Вы находитесь на странице: 1из 21

0

MAKALAH SEMINAR UMUM



PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis J aqs)







Disusun oleh:

Nama : Yan Ardila
NIM : 09/283836/PN/11736
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Ir. Tohari, M.Sc
Hari dan Tanggal Presentasi : Kamis, 9 Januari 2014







PROGRAM STUDI AGRONOMI
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
1

HALAMAN PENGESAHAN

PEMANFAATAN LIMBAH KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis J aqs)


Disusunoleh :
Nama : Yan Ardila
NIM : 09/283836/PN/11736
Jurusan : Budidaya Pertanian
Prodi : Agronomi

Laporan Seminar Umum ini telah diterima dan disahkan sebagai salah satu kelengkapan mata
kuliah Seminar Umum di Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


Menyetujui: TandaTangan Tanggal
DosenPembimbing


Prof. Dr. Ir. Tohari, M.Sc . ........2014
NIP.19490210 197603 1 001

Mengetahui :
KomisiSeminar Umum
JurusanBudidayaPertanian
Prodi Agronomi


Ir. Sri Muhartini, M.S. .. .. ...............2014
NIP. 19540304 198003 2 002

Mengetahui :
KetuaJurusan
BudidayaPertanian


Dr. Ir. Taryono, M.Sc .. ...............2014
NIP. 19601222 198603 1 002





2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelapa sawit merupakan tanaman dengan nilaiekonomis yang cukup tinggi karena
merupakan salahsatu tanaman penghasil minyak nabati. Produksiminyak kelapa sawit
Indonesia saat ini mencapai 6,5juta ton pertahun dan diperkirakan pada tahun 2012akan
meningkat menjadi 15 juta ton pertahun, kerenaterjadinya pengembangan lahan.Limbah
pabrik kelapa sawit yang mengandungsejumlah padatan tersuspensi, terlarut danmengambang
merupakan bahan-bahan organic dengankonsentrasi tinggi (Kasnawati, 2011).
Definisi limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab
pencemaran terdiri dari zat atau bahan yang tidak mempunyai kegunaan lagi bagi masyarakat.
Limbah industri kebanyakan menghasilkan limbah yang bersifat cair atau padat yang masih
kaya dengan zat organik yang mudah mengalami peruraian. Kebanyakan industri yang ada
membuang limbahnya ke perairan terbuka, sehingga dalam waktu yang relatif singkat akan
terjadi bau busuk sebagai akibat terjadinya fermentasi limbah.
Dalam 10 tahun terakhir ini PabrikKelapa Sawit (PKS) di Indonesiaberkembang
dengan sangat pesat.Sebagian besar lahan-lahan perkebunan nonkelapa sawit di seluruh
Indonesia berangsur-angsurberalih atau diubah menjadi lahan perkebunan kelapa
sawit.Sebagai contoh ialah lahan perkebunantebu milik Pabrik Gula di KabupatenPelaihari,
Kalimantan Selatan, telah beralihfungsi menjadi lahan perkebunan KelapaSawit dan masih
banyak lahan-lahan milikkehutanan atau milik masyarakat yang telahdisulap menjadi areal
kebun kelapa sawityang besar.
Dengan meningkatnya pabrik pabrik pengolahan kelapa sawit, tidak dipungkiri maka
akan menyebabkan peningkatan produksi CPO (Crude Palm Oil). Hal ini berarti Indonesia
telah menjadi negara dengan volume eksport CPO yang tinggi. Menurut Kurniawan (2007),
pada tahun 2006, Indonesia memproduksi 15,9 juta ton CPO, dan 11,6 juta ton diantaranya
diekspor. Sampai Oktober 2007, produksi CPO sudah mencapai 16,9 juta ton, dan diprediksi
bisa mencapai 17,2 ton tahun ini. Dengan lahan tanaman 6 juta hektar, Indonesia melaju
melewati angka produksi Malaysia.
Dengan meningkatnya jumlah ekspor CPO Indonesia, maka timbul permasalahan lain
mengenai CPO, yaitu permasalahan limbah PKS. Pada umumnya, hampir semua PKS
memiliki permasalahan mengenai pengelolaan limbah PKS, baik limbah padat maupun
limbah cairnya. Pada umumnya, Effluent (hasil akhir yang dibuang ke alam) oleh PKS yang
terdapat di Indonesia belum memenuhi kriteria yang berlaku misalnya, BOD (> 100 ppm),
3

