Вы находитесь на странице: 1из 16

KROMATOGRAFI KOLOM DAN LAPIS TIPIS

PEMISAHAN DAN PEMURNIAN -KAROTEN DARI EKSTRAK WORTEL


A. Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah diharapkan mahasiswa dapat :
1. Melakukan teknik-teknik dasar kromatografi kolom dan lapis tipis pada proses
isolasi dan pemurnian senyawa bahan alam.
2. Menjelaskan perbedaan prinsip dasar kromatografi kolom dan lapis tipis.

B. Landasan Teori
Wortel merupakan salah satu jenis tanaman sayuran yang dapat digunakan untuk
membuat bermacam-macam masakan. Umbi wortel juga dapat memiliki kegunaan sebagai
bahan obat-obatan untuk mengobati beberapa jenis penyakit. Senyawa -karoten pada
tanaman wortel dapat menimbulkan kekebalan tubuh terhadap penyakit tumor, menghambat
penyebaran sel kanker, dan mengaktifkan enzim pelawan kanker. Selain itu, senyawa karoten
(pro-vitamin A) dapat mencegah penyakit rabun senja. Umbi wortel juga mengandung
alakloida akonitina atau asetbencilakonin, benzoilakonina, akonina, dan neupelina (Cahyono,
2002).
Jenis senyawa karoten yang paling berlimpah di alam adalah -karoten yang merupakan
senyawa provitamin A, memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat. Senyawa antioksidan akan
berinteraksi dalam tubuh manusia secara sinergis dengan senyawa antioksidan lain untuk
melindungi kerusakan yang diakibatkan oleh reaksi oksidasi. Sebagai contoh, vitamin E dapat
memproteksi molekul -karoten dari peristiwa oksidasi (sparing effects) (Michel P.J. and
Lian-Cabello, M. 2000).
Pemisahan komponen secara kromatografi kolom dilakukan dalam suatu kolom yang diisi
dengan fase stasioner dan cairan (pereaksi) sebagai fase mobil untuk mengetahui banyaknya
komponen contoh yang keluar melalui kolom (Adnan 1997). Pengisian kolom dilakukan
dengan memasukkan adsorben dalam bentuk larutan (slurry), dan partikelnya dibiarkan
mengendap. Pemisahan komponen rimpang temu kunci secara kromatografi kolom bertujuan
untuk mengetahui (Hayani, 2007).
Dalam kromatografi adsorbsi, digunakan zat padat sebagai adsorben yang bertindak sebagai
fasa stasioner dan menggunakan zat cair sebagai fasa mobil. Permukaan partikel padat
biasanya lebih aktif dari pada bagian dalamnya yang umum dikatakan mempunyai aktifitas
permukaan. Bila partikel tersebut dimasukkan kedalam suatu larutan, permukaan partikel tadi
mempunyai daya tarik baik pada zat-zat yang terlarut maupun pada zat pelarutnya. Silika gel
mempunyai luas permukaan yang lebih besar, tetapi mempunyai aktifitas kimia yang lebih
kecil dan lebih disukai untuk pemisahan senyawa-senyawa organik yang peka terhadap
perubahan-perubahan karena aktifitas permukaan yang mempunyai sifat katalik (Adnan,
1997).
C. Alat Dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah :

Satu set alat refluks
Statif dan klem
elektromantel
Corong
Evaporator
Timbangan analitik
Gelas kimia
batang pengaduk
kolom
kayu penyodok
chamber
pipa kapiler
pipet tetes
lampu UV
pensil
penggaris

2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
wortel segar
aseton
n-heksan
kloroform
kertas saring
kapas
akuades
serbuk silika gel
plat KLT

UNTUK MENDOWNLOAD FULL LAPORAN INI (file doc.) KLIK DISINI via Ziddu
atau via Mediafire.


