Ileus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan )saluran gastrointestinaltanpa
disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. Pada kondisi klinik sering disebut dengan ileus paralitik. Perawat sangat perlu melakukan pemantauan pada pasien pascabedah abdominal dari kondisi ileus. Setelah 2-3hari pasca-pembedahan abdomen ,ileus merupakan suatu kondisi fisiologis yang normal sekunder dari anastesia dan efek interensi bedah.namun ,istilah ileus kondisi kelumpuhan intestinal dapat bertahan lebih dari 3 hari pascabedah.sebagian bresar kasus ileus ter!adi setelah operasi intra-abdomen . kembali normalnya aktiitas usus setelah pembedahan abdominal mengikuti pola yang dapat diprediksi , usus kecil biasanya mendapatkan kembalifungsi dalam beberapa !am .aktifitas regais lambung dalam "-2 hari dan usus besar aktiitas regais 3-# hari (person,2$$%). 2. &tiologi 'alaupun predisiposisi ileus biasanya ter!adi akibat pascabedah abdomen ,tetapi ada factor predisposisi lain yang mendukung meningkatkan resiko ter!adinya ileus ,di antaranya ((ehm,2$$3) sebagai berikut. a. Sepsis b. )bat-obatan (misalnya* opioid,antacid,coumarin,amitriptyline,eclorproma+ine). c. ,angguan elektrolit dan metabolic (misalnya hipokalemia,hipomagnesemia,hipernatremia,anemia,hiposmollalitas). d. -nfrak miokard e. Pneumonia f. .rauma (misalnya * patah tulang iga ,cidera spina ). g. (ilier dan gin!al kolik h. /idera kepala dan prosedur bedah saraf i. -nflamasi intraabdomen dan peritonitis !. 0ematoma retroperitoneal. 3. Patofisiologi 1enurut beberapa hipotesis, ileus pascabedah dimediasi melalui penghambatan aktiasi refle2 spinal. Secara anatomis ,reflek yang terlibat pada ilus adalah pada pleksus ganglia preertebral (1attei,2$$%). 3espons dari stres bedah mengarah pada generasi sistemik dari endrokrin dan mediator inflamasi yang !uga mempromosikan perkembangan ileus . model tikus telah menun!ukkan bahwa laparotomi,penetrasi,dan kompresi usus menyebabkan peningkatan !umlah makrofag,monosit, sel dendritik,sel . ,sel-sel pembunuh alami,dan sel mast ,seperti yang ditun!ukkan oleh imunohistokimia . kalsitonin-peptida ,nitrit oksid ,peptide aksoaktif . -ntestina , dan substansi P berfungsi sebagai inhibitor neutrotransmiter pada system saraf usus ((auer ,2$$4). 5iferensiasi yang umum untuk ileus adalah pseudo-obstruksi dan obstruksi usus mekanik . seperti ileus pada pseudo-obstruksi ,ter!adi dengan tidak adanya patologi mekanis . beberapa tesk dan artikel cenderung menggunakan ileus disamaartikan dengan pseudo-obstruksi atau meru!uk kepada 6ileus kolon7 . namun kondisi ini !elas merupakan dua entitas yang berbeda .p seudo-obtruksi !elas terbatas pada usus besar , sedangkan ileus melibatkan baik usus kecil dan usus besar . usus besar yang terlibat dalam pseudo-obstruksi klasik,yang biasanya ter!adi pada lan!ut usia dengan gambaran penyakit ekstraintestinal serius atau trauma. 8gen farmakologi ,sepsis , dan ketidakseimbangan elektrolit dapat !uga berkontribusi terhadap kondisi ini .obstruksi usus mekanik dapat disebabkan olehadhesi, olulus,hernia ,intususepsi,benda asing,atau neoplasma.klinis obtruksi hadir dengan kolik abdominal yang hebat atau tanda-tanda obstruksi perforasi yang !elas (loftus,2$$2). 