengkajian, analisa
data, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
BAB IV : Berisi kesimpulan dan saran.











5


BAB II
TINJAUAN TEORITIS


2.1. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor
fisiologis dan lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan.
Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh
mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal (fisiologis)
yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan
tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini
dinamakan homeostasis.

2.1.1 Kompartemen Cairan
Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu :
cairan intraselular (CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal
dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh (TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat
badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah, bergantung pada umur,
jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton & Hall, 1997)
1) Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total
Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3
dari cairan tubuh adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria
6

dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya dari cairan tubuh bayi adalah cairan
intraselular.
2) Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total
Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan
peningkatan usia. Pada bayi baru lahir, kira-kir cairan tubuh terkandung
didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari (CES) menurun sampai
kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam rata-
rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi menjadi:
(a) Cairan interstisial (CIT): Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L
pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial.
Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-kira sebesar 2 kali
lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.

(b) Cairan intravaskular (CIV): Cairan yang terkandung di dalam pembuluh
darah.
Volume relatif dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak.
Rata-rata volume darah orang dewasa kira-kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L
(60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%)
terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor
oksigen dan bekerja sebagai bufer tubuh yang penting; sel darah putih
(SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut diatas dapat
bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis
kelamin, berat badan dan faktor-faktor lain.
7

Adapun fungsi dari darah adalahmencakup :

pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan
transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru
pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi
transpor hormon ke tempat aksinya
sirkulasi panas tubuh

3) Cairan Transelular (CTS)
Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh
(CTS) meliputi cairan serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan
intraokular serta sekresi lambung. Pada waktu tertentu (CTS) mendekati
jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak kedalam dan
keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-
intestinal (GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-
hari.






8

Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai
berikut:


Prosentase Total Cairan Tubuh Dibandingkan Berat Badan

Distribusi Cairan Tubuh

Keterangan : Untuk laki-laki, BB = 70 Kg
Catatan : Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan
transeluler. Cairan transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura,
intraokuler, dll.
9

Nilai Rata-Rata Cairan Ekstraseluler (CES) dan cairan intraseluler (CIS) pada
dewasa normal terhadap BB

Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th
ed. McGraw Hill, 1987, p.9.

B. Fungsi cairan tubuh
1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel
2. Mengeluarkan buangan-buangan sel
3. Mmbentu dalam metabolisme sel
4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit
5. Membantu memelihara suhu tubuh
6. Membantu pencernaan
7. Mempemudah eliminasi
8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)


10

C. Komposisi Cairan Tubuh
Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)
1. Air
Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir
60% dari berat badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air
dari berat badannya.
Solut (terlarut)
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut)
elektrolit dan non-elektrolit.
a) Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan
menghantarkan arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan
negatif dan diukur dengan kapasitasnya untuk saling berikatan satu sama lain(
miliekuivalen/liter ). Jumlah kation dan anion, yang diukur dalam
miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.mol/L ) atau dengan berat
molekul dalam garam ( milimol/liter mEq/L )
Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation
ekstraselular utama adalah natrium (Na), sedangkan kation intraselular utama
adalah kalium (K). Sistem pompa terdapat di dinding sel tubuh yang
memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam
Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion
ekstraselular utama adalah klorida ( Cl ), sedangkan anion intraselular utama
adalah ion fosfat (PO4).
11

Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial
sama (lihat Tabel. 1-2), nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan
ekstraselular, yang terdiri atas cairan intraselular dan interstisial. Namun
demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan komposisi
elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua
kompartemen ini penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma
jaringan atau ketidakseimbangan asam-basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat
dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel, secara bermakna
mengubah nilai elektrolit palsma.
b) Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi
dalam larutan dan diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl).
Non-elektrolit lainnya yang secara klinis penting mencakup kreatinin dan
bilirubin.
Tabel. 1.2 Unsur utama kompartemen cairan tubuh

Ini adalah daftar parsial. Unsur lain termasuk ion kalsium Ca 2+, magnesium
Mg2+, protein dan asam organik.
12

Catatan : Nilai tertentu adalah rata-rata.
Pendapat ahli lain tentang unsur utama kompartemen cairan tubuh disebutkan
sebagai berikut :

Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996, p.518
Kandungan Elektrolit Cairan Tubuh

Intake Dan Output Rata-Rata Harian Dari Unsur Tubuh Yang Utama

13

Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible Loss
(IWL)
Bila ingin mengetahui Insensible Loss (IWL) maka kita dapat menggunakan
penghitungan sebagai berikut :
DEWASA = 15 cc/kg BB/hari
ANAK = (30 usia (th)) cc/kg BB/hari
Jika ada kenaikan suhu :
IWL = 200 (suhu badan sekarang 36.8C)
(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)

D. Jumlah kehilangan air dan elektrolit per 100 kcal bahan metabolik
dalam keadaan normal maupun sakit

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit
diantaranya adalah :


14

1) Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan dan berat badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun
dengan peningkatan usia. Berikut akan disajikan dalam tabel perubahan pada
air tubuh total sesuai usia.