D. Pembahasan
Kromatografi merupakan suatu cara pemisahan fisik dengan unsur-unsur yang akan
dipisahkan terdistribusikan antara dua fasa, satu dari fasa ini membentuk lapisan stasioner
dengan luas permukaan yang besar dan fasa lainnya merembes melewati dan melalui lapisan
stasioner tersebut. Pemisahan secara kromatografi memanfaatkan sifat fisika umum dari
molekul. Sifat utama yang terlibat adalah kecenderungan molekul untuk larut dalam cairan
(kelarutan), kecenderungan molekul untuk melekat dalam cairan (adsorpsi), dan
kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian)
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada proses
elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Interaksi antara
adsorbent eluent sangat menentukan terjadinya pemisahan komponen. Oleh sebab itu
pemisahan komponen secara kromatografi dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah
umpan.
Sebagian besar dasar teori kromatografi kolom juga dapat diterapkan pada KLT. Konsep
lempeng teori lebih sukar digambarkan, tetapi pemisahan ini dilakukan oleh keseimbangan
berturutan cuplikan dalam dua fasa, satu diantaranya bergerak terhadap yang lainnya. Terjadi
proses penyebaran molekul cuplikan karena proses nonideal. Derajat retensi pada
kromatografi lempeng biasanya dinyatakan sebagai faktor retensi, R
f
:
R
f
=