COD (> 150 ppm), pH(< 5), amoniak bebas (> 1,0 ppm), padatan terlarut (> 350 ppm),
padatan tersuspensi (> 100 ppm).
Seiring dengan bertambahnya laju pertumbuhan tanaman kelapa sawit maka industri
pengolahan kelapa sawit juga mengalami peningkatan. Selain menghasilkan minyak kelapa
sawit yang tinggi maka juga menghasilkan limbah yang terdiri atas limbah padat dan limbah
cair. Limbah padat pabrik kelapa sawit berasal dari proses pengolahan tandan kosong kelapa
sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat, lumpur dan bungkil. Sedangkan
limbah cair dari pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses
klarifikasi dan buangan hidrosiklon.
Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit ini berpotensi mencemari air tanah
dan badan air. Namun, limbah ini masih banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan
oleh tanaman dan tanah. Limbah cair ini biasanya digunakan sebagai alternatif pupuk di
lahan perkebunan kelapa sawit. Namun, sebelumnya limbah cair perlu diolah terlebih dahulu.

B. Tujuan
1. Mengetahui pengolahan limbahkelapa sawit di Indonesia.
2. Mengetahui apa saja yang bisa dilakukan dalam meminimalisir pencemaran lingkungan
akibat limbah kelapa sawit.

C. Kegunaan
Memberikan informasi tentang pengolahan limbah kelapa sawit yang beragam, dalam
upaya menjaga lingkungan disekitar tetap bersih.













4

II. KELAPA SAWIT DI INDONESIA

Kelapa sawit adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya
demikian pesat. Selain produksi minyak kelapa sawit yang tinggi, produk samping atau
limbah pabrik kelapa sawit juga tinggi. Secara umum limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri
atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas. Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal
dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon.
Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit mengandung bahan organik yang tinggi
sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air. Sedangkan limbah padat pabrik kelapa
sawit dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dan yang
berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat yang berasal dari proses pengolahan
berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang atau tempurung, serabut atau serat,
sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang tidak tertangani menyebabkan bau
busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial menghasilkan air lindi (leachate).
Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa lumpur aktif yang terbawa
oleh hasil pengolahan air limbah.

A. Produksi dan luas areal kelapa sawit
Peningkatan produksi CPO didorong oleh ekspansi perkebunan kelapa sawit di
Indonesia secara signifikan dari tahun ke tahun. Perluasan perkebunan kelapa sawit pada
periode 2003-2009 berasal dari petani kecil atau pertanian rakyat dengan pertumbuhan rata-
rata 7,19% per tahun. Setelah itu, diikuti oleh perusahaan swasta yang tumbuh 4,98% per
tahun. Sementara itu, kepemilikan pemerintah atas perkebunan kelapa sawit menurunk 0,63%
per tahun dalam periode 2003-2009.
Produksi CPO nasional dapat mengalami peningkatan yang sangat signifikan, pada
thn 1964 produksi sebesar 157.000 MT dalam kurun waktu 10 tahun (thn 1974) sudah
meningkat menjadi 411.000 MT naik sebesar 162% atau rata-rata kenaikan sebesar 16,2%
per tahun. Sedangkan untuk dasawarsa berikutnya produksi CPO mengalami kenaikan rata-
rata 18,9% per 10 tahun, hal ini dapat dilihat dari perbandingan produksi thn 1984 sebesar
1.185.000 MT dengan produksi tahun 1974 sebesar 411.000 MT. Produksi pada thn 1994
sebesar 4.250.000 MT atau kenaikan sebesar 3.065.000 MT selama 10 Thn atau rata-rata
306.500 MT/tahun (25,9%/thn). Produksi tahun 2004 sebesar 13.560.000 (kenaikan rata-rata
21,9%) sedangkan dibanding produksi tahun 2010 sebesar 23.600.000 MT maka terjadi
kenaikan sebesar 10.040.000 MT untuk periode 6 tahun terakhir (rata-rata 12,34%/tahun).
5

Adapun data produksi CPO Indonesia dari tahun 1964 sampai dengan tahun 2010
dapat kami sampaikan pada tabel dan grafik sebagai berikut :

Sumber: Departemen Pertanian Amerika Serikat
6

Luas Tanaman Perkebunan Besar Menurut Jenis Tanaman, Indonesia (000 Ha), 1995 -
2013**

Sumber: Badan Pusat Statistik
Catatan:
1) Luas areal untuk tanaman tahunan adalah areal yang ditanami di akhir tahun
2) Luas areal untuk tanaman musiman adalah luas panen kumulatif bulanan area.
*) Angka Sementara
**) Angka Sangat Sementara