2) Jenis kelamin
Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih
banyak mengandung lemak tubuh
3) Sel-sel lemak
Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan
lemak tubuh
4) Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah
dan glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan
air. Proses ini dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi
urine
5) Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan
15

6) Temperatur lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari
7) Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi,
proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke
intraselular.































16

BAB III

PEMBAHASAN ASUHAN KEPERAWATAN
(ASKEP)

Nama Siswa : Azazi Ahmad Abdul Aziz
NISN : 9955186084
Ruang : Perawatan BaruKelas III Dalam Laki-Laki
Tanggal Pengkajian : 09 November 2012
Waktu Pengkajian : 13.00-13.30 WIB

3.1. Pengkajian
Nama :Tn.r
Umur : 51 th
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Alamat : Kedokan Wungu
Tanggal Masuk : 02 November 2012
No. Medrek : 056130
17

Ruang :Perawatan Baru Kelas III Dalam
Diagnosa Medis : Melena
Tanggal Pengkajian : 09 November 2012

Pengkajian Dasar
A. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke RSUD M.A Sentot diantar oleh keluarga nya pada tanggal 09
November 2012 pukul 15:00WIB pada saat di kaji klien mengatakan perut
terasa sakit dan sering mual-mual,mlukosa mulut kering klien tampak lemah,
sering muntah darah, pucat, BAB berwarna hitam encer, perut terasa sakit dan
klien mengatakan tidak tahu tentang Hematemesis melena serta cara
perawatannya. tekanan Darah :140/90 mmHg, Respirasi:20x/menit,
Nadi:80x/menit, Suhu:36,5C

B. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
klien mengatakan pernah mengalami keluar darah dari mulut dan Pada
Saat Bab Keluar Darah


18

C. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
Penampilan Umum :Lemah
Kesadaran :Composmentis
Berat/Tinggi Badan :170 /67 kg
Tekanan Darah :140/90 mmHg
Respirasi :20x/menit
Nadi :88x/menit
Suhu :36,5C
2.Kepala : Simetris, tidak ada benjolan normal
3.Mata : Simetris, tidak ada benjolan normal
4.Hidung :Simetris, tidak ada benjolan normal
5.Telinga :Simetris, tidak ada benjolan normal
6Mulut :Simetris, tidak ada benjolan normal
7.Leher :Simetris, tidak ada benjolan normal
8.Dada :Simetris, tidak ada benjolan normal
9.Punggung :Simetris, tidak ada benjolan normal
10.Abdomen :Simetris, tidak ada benjolan normal
11.Genetalia :
19

12.Ekstramitas Atas :Simetris, tidak ada benjolanataupun
nyeri tekan normal
13.Ekstramitas Bawah :Simetris, tampak ada luka di bagian
kaki dan ada nyeri pada luka kaki
sebelah kiri
D. Aktivitas Sehari-hari
No Jenis Aktivitas Saat Sehat / di Rumah Saat Sakit / di Rumah
Sakit
1. Nutrisi
Frekuensi
Pola Makan

Jenis Makanan


Porsi Makanan


Kesulitan


o 3 x Sehari
o Pagi dan Sore

o Nasi


o 1 Porsi habis


o Tidak ada
masalah dalam
pemenuhan
nutrisi

3 x Sehari
Pagi, Siang dan
Sore
Lunak (bubur)
1/2 Porsi habis



Tidak ada
masalah dalam
pemenuhan
nutrisi
2. Minum
Frekuensi

Jenis air minuman
Kesulitan

1000cc/24 jam

Air putih


1300cc/24 jam

Air Putih

20

Ada masalah
dalam
pemenuhan
cairan
Ada masalah
dalam
pemenuhan
caiaran
3. Eliminasi
Eliminasi Alvi
Frekuensi BAB
(Buang air besar)

Warna Feces




onsistensi Feces

Kesulitan



Eliminasi Urine
Frekuensi BAK
(Buang air kecil)
Warna Urine
Konsistensi
UrineKesulitan