Pada percobaan ini, kita akan memisahkan dan memurnikan -karoten dari ekstrak
wortel dengan meggunakan metode kromatografi kolom dan kromatografi lapis tipis.
Terlebih dahulu kita mengisolasi senyawa -karoten tersebut dengan cara merefluks sampel
wortel.
-karoten merupakan pigmen berwarna kuning. Kromofor dalam -karoten merupakan
sistem 11 ikatan rangkap terkonjugasi geometris trans. Sifat kromofor dari struktur senyawa
ini mudah dikenali di bawah lampu UV sehingga memudahkan identifikasi dalam
kromatografi lapis tipis. Pada metode isolasi senyawa -karoten dengan cara refluks yaitu
tejadi penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara sampel dimasukkan ke dalam
labu alas bulat bersama-sama dengan zat pelarut (kloroform) lalu dipanaskan dan diberikan
batu didih agar pemanasan berlangsung secara merata. Uap-uap pelarut terkondensasi pada
kondensor menjadi molekul-molekul pelarut yang akan turun kembali menuju labu alas bulat,
dan akan akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat. Demikian
seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian sempurna, setelah itu
filtrat yang diperoleh dipekatkan dengan cara evaporasi. Evaporasi yaitu proses pemisahan
ekstrak dari cairan penyarinya dengan pemanasan yang dipercepat oleh putaran dari labu alas
bulat. Dengan bantuan pompa vakum, uap larutan penyari akan menguap naik ke kondensor
dan mengalami kondensasi menjadi molekul-molekul cairan pelarut murni yang ditampung
dalam labu alas bulat.
Setelah ekstrak dievaporasi kemudian dilanjutkan proses pemisahan dengan
menggunakan metode kromatografi kolom. Kromotografi kolom adalah suatu metode
pemisahan yang di dasarkan pada pemisahan daya adsorbsi suatu adsorben tentang terhadap
suatu senyawa, baik pengotornya maupun hasil isolasinya.
Pada metode ini, kolom diisikan dengan adsorben yang berupa padatan dalam hal ini
adalah silika gel yang dicampurkan dengan pelarut n heksan hingga membentuk bubur
silika (slurry). Slurry dimasukkan dengan hati-hati kedalam kolom kromatografi yang telah
diisikan n-heksan yang sebelumnya telah disumbat dengan kapas dan kertas saring yang
berfungsi sebagai penahan adsorben agar tidak keluar bersama eluen. Pengisian kolom harus
dikerjakan secara seragam dan sepadat mungkin untuk menghindari terjadinya gelembung-
gelembung udara. Jika terdapat gelembung-gelembung udara dalam kolom maka akan
berpotensi menyebabkan pecahnya kolom.
Hal lain yang dapat dilakukan agar tidak terjadi pemecahan kolom adalah dengan
menambahkan eluen secara kontinu agar udara tidak masuk kedalam kolom. Kolom yang
padat diindikasikan dengan warna slurry yang semakin memutih dan kecepatan alir eluen
yang semakin lambat. Jika kolom sudah memadat, larutan sampel kemudian diisikan kedalam
kolom . Mekanisme yang terjadi pada kromatografi kolom ialah sample akan terelusi oleh
eluen (n-heksan) melalui fase diam silika gel. Senyawa organik terelusi oleh eluen proses
elusi terjadi karena keseimbangan distribusi zat analit pada fase gerak n-heksan dan fase diam
selika gel. Elusi terus berlangsung hingga tidak ada lagi yang tinggal dalam kolom. Proses
elusi ini menghasilkan eluat yang diharapkan mengandung banyak betakaroten.
Eluat yang didapatkan kemudian diuji kemurniannya melalui proses Kromatografi Lapis
Tipis (KLT). Seperti yang kita ketahui, KLT ini pemisahan perbedaan distribusi antara dua
fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam yang digunakan pada percobaan ini adalah
plat, dan fasa gerak yang kami gunakan adalah heksan dengan etil dengan perbandingan
tertentu. Eluen inilah yang mengelusi campuran / senyawa dari ujung yang satu keujung yang
lainnya. Eluen digunakan adalah n-heksan dan aseton dengan perbandingan 8:2 setelah eluen
naik keatas, dimana kompenen yang lebih kuat diaserap oleh adsorben akan lebih lambat
naiknhya dan kompenen yang kurang diserap oleh adsorben akan lebih cepat naiknya pada
plat. Maka plat KLT dikeluarkan dari chamber, dan dikeringkan dan hasilnya dilihat pada /
dibawah sinar uv. Dari pengamatan yang terlihat terbentuk beberapa noda dengan jarak gerak
yang berbeda.
Rate of flow (Rf) adalah harga perbandingan jarak yang ditempuh zat terlarut dengan
jarak yang ditempuh pelarut adalah dasar untuk mengidentifikasi komponen yang terdapat
yang terdapat dalam ekstrak berupa noda-noda, yang timbul pada pelat. Selain memberi
informasi nilai Rf, bentuk noda yang nampak pada plat juga dapat memberi keterangan
tentang keterangan tentang keadaan pengerjaan. Rate of Law (Rf) dari ekstrak -karoten
hanya terdapat pada fraksi kedua dan keempat masing masing sebesar 0.36 dan 0.25
sedangkan pada fraksi pertama dan ketiga tidak terdapat bercak noda. Hal ini dapat terjadi
kemungkinan dkarenakan oleh ekstrak yang diperoleh kurang murni atau bisa saja karena
perbandingan pelarut yang digunakan kurang tepat untuk menarik noda atau spot ketika
dielusi pada plat KLT.
F. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari percobaan ini antara lain adalah :
1. Pemisahan komponen-komponen dalam sampel dengan menggunakan kromatografi
kolom dilakukan dengan mengelusi sampel tersebut dalam suatu kolom dengan fasa diam
berupa padatan seperti silika gel dan fasa gerak berupa campuran pelarut. Sedangkan pada
KLT sampel ditotolkan pada pelat, lebih lanjut dikembangkan dalam sistem pelarut yang
telah jenuh yang kemudian identitasnya dinyatakan dengan harga Rf.
2. Perbedaan antara kromatografi kolom dan KLT adalah :
Dalam proses elusinya, kromatografi kolom memanfaatkan gaya grafitasi sedangkan
pada KLT memanfaatkan gaya kapilaritas.




DAFTAR PUSTAKA
Adnan, J.M., 1997, Kimia Makanan, ITB, Bandung.

Cahyono, B., 2002. Wortel (Tekhnik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani). Kanisus.
Yogyakarta.

Hayani, E., 2007. Pemisahan Komponen Rimpang Temu Kunci Secara Kromatografi
Kolom. Buletin Teknik Pertanian Vol. 12 No. 1.

Michel P.J. and Lian-Cabello, M. 2000. Carotenoids and Retinoids Metabolites as
Precursors of Receptors-Specific Bioactive Compounds. Advances in hrimp.Avances en
Nutricin acucola V. Memorias del V Simposium Internacional de Nutricin Acucola. 19-
22 Noviembre, 2000. Mrida, Yucatn, Mexico.
Sudjadi, 1986, Metode Pemisahan, UGM-Press, Yogyakarta.


















LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM KIMIA ANALISIS II
PEMISAHAN ZAT WARNA KIMIA
DENGAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM
A. TUJUAN
Mempersiapkan kolom,memisahkan dan mengidentifikasi senyawa kimia dengan
kromatografi kolom.

B. ALAT DAN BAHAN
Alat :
a. Pipet tetes
b. Beaker glass
c. Gelas ukur
d. Spatel
e. Labu erlenmeyer
f. Seperangkat kromatrogafi kolom
g. Statif
h. Corong biasa
i. Cawan petri
j. Timbangan
k. Cawan porselin
l. Ruber bulb
m. Erlenmeyer

Bahan :
a. Etanol 96%
b. Hekshan
c. kloroform
d. pewarna merah
e. pewarna kuning
f. alumina
g. pasir
h. kapas
C. PROSEDUR PERCOBAAN
Penyiapan Sampel dan Eluen
- ditimbang saksama masing-masing 0,5 gr
- dilarutkan dengan 2 ml kloroform
- ditambah alumina secukupnya
- diaduk homogen hingga menjadi serbuk

Penyiapan Kolom
Kolom
- dicuci dengan aseton
- dikeringkan
- ditutup keran bagian bawah
- dimasukan kapas Alumina 20 g yang dilarutkan dalam n-hexan
- dimasukan kedalam kolom
- dibuka keran bawah
- dibiarkan pelarut turun hingga 1 cm dari permukaan atas permukaan atas alumina
- ditambah sedikit pasir
- dimasukan sampel Sampel (pewarna merah dan kuning @ 0,5 g + alumina)
- sisa sampel dibilas dengan heksan
- ditambah sedikit pasir
- ditambah etanol 96%
- dibuka keran bawah
- ditambahkan etanol 96% hingga pelarut diatas pasir tidak berwarna

C. DATA PENGAMATAN
Penimbangan dan pengukuran Bahan
metanil red = 0,5 gr
metanil yellow = 0,5 gr
alumina = 20 gr
kloroform = 2 ml
hekshan = seperlunya
etanol 96% = seperlunya

E. PEMBAHASAN

Pada praktikum pemisahan zat warna ini kami menggunakan metode kromatografi
kolom. Kromatografi kolom merupakan salah satu dari kromatografi partisi yang digunakan
luas karena merupakan sangat efisien untuk pemisahan senyawa organic (Takeuchi,2009).
Kromatografi kolom sering kali digunakan untuk memurnikan senyawa di laboratorium.
Kromatografi kolom bekerja berdasarkan skala yang lebih besar menggunakan material
terpadatkan pada sebuah kolom gelas vertikal. Kromatografi kolom merupakan teknik
pemisahan berdasarkan pada perbedaan daya adsorpsi suatu adsorben tertentu terhadap suatu
senyawa baik pengotor maupun senyawa hasil isolasi. Prinsip dari kromatografi kolom ini
adalah adsorpsi (Takeuchi, 2010).
Cara kerja kromatografi ini yaitu : Kolomnya (tabung gela) diisi dengan bahan seperti
alumina, silika gel atau pati yang dicampur dengan adsorben, dan pastanya diisikan kedalam
kolom. Larutan sampel kemudian diisikan kedalam kolom dari atas sehingga sampel
diasorbsi oleh adsorben. Kemudian pelarut (fasa gerak; pembawa) ditambahkan tetes demi
tetes dari atas kolom. Partisi zat terlarut berlangsung di pelarut yang turun ke bawah (fasa
gerak) dan pelarut yang teradsorbsi oleh adsorben (fasa diam). Selama perjalanan turun, zat
terlarut akan mengalami proses adsorpsi dan partisi berulang-ulang. Laju penurunan berbeda
untuk masing-masing zat terlarut dan bergantung pada koefisien partisi masing-masing zat
terlarut. Akhirnya, zat terlarut akan terpisahkan membentuk beberapa lapisan. Akhirnya,
masing-masing lapisan dielusi dengan pelarut yang cocok untuk memberikan spesimen
murninya (Takeuchi, 2009).
Cara kerja diatas dapat di gambarkan dengan gambar berikut:
Fase diam yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alumina, sedangkan fase
geraknya n-heksan dan ethanol 96%. Pelarut yang pertama digunakan adalah pelarut non
polar (n-heksan) kemudian dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar (ethanol 96%).
Alasan menggunakan pelarut non polar terlebih dahulu dikarenakan karena fase diam yang
digunakan adalah alumina yang bersifaat sangat polar, sehingga lebih mudah untuk
mengelusi zat warna yang bersifat non polar terlebih dahulu karena ikatan dengan alumina
lebih lemah. Kemudian dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar karena pelarut polar akan
bersaing untuk mendapatkan ruang pada alumina dengan senyawa merah. Beberapa ruang
untuk sementara dipergunakan oleh molekul-molekul pelarut pada permukaan fase diam,
tidak menyediakan molekul-molekul biru untuk melekat dan ini akan cenderung menjaga
pergerakannya dalam pelarut (Takeuchi, 2010)