B. Limbah Kelapa Sawit
Secara umum limbah kelapa sawit terbagi atas dua jenis yaitu limbah padat dan
limbah cair. Jenis limbah kelapa sawit pada generasi pertama adalah limbah padat yang
terdiri dari tandan kosong, pelepah, cangkang dan lain-lain. Sedangkan limbah cair terjadi
pada in house keeping. Limbah padat dan limbah cair pada generasi berikutnya terdapat pada
Gambar 1. berikut;





Tahun Karet
1)
Kelapa Sawit
1)
Coklat
1)
Kopi
1)
Teh
1)
Kina
1)
Tebu
2)
Tembakau
2)
1995 471,9 992,4 125,4 49,3 81,0 4,6 496,9 9,1
1996 538,3 1146,3 129,6 46,7 88,8 2,2 400,0 4,3
1997 557,9 2109,1 146,3 61,8 89,3 2,3 378,1 4,5
1998 549,0 2669,7 151,3 62,5 91,2 0,6 405,4 5,7
1999 545,0 2860,8 154,6 63,2 91,6 1,3 391,1 5,2
2000 549,0 2991,3 157,8 63,2 90,0 1,3 388,5 5,2
2001 506,6 3152,4 158,6 62,5 83,3 1,2 393,9 5,3
2002 492,9 3258,6 145,8 58,2 84,4 1,2 375,2 5,4
2003 517,6 3429,2 145,7 57,4 83,3 3,3 340,3 5,2
2004 514,4 3496,7 87,7 52,6 83,3 3,2 344,8 3,3
2005 512,4 3593,4 85,9 52,9 81,7 3,1 381,8 4,8
2006 513,2 3748,5 101,2 53,6 78,4 3,1 396,4 5,1
2007 514,0 4101,7 106,5 52,5 77,6 3,0 427,8 5,8
2008 515,8 4451,8 98,4 58,3 78,9 3,0 436,5 4,6
2009 482,7 4888,0 95,3 48,7 66,9 3,0 422,9 4,2
2010 496,7 5161,6 92,2 47,6 66,3 3,0 436,6 3,4
2011 523,1 5349,8 94,3 48,7 66,5 3,0 192,5 2,9
2012* 527,3 5456,5 94,4 48,7 65,5 3,1 198,8 2,9
2013** 528,6 5592,0 94,6 48,8 66,0 3,2 236,9 2,9
7

Gambar 1. Pohon Industri Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit

Sumber:Departemen Pertanian (2006)

C. Pengelolaan Limbah Kelapa Sawit
Industri kelapa sawit di Indonesia dari tahun ke tahun meningkat secara signifikan.
Harga minyak sawit di pasaran internasional juga cederung membaik. Hal ini menyebabkan
industri minyak sawit dapat menjadi andalan devisa di masa mendatang. Berdasarkan data
dari Direktorat Jendral Perkebunan (2006), terbukti dalam 20 tahun terakhir (1985-2005),
pertambahan kebun kelapa sawit mencapai 5 juta hektar atau sekitar 837 %. Hal itu juga
dibuktikan dengan kontribusi minyak sawit yang terhadap ekspor nasional yang mencapai
6 %. Minyak sawit telah menjadi komoditas nomor satu dari produksi Indonesia.
Dari data-data tersebut diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi produksi kelapa
sawit maka semakin banyak limbah kelapa sawit nya. Karena itu diperlukan suatu teknologi
tepat guna yang dapat mengolah limbah kelapa sawit ini menjadi sesuatu yang berguna atau
bermanfaat dan memiliki nilai komersil.
Pengelolaan limbah industri kelapa sawit sebaiknya menggunakan konsep zero
emissions. Konsep zero emissions adalah konsep yang menerapkan sistem bahwa proses
industri seharusnya tidak menghasilkan limbah dalam bentuk apapun karena limbah tersebut
dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bagi industri lain. Melalui proses penerapankonsep
ini maka proses-proses industri akan menghemat sumber daya alam, memperbanyak jenis
produk, menciptakan lapangan kerja lebih banyak serta mencegah pencemaran dan kerusakan
lingkungan.
8