8danya kondisi ileus membarikan berbagai manifestasi masalah keperawatan yang dilakukan dengan asuhan keperawatan yang komprehensif . masalah keperawatan yang muncul pada pasien ileus secara patologis. 4. Manifestasi Klinis a. )bstruksi 9sus 0alus ,e!ala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat se!alan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. Pasien dapat mengeluarkan darah dan mukus, tetapi bukan materi fekal dan tidak terdapat flatus. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltik pada awalnya men!adi sangat keras dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kedepan mulut. 8pabila obstruksi ter!adi pada ileum maka muntah fekal dapat ter!adi. Semakin kebawah obstruksi di area gastrointestinal yang ter!adi, semakin !elas adanya distensi abdomen. :ika berlan!ut terus dan tidak diatasi maka akan ter!adi syok hipoolemia akibat dehidrasi dan kehilangan olume plasma. b. )bstruksi 9sus (esar ;yeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus halus tetapi intensitasnya !auh lebih rendah. 1untah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada pasien dengan obstruksi disigmoid dan rectum, konstipasi dapat men!adi ge!ala satu-satunya selama beberapa hari. 8khirnya abdomen men!adi sangat distensi, loop dari usus besar men!adi dapat dilihat dari luar melalui dinding abdomen, dan pasien menderita kram akibat nyeri abdomen bawah. c. <omplikasi 5apat menyebabkan gangguan askularisasi usus dan memicu iskemia akibat distensi dan peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin = toksin bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi, perforasi tukak peptik yang ditandai oleh perangsangan peritoneum yang mulai di epigastrium dan meluas ke seluruh peritoneum akibat peritonitis generalisata. Perforasi ileum pada tifus biasanya ter!adi pada penderita yang demam kurang lebih dua minggu disertai nyeri kepala, batuk, dan malaise yang disusul oleh nyeri perut, nyeri tekan, defans muskuler, dan keadaan umum yang merosot.dan berakhir pada kematian.
B. ASUHAN KEPERAWATAN ILEUS ". P&;,<8:-8; Pangka!ian ileus terdiri atas pengka!ian anamnesis ,pemeriksaan fisik ,dan ealuasi diagnostic . pada anamnesis keluhan utama yang la+im didapatkan adalah keluhan kembung dan tidak bisa kentut (flatus).keluhan adanya kembung dan tidak bisa flatus bersifat akut disertai mual ,muntah ,anoreksia,dan nyeri ringan pada abdomen . Pada pengka!ian riwayat penyakit sekarang ,perawat mengka!i riwayat pembedahan abdominal , !enis pembedahan ,penyebab adanya interensi bedah, kondisi klinik preoperatif,pengetahuan mobilisasi dini pasien praoperatif , dan adanya penyakit sistemik yang memperberat ,seperti adanya sepsis ,gangguan metabolik ,penyakit !antung ,pneumonia pascabedah ,prosedur bedah saraf , dan trauma abdominal berat . Pengka!ian psikosoial akan didapatkan peningkatan kecemasan karena perut kembung dan belum bisa melakukan flatus ,serta perlunya memenuhi informasi. Pemeriksaan fisik yang didapatkan sesuai dengan manifestasi klinik . pada surey umum pasien terlihat lemah ...> biasa didapatkan adanya perubhan .pada pemeriksaan fisik focus akan didapatkan * -nspeksi * secara umum akan terlihat kembung dan didapatkan adanya distensi abdominal . 