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
a. CHLOROFORUM (Kloroform)
CHCl
2
BM 119,38
Kloroform mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 99,5% CHCl
2
,
sisanya terdiri dari alcohol.
Pemerian: cairan jernih, tidak berwarna, mudah mengalir; mempunyai sifat khas; bau eter;
rasa mais dan membakar. Mendidih pada suhu lebih kurang 61
0
dipengaruhi oleh cahaya.
Kelarutan: sukar larut dalam air; dapat bercampur dengan etanol, dengan eter, dengan
benzene, dengan heksana, dan dengan lemak dan minyak menguap.
Bobot jenis: antara 1,476 dan 1,480, menunjukkan 99,0% sampai 99,5% CHCl
2
.
Wadah dan penyimpanan: dalam wadah tetutup rapa, terlindung dari cahaya, pada suhu tidak
lebih dari 30
0
.
Khasiat dan penggunaan: Antiseptikum umum; pengawet; zat tambahan (Anonim,1995).
Senyawa kloroform adalah senyawa haloalkana yang mengikat tiga atom halogen klor
(Cl) pada rantai C-nya. Senyawa kloroform dapat dibuat dengan bahan dasar berupa senyawa
organik yang memiliki gugus metil (-CH
3
) yang terikat pada atom C karbonil atau atom C
hidroksi yang direaksikan dengan pereaksi halogen (Cl
2
). Beberapa senyawa yang dapat
membentuk kloroform dan senyawa haloform lainnya adalah etanol, 2-propanol, 2-butanol,
etanol, propanon, 2-butanon. Halogenasi sering berjalan secara eksplosif dan hampir tanpa
kecuali menghasilkan campuran produk, karena lasan inilah halogenasi kadang saja
digunakan dalam laboratorium.

Kloroform disebut juga haloform disebabkan karena brom dan klor juga bereaksi dengan
metal keton, yang menghasilkan masing-masing bromoform (CHBr
3
) dan kloroform (CHCl
3
).
Hal ini disebut CHX
3
atau haloform, maka reaksi ini sering disebut reaksi haloform
(Anonim,2010).

b. Etanol
Etanol, disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut, atau alkohol saja,
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tak berwarna, dan merupakan
alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Etanol termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C
2
H
5
OH dan
rumus empiris C
2
H
6
O. Ia merupakan isomer konstitusional dari dimetil eter. Etanol sering
disingkat menjadi EtOH, dengan "Et" merupakan singkatan dari gugus etil (C
2
H
5
).
Etanol banyak digunakan sebagai pelarut berbagai bahan-bahan kimia yang ditujukan
untuk konsumsi dan kegunaan manusia. Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna
makanan, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol adalah pelarut yang penting sekaligus
sebagai stok umpan untuk sintesis senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah
lama digunakan sebagai bahan bakar.
Etanol adalah cairan tak berwarna yang mudah menguap dengan aroma yang khas. Ia
terbakar tanpa asap dengan lidah api berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat
pada cahaya biasa.
Sifat-sifat fisika etanol utamanya dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil dan
pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan
hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik
lainnya dengan massa molekul yang sama.
Etanol adalah pelarut yang serbaguna, larut dalam air dan pelarut organik lainnya,
meliputi asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena
glikol, gliserol, nitrometana, piridina, dan toluena. Ia juga larut dalam hidrokarbon alifatik
yang ringan, seperti pentana dan heksana, dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik
seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena (Anonim,2010).