Konsep zero emissions merupakan konsep yang harus mengeliminasi limbah agar
industri menjadi zero waste. Hal ini merupakan perubahan revolusioner konsep industri yang
dapat menjaga ekosistem. Dari sudut lingkungan, konsep zero emissions merupakan solusi
akhir dari permasalahan pencemaran yang mengancam ekosistem baik skala kecil maupun
skala besar. Selain itu, penggunaan maksimal bahan mentah yang dipakai dan sumber-sumber
yang terperbaharui (renewable) menghasilkan keberlanjutan (sustainable) penggunaan
sumber daya alam dan penghematan (efisiensi) terutama bagi limbah yang mempunyai nilai
ekonomi. Berikut adalah perubahan konsep industri dari model linier menjadi konsep zero
emissions.
Gambar 2. Model Linier Konvensional

Sumber:Departemen Pertanian (2006)
Gambar 3. Model Zero Emissions

Sumber:Departemen Pertanian (2006)
Dengan menggunakan konsep zero emissions pada industri kelapa sawit
meningkatkan daya saing dan efisiensi karena sumber daya digunakan secara maksimal yaitu
memproduksi lebih banyak dengan bahan baku yang lebih sedikit.Salah satu pemanfaatan
limbah cair pada industri kelapa sawit adalah pemanfaatan limbah sebagai land application.
9

Land application atau aplikasi lahan adalah pemanfaatan limbah cair sebagai pupuk atau
bahan penyubur tanah bagi tanaman kelapa sawit itu sendiri. Hal ini dikarenakan limbah cair
tersebut mengandung unsur-unsur yang dapat menyuburkan tanah seperti nitrogen, phosphor,
dan kalium. Jumlah kalium dan nitrogen dalam limbah tersebut sangat besar sehingga dapat
digunakan sebagai nutrisi bagi tanaman kelapa sawit.
Limbah cair yang digunakan sebagai land application adalah limbah cair yang telah
diproses sedemikian rupa sehingga kadar BODnya berkisar antara 3500 mg/l hingga 5000
mg/l. Limbah cair yang kaya akan unsur N, P dan K tersebut akan dapat menggantikan peran
pupuk anorganik yang selama ini digunakan. Secara tidak langsung akan menghemat
pengeluaran perusahaan dalam proses pemupukan tanaman. Selain itu, biaya yang
dikeluarkan untuk melakukan pengolahan limbah cair akan menurun sekitar 50-60%.

D. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit
1. Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh PKS pada umumnya berupa janjang kosong
(tandan kosong), cangkang dan lain-lain yang masih dapat bermanfaat. Sebagai sumber
energi ketel pabrik dapat digunakan serat, janjang kosong dan cangkangnya. Sedangkan
untuk pupuk dapat digunakan janjang kosong, abu janjang, limbah padat dan cair. Selain itu,
limbah padat yang dihasilkan oleh PKS ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan makanan
ternak yang karena berserat tinggi, nitrogen dan fosfor yang cukup tinggi yang baik bagi
ternak. Diketahui pula bahwa serat janjang kosong ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dasar pembuatan pulp karena TBS mengandung 20% lebih crude fiber (serat kasar) yang
dapat diperoleh melalui proses kimia. Batang kelapa sawir sendiri juga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan perabot rumah, kayu rumah yang berkualitas cukup baik.
Industri kelapa sawit menghasilkan limbah yang berpotensi sebagai pakan, seperti
bungkil inti sawit, serat perasan buah, tandan buah kosong, dan solid (Aritonang, 1986;
Pasaribu, et al., 1998 ; Utomo, et al., 1999) . Bungkil inti sawit mempunyai nilai nutrisi yang
lebih tinggi dibanding Iimbah lainnya dengan kandungan protein kasar 15% dan energi kasar
4.230 Kkal/kg (Ketaren, 1986) sehingga dapat berperan sebagai pakan penguat (konsentrat).
Pelepah Kelapa Sawit
Pelepah kelapa sawit juga mempunyai kandungan nutrisi walaupun dalam
jumlah kecil. Setiap pelepah kelapa sawit yang terpotong mempunyai kandungan 125
Kg N, 23 kg P2O5, 176 kg K2O dan 25 Kg MgO dalam tiap hektarnya selama
setahun. Kandungan nutrisinya dalam persen adalah 0,5% N, 0,1% P2O5, 0,8% K2O
10

