Вы находитесь на странице: 1из 35

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Cedera saraf perifer (Peripheral Nerve Injury) merupakan istilah umum
yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan saraf di luar otak atau
sumsum tulang belakang (Kneale,2010).Cedera ini mencangkup saraf kranial
tiga sampai dua belas, saraf spinal dan percabangannya. Batasan neuropati
saraf tepi atau kematian saraf perifer adalah kelainan menetap (lebih dari
beberapa jam) dari neuron sumsum tulang, neuron motorik batang otak
bagian bawah, sensorimotor primer, neuron susunan saraf autonom perifer
dengan kelainan klinis, elektroneurografik dan morfologik (Menurut WHO,
technical report erie !"#, 1$%0). Cedera Saraf Perifer diantaranya Sindrom
uillain!Barre merupakan sindrom klinis yang ditunjukkan oleh onet akut
dari gejala!gejala yang mengenai saraf perifer dan kranial. Proses penyakit
mencangkup demielinasi dan degenerasi selaput mielin dari saraf perifer dan
kranial. (&ylvia '. Piece (an )orraine M. Wilon, 1$$#).
Sindrom ini ditemukan pada tahun "#"$ oleh eorges uillain, %ean!
&le'andre Barre, dan &ndre Strohl. (ereka menemukan sindrom ini pada
dua tentara yang menderita peningkatan produksi protein cairan otak yang
abnormal. )iagnosis BS dapat dilakukan dengan menganalisa cairan otak
dan electro(ia*notic. *ndikasi terjadinya infeksi BS adalah kenaikan sel
darah putih pada cairan otak.
BS (+uillain ,arre &yn(ro-e) merupakan salah satu dari penyakit
autoimun (Mor*an,1$$1). Pada kondisi normal, tubuh akan menghasilkan
antibodi yang berfungsi untuk melawan antigen atau +at yang merusak tubuh
ketika tubuh terinfeksi penyakit, ,irus, maupun bakteri. -amun pada kasus
BS, antibodi yang seharusnya melindungi tubuh justru menyerang sistem
saraf tepi dan menyebabkan kerusakan pada sel saraf. .erusakan tersebut
"
akan menyebabkan kelumpuhan motorik dan gangguan sensibilitas penderita
BS. %ika kerusakan terjadi sampai pangkal saraf maka dapat terjadi kelainan
pada sumsum tulang belakang. Pada tipe yang paling berat, sindroma
uillain!Barre menjadi suatu kondisi kedaruratan medis yang membutuhkan
perawatan segera. Sekitar /01 penderita membutuhkan penggunaan alat
bantu nafas sementara.
Sebagai seorang perawat perlu mengetahui perubahan yang terjadi pada
pasien dan membantu pasien untuk beradaptasi dengan gejala dan perubahan
dalam status fisik, psikologi, sosial dan ekonomi, melalui dukungan dan
asuhan keperawatan yang tepat, membantu pasien dalam memperbaiki
hidupnya.
1.2 Tujuan
".2." 3ujuan 4mum
Setelah proses pembelajaran mata kuliah .eperawatan
-eurobeha,iour " diharapkan mahasiswa semester / dapat mengerti
dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
cedera saraf periferal (Peripheral Nerve Injury) dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
".2.2 3ujuan .husus
Setelah proses pembelajaran mata kuliah .eperawatan
-eurobeha,iour " diharapkan mahasiswa semester / dapat
mengaplikasikan materi tersebut dalam pemberian asuhan
keperawatan.
1.3 Manfaat
Penulisan makalah ini sangat diharapkan bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan penulis untuk mengetahui dan menambah wawasan tentang
&suhan .eperawatan, terutama &suhan .eperawatan pada klien dengan
gangguan Cedera saraf perifer.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anat!"
2.1.1 S"#te! Saraf Te$"
Sistem saraf perifer meliputi seluruh jaringan saraf lain dalam
tubuh. Sistem ini terdiri dari saraf kranial dan saraf spinal yang
menghubungkan otak dan medulla spinalis dengan reseptor dan efektor.
Secara fungsional sistem saraf perifer terbagi menjadi sistem aferen dan
sistem eferen. (5thel, 200/)
a. Saraf aferen (sensorik) mentransmisi informasi dari reseptor sensorik
ke SSP
b. Saraf eferen (motorik) mentransmisi informasi dari SSP ke otot dan
kelenjar. Sistem eferen dari sistem saraf perifer memiliki dua
komponen, yaitu 6
1. Saraf #!at"%
7aitu susunan saraf yang mempunyai peranan spesifik
untuk mengatur akti,itas otot sadar atau serat lintang. %adi saraf
ini melakukan sistem pergerakan otot yang disengaja atau tanpa
disengaja. Saraf ini meliputi gerakan (lingkaran) reflek.
erakan reflek merupakan bagian dari mekanisme
pertahanan pada tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak
sadar. erak refleksi ini dapat dihambat oleh kemauan sadar.
4ntuk terjadi gerak reflek dibutuhkan struktur sebagai berikut
organ sensoris, yaitu kulit, serabut saraf sensoris, sumsum tulang
belakang, sel saraf motorik, dan orga motorik yang
melaksanakan gerakan karena dirangsang oleh impuls saraf
motorik.
(acam!macam reflek 6
a. 8eflek tendon b. 8eflek superfisial
/
c. 8eflek Paringeal
d. 8eflek &bdominal
e. 8eflek Cremaster
f. 8eflek Plantar
2. Saraf tn!
7aitu saraf yang mempunyai peranan sangat penting
mempengaruhi pekerjaan otot sadar atau serah lintang. )engan
membawa informasi ke otot halus atau otot jantung yang
dilakukan otomatis. (enurut fungsinya saraf otonom terdiri dari
2 bagian, yaitu 6
a. Susunan saraf simpatis
3erletak di depan kolumna ,ertebra dan berhubungan
dengan sumsum tulang belakang melalu serabut!serabut
saraf. Sistem simpatis dibagi menjadi / bagian 6
a) .ornu anterior segmen torakalis ke!" sampai ke!"2
segmen lumbalis "!/ terdapat rukleus ,egetatif yang
berisi kumpulan!kumpulan sel saraf simpatis.
b) 3unkus simpatikus beserta cabang!cabangnya. )i
sebelah kiri dan kanan ,ertebra terdapat barisan ganglion
saraf simpatikus yang membujur disepanjang ,ertebra.
Barisan ganglion!ganglion saraf simpatikus ini disebut
tunkus simpatikus. &ntara ganglion satu dengan yang
lain, atas, bawah kiri dan kanan di hubungkan oleh saraf
simpatis. 9al ini menyebabkan sepasang trunkus
simatikus berbentuk rongga.
c) :leksus simpatikus beserta cabang!cabangnya. )i dalam
abdomen, pel,is, toraks serta di dekat organ!organ yang
dipersarafi oleh saraf simpatis (otonom) umumnya
terdapat dleksus yang terbentuk oleh saraf simpatis
ganglion yaitu fleksus;ganglion simpatikus.