5 hari sekali



Merah
bercampur
darah




Cair dan padat

Ada masalah
dalam
pemenuhan
eliinasi alvi



5 x sehari


Kuning Khas



5 hari sekali



Merah
bercampur
darah


Padat dan cair

Ada masalah
dalam
pemenuhan
eliminasi alvi


5 x sehari



Kuning Khas
Cair
21

Cair
Tidak ada
kesulitan dalam
pemenuhan
eliminasi urine
Tidak ada
kesulitan dalam
pemenuhan
eliminasi urine
4. Istirahat dan tidur
Mulai Tidur


Lamanya Tidur

Pukul 21.00
WIB

6 8 jam

Sejak di RS
klien banyak
tidur tidak
nyenyak
1-2 jam tapi
sering (tidur)
5. Personal hygiene
Frekuensi Mandi

Frekuensi Gosok
gigi




Frekuensi
Keramas

3 x sehari




2 x sehari





1 x / 3 hari

Selama di rawat
di RS klien
tidak pernah
mandi

Selama di rawat
di RS klien
tidak pernah
menggosok gigi
Selama di rawat
di RS klien
tidak pernag
keramas



22

E. Daftar Penunjang
1. Pemeriksaan Diagnostik
No Tanggal Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
1.
29
Oktober
2012
Pemeriksaan Laboratorium
Hemoglobin


Lekosit


Hematokrit


Trombosit



Kimia Darah
Sewaktu

Ureum

Kreatinin

SGOT



5,6 g %


5,400/mm
3

17%


147000/m
m
3



134mg/dl


40mg/dl



1,3 mg/dl


26 UL

40 UL



L:12,0-16,8 g%
P:11,0-15,5g%

4.000 -
10.000/mm
3


35 - 48%


150.000-
400.000/mm
3



110-140 mg/dl


11-36,5 mg/dl
L:0,64-1,0 mg/dl
P:0,57-0,9 mg/dl

L: 37 UL
P:< 31 UL

L: 45 UL
P: 36 UL



23

2. Program Therapy

No. Waktu Bentuk Therapy Jenis Therapy
1. 12.00 WIB Infust
Injeck
NaCl 0,9%/12 jam
Ceftraxone 2 x 1gr
Kotorolac 2 x 1Amp
Ranitidin 2 x 1 Amp
Sleeding Scale/8 jam
2. 20.00 WIB Infust
Injeck
NaCl 0,9%/12 jam
Ceftraxone 2 x 1gr
Kotorolac 2 x 1Amp
Ranitidin 2 x 1 Amp
Sleeding Scale/8 jam
3. 04.00 WIB Infust
Injeck
NaCl 0,9%/12 jam
Ceftraxone 2 x 1gr
Kotorolac 2 x 1Amp
Ranitidin 2 x 1 Amp
Sleeding Scale/8 jam






24

3.2. Analisis Data
No. Data Fokus Etiologi Masalah
1. DO: klien tampak
lemah,mlukosa tampak
kering,pucat,sering muntah
darah
DS:Klien mengatakan sering
mual-mual,cepat lelah,BAB
berwarna hitam encer,perut
terasa sakit
Perdarahan Defisit Volume
Cairan
2.
DS : klien tampak kurang
memahami tentang personal
hygiene menggosok gigi
DO : klien mengatakan tidak
pernah mendapatkan informasi
mengenai diet pada penderita
Hematemesis melena
Kurangnya
informasi
Kurang
Pengetahuan
tentang diet pada
penderita
Hematemesis
melena

25

3.3. CATATAN PERKEMBANGAN
No Tanggal Data Masalah Diagnosa
Keperawatan
Tujuan Interverensi Implementasi Evaluasi
1. 09-11-
2012
DO: klien
tampak
lemah,muko
sa tampak
kering,pucat,
sering
muntah
darah
DS: :Klien
mengatakan
sering mual-
mual,cepat
lelah,BAB
berwarna
hitam
encer,perut
terasa sakit
defisit
volume
cairan b/d
perdarahan
gangguan defisit
volume cairan b/d
perdarahan d/d:
DO: klien tampak
lemah,mlukosa
tampak
kering,pucat,sering
muntah darah
DS: :Klien
mengatakan sering
mual-mual,cepat
lelah,BAB
berwarna hitam
encer,perut terasa
sakit
Setelah di
lakukan tindakan
keperawatan
selama 1X24 jam
dengan masalah
volume cairan
dapat teratasi
- Kaji intake
dan ouput
cairan
- Berikan
minum
secara
bertahap
sesuai
dengan
instruksi
dokter
- Mengkaji
intake dan
ouput cairan
- Memberikan
minum secara
bertahap sesuai
dengan instruksi
dokter
S:Klien
mengatakan
lrbih segar,
tidsak haus
lagi
O:klien
tampak segar
A:Masalah
keperawatan
telah teratasi
P:Hentikan
Keperawatan
dan
pertahankan
2. DS : Klien
tampak
kurang
memahami
tentang diet
pada
penderita
Hematemesi
Kurang nya
pengetahua
n tentang
diet pada
penderita
Hematemes
is melena