dan 0,1% MgO. Susunan pelepah yang rapi dan berbentuk L pada lahan datar akan
merangsang pertumbuhan akar serabut pada tumpukan pelepah tersebut.
Serat (Fiber)
Pemanfaatan lain dari ampas serabut yakni sebagai mulsa di pembibitan
kelapa sawit terutama di Main Nursery (MN). Ampas serabut diaplikasikan secara
tipis di permukaan atas untuk mengurangi evaporasi tanah sehingga kelembaban tanah
terjaga dan mengurangi pertumbuhan gulma di permukaan tanah polibag.
Janjangan Kosong
Janjangan kosong atau yang biasa disebut EFB (empty fresh bunch)
merupakan bekas TBS (tandan buah segar) yang berondolannya sudah lepas pada saat
pengolahan di pabrik kelapa sawit. Dari setiap TBS yang diolah akan dihasilkan 20%
janjangan kosong dari setiap berat TBS yang diolah.
Janjangan kosong mempunyai rasio C/N sangat tinggi sehingga proses
dekomposisi dan mineralisasi janjangan kosong dilapangan oleh mikroorganisme
relatif lambat. Lamanya proses dekomposisi dan mineralisasi janjangan kosong
seperti yang terlihat pada Tabel. Walaupun demikian janjangan kosong sangat kuat
menyerap dan menyimpan air. Janjangan kosong dapat dijadikan sebagai mulsa untuk
menahan air agar ketersediaan air bagi tanaman lebih terjamin terutama untuk kelapa
sawit TBM (tanaman belum menghasilkan). Janjangan kosong juga mengandung
nutrisi utama yang dibutuhkan kelapa sawit walaupun dalam jumlah yang sedikit.
Kandungan nutrisi janjangan kosong seperti yang terdapat pada Tabel.
Tabel. Waktu Menguraikan Unsur Hara dalam Janjangan Kosong



Tabel. Kandungan Nutrisi Dalam Janjangan Kosong (JJK)
11


Dried Decanter Solid
Dried Decanter solid atau sering disebut dengan solid merupakan limbah padat
pabrik kelapa sawit. Solid sebenarnya berasal dari mesocarp atau serabut berondolan
sawit yang telah mengalami pengolahan di pabrik kelapa sawit. Produksi basah solid
sekitar 5% dan produksi solid kering sekitar 2 % dari berat total TBS yang diolah.
Tabel. Kandungan Nutrisi Dalam Solid

Tidak seperti janjangan kosong, decanter solid lebih mudah terurai dilapangan.
Secara umum solid akan melapuk dalam waktu 6 minggu. Solid basah harus segera
diaplikasikan dalam waktu 1 minggu, karena solid basah tidak dapat disimpan lama.
Dibandingkan dengan janjangan kosong, kandungan persentase nutrisi solid lebih
tinggi. Persentase nutrisi solid sangat dipengaruhi oleh kadar air solid itu sendiri.
Kandungan nutrisi solid seperti yang terdapat pada Tabel.

12

Pakan Ternak
Pemanfaatan solid sebagai pakan ternak diharapkan dapat membantu
mengatasi masalah ketersediaan pakan terutama pada musim kemarau, serta
meningkatkan produktivitas ternak. Rata-rata pertambahan bobot badan harian (PBBH)
sapi milik petani di KabupatenKotawaringin Barat yang tidak diberi pakan solid jauh
di bawah PBBH ternak yang diberi solid, yaitu hanya 250 g/ekor/ hari (Zulbardi et al.
1995). Hal ini disebabkan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan, dalam hal ini
rumput alam, relatif rendah. Sapi hanya dilepas di padang penggembalaan yang
umumnya hanya ditumbuhi alang-alang tanpa diberi pakan tambahan (konsentrat).
Solid sangat berpotensi sebagai sumber pakan lokal mengingat kandungan nutrisinya
cukup memadai, jumlahnya melimpah, kontinuitas terjamin, terpusat pada satu tempat,
murah karena dapat diminta secara cuma-cuma, dan tidak bersaing dengan kebutuhan
manusia. Berdasarkan pertimbangan tersebut, solid memungkinkan untuk menjadi
titik tolak agroindustri pakan di Kalimantan Tengah.

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan bahwa solid berpotensi sebagai
sumber nutrisi baru untuk ternak dengan kandungan bahan kering 81,56%, protein
kasar 12,63%, serat kasar 9,98%, lemak kasar 7,12%, kalsium 0,03%, fosfor 0,003%,
dan energi 154 kal/100 g (Utomo et al.1999). Pada uji preferensi terhadap 25 ekor
sapi Madura, solid pada akhirnya sangat disukai, namun perlu waktu adaptasi 45 hari.