:ungsi saraf simpatis 6
a. (ensarafi otot jantung
b. (ensarafi pembuluh darah dan otot tak sadar
<
c. (ensarafi semua alat dalam seperti lambung, pankreas
dan usus.
d. (elayani serabut motorik sekretorik pada kelenjar
keringat.
e. Serabut motorik pada otot tak sadar.
f. (empertahankan tonus semua otot sadar.
b. Susunan saraf parasimpatis
Saraf kranial otonom adalah saraf kranial /, =, # dan
"0. Saraf ini merupakan penghubung melalui serabut
parasimpatis dalam eprjalanann keluar dari otak menuju
organ!organ yang sebagaian dikendalikan oleh serabut!
serabut menuju iris dan dengan demikian merangsang
gerakan!gerakan saraf ke / yaitu saraf okulamotorik.
(elalui saraf ke !=, dasial serta saraf ke!# glosofaringeus.
Saraf ,agus atau saraf kranial ke!"0 adalah serabut saraf
otonom terbesar. Saraf simpatis sakral keluar dari sumsum
tulang belakang melalui daerah sakral, saraf!saraf ini
membentuk urat saraf pada alat!alat dalam pe,is dan
bernama saraf!saraf simpatis > membentuk fleksus yang
mempersarafi kolon rektum dan kendung kemih.
:ungsi serabut saraf parasimpatis 6
". (erangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar
sublingualis, submandibularis dan kelenjar!kelenjar
dalam mukosa rongga hidung.
2. (empersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga
hidung berpusat di nuklei laktimalis.
/. (empersiapkan kelenjar ludah berpusat di nukleus
sali,atorius inferior di dalam medula oblongan saraf ini
mengikuti ner,us *?.
<. (empersarafi sebagian besar alat tubuh yang berpusat
pada nukelus dorsalin ner,us ?.
@
@. (empersarafi kolon desendens, sigmoid, rektum,
,esika urinaria dan alat kelamin berpusat di sakral **,
***, *A.
$. (iksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflek
yang berpusat di kornu lateralis medula spinalis bagian
sakral.
2.1.2 Saraf Te$"
Saraf tepi adalah kumpulan dari sel saraf yang badan selnya
berada di kornu anterior dan kornu posterior medulla spinalis.
&ksonnya memanjang keluar dari mielum dan akson terminalnya
berakhir pada motor end!plate dan sensoric ending (*.&P*, 20"0).
Bundel saraf tepi terdiri dari kumpulan akson!akson yang
menjadi satu dalam endoneurium. Sekelompok endoneurium
terbungkus dalam satu perineurium, dan beberapa perineurium
terbungkus dalam satu kelompok dalam epineurium. 5pineurium inilah
yang sering disebut sebagai saraf tepi (*.&P*, 20"0).
ambar 26 &natomi Saraf Perifer
(*.&P*, 20"0)
2.2 &e'era Saraf Per"fer
2.2.1 Def"n"#"
$
Peripheral Nerve Injury atau cedera saraf perifer adalah istilah
umum yang digunakan untuk menggambarkan kerusakan saraf di luar
otak atau sumsum tulang belakang (.neale,20"0)
Cedera saraf tepi merupakan suatu progresi,itas proses dari tahap
iskemia pada saraf tepi menuju hingga kerusakan bahkan kematian pada
sel saraf yang merupakan kelainan menetap dari neuron sumsum tulang,
neuron motorik batang otak bagian bawah, sensorimotor primer, neuron
susunan saraf autonom perifer dengan kelainan klinis, elektroneurografik
dan morfologik (B9C, techical report erie. 1$%0)
2.2.2 (eak#" Saraf Te$" $a'a &e'era
8eaksi yang terjadi pada saraf tepi mengalami cedera
(*.&P*,20"0) adalah 6
a. )endrit yang berada di kornu anterior dan kornu posterior ganglion
akan engalami kromatolisi.
b. &pabila cedera terjadi pada selubung mielin maka terjadi
neuropraksia, aksonotmesis dan neurotmesis.
2.2.3 Kla#"f"ka#" &e'era Saraf Te$"
&. -europati perifer diklasifikasikan menjadi ((ark, 200$) 6
". (ononeuropati, merupakan gangguan saraf perifer tunggal akibat
trauma, khususnya akibat tekanan, atau gangguan suplai darah
(,asa ner,orum). (ononeuropati yang sering terjadi yaitu Sindrom
3erowongan .arpal atau Carpal 3unnel Syndrome (Dionel, 200=).
2. (ononeuropati multipleks, terkenanya saraf multiple secara acak.
angguan sistemik yang secara umum yang dapat menyebabkan
saraf sangat sensitif terhadap tekanan, misalnya diabetes melitus
atau penyakit lain yang menyebabkan gangguan perdarahan yang
menyebar luas, misalnya ,askulitis, dapat menyebabkan neuropati
multifokal (atau mononeuropati). Penyebab neuropati multifokal
(mononeuritis multipleks) meliputi (Dionel, 200=) 6
a. *nfiltrasi keganasan (karsinoma atau limfoma)
=
b. Aaskulitis atau penyakit jaringan ikat6
") &rtritis reumatoid
2) Dupus eritematosus sistemik
/) Poliarteritis nodosa
<) ranulomatosis wegener
c. Sarkoidosis
d. )iabetes melitus
e. *nfeksi
") Depra
2) 9erpes +oster
/) 9*A
<) Penyakit Dyme
f. -europati herediter dengan kerentanan terhadap palsi akibat
tekanan.
Secara umum, neuropati multifokal akibat ,askulitis
memberikan gejala nyeri, kelemahan, dan gangguan sensorik pada
ditribusi ner,us perifer multipel. 5kstremitas bawah lebih sering
terkena. Desi saraf perifer tunggal umumnya berakumulasi
bertahap secara akut atau subakut, dan menunjukkan gambaran
klinis yang berbentuk bercak dan asimetris.
/. Polineuropati, dimana terkenanya saraf perifer secara bilateral dan
simetris, biasanya lebih sering mengenai tungkai daripada lengan
dengan segmen distal terkena lebih dulu dan lebih berat
disbanding segmen proksimal. merupakan gangguan beberapa
saraf perifer yang sering diakibatkan oleh proses peradangan,
metabolik, atau toksik yang menyebabkan kerusakan dengan pola
difus, distal, dan simetris yang biasanya mengenai ekstremitas
bawah sebelum ekstremitas atas (Dionel, 200=).
<. (ielopati seringkali disebabkan kompresi medulla spinalis akibat
penyakit!penyakit degeneratif pada tulang belakang, tetapi tumor
maupun massa juga dapat menyebabkan mielopati. 3umor!tumor
intraspinal dapat berasal dari substansi medulla spinalis itu sendiri
(intrameduler) atau menekan medulla spinalis dari luar
(ekstrameduler). 3umor ekstrameduler dapat berada di dalam dura
(intradural) atau di luar dura (ekstradural). Balaupun perjalanan
penyakit dapat memberikan petunjuk diagnostik patologis suatu
E
tumor, massa tumor seringkali menimbulkan kompresi yang
memberikan gejala mielopati. Pada pasien berusia <0 tahun
kebawah, sklerosis multiple merupakan alas an tersering terjadinya
mielopati (Dionel, 200=).