8uskultasi * bising usus atau tidak ada . Palpasi * nyeri tekal local pada abdominal . Perkusi * timpani akibat abdominal mengalami kembung . Pengka!ian diagnostik yang dapat membantu ,meliputi pemeriksaan laboraturium untuk mendeteksi adanya gangguan elektolit atau metanolik ,foto polos abdomen untuk mendeteksi adanya dilatasi gas berlebihan dari usus kecil dan usus besar . 2. P&;,<8:-8; P&;8.8?8<S8;88; 1&5-S a. <onseratif Sebagai besar kasus ileus pascabedah mendapat interensi konseratif. Pasien harus menerima hidrasi intraena .untuk pasien dengan muntah dan distensi ,gangguan selang nasogastrik diberikan untuk menurunkan ge!ala ,namun belum ada penelitian dalam literatur yang mendukung penggunaan selang nasogastrik untuk memfasilitasi resolusi ileus . pan!ang selang ke saluran gastrointestinal tidak memiliki manfaat atas perbaikan ileus . pan!ang selang kesaluran gastrointestinal tidak memiliki manfaat atas perbaikan ileus . untuk pasien dengan ileus berlarut-larut ,obstruksi mekanis harus diperiksa dengan studi kontras ,sepsis dan gangguan elektolit yang mendasari , terutama hipokalemia ,hiponatremia , dan hipomagnesemia ,dapat memperburuk ileus . kondisi ini didiagnosis dan diperbaiki (mukher!ee, 2$$@). /ara lainya adalah menghentikan obat yang memproduksi ileus (misalnya * opiate) . dalam suatu studi ,!umlah morfin yang diberikan secara langsung akan berhubungan dengan ter!adinya ileus (cali,2$$$). Pengunaan narkotika pascaoperasi dapat dikurangi dengan suplemen dengan obat anti = inflamasi non-steoid ()8-;S). )8-;S dapat menurunkan ileus dengan menurunkan peradangan local dan dengan mengurangi !umlah narkotika yang digunakan . studi mioelektrik dari elektroda ditempatkan pada usus besar ,dimana studi ini telah mengungkapkan resolusi lebih cepat dari yang diberikan pada pasien ileus ersus yang diberikan ketorolac morfin, namun kelemahan )8-;S digunakan mencangkup disfungsi trombosit dan ulserasi lambung. <ondisi ini dapat dipertimbangkan dengan penggunaan cyloo2ygenase-2,untuk menurunkan efek samping ini (ferra+ ,"AA#). Sampaisaat ini belum ada suatu ariable yang secara akurat memprediksi resolusi ileus.pemeriksaan kondisi klinis masih men!adi parameter penting untuk mengealuasi asupan oral dan fungsi usus yang baik .laporan dari pasien bahwa sudah ter!adi flatus,harus dinilai ulang dengan sesame secara pemeriksaan fisik dan diagnostic yang akurat ,serta tidak boleh hanya mengandalkan dari laporan pasien (mukher!ee,2$$@). b. .erapi diet 9mumnya,menunda intake makan sampai tanda klinis ileus berakhir .namun, kondisi ileus tidak menghalangi pemberian nutrisi enteral .pemberian enteral secara hati-hati dan dilakukan secara bertahap (;g 'B,2$$3). Pada suatu studi pemberian permen karet menun!ukkan bahwa mengunyah permen karet sebagai bentuk pemberian makanan palsu pada fase pemulihan awal dari ileus pascabedah setelah laparoskopi colectomy .sembilan belas pasien yang ditetapkan ke grup permen karet dan Sembilan untuk kelompok control .kelompok permen karet ysng digunakan tiga kali sehari dari pascaoperasipertama pagi sampai intake oral . ter!adinya flatus lebih cepat dalam kelompok permen karet dari pada dikelompok control buang air besar pertama tercatat ppada 3." hari dalam kelompok permen karet ersus #,@ hari pada kelompok control (asao,2$$2). c. .erapi aktiitas <ebi!akan konensional pada praktik klinik memberikan pemahaman bahwa ambulasi dini merangsang fungsi usus dan meningkatkan ileus pascabedah, meskipin hal ini belum ditun!ukkan dalam literature. 