13

2. Limbah Cair
Limbah cair PKS yang akan keluar dari proses pengolahan harus memiliki kualitas
dan standar yang ditentukan keputusan menteri lingkungan hidup (22 oktober 1995) seperti
berikut:
PARAMETER KADAR MAKSIMUM
(mg/L)
BEBAN PENCEMARAN
MAKSIMUM (kg/ton)
BOD 250 1,5
COD 500 3,0
TSS 300 1,8
Minyak dan Lemak 30 0,18
Amonia Total (sebagai

20 0,12
pH 6,0 9,0
Debit Limbah Maksimum 6

ton bahan baku



Limbah cair industri pengolahan kelapa sawit yang akan ditinjau lebih lanjut
mempunyai potensi untuk mencemarkan lingkungan karena mengandung parameter
bermakna yang cukup tinggi. Dimana golongan parameter yang dapat digunakan sebagai
tolok ukur penilaian kualitas air adalah sebagai berikut:
- BOD (Biological Oxygen Demand) yang merupakan kadar senyawa organik yang
dapat dibiodegradasi dalam limbah cair.
- COD (Chemical Oxygen Demand) yang merupakan ukuran untuk senyawa
organik yang dapat dibiodegradasi atau tidak.
- Total suspended solidataupadatantersuspensi total (TSS) adalahresidudaripadatan
total yang tertahanolehsaringandenganukuranpartikelmaksimal 2m
ataulebihbesardariukuranpartikelkoloid,yangtermasuk TSS adalahlumpur,
tanahliat, logamoksida, sulfida, ganggang, bakteridanjamur.
- pH adalah keasaman air atau limbah cair yang menenukan tingkat gangguan atau
kehidupan dalam air.
Limbah cair yang dihasilkan oleh PKS ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk
mengingat kandungan hara yang terkandung di dalamnya dapat digunakan oleh tanaman
sebagai sumber hara. Limbah cair ini mengandung unsur nitrogen, fosfor, kalium, magnesium
dan calsium.
14


Tekhnik aplikasi lahan telah banyak dikembangkan di beberapa negara. Pemilihan
teknik aplikasi tergantung kepada kondisi topografi areal kebun. Ditjen PPHP, Dit.
Pengolahan hasil Pertanian subdit Pengelolaan lingkungan menganjurkan teknik aplikasi
sebagai berikut:
Teknik penyemprotan/ sprinkler.
Limbah cair yang sudah diolah dengan PBAn dengan WPH selama 75-80 hari
diaplikasikan ke areal tanaman kelapa sawit dengan penyemprotan/ sprinklerberputar atau
dengan arah penyemprotan yang tetap. Sistem ini dipakai untuk lahan yang datar atau
sedikit bergelombang, untuk mengurangi aliran permukaan dari limbah cair yang
digunakan. Setelah penyaringan limbah kemudian dialirkan ke dalam bak air yang
dilengkapi dengan pompa setrifugal yang dapat memompakan lumpur dan
mengalirkannya ke areal melalui pipa PVC diameter 3. Kelemahan sistem ini adalah
sering tersumbatnya nozzle sprinkler oeh lumpur yang dikandung limbah cair tersebut.
Disampping itu biaya pembangunan instalasi sistem sprinkler relatif mahal.
Sistem Flatbed atau teknik parit dan teras
Sistem ini digunakan di lahan berombak-bergelombang dengan membuat
konstruksi diantara baris pohon yang dihubungkan dengan saluran parit yang dapat
mengalirkan limbah dari atas ke bawah dengan kemiringan tertentu. Sistem ini dibangun
mengikuti kemiringan tanah. Teknik aplikasi limbah adalah dengan mengalirkan limbah
(kadar BOD 3.500-5.000 mg/l), dari kolam limbah melalui pipa ke bak-bak distribusi,
15

berukuran 4m x 4m x 1m, ke parit sekunder (flatbed) berukuran 2,5m x 1,5m x 0,25m,
yang dibuat setiap 2 baris tanaman.