@. 8adikulopati, terkenanya radiks saraf. 8adikulopati terjadi
sekunder terhadap kerusakan radiks posterior di luar medula
spinalis sebelum bergabung untuk membentuk satu saraf campuran
(-i/e( nerve). )alam klinik, penderita mengeluh adanya rasa
nyeri menjalar terbatas pada suatu dermatoma. Biasanya tidak
dijumpai perubahan motorik maupun refleks. 8adikulopati sulit
dibedakan dengan penyakit pada diskus ,ertebralis dan untungnya
dapat hilang dengan sendirinya. Sering terjadi pada radiks saraf
lumbalis dan torakalis, dan dapat pada kedua sisi. .adang disertai
degenerasi kolumna posterior sehingga mengakibatkan gangguan
fungsi kolumna posterior dan nyeri menjalar (9oward, 2000).
$. )emielinasi, merupakan penghancuran selubung medularis atau
mielin serabut saraf. Da+imnya mengenai segmen distal maupun
proksimal saraf seperti pada sindrom uillain!Barre.
=. )egenerasi akson, la+imnya berkembang dari segmen distal ke
proksimal (yaitu neuropati dying!back)
B. (enururt Sunderland, terdapat @ tingkatan cedera saraf tepi
(*.&P*,20"0), yaitu
". 3ingkat Pertama 6 saraf masih menyambung, kompresi atau iskemia
dimana terjadi blok konduksi lika, terjadi demielinisasi fokal, dan
penyembuhan terjadi sempurna dalam 2 F / minggu.
2. 3ingkat .edua 6 Cedera akson, jaringan pendukung (termasuk
endoneurium) intak, terjadi degenerasi wellerian, dan pemulihan "
mm;hari sebagaimana akson mengikuti tu0ule. Pemulihan ini buruk
bila lesi memerlukan G "E bulan untuk mencapai otot target.
/. 3ingkat ketiga 6 Cedera ini melibatkan kerusakan myelin, akson
dan endoneurium. Cedera juga akan sembuh dengan lambat, tetapi
#
penyembuhannya hanya sebagian.penyembuhan akan tergantung
pada derajad fibrosis intrafasikular, saraf mungkin tidak terlihat rusak
pada inspeksi secara kasar.
<. 3ingkat keempat 6angguan pada semua neural dan elemen
pendukung, epineurium intak, saraf umumnya mengalami
pembesaran.
@. 3ingkat kelima 6 Cedera yang transeksi lengkap dengan hilangnya
kontinuitas.
ambar 6 .lasifikasi Cedera Saraf Perifer
"0
2.3 Guillain Barre Syndrome )*BS+
2.3.1 Def"n"#" Guillain Barre Syndrome
+uillain ,arre &yn(ro-e (BS) ; Sindroma uillain Barre dapat
diartikan sebagai suatu kelainan akut dan difus dari sistem saraf yang
mengenai radiks spinalis, saraf perifer, dan kadang!kadang saraf kranialis
setelah suatu infeksi ((uid, 200@). Sindroma ini merupakan masalah
kesehatan yang serius yang terjadi ketika system imun tubuh menyerang
system saraf. 9al ini menyebabkan kelumpuhan otot atau paralisis da
gejala!gejala lainnya.(%asmin, 20"<) Sindroma ini juga sering disebut
sebagai I(iopahtic Polyneuriti, 'cute 1e0rile Polyneuriti, In2ective
Polyneuriti, Pot In2ectiou Polyneuriti, 'cute In2la--atory
3e-yelinatin* Polyra(iculoneuropathy, +uillain ,arre &trohl &yn(ro-e,
)an(ry 'cen(in* Paralyi, (an )an(ry +uillain ,arre &yn(ro-e.
Parry mengatakan bahwa, BS adalah suatu polineuropati yang
bersifat ascending dan akut yang sering terjadi setelah " sampai / minggu
setelah infeksi akut. (enurut ,och, BS merupakan suatu sindroma
klinis yang ditandai adanya paralisis flasid yang terjadi secara akut
berhubungan dengan proses autoimun dimana targetnya adalah saraf
perifer, radiks, dan ner,us kranialis. (%apardi, 2002)
2.3.2 Kla#"f"ka#"
uillain Barre Syndrome dapat diklasifikasikan sebagai berikut 6
()a,ids, 200E> Dewis, 200#)
". 'cute Motor4&enory '/onal Neuropathy (&(S&-)
Sering muncul cepat dan mengalami paralisis yang berat dengan
perbaikan yang lambat dan buruk. Seperti tipe &(&- yang
berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni. Patologi yang
ditemukan adalah degenerasi akson dari serabut saraf sensorik dan
motorik yang berat dengan sedikit demielinisasi.
2. 'cute Motor4'/onal Neuropathy (&(&-)
""
Berhubungan dengan infeksi saluran cerna C jejuni dan titer
antibody gangliosid meningkat (seperti (*, )*a, )*b).
Penderita tipe ini memiliki gejala klinis motorik dan secara klinis
khas untuk tipe demielinisasi dengan asending dan paralisis simetris.
&(&- dibedakan dengan hasil studi elektrodiagnostik dimana
didapatkan adanya aksonopati motorik. Pada biopsy menunjukkan
degenerasi Hwallerian likeI tanpa inflamasi limfositik.
Perbaikannyacepat, disabilitas yang dialami penderita selama kurang
lebih " tahun.
5. Miller 1iher &yn(ro-e
Aariasi dari BS yang umum dan merupakan @1 dari semua kasus
BS. Sindroma ini terdiri dari ataksia, optalmoplegia dan arefleksia.
&taksia terlihat pada gaya jalan dan pada batang tubuh, jarang yang
mempengaruhi ekstremitas. (otorik biasanya tidak terkena.
Perbaikan sempurna terjadi dalam hitungan minggu atau bulan.
<. 6hronic In2la--atory 3e-yelinative Polyneuropathy (C*)P)
C*)P memiliki gambaran klinik seperti &*)P, tetapi perkembangan
gejala neurologinya bersifat kronik. Pada sebagian anak, kelainan
motorik lebih dominan dan kelemahan otot lebih berat pada bagian
distal.
#. 'cute Pan(yautono-ia
3anpa sensorik dan motorik merupakan tipe BS yang jarang
terjadi. )isfungsi dari system simpatis dan parasimpatis yang berat
mengakibatkan terjadinya hipotensi postural, retensi saluran kemih
dan saluran cerna, anhidrosis, penurunan sal,ias dan lakrimasi dan
abnormalitas dari pupil.
2.3.3 Et"lg"
8espon alergi atau respon autoimun sangat mungkin sekali.
Beberapa penelitian berkeyakinan sindroma tersebut mempunyai asal
"2
tetapi tidak ada ,irus dapat diisolasi. (eskipun BS sampai saat ini
masih belum diketahui dengan pasti penyebab dan masih menjadi
perdebatan. Beberapa keadaan atau penyakit mendahului dan mungkin
ada hubungan dengan terjadinya BS, antara lain 6
". *nfeksi ,irus atau bakteri
BS sering sekali berhubungan dengan infeksi akut non spesifik.
*nsidensi kasus BS yang berkaitan dengan infeksi ini sekitar antara
@$1 ! E01, yaitu " sampai < minggu sebelum gejala neurologi timbul
seperti infeksi saluran pernafasan atas atau infeksi gastrointestinal.