5alam sebuah studi nonrandomi+ed mengealusi 34 pasien ,elektoda bipolar seromuscular ditempatkan di segmen saluran gastrointestinal setelah laparotomi.sepuluh pasien ditugaskan untuk ambulasi pada pascaoperasi hari pertama,dan yang lainnya 24 pasien ditugaskan untuk ambulasi pada pascabedah hari keempat .hasil yang didapat ,ternyata tidak ada perbedaan yang signifikan dari hasil mioelektrik dalam pemulihan lambung ,!e!unum ,atau usus antara 2 kelompok tersebut (waldhausen, "AA$). 'alupun begitu, ambulasi tetap bermanfaat dalam mencegah pembentukan atelektasis, obstruksi ena profundal ,dan pneumonia tetapi tidak memiliki peran dalam mengobati ileus . d. .erapi farmakologis Sampai saat inibelum terdapat studi yang menilai manfaat supositoria dan enema untuk mengobati ileus. &ritromisin ,suatu agonis reseptor motilin ,setelah digunakan untuk paresis pasca-operasi lambung namun belum terbukti bermanfaat bagi ileus . 1etoklopramid. Sebuah antagonis dipaminergik, sebagai obat antimuntah dan prokinetik .data telah menun!ukkan bahwa pemberian obat ini dapat benar-benar memperburuk ileus (mukher!ee,2$$@ ) .erapi farmakologis yang dian!urkan adalah golongan opioid antagonis selektif,misalnya alimopan .alimopan ini ditun!ukkan untuk membantu mencegah ileus postoperatie reseksi usus (maron,2$$@). 2. 5-8,;)S-S <&P&38'8.8; a. <onstipasi berhubungan dengan hipomotilitas kelumpuhan intestinal b. 3esiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d keluar cairan tubuh dari muntah ,ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal c. 8ctual atau resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang kurang adekuat 3. 3&;/8;8 <&P&38'8.8; 3encana interensi disusun sesuai dengan tingkat toleran indiidu .pada pasien ileus ,interensi pada masalah keperawatan actualCrisiko tinggi syok hopoolemik dapat disesuaikan dengan masalah yang sama pada asuhan keperawatan pasien gastroenteritis . untuk interensi masalah nyeri ,kecemasan ,dan pemenuhan informasi dapat disesuaikan pada interensi masalah pasien dierticulitis. a. <onstipasi berhubungan dengan hipomotilitas kelumpuhan intestinal .u!uan * 5alam waktu #224 !am ter!adi perbaikan konstipasi <0 * (ising usus terdengar normal, frekuensi #-2#2Cmenit ;o -nterensi 3asional " <a!i faktor predisposisi ter!adinya ileus 'alaupun predisiposisi ileus biasanya ter!adi akibat pascabedah abdomen, tetapi ada faktor predisposisi lain yang mendukung peningkatan risiko ter!adinya ileus 2 Pasang selang nasogastrik Pemasangan selang nasogastrik dilakukan untuk menurunkan keluhan kembung dan distensi abdomen. 3 ?akukan teknik ambulasi Pelaksanaan ambulasi tetap bermanfaat dalam mencegah pembentukan atelektasis, obstruksi ena profunda, dan pneumonia 4 <olaborasi dengan dokter pemberian opioid antagonis selektif 8limopan ini ditun!ukkan untuk membantu mencegah ileus postoperatif reseksi usus (1aron, 2$$@) b. 3esiko ketidakseimbangan cairan tubuh b.d keluar cairan tubuh dari muntah ,ketidakmampuan absorpsi air oleh intestinal .u!uan * 5alam waktu #224 !am tidak ter!adi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit <0 * /3. D3 detik, urine E%$$ mlChari ;o -nterensi 3asional " 1onitor status cairan Penurunan olume cairan mengakibatkan menurunnya produksi urine, monitoring yang ketat pada produksi urine D%$$ mlChari merupakan tanda-tanda ter!adinya syok hipoolemi 2 5okumentasi intake dan ouput cairan Sebagai data dasar dalam pemberian terapi cairan dan pemenuhan hidrasi tubuh secara umum 3 <olaborasi dengan dokter pemberian cairan secara intraena :alur paten penting untuk pemberian cairan cepat dan memudahkan perawat dlaam melakukan kontrol intake dan output cairan. 