Kurangnya
pengetahuan
tentang diet pada
penderita
Hematemesis
melena dd:
DS : klien tampak
kurang memahami
Setelah dilakukan
tindakan
penyuluhan
kesehatan 1 x 24
jam, masalah
pemahaman klien
tentang diet pada
penderita
Hematemesis
Berikan
penyuluhan
kesehatan
tentang diet
pada penderita
Hematemesis
melena
Memberikan
penyuluhan
kesehatan tentang
diet pada
penderita
Hematemesis
melena
S: Klien
mengatakan
mengerti
tentang diet
pada penderita
Hematemesis
melena,
setelah di
berikan

26

s melena
DO : klien
mengatakan
tidak pernah
mendapatka
n informasi
mengenai
diet pada
penderita
Hematemesi
s melena
tentang diet pada
penderita
Hematemesis
melena
DO: klien
mengatakan tidak
pernah
mendapatkan
informasi
mengenai diet pada
penderita
Hematemesis
melena
melena dapat
teratasi
penjelasan
oleh perawat
O: Klien bisa
menjawab 1
dari 3
pertanyaan
yang
ditanyakan
oleh perawat
A: Masalah
keperawatan
telah teratasi
P: Hentikan
perawatan dan
pertahankan.


27

BAB IV
PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Laporan kasus ini berjudul Asuhan Keperawatan pada klien Tn. R
dengan Gangguan Defisit Volume Cairan b/d Perdarahan di Ruang
Perawatan Baru di RSUD Pantura MA. Sentot Patrol Indramayu Tahun
2012 .
Selama melakukan Asuhan Keperawatan pada Tn. R penulis menemukan
beberapa hal yang dijadikan kesimpulan.
1. Asuhan keperawatan pada klien Gangguan Defisit Volume Cairan b/d
perdarahan
2. Gangguan keperawatan berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. R dengan
masalah terdapat gangguan Defisit Volume Cairan b/d Perdarahan
3. Tahap perencanaan disesuaikan dengan gangguan keperawatan yang
ditemukan dan disesuaikan dengan kemampuan, situasi, kondisi dan sarana
yang ada di ruangan.
4. Tahap pelaksanaan/implementasi dapat berjalan dengan baik yang telah di
buat dan diselesaikan dengan kondisi klien.
5. Tahap evaluasi, penulis menilai sejauh mana keberhasilan asuhan keperawatan
yang diberikan pada klien


28

4.2. Saran
Berdasarkan pengamatan langsung pada saat pelaksanaan asuhan
keperawatan terdapat beberapa hambatan yang di perlukan maka di nperlukan
suatu upaya untuk meningkatkan dan memperbaiki kualitas asuhan keperawatan.
Oleh karena itu penulis merekomendasikan hal-hal sebagai berikut :
1. Untuk perawat
Hendaknya melakukan asuhan keperawatan secara konprehensif baik dari
segi bio, psiko, social da spiritual dalam melakukan asuhan keperawatan
pada klien dengan Gangguan Defisit Volume Cairan b/d perdarahan.
2. Untuk Pasien dan Keluarga
Pada Gangguan Defisit Volume Cairan b/d Perdarahan.