*nfeksi akut yang berhubungan dengan BS 6
a. Airus6 C(A, 5BA, 9*A, 7aricella48oter, 7accinia9-allpo/,
In2luen8a, Meale, Mu-p, :u0ella, hepatiti, 6o/ac;ie, <cho.
b. Bakteri6 6a-pylo0acter, =ejeni, Mycopla-a, Pneu-onia,
>yphoi(, ,orrelia ,, Paratyphoi(, ,rucelloi, 6hla-y(ia,
)e*ionella, )iteria.
2. Aaksinasi
/. Pembedahan, anestesi
<. Penyakit sistematik, seperti keganasan, &yte-ic )upu
<rythe-atou, tiroiditis, dan penyakit &ddison
@. .ehamilan atau dalam masa nifas
$. angguan endokrin
2.3.4 Patf"#"lg"
Pada uillaian Barre Syndrome selaput mielin yang mengelilingi
akson hilang. Selaput myelin cukup rentan terhadap cidera karena banyak
agen dan kondisi, termasuk trauma fisik, hipoksemia, toksik kimia,
insufisiensi ,askuler dan reaksi imunologi.
&kson bermielin mengkonduksi impul saraf lebih cepat dibanding
akson tidak bermielin. Sepanjang perjalanan serabut bermielin terjadi
gangguan dalam selaput tempat kontak langsung antara membrane sel
"/
akson dengan cairan ekstra seluler. (embran sangat permiabel pada
nodus tersebut sehingga konduksi menjadi baik. erakan ion!ion masuk
dan keluar akson dapat terjadi dengan cepat hanya pada nodus ran,ier,
sehingga impuls saraf sepanjang serabut bermielin dapat melompat dari
satu nodus ke nodus lainnya dengan cukup kuat. .ehilangan selaput
myelin pada BS membuat konduksi salfatori tidak mungkin terjadi, dan
transmisi impul saraf dibatalkan.
Pada umumnya penyakit ini didahului oleh infeksi influen+a saluran
pernapasan. Pada saat inilah kita merasa nafas tersumbat seperti orang
:lu. Setelah nafas tersumbat di dalam tubuh terjadi reaksi autoimun,
yakni sistem kekebalan tubuh sendiri yang menyerang bagian dari ujung
ujung saraf. Pada saat inilah terjadi kesemutan. .arena kesemutan atau
Parestesia itu timbul bila terjadi gangguan pada serabut saraf. Pada
penderita uillaian Barre Syndrome yang akut, kesemutan tidak hanya
pada tangan tetapi bisa menjalar ke kaki hingga ke perut. *tulah sebabnya
penyakit uillaian Barre Syndrome ini bisa menyebabkan kelumpuhan,
bahkan bisa juga menyebabkan kematian apabila Perusakan saraf
pernafasan sudah mencapai akar saraf di leher sehingga pasien kesulitasn
bernafas dan menyebabkan kematian mendadak. Proses demyelinisasi
saraf tepi pada uillaian Barre Syndrome dipengaruhi oleh respon
imunitas seluler dan imunitas humoral yang dipicu oleh berbagai
peristiwa sebelumnya yang paling sering infeksi ,irus.
2.3.5 Man"fe#ta#" Kl"n"#
+uillain ,arre &yn(ro-e merupakan penyebab paralisis akut yang
dimulai dengan parestesia pada bagian distal dan diikuti secara cepat oleh
paralisis keempat ekstremitas yang bersifat asendens. Parastesia ini
biasanya bersifat bilateral. 8efle' fisiologis akan menurun dan kemudian
menghilang sama sekali. (-*)S, 200#)
.erusakan saraf motorik biasanya dimulai dari ekstremitas bawah
dan menyebar secara progresif ke ekstremitas atas, tubuh dan saraf pusat.
"<
.erusakan saraf motoris ini ber,ariasi mulai dari kelemahan sampai pada
yang menimbulkan ?ua(riple*ia 2lacci(. .eterlibatan saraf pusat,
muncul pada @01 kasus, biasanya berupa 2acial (iple*ia. .elemahan
otot pernapasan dapat timbul secara signifikan dan bahkan 201 pasien
membutuhkan ,entilator dalam bernapas. (Saharso, 200$>
8amachandran, 200#)
.erusakan saraf sensoris yang terjadi kurang signifikan
dibandingkan dengan kelemahan pada otot. 8asa sakit dan kram juga
dapat menyertai kelemahan otot yang terjadi terutama pada anak!anak.
()a,ids, 200E> 8amachandran, 200#)
.elainan saraf otonom tidak jarang terjadi dan dapat menimbulkan
kematian. .elainan ini dapat menimbulkan takikardi, hipertensi atau
hipotensi, aritmia bahkan car(iac arret, 2acial 2luhin*, sfingter yang
tidak terkontrol, dan kelainan dalam berkeringat. ()a,ids, 200E>
8amachandran, 200#)
.erusakan pada susunan saraf pusat dapat menimbulkan gejala
berupa disfagia, kesulitan dalam berbicara dan yang paling sering adalah
0ilateral 2acial paly. (8amachandran, 200#)
ejala!gejala tambahan yang biasanya menyertai BS adalah
kesulitan untuk mulai B&., inkontinensia urin dan al,i, konstipasi,
kesulitan menelan dan bernapas, perasaan tidak dapat menarik napas
dalam, dan penglihatan kabur (0lurre( viion). ()a,ids, 200E)
(enurut National Intitute o2 Neurolo*ical an( 6o--unicative
3ior(er an( &tro;e (-*C)S), manifestasi klinis dari BS antara lain 6
". Progresifitas 6 gejala kelemahan motorik berlangsung cepat,
maksimal dalam < minggu, @01 mencapai puncak dalam 2 minggu,
E01 dalam / minggu, dan #01 dalam < minggu.
2. 9iporefleksi.
/. angguan sensibilitas ringan.
<. ejala saraf cranial J@01 terjadi pada - A** dan sering bilateral.
Saraf otak lain dapat terkena khususnya yang mempersarafi lidahdan
oto!otot menelan, kadang K@1 kasus neuropati dimulai dari otot
ekstraokuler atau saraf otak lain.
"@
@. Pemulihan 6 dimulai 2!< minggu setelah progresifitas berhenti, dapat
memanjang sampai beberapa bulan.
$. )isfungsi otonom. 3akikardi dan aritmia, hipotensi postural,
hipertensi dan gejala ,asomotor.
=. 3idak ada demam saat onset gejala neurologis
E. Pada CS: 6
a.
Protein CS: meningkat setelah gejala " minggu atau terjadi
peningkatan pada DP serial.
b.
%umlah sel CS: K "0 (-;mm
/
c.
Aarian 6
i.
3idak ada peningkatan protein CS: setelah " minggu
gejala
ii.
%umlah sel CS: 6 "" F @0 (-;mm
/
#. ambaran elektrodiagnostik 6
a.
Perlambatan konduksi saraf bahkan blok pada E01 kasus.
Biasanya kecepatan hantar kurang dari $01 kecepatan hantar
normal.
2.3.6 Karakter"#t"k Guillain Barre Syndrome
.riteria diagnosis sindrom +uillain ,arre (ilroy dan (ayer, "#=#)6
". .elumpuhan flaksid yang timbul secara akut, bersifat difus dan
simetris yang dapat disertai oleh paralyi 2aiali 0ilateral.
2. angguan sensibilitas subjektif dan objektif biasanya lebih ringan
dari kelumpuhan motorik.