Gambar 4 Bak Distribusi 4m x 4m x 1m

Gambar 5 Parit Sekunder (flatbed) 2,5m x 1,5m x 0,25m
Sistem ini dapat dibangun secara manual atau dengan mekanis menggunakan
back-hoe. Flatbed dibangun dengan kedalaman yang cukup dangkal. Limbah cair
yang akan diaplikasi dipompakan melalui pipa ke atas atau ke dalam bak distribusi.
Setelah penuh, lalu dibiarkan mengalir ke bawah dan masing-masing teras atau
flatbed diisi sampai ke tempat yang paling rendah. Seperti pada gambar dibawah ini
aplikasi tergantung kepada kecepatan alir, dan dapat dialirkan secara simultan melalui
beberapa baris flatbed dalam areal tanaman. Dengan teknik pengaliran ini, secara
periodik lumpur yang tertinggal pada flatbed dikuras agar tidak tertutup lumpur.
16


3. Limbah Gas
Limbah udara berasal dari pembakaran solar dari generating set dan pembakaran
janjangan kosong dan cangkang di incenerator. Gas buangan ini dibuang ke udara terbuka.
Umumnya limbah debu dan abu pembakaran janjang kosong dan cangkang sebelum dibuang
bebas ke udara dikendalikan dengan pemasangan dust collector, untuk menangkap debu
ikutan dalam sisa gas pembakaran, kemudian dialirkan melalui cerobong asap setinggi 25
meter dari permukaan tanah. Debu dari dust collector secara reguler ditampung dan dibuang
ke lapangan untuk penimbunan daerah rendahan sekitar kebun.










17

III. PENUTUP

A. Kesimpulan
a. Limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri dari limbah cair, limbah padat dan limbah
gas. Ketiga jenis limbah ini dapat dimanfaatkan kembali guna meningkatkan nilai
ekonomisnya.
b. Limbah padat dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak. Limbah cair
dapat dimanfaatkan sebagai pupuk karena memiliki kandungan unsur hara yang
cukup tinggi dan limbah gas dapat dimanfaatkan sebagai debu untuk penimbunan
jalan.
c. Pengelolaan limbah kelapa sawit dapat menggunakan konsep zero emissions yang
meminimalisir effluent sehingga menjadi ramah terhadap lingkungan. Salah satu
cara yang dapat digunakan adalah land application atau pengaplikasian lahan yaitu
memanfaatkan limbah cair sebagai pupuk bagi tanaman kelapa sawit itu sendiri.

B. Saran
Dalam pemanfaatan limbah cair kelapa sawit perlu diadakannya kajian dan penelitian
lebih detail agar dalam pemanfaatannya lebih optimal. Selain itu meningkatnya permintaan
produk yang ramah lingkungan seharusnya memacu perusahaan untuk berupaya
meningkatkan kuantitas serta kualitas produk. Oleh karena itu, kepedulian pelaku usaha
untuk tetap menaati Undang-undang serta peraturan yang berlaku menjadi modal penting
selain tetap mengupayakan juga teknologi tepat guna dalam pengelolaan limbah cair kelapa
sawit demi kelestarian lingkungan.












18

DAFTAR PUSTAKA

Aritonang, D. 1986 . Perkebunan kelapa sawitsebagai sumber pakan ternak di
Indonesia .Jurnal Penelitian dan PengembanganPertanian 5: 93-99 .

Direktoran Jenderal Pengolahan Hasil Pertanian. 2006. Pedoman Pengelolaan Limbah
Industri Kelapa Sawit. Departemen Pertanian. Jakarta.

Kasnawati. 2011. Penggunaan limbah sabut kelapa sawit sebagaibahan untuk mengolah
limbah cair. Ilmu Teknik 6 : 891-898

Ketaren, P.P. 1986 . Bungkil inti sawit dan ampasminyak sawit sebagai pakan ternak.
WartaPenelitian dan Pengembangan Pertanian 8: 10-11 .

Kurniawan, W. 2007. Urgensi Penerapan Sistem Mutu (Kualitas) dan Produktivitas pada
Pabrik Kelapa Sawit. Prosiding Lokakarya Nsional Rapi V. UMS. Solo.

Pahang, I. 2010. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 halaman.

Pamin, K., M. M. Siahaan, dan P. L. Tobing, 1996. Pemanfaatan limbah cair PKS pada
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Lokakarya Nasional Pemanfaatan Limbah Cair
cara Land Application.

Pasaribu, T., A.P. Sinurat, J . Rosida, T.Purwadaria, dan T. Haryati. 1998. Pengkayaan gizi
bahan pakan inkonvensionalmelalui fermentasi untuk ternak unggas . 2.Peningkatan
nilai gizi lumpur sawit melaluifermentasi . Edisi Khusus Kumpulan Hasil-
hasilPenelitian Peternakan Tahun Anggaran1996/1997 . Buku III : Penelitian
TernakUnggas . Balai Penelitian Temak. Bogor .