4 &aluasi kadar elektrolit Sebagai deteksi awal menghindari gangguan elektrolit sekunder dari muntah pada pasien peritonitis c. 8ctual atau resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhn tubuh berhubungan dengan kurangnya intake makanan yang kurang adekuat .u!uan * Setelah F224 !am asupan nutrisi dapat optimal dilaksanakan <0 * Pasien dapat menun!ukkan metode menelan makanan yang tepat ;o -nterensi 3asional " (erikan nutrisi parenteral Pemberian enteral diberikan secara hati-hati dan dilakukan secara bertahap sesuai tingkat toleransi dari pasien 2 0indari intake apa pun secara oral 9mumnya, menunda intake makan oral sampai tanda klinis ileus berakhir. ;amun, kondisi ileus tidak menghalangi pemberian nutrisi enteral 3 ?akukan perawatan mulut -nterensi ini untuk menurunkan resiko infeksi oral 4 <olaborasi dengan ahli gi+i mengenai !enis nutrisi yang akan digunakan pasien 8hli gi+i harus terlibat dalam penentuan komposisi dan !enis makanan yang akan diberikan sesuai dengan kebutuhan indiidu BAB III A. KESIMPULAN ". -leus adalah suatu kondisi hipomotilitas (kelumpuhan )saluran gastrointestinaltanpa disertai adanya obstruksi mekanik pada intestinal. 2. &tiologi dari ileus diantaranya yaitu* Sepsis, obatan-obatan, dan gangguan elektrolit dan metabolik. 3. 1enurut beberapa hipotesis, ileus pascabedah dimediasi melalui penghambatan aktiasi refle2 spinal. Secara anatomis ,reflek yang terlibat pada ilus adalah pada pleksus ganglia preertebral (1attei,2$$%). 4. )bstruksi 9sus 0alus ,e!ala awal biasanya berupa nyeri abdomen bagian tengah seperti kram yang cenderung bertambah berat se!alan dengan beratnya obstruksi dan bersifat hilang timbul. B. SARAN ". Perawat harus memberikan rasa nyaman pada pasien agar pasien tidak mengalami nyeri. 2. Perawat harus membantu pasien dalam memenuhi aktifitas kebutuhan sehari-hari 3. Perawat harus memotiasi pasien agar pasien cepat sembuh dan tidak terpuruk dengan penyakitnya 4. Perawat harus mem!elaskan terkait dengan penyakit yang diderita oleh pasien pada pasienCkeluarga DAFTAR PUSTAKA 8sao, .. &t al. 6,um /hewing &nhances &arly 3ecoery from Postoperatie -leus after ?aparoscopic /olectomy7. J Am Coll Surg. "A#(")*3$-2C:uli 2$"2 (auer, 8.:. dan (oeck2staens ,.&. 61echanisms of Postoperatie -leus7. Neurogastroenterol Motil. "% Suppl 2*#4-%$C)ktober 2$$4 (ehm, (. 5an Stollman ;. 6Postoperatie -leus* &tiologies and -nterentions7. Clin Gastroenterol Hepatol. "(2)*F"-@$C1aret 2$$3 /ali, 3.?. et al. 6&ffect of 1orphine and -ncision ?ength on (owel Gunction after /olectomy7. Dis Colon Rectum. 43(2)*"%3-@CGebruari 2$$$. Gerra+, 8.8. et al. 6;onopioid 8nalgesics Shorten .he 5uration of Postoperatie -leus.7 Am Surg. %"("2)*"$FA-@3C5esember "AA# 1uttaHin dan Sari. 2$"". Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal edah. :akarta* Penerbit Salemba 1edika