/. Pada sebagian besar kasus penyembuhan yang sempurna terjadi
dalam waktu $ bulan.
<. Peningkatan kadar protein dalam cairan otak secara progresif
dimulai pada minggu kedua dari paralisis, dan tanpa atau dengan
pleositosis ringan (disosiasi sito albuminemik).
@. )emam subfebril atau sedikit peningkatan suhu selama
berlangsungnya kelumpuhan.
$. %umlah leukosit normal atau limfositosis ringan, tanpa disertai
dengan kenaikan laju endap darah.
2.3.7 ,a#e Guillain Barre Syndrom
"$
". :ase awal, mulai dengan munculnya tanda!tanda kelemahan dan
biasanya tampak secara lengkap dalam 2!/ minggu. .etika tidak
terlihat penurunan lanjut, kondisi ini tenang.
2. :ase kedua, berakhir beberapa hari sampai 2 minggu.
/. :ase penyembuhan, mungkin berakhir <!$ bulan dan mungkin samai 2
tahun. Penyembuhan adalah spontan dan komplet pada kebanyakan
pasien, meskipun ada beberapa gejala neurologis sisa dapat menetap.
2.3.8 Penatalak#aan Me'"#
Pada umumnya ada dua jenis pengobatannya adalah Pla-a
</chan*e dan Intravenou i--uno*lo0ulin. .edua cara ini sama!sama
efektif, walaupun ada pihak tertentu yang mengklaim plasma e'change
lebih baik, sedangkan di pihak lain immunoglobulin lebih baik. 3etapi
jika ada yang mengusulkan menggunakan kedua cara tersebut secara
bergantian maka sebaiknya anda jangan mau. pilihlah salah satu cara
saja. karena pengobatan ini mungkin harus dilakukan berkali kali,
tergantung dari keakutan BS anda dan kestabilan kesehatan anda, jika
anda sudah memutuskan satu terapi lakukan terapi yang sama untuk
selanjutnya.
3ujuan utama perawatan BS adalah untuk memberikan
pemeliharaan system tubuh, menatasi krisis yang mengancam jiwa dan
mencegah komplikasi dan infeksi, memberikan dukungan psikologis
pada pasien dan keluarga.
%ika 8espirasi terkena dibutuhkan ,entilasi mekanik, perlu
dilakukan trakeostomi jika pasien tidak dapat disapih dari ,entilasi
mekanik. agal nafas harus diantisipasi karena tidak jelas sejauh mana
para lisis akan terjadi. %ika saraf otonom yang terkena akan terjadi
perubahan drastic dalam tekanan darah dan frekuensi jantung sehingga
harus dipantau secara ketat.
"=
Penatalaksanaan nyeri dapat menjadi bagian dalam pasien BS.
Beberapa obat dapat memberikan penyembuhan sementara. -arkotik
dapat diberikan pada malam hari jika pasien tidak dapat mengkompensasi
secara marginal karena norkotik dapat meningkatkan gagal nafas.
Biasanya pasien di intubasi kemudian diberikan narkotik. -utrisi yang
adekuat harus dipertahankan, jika tidak mampu makan peroral dapat
dipasang -3 tetapi harus dipantau terjadinya infeksi, diare dan
keseimbangan elektrolit pasien.
2.3.9 Prgn#"#
Pada umumnya penderita mempunyai prognosa yang baik tetapi
pada sebagian kecil penderita dapat meninggal atau mempunyai gejala
sisa. #@1 terjadi penyembuhan tanpa gejala dalam waktu / bulan dengan
keadaan antara lain 6
a. Pada pemeriksaan -CA!5( relatif normal
b. (endapat terapi plasma paresis dalam < minggu mulai saat onset
c. Progresifitas penyakit lambat dan pendek
d. Pada penderita berusia /0!$0 tahun.
2.3.10 -.&
"E
BAB 3
ASUHAN KEPE(A-ATAN PADA KLIEN DEN*AN *AN**UAN
PE(IPHE(AL NE(/E INJU(0
2.1 Ka#u#
3n ), <@ tahun, datang ke rumah sakit )r.S, 3anggal 2# september 20"<
dengan kelemahan pada kaki dan tak bisa digerakan, terasa kaku. Sejak J 2
hari yang lalu, pasien tidak enak badan, leher kaku dan nyeri, kadang!kadang
kesemutan secara tiba!tiba. " hari kemudian rasa kaku menjalar ke atas, dan
wajah kemerahan, nyeri, pusing (L), pandangan kabur, nafas sesak, wajah
memerah. Pasien sebelumnya pernah didiagnosis dengan penyakit *SP& dan
dirawat di rumah sakit sekitar / bulan yang lalu. 3)6 "E0;m=0 m9g, -6 E2
';mnt, 886 "< ';mnt, S6 /=,/0 C.
2.2 A#u1an Ke$era2atan
A. Pengkaj"an
". &namnesis
") *dentitas
-ama 6 3n.)
3anggal Dahir 6 "@ September "#$=
%enis .elamin 6 Daki!laki
3anggal (8S 6 2# September 20"<
&lamat 6 Surabaya
2) .eluhan 4tama 6 .elemahan pada kaki dan tak bisa digerakan,
terasa kaku
/) 8iwayat .esehatan
a. 8iwayat .esehatan Sekarang
"#
3n.) datang ke rumah sakit tanggal 2# September 20"<,
dengan keluhan kelemahan pada ekstremitas bawah yang menjalar
ke atas. 2 hari yang lalu, pasien tidak enak badan, leher kaku dan
nyeri, kadang!kadang kesemutan secara tiba!tiba. "hari kemudian
rasa kaku menjalar ke atas, dan wajah kemerahan, nyeri, pusing (L),
pandangan kabur, nafas sesak, wajah.
b. 8iwayat .esehatan )ahulu
3n ) pernah dirawat dirumah sakit dengan diagnosis medik *SP&,
sekitar / bulan yang lalu.
c. 8iwayat .esehatan .eluarga
Setelah dilakukan anamnesa kepada pasien dan keluarga, tidak
ditemukan penyakit keturunan atau keluarga yang mengalami
penyakit yang sama dan tidak pernah diraeat di rumah sakit.
2. Pemeriksaan :isik
(") .esehatan 6 C( (Compos (entis)
(2) 3anda!tanda Aital 6 S 6 /=,/
0
C
3) 6 "@0;#0 mm9g
- 6 E2';menit
88 6 "@ ';menit
(/) 8CS (:evie@ o2 &yte-)
B1 )Breathing+ 3
*nspeksi 6 sesak napas, penggunaan otot bantu napas, dan
penurunan frekuensi pernapasan
Palpasi 6 biasanya taktil premitus seimbang kanan dan kiri.
&uskultasi 6 bunyi napas tambahan seperti ronkhi pada klien
dengan BS berhubungan akumulasi sekret dari
infeksi saluran napas.
20
B2 )Blood+ 33) meningkat "@0;#0mm9g
B3 )Brain+
3ingkat kesadaran 6 Compos mentis (C().