Tim PT. SP. 2000. Produksi bersih pengolahan tandan buah segar di pabrik kelapa sawit
(pengalaman PT. Salim Indoplantation di Riau). Makalah Lokakarya Pelaksanaan
Produksi Bersih pada Industri Minyak Sawit. Pekanbaru, 2-3 Maret 2000.

Utomo, B.N., E. Widjaja, S. Mokhtar, S.E. Prabowo, dan H. Winarno. 1999. Laporan Akhir
Pengkajian Pengembangan Ternak Potong pada Sistem Usaha Tani Kelapa Sawit. Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian Palangkaraya, Palangkaraya.

Widjaja, E., B.N. Utomo, R. Rachmadi, S.E. Prabowo, dan D. Hartono. 2000a. Laporan
Akhir Pengkajian Sistem Usaha Pertanian Domba Berwawasan Agribisnis (tahun
kedua). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Palangkaraya, Palangkaraya.

Widjaja, E., B.N. Utomo, dan R. Ramli. 2000b. Potensi limbah kelapa sawit solid sebagai
pakan suplemen ternak sapi. Prosiding Hasil Penelitian dan Pengkajian Teknologi
Pertanian, Palangkaraya 10 Oktober 2000. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
Palangkaraya, Palangkaraya. hlm. 145154.

Huan, Lim Kim. 1987. Trial on longterm effects of application of POME on soil properties,
oil palm nutrition and yields. Proc. Of the 1987 International Oil Palm/Palm Oil
Conference PORIM.
Zulbardi, M., M. Sitorus, Maryono, dan L.Affandy. 1995. Potensi dan pemanfaatan pakan
ternak di daerah sulit pakan. Edisi Khusus Kumpulan Hasil-hasil Penelitian Tahun
Anggaran. 1994/1995. Ternak Ruminansia Besar. Balai Penelitian Ternak, Bogor.
19

LAMPIRAN

Pertanyaan:
1. Demianti
Apakah ada pemanfaatan lain pada limbah kelapa sawit selain sebagai pupuk,
yang lebih memiliki nilai ekonomi? Berapakah pH yang sesuai pada tanaman
kelapa sawit itu sendiri?
Jawaban:
- Ada, jika kita lihat sekarang ini sudah banyak pemanfaatan limbah kelapa sawit
yang lebih memiliki nilai ekonomi tinggi, seperti pemanfaatan batang kayu pada
tanaman kelapa sawit sebagai bahan funiture (perabotan) dan lain-lain, sehingga
lebih memiliki nilai ekonomi.Contohnya pada tabel berikut :

- Sebelum diaplikasikan ke lahan limbah cair tersebut yang memiliki pH yang asam
maka harus dibasakan terlebih dahulu, bisa dengan menambahkan KOH ataupun
dolomit agar dapat pHnya ditingkatkan. Selain itu, limbah yang diaplikasikan
bukanlah limbah yang langsung keluar dari pabrik namun limbah yang telah
diolah terlebih dahulu karena di dalam limbah cair tersebut apabila tidak diproses
terlebih dahulu maka akan cukup berbahaya bagi tanaman kelapa sawit itu sendiri.
Sehingga pada umumnya PKS yang berskala cukup besar telah memiliki kolam
pengolahan limbah cair sendiri agar dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman
kelapa sawitnya. Pada tanaman kelapa sawit dapat tahan atau tumbuh pada pH
ekstrim, hanya saja jika kita ingin melihat nilai ekonomisnya maka perlu
disesuaikan.
20


2. Fajar Arif
Apakah pemanfaatan limbah dapat memenuhi kebutuhan pupuk tanaman kelapa
sawit? Berapakah kebutuhan pupuk yang dibutuhkan tanaman kelapa sawit?
Jawaban :
- Pemanfaatan limbah tentu memenuhi kebutuhan dari tanaman kelapa sawit.
Dikarenakan pada tanaman kelapa sawit sangat membutuhkan unsur hara yang
sangat banyak dalam proses pertumbuhannya. Hal ini dapat dilihat dengan sangat
berkurangnya unsur hara pada suatu lahan yang pasca ditanami tanaman kelapa
sawit.
- Kebutuhan pupuk pada tanaman kelapa sawit tidak ada data pasti, hanya saja kita
bisa memperkirakan dari kondisi tanaman itu sendiri, apakah sudah sesuai dengan
kebutuhan tanaman, dengan menguji sampel daun yang dilakukan di pusat untuk
menentukan tanaman mengalami kekurangan unsur haranya.

Вам также может понравиться