c. Heksana
Heksana (C
6
H
14
) - alkana dengan enam atom karbon dalam molekul . Isomer dari
heksana sangat reaktif dan sering digunakan sebagai pelarut dalam reaksi organik karena
mereka sangat non-polar.

heksana memiliki lima isomer :
* n-heksan (heksan) n-heksana (heksana)
* izoheksan ( 2-metylopentan ) izoheksan ( 2-methylpentane )
* 3-metylopentan 3-methylpentane
* neoheksan 2,2-dimetylobutan neoheksan 2,2-dimetylobutan (Anonim,2010).

d. Rohdamin B dan Metanil Yellow
Rhodamin B dan metanil yellow merupakan pewarna sintetik yang digunakan sebagai
pewarna tekstil dan dinyatakan berbahaya oleh pemerintah. Pewarna tersebut dapat
menyebabkan kanker dan sering kali digunakan untuk mewarnai produk makanan, salah
satunya adalah jelly. Rhodamin B adalah bahan untuk pewarna di industri tekstik dan kertas.
Rhodamin B berasal dari metalinilat dan dipanel alanin dan sangat mudah larut dalam
alkohol (Anonim,2010).

e. Alumina (Aluminium oksida)
Aluminium oksida adalah sebuah senyawa kimia dari aluminium dan oksigen, dengan
rumus kimia Al
2
O
3
. Nama mineralnya adalah alumina, dan dalam bidang pertambangan,
keramik dan teknik material senyawa ini lebih banyak disebut dengan nama alumina.
Sifat-sifat Aluminium oksida adalah insulator (penghambat) panas dan listrik yang
baik. Umumnya Al
2
O
3
terdapat dalam bentuk kristalin yang disebut corundum atau -
aluminum oksida. Al
2
O
3
dipakai sebagai bahan abrasif dan sebagai komponen dalam alat
pemotong, karena sifat kekerasannya.
Al
2
O
3
yang dihasilkan melalui anodisasi bersifat amorf, namun beberapa proses
oksidasi seperti plasma electrolytic oxydation menghasilkan sebagian besar Al
2
O
3
dalam
bentuk kristalin, yang meningkatkan kekerasannya.
Al
2
O
3
+ 3H
2
O + 2NaOH + panas 2NaAl(OH)
4

Fe
2
O
3
tidak larut dalam basa yang dihasilkan, sehingga bisa dipisahkan melalui penyaringan.
SiO
2
larut dalam bentuk silikat Si(OH)
6
2-
. Ketika cairan yang dihasilkan didinginkan, terjadi
endapan Al(OH)
3
, sedangkan silikat masih larut dalam cairan tersebut. Al(OH)
3
yang
dihasilkan kemudian dipanaskan
2Al(OH)
3
+ panas Al
2
O
3
+ 3H
2
O
Al
2
O
3
yang terbentuk adalah alumina (Anonin,2010).
f. Pasir
Pasir adalah contoh bahan material butiran. Butiran pasir umumnya berukuran antara
0,0625 sampai 2 milimeter. Materi pembentuk pasir adalah silikon dioksida, tetapi di
beberapa pantai tropis dan subtropis umumnya dibentuk dari batu kapur (Anonim,2010).