Pemeriksaan saraf kranial 6
a) Saraf *6 Biasanya pada klien sindrom +uillain ,arre tidak
ada kelainan dan fungsi penciuman.
b) Saraf **6 3es ketajaman pengelihatan pada kondisi normal.
c) Saraf ***, *A, dan A*6 Penurunan kemampuan membuka
dan menutup kelopak mata, paralisis okuler.
d) Saraf A6 Pada klien sindrom +uillain ,arre didapatkan
paralisis pada otot wajah, sehingga mengganggu proses
mengunyah.
e) Saraf A**6 Persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah
asimetris karena adanya paralisis unilateral.
f) Saraf A***6 3idak ditemukannya adanya tuli konduktif dan
tuli persepsi.
g) Saraf *? dan ?6 Paralisis otot faring, kesulitan berbicara,
mengunyah, dan menelan. .emampuan menelan kurang
baik, sehingga mengganggu pemenuhan nutrisi melalui
oral.
h) Saraf ?*6 3idak ada atrofi otot sternokleidomastoid dan
trape+ius. .emampuan mobilisasi leher baik.
i) Saraf ?**6 Didah simetris, tidak ada de,iasi pada satu sisi
dan tidak ada fasikulasi. *ndra pengecapan normal.
Sistem (otorik 6 .ekuatan otot menurun, kontrol
keseimbangan dan koordinasi
mengalami perubahan.
Pemeriksaan refleks 6Pemeriksaan refleks dalam menurun,
pengetukan pada tendon menurun,
ligamentum atau periosteum derajat
refleks pada respons normal.
2"
Sistem sensorik 6 Parestesia (kesemutan) dan
kelemahan otot kaki, yang dapat
berkembang ke ekskremitas atas,
batang tubuh, dan otot wajah. .lien
mengalami penurunan kemampuan
penilaian sensorik raba, nyeri, dan
suhu.
B4 )Bladder+ 3 Berkurangnya ,olume haluaran urine, hal
ini berhubungan dengan penurunan perfusi
dan penurunan curah jantung ke ginjal.
B5 )B2el+ 3 Pemenuhan nutrisi menurun
B6 )Bne+ 3 Penurunan kekuatan otot
/. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium yang meliputi 6
a. 9emoglobin 6 "" g;dl
b. Deukosit 6 @ rbu; Ml
c. 3rombosit 6 "=" ribu; Ml
d. 9asil fungsi lumbal sel "$;/, protein 2<< mg;dl, dan glukosa /$
mg;dl. 9asil pemeriksaan C/ /@,< ng;dl (- @@ F "20 ng;dl), C<
@,@ ng;dl (- 20 F @0 ng;dl), anti )S )-& positif #<# iu;ml.
e. 5.
f. :oto torak 6 menunjukkan Pneumonia
B. Anal"#a Data
Symptoms 5tiologi Problem
)S6
! Pasien mengatakan
kesulitan bernafas
angguan syaraf
perifer pada
ekstermitas bawah
Pola nafas tidak
efektif
22
)C6
! Pasien terlihat
kesulitan bernafas
! 3ingkat kesadaran
pasien menurun
! Perubahan
frekuensi
pernafasan, nafas
pendek
! 3anda Aital6
3)6 "E0;m=0 m9g,
-6 E2 ';mnt, 886
"< ';mnt, S6 /=,/
0
C.
angguan syaraf
perifer pada
ekstermitas atas
.elemahan otot
pernapasan
agal pernafasan
)S 6
! Pasien mengatakan
kelemahan dan
kaku ektremitas
! .lien mengatakan
merasa kesemutan
secara tiba!tiba
! .lien mengatakan
rasa kaku menjalar
ke bagian atas
! .lien merasa nyeri
dan pusing
)C 6
angguan syaraf
perifer ada ekstermitas
atas dan bawah
.erusakan
neuromuskular
Penurunan kekuatan
otot
*mobilisasi
angguan mobilitas
fisik
2/
! Bajah klien terlihat
memerah
! .lien terlihat
memegang kepala
dan lemas.
)S 6
! .lien mengeluh
nyeri dan pusing
! .lien merasa
kesemutan secara
tiba!tiba
)C 6
! Bajah .lien terlihat
memerah
! .lien terlihat lemas
! 3ekanan )arah 6
"@0;#0 mm9g, -6
E2 ';mnt, 886 "<
';mnt, S6 /=,/0 C.
8eaksi autoimun
gangguan serabut saraf
kesemutan
menjalar ke kaki,
perut, leher
&nsietas
)S 6
! .lien mengeluh
nyeri
)C 6
! .lien terlihat
menyeringai
! Sensorik 6
8eaksi autoimun
gangguan serabut saraf
kesemutan
-yeri
2<
Parestesia
(kesemutan) dan
kelemahan otot
kaki, yang dapat
berkembang ke
ekskremitas atas,
batang tubuh, dan
otot wajah. .lien
mengalami
penurunan
kemampuan
penilaian sensorik
raba, nyeri, dan
suhu.
menjalar ke kaki,
perut, leher
-yeri
)S 6
! .lien mengatakan
lehernya kaku
)C 6
! -.A , -.*? , -.? 6
paralisis pada otot
wajah, sehingga
mengganggu proses
mengunyah.
angguan serabut
saraf
8efleks fisiologis
menurun
3erdapat paralisis pada
otot wajah
*nput nutrisi oral
terganggu
angguan nutrisi
8isiko gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan
2@
&. D"agn#"# Ke$era2atan
") Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan progresif cepat
otot!otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan.
2) angguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran.
/) &nsietas berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit, dan perubahan
kesehatan
<) -yeri berhubungan dengan reaksi autoimun.
@) 8isiko gangguan nutrisi>kurang dari kebutuhan yang berhubungan
dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan.
). Inter7en#" Ke$era2atan
D"agn#"# I 6 Pola napas tidak efektif yang berhubungan dengan
kelemahan progresif cepat otot!otot pernapasan dan ancaman gagal
pernapasan.
Tujuan
3ujuan 4tama 6 .lien mempertahankan fungsi pernapasan, mencapai
mobilitas, terpenuhinya kebutuhan nutrisi normal, mampu
berkomunikasi, menurunnya ketakutan dan tidak ada komplikasi.
3ujuan .husus 6 )alam waktu /'2< jam setelah diberikan asuhan
keperawatan pola napas klien kembali efektif.
Kr"ter"a Ha#"l 6 Secara subjektif sesak napas (!). 88 "$!20';mnt. 3idak
menggunakan otot bantu napas, gerakan dada normal.
Inter7en#" (a#"nal"#a#"
.aji fungsi paru, adanya bunyi
napas tambahan.
Perubahan irama dan kedalaman,
penggunaan otot!otot aksesori.
(enjadi bahan paramotor monitoring
serangan gagal napas dan menjadi data
dasar inter,ensi selanjutnya.
5,aluasi keluhan sesak napas
balik secara ,erbal dan non,erbal.
3anda dan gejala meliputi adanya
kesukaran bernapas saat berbicara,
pernapasan dangkal dan irregular,
menggunakan otot!otot aksesoria,
takikardia, dan perubahan pola napas.
Beri ,entilasi mekanik. Aentilasi mekanik digunakan jika
2$
pengkajian sesuai kapasitasi ,ital, klien
memperlihatkan perkembangan ke arah
kemunduran, yang mengindikasi ke arah
memburuknya kekuatan otot!otot
pernpasan.
Dakukan pemeriksaan kapasitas
,ital pernapasan.