29

DAFTAR PUSTAKA

Barry PD. (1998). Mental Health and Mental Illness. Philadelphia: Lippincott-
Raven Publishers.
Ellis, J.R., Nowlis, E.A. & Bens, P.M. (1996). Modules for basic nursing skills.
(six edition). Philadelphia: Lipicont-Reven Publisher
Jhonson, Marion., Meridean Maas. (2000). Nursing Outcomes Classification
(NOC). St. Louis: Mosby.
Kozier, B., Erb., & Oliver, R. (2004), Fundamental of nursing; consept, process
and practice, (fourth edition) California: Addison-Wesley Publishing CO
McCloskey, Joanne C., Bullechek, Gloria M. (1996). Nursing Interventions
Classification (NIC). St. Loui: Mosby.
NANDA. (2005). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2005-2006.
Philadelphia: NANDA International.
Potter, P.A. & Perry, A.G. (1996). Fundamentals of Nursing: Concept, Process &
Practice. (third edition). St. Louis: Mosby-Year Book
Perry, A.G. & Potter, P.A. (1994). Clinical Nursing Skills & techniques (third
edition). St. Louis: Mosby-Year Book.
Stuart, Gail Wiscarz & Sundeen, Sandra J. (1995). Prinsiples & Practice of
Psychiatric Nursing. St Louis: Mosby Year Book.



30






LAMPIRAN





31

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN
(SAP)
TENTANG DIET PADA PENDERITA HEMASTEMESIS MELENA



Masalah kesehatan sesuai prioritas
Gangguan Defisit Volume Cairan
A. Area / pesan poko : Cara Diet Pada Penderita Hemastesis Melena
B. Tujuan pendidikan
Tujuan Umum : Klien dapat melakukan perawatan diri: diet yang
baik dan benar
Tujuan Khusus :
Klien dapat memahami pengertian diet
hematesis melana
Klien dapat mengetahui makanan yang boleh
dikonsumsi pada penderita Hematemesis
Melena
Klien dapat memahami tujuan diet
Hemastemeseis Melena
C. Sasaran : Tn.R
D. Tempat : RSUD MA. Sentot Patrol Indramayu
E. Pelaksana : Azazi Ahmad Abdul Aziz
F. Waktu (durasi) : 25 Menit

32

G. Materi/isi
Pengertian diet pada penderita hematemesis melena
Makanan yang boleh di makan pada penderita hematemesis melena
Tujuan diet pada penderita hematemesis melena
H. Metode Pendidikan : Ceramah, Tanya jawab, dan diskusi
I. Media yang digunakan : Kertas, sepidol.
J. Rencana Kegiatan
Tahap
kegiatan
Kegiatan pengajar Kegiatan Waktu
Pendahuluan Memberikan salam
perkenalan.
Member tahu
kontrak waktu.
Menjelaskan tujuan
tentang pemberian
penyuluhan
kesehatan
Validasi data
Menjawab salam
Memperhatikan
3 menit



Pengkajian perawat
menjelaskan tentang
Pengertian:Diet
Pada Penderita
Hematemesis
Melena
perawat
menjelaskan tentang
makanan yang
boleh di makan
klien memperhatikan
penjelasan tentang
manfaat :Diet Pada
Penderita Hematestis
Melena
klien
memeperhatikan
tentang makanan yang
boleh di makan
oleh:penderita
20 menit

33

oleh: penderita
Hematemesis
Melena
perawat
menjelaskan tujuan
tentang:Diet Pada
Penderita
Hematemesis
Melena
Hematemesis Melena
klien memperhatikan
tentang tujuan
dari:diet pada
penderita
Hematemesis Melena
Penutup memberikan
evaluasi
memberikan salam
penutup
klien kooperatif /kerja
sama dan mampu
menjawab pertanyaan
perawat.
Menjawab salam
2 menit

K. Lampiran Materi
1. Pengertian Diet Pada Penderita Hematemesis Melena
Adalah Pengaturan pola makan baik ukuran porsi dan kandungan gizi nya
2. Makanan Yang Boleh Di Makan Oleh Penderita Hematemesis Melena
melon
wortel
tomat
3. Tujuan Diet Pada Penderita Henatenesis Melena
a. Menurunkan resiko aspirasi akibat masuk nya makanan ke dalam
saluran pernafasan.
b. Mencegah dan mengoreksi defisiensi zat gizi dan cairan

34

L. Evaluasi
1. Klien mampu menjawab 80% benar, tentang Pengertian Diet Pada
Penderita Hematemesis Melena
2. Klien mampu menjawab 70% benar tentang makanan yang boleh di makan
oleh penderia hematemesis melena
3. Kliem mampu 80% benar tentang tujuan diet hematemesis melena














35

LEMBAR BUKTI KONSUL LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
SISWA/SISWI SMK KESEHATAN 1 SUKRA PROGRAM
KEPERAWATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nama : Azazi Ahmad Abdul Aziz
NIS : 9955186084
No. HARI/TANGGAL MATERI YANG DI BAHAS PARAF












Indramayu, November 2012
Pembimbing



Ade Kunaerih H A. MK, S.Pd

Вам также может понравиться