.apasitas ,ital klien dipantau lebih
sering dan dengan inter,al yang teratur
dalam penambahan kecepatan
pernapasan dan kualitas pernapasan,
sehingga pernapasan yang tidak efektif
dapat diantisipasi. Penurunan kapasistas
,ital dihubungkan dengan kelemahan
otot!otot yang digunakan saat menelan,
dan adanya indikasi memburuknya
fungsi pernapasan
.olaborasi6
Pemberian humidiffikasi oksigen
/ l;mnt.
(embantu pemenuhan oksigen yang
sangat diperlukan tubuh dengan
kondisis laju metabolisme sedang
meningkat.
D"agn#"# II 6 angguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran.
.
Tujuan 6 Setelah diberikan &suhan .eprawatan dalam waktu /'< jam
mobilitas klien meningkat atau teradaptasi
Kr"ter"a 1a#"l 6 Peningkatan kemampuan dan tidak terjadi, trombosis ,ena
profunda dan emboli paru merupakan ancaman klien paralisis yang tidak
mampu menggerakkan ekstremitas, dekubitus tidak terjadi.
Inter7en#" (a#"nal
.aji tingkat kemampuan klien
dalam melakukan mobilitas fisik.
(erupakan data dasar untuk melakukan
inter,ensi selanjutnya.
)ekatkan alat dan sarana yang
dibutuhkan klien dalam
pemenuhan akti,itas sehari!hari.
Bila pemulihan mulai untuk dilakukan,
klien dapat mengalami hipotensi
ortostatik (dari disfungsi otonom) dan
kemungkinan membutuhkan meja
tempat tidur untuk menolong mereka
mengambil posisi duduk tegak.
9indari factor yang
memungkinkan terjadi trauma
pada saat klien melakukan
*ndi,idu paralisis mempunyai
kemungkinan mengalami kompresi
neuropati, paling sering saraf ulnar dan
2=
mobilisasi. peristoneal. Bantuan dapat di
tempatkan di siku dan kepala fibula
untuk mencegah terjadinya masalah ini.
Sokong ekstremitas yang
mengalami paralisis.
5kstremitas paralisis disokong dengan
posisi fungsional dan memberikan
latihan rentang gerak secara pasif
paling sedikit dua kali sehari.
(onitor komplikasi gangguan
mobilitas fisik.
)eteksi awal thrombosis ,ena profunda
dan dekubitus sehingga dengan
penemuan yang cepat penanganan lebih
mudah dilaksanakan.
.olaborasi dengan tim fisioterapis .olaborasi dengan ahli terapi fisik
untuk mencegah detormitasi kontraktur
dengan menggunakan pengubah posisi
yang hati!hati dan latihan rentang
gerak.
D"agn#a III 6 &nsietas berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit, dan
perubahan kesehatan
Tujuan 6 &nsietas hilang atau berkurang.
Kr"ter"a Ha#"l 6 (engenal perasaannya, dapat mengidentifikasi penyebab atau
faktor yang memengaruhinya dan menyatakan ansietas berkurang atau hilang.
Inter7en#" (a#"nal
Bantu klien mengekpresikan
perasaan marah
&nsietas berkelanjutan memberikan
dampak serangan jantung selanjutnya.
.aji tanda ,erbal dan non,erbal
ansietas, dampingi klien dan
lakukan tindakan apabila
menunjukkan perilaku merusak.
8eaksi ,erbal atau non,erbal dapat
menunjukkan rasa agitasi, marah dan
gelisah.
9indari konfrontasi. .onfrontasi dapat meningkatkan rasa
marah, menurunkan kerja sama, dan
mungkin memperlambat penyembuhan.
(ulai melakukan tindakan untuk
mengurangi kecemasan. Berikan
lingkungan yang tenang dan
suasana penuh istirahat.
(engurangi rangsangan eksternal yang
tidak perlu.
3ingkatkan kontrol sensasi klien. .ontrol sensasi klien dengan cara
2E
memberikan informasi tentang keadaaan
klien, menekankan pada pengahargaan
terhadap sunber!sumber koping
(pertahanan diri) yang positif.
Crientasikan klien terhadap
prosedur rutin dan akti,itas yang
diharapkan.
Crientasi dapat menurunkan ansietas.
Berikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan ansietasnya.
)apat menghilangkan kekhawatiran yang
tidak diekspresikan.
Berikan pri,asi untuk klien dan
orang terdekat.
(emberi waktu untuk mengekspresikan
perasaan, menghilangkan cemas dan
perilaku adaptasi. &danya keluarga dan
teman!teman yang dipilih klien melayani
akti,itas dan pengalihan akan
menurunkan perasaan terisolasi.
D"agn#a I/ 6 -yeri yang berhubungan dengan reaksi auto imun
Tujuan 3 )alam waktu "' 2< jam setelah inter,ensi nyeri berkurang
Kr"ter"a Ha#"l 6 .lien mampu menyampaikan kepuasan setelah tindakan
pereda nyeri yang diberikan
Inter7en#" (a#"nal
.aji factor yang dapat menurunkan
toleransi nyeri.
%ika klien harus meyakinkan tenaga
kesehatan bahwa dia merasa nyeri,
kecemasannya akan semakin meningkat
dan akan meningkatkan persepsi
nyerinya.
Beri pereda nyeri yang optimal
bersama analgesic yang diresepkan
Penatalaksanaan nyeri seharusnya
dilakukan secara agresif dan indi,idual
untuk menhilangkan nyeri yang tidak
perlu. Salah satunya dengan memberi
obat sesuai jadwal pada periode awal
pascaoperasi bukan memberikannya pada
saat dibutuhkan.
2#
.aji respon pasien terhadap obat!
obat pereda nyeri.
Berbagai metode perilaku bertujuan
memodifikasi reaksi fisiologis terhadap
nyeri. Contoh metode tersebut yaitu
relaksasi, meditasi, terapi music, hipnotis,
dan umpan balik biologis.
Bimbing klien untuk melakukan
guide imaginary
8elaksasi dan imajinasi terbimbing cukup
efektif dalam mengatasi nyeri, yakni
dengan meningkatkan perasaan control,
mengurangi perasaan tidak berdaya dan
putus asa, menjadi metode pengalih yang
menenangkan, serta menganggu siklus
nyeri!ansietas!ketegangan
D"agn#a / 3 8isiko gangguan nutrisi>kurang dari kebutuhan yang
berhubungan dengan ketidakmampuan mengunyah dan menelan makanan.
Tujuan 3 pemenuhan nutrisi klien terpenuhi.
Kr"ter"a Ha#"l 6 setelah dirawat selama / hari klien tidak terjadi komplikasi
akibat penurunan asupan nutrisi.
Inter7en#" (a#"nal
.aji kemampuan klien dalam
pemenuhan nutrisi oral.
Perhatian yang diberikan untuk nutrisi
yang adekuat dan pencegahan kelemahan
otot karena kurang makanan.
(onitor komplikasi akibat paralisis
akibat insufisiensi akti,itas
parasimpatis.
*lius paralisis dapat disebabkan oleh
insufisiensi akti,itas parasimpatis. )alam
kejadian ini, makanan melalui intra,ena
dipertimbangkan diberikan oleh dokter
dan perawat memantau bising usus
sampai terdengar.
Berikan nutrisi ,ia -3. %ika klien tidak mampu menelan,
makanan diberikan melalui selang
lambung.
Berikan nutrisi ,ia oral paralisis
menelan berkurang.
Bila klien dapat menelan, makanan
melalui oral diberikan perlahan!lahan dan
/0
sangat hati!hati.
BAB 4
PENUTUP
4.1 S"!$ulan
Saraf tepi merupakan saraf kranial (ner,us cranialis) dan saraf spinal
(ner,us spinalis). Setiap saraf tepi terdiri dari berkas serabut!serabut saraf
paralel yang dapat berupa akson eferen atau aferen, dapat bermielin atau
tidak bermielin, serta dibungkus oleh sarunga jaring ikat. Salah satu cedera
yang menyerang saraf perifer yaitu +,&. +uillain ,arre &yn(ro-e (BS)
atau Sindroma uillain Barre yaitu suatu kelainan akut dan difus dari
sistem saraf yang mengenai radiks spinalis, saraf perifer, dan kadang!
kadang saraf kranialis setelah suatu infeksi.
BS merupakan suatu sindroma klinis yang ditandai adanya paralisis
flasid yang terjadi secara akut berhubungan dengan proses autoimun
dimana targetnya adalah saraf perifer, radiks, dan ner,us kranialis.
.lasifikasi dari BS yaitu &(S&- ('cute Motor4&enory Aonal
Neuropathy), &(&- ('cute Motor4'/onal Neuropathy), Mille 1iher
/"
&yn(ro-e, C*)P (6hronic In2la--atory 3e-yelinative Polyneuropathy),
dan 'cute Pan(yautono-ia. BS sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti penyebab dan masih menjadi perdebatan. 3etapi beberapa
keadaan penyakit mendahului dan mungkin ada hubungan dengan
terjadinya BS yaitu infeksi ,irus atau bakteri, ,aksinasi, pembedahan,
penyakit sistematis, kehamilan dan gangguan endokrin. BS terjadi
karena selaput mielin yang mengelilingi akson menghilang.
ejala!gejala yang biasanya menyertai BS adalah kesulitan untuk
mulai B&., inkontinensia urin dan al,i, konstipasi, kesulitan menelan dan
bernapas, perasaan tidak dapat menarik napas dalam, dan penglihatan
kabur (0lurre( viion). &da dua jenis pengobatannya adalah Pla-a
</chan*e dan Intravenou i--uno*lo0ulin. Penderita BS mempunyai
prognosa yang baik tetapi sebagian kecil penderita meninggal dan
mempunyai gejala sisa.
Contoh kasus yang kita ambil yaitu pada 3n.) mengalami BS
dengan keluhan kelemahan pada ekstermitas bawah yang menjalar ke atas
dan terkadang kesemutan secara tiba!tiba. )iagnosis yang digunakan
diantaranya pola nafas tidak efektif berhubungan dengan kelemahan
progresif cepat otot!otot pernapasan dan ancaman gagal pernapasan,
gangguan mobilitas fisik yang berhubungan dengan kerusakan
neuromuscular, penurunan kekuatan otot, penurunan kesadaran.
/2
DA,TA( PUSTAKA
*.&P*. 20"0. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara. %akarta6 ramedia Pustaka 4tama
(uttaNin, arif. 200E.!uhan "e#era$atan "lien dengan gangguan !i!tem
#er!yarafan. %akarta6Salemba (edika
Setiadi. 200=. natomi dan %i!iologi &anu!ia. 7ogyakarta 6 raha *lmu
Sloane, 5thel. 200/. natomi dan %i!iologi untu" 'emula. %akarta6 5C
&ndary ( 3. uillain!Barre Syndrome. &,ailable from 6 48D 6
http6;;emedicine.medscape.com;article;=#200E!o,er,iew.
Odiakses tanggal 2$ September 20"<P. Dast update 6 20"<.
*nawati. uillain Barre Syndrome. )epartemen Patologi &natomi :. 4B.
Surabaya. &,ailable from 6 48D 6
http6;;elib.fk.uwks.ac.id;asset;archie,e;jurnal;Aol1205disi
120.husus120)esember1. Odiakses tanggal 2= September
20"<P.
*srar 7&> %uraita> S 8ahmat B. Sindroma uillain Barre. :. 4ni,ersitas 8iau.
&,ailable from 6 48D 6
http6;;yayanakhyar.files.wordpress.com;200#;"0;guillainQbarreQ
//
syndromeQfilesQofQdrsmed.pdf O)iakses tanggal 2= September
20"<P Dast update 6 200#.
%apardi *. Sindroma uillan!Barre. :. 4S4 Bagian Bedah. &,ailable from 6
48D 6 http6;;library.usu.ac.id;download;fk;bedah!iskandar
120japardi<$.pdf. Odiakses tanggal 2$ September 20"<P. Dast
update 6 2002.
Dewis 8&. Chronic *nflammatory )emyelinating Polyradiculoneuropathy.
&,ailable from 6 48D 6
http6;;emedicine.medscape.com;article;""=2#$@!o,er,iew.
Odiakses tanggal 2$ September 20"<P. Dast update 6 20"<.
(uid (. (anifestasi .linis dan Daboratoris Penderita Sindroma uillain Barre di
8uang Perawatan &nak 8S4 )r. Saiful &nwar (alang.
Dab;S(: *lmu .esehatan &nak :. 4nibraw;8S4 )r. Saiful
&nwar (alang. &,ailable from 6 48D 6
http6;;jkb.ub.ac.id;inde'.php;jkb;article;download;222;2"<
Odiakses tanggal 2$ September 20"<P Dast update 6 200@.
(uttaNin, arif. 200E.&suhan keperawatan klien dengan gangguan sistem
persyarafan. %akarta6Salemba (edika
-ational *nstitute of -eurological )isorders and Stroke. uillan!Barre
Syndrome. &,ailable from 6 48D 6
http6;;www.ninds.nih.go,;disorders;gbs;gbs.htmRPublications.
Odiakses tanggal 2$ September 20"<P. Dast update 6 20"<.
8amachandran 3S. &cute *nflammatory )emyelinating Polyradiculoneuropathy.
&,ailable from 6 48D 6
http6;;emedicine.medscape.com;article;""$##@#!o,er,iew.
Odiakses tanggal 2$ September 20"<P. Dast update 6 20"2.
Saharso ). Sindroma uillan!Barre (SB). )i,isi -europediatri Bag.;S(: *lmu
.esehatan &nak :. 4nair;8S4 )r. Soetomo Surabaya.
&,ailable from 6 48D 6
http6;;www.docstoc.com;docs;"@#=="2$<;S*-)8C(&!
4*DD&*-!B&885doc' Odiakses tanggal 2$ September 20"<P.
Dast update 6 200$.
Satyanegara.20"0.*lmu Bedah Sarag, edisi *A.%akarta6P3 ramedia Pustaka
4tama
/<
%asmin D. uillain Barre Syndrome. )epartment of -eurosurgery at Cedars!Sinai
(edical Center, Dos &ngeles C&. &,ailable from 6 48D 6
http6;;umm.edu;health;medical;ency;articles;guillainbarre!
syndrome Odiakses tanggal 2$ September 20"<P. Dast update 6
20"<.
/@

Вам также может понравиться