Parktikum ini diawali dengan menimbang bahan bahan yang akan digunakan yaitu
metilen merah 0,5 gr, metilen kuning 0,5 gr, alumina 20 gr, kemudian buat sampel uji
dengan campurkan metilen merah dan metilen kuning dalam cawan porselen lalu dilarutkan
dengan kloroform, lalu ditambahkan alumina sedikit dan aduk sampai homogen dan menjadi
serbuk berwarna kecoklatan.
Dilain tempat dilakukan penyiapan kolom, yaitu dengan cara pertama-tama bersihkan
kolom dengan aseton lalu dikeringkan. Digunakan aseton karena aseton lebih bersifat volatile
dan dapat mengangkat kotoran pada peralatan laboratorium (anonym,2010). Kemudian
dimasukkan n-heksan kedalam kolom untuk mengkondisikan keadaan didalam kolom.
Masukkan kapas sedikit di bagian bawah kolom, kapas yang digunakan sedikit saja karena
kalau terlalu tebal akan menyumbat eluen sehingga pemisahan tidak akan berlangsung, tetapi
tidak boleh terlalu tipis juga karena akan menyebabkan kebocoran pada kolom. Selanjutnya
dimasukkan alumina yang telah di larutkan dalam n-heksan. Buka keran bagian bawah agar
larutan bisa keluar. Bersihkan sisi-sisi dinding kolom dari alumina yang tersisa. Biarkan
pelarut (n-heksan, non polar) turun hingga 1 cm dari permukaan atas alumina. Lalu
masukkan sampel zat warna kedalam kolom sampai rata dan lalu ditutup kembali dengan
pasir Kemudian tambahkan pasir dan ratakan. Fungsi penambahan pasir adalah untuk
membatasi antara alumina dan sampel agar tidak bercampur, karena sampel juga
mengandung alumina. Tampung pelarut yang keluar dengan Erlenmeyer.
Kemudian masukkan etanol 96% sebagai pelarut kedalam kolom. Dipakai pelarut
etanol 96% karena etanol bersifat semi polar sehingga zat warna yang bersifat polar (metilen
kuning) dapat lebih berikatan dengan pelarut dari pada dengan alumina yang bersifat sangat
polar, sehingga terlihat pemisahan antara warna kuning dan merah (sangat polar). Tampung
pelarut yang keluar dengan Erlenmeyer. Pewarna kuning dapat terpisah terlebih dahulu
daripada pewarna merah dengan penambahan etanol 96% karena pewarna kuning lebih
bersifat non polar yang sesuai dengan etanol 96% yang juga bersifat semi polar, sesuai
dengan kaidah like dissolve like. Hal ini dikarenakan ikatan pewarna kuning pada alumina
lebih lemah daripada ikatan pewarna merah dengan alumina, sehingga pada waktu
penambahan etanol 96% pewarna kuning (non polar) akan lebih cenderung berikatan dengan
etanol 96% yang kepolarannya lebih rendah dari alumina dan akan terlarut dalam etanol dan
akan turun kebawah. Sedangkan pewarna merah (polar) akan lebih lama berikatan dengan
alumina karena sama-sama bersifat sangat polar, sehingga yang akan turun kebawah terlebih
dahulu adalah pelarut kuning.
Pada praktikum ini kami hanya mencapai elusi pada pewarna kuning tidak sampai pada
pewaarna merah, hal ini dikarenakan keterbatasan waktu. Pewarna merah tersebut akan turun
apabila ditambahkan dengan pelarut yang bersifat lebih polar, seperti etanol 10%.

F. KESIMPULAN
- Pewarna kuning bersifat non polar dan dapat dipisahkan dengan pelarut ethanol 96%
- Pewarna merah bersifat polar dan dapat dipisahkan dengan pelarut yang lebih polar,
misalnya ethanol 10%


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Jakarta: Depkes RI.
Anonim, 2010, Aseton, http://id.wikipedia.org/wiki/Aseton, diakses tanggal 9 juni 2010.
Anonim, 2010, Aluminium oksida, http://id.wikiedia.org/wiki/Aluminium oksida, diakses
tanggal 9 Juni 2010.
Anonim, 2010, Etanol, http://id.wikiedia.org/wiki/etanol, diakses tanggal 9 Juni 2010.
Anonim, 2010, Heksana, http://id.wikiedia.org/wiki/heksana, diakses tanggal 9 Juni 2010.
Anonim, 2010, Pasir, http://id.wikiedia.org/wiki/etanol, diakses tanggal 9 Juni 2010.
Anonim, 2010, Rhodamin B, http://id.wikiedia.org/wiki/Rhodamin B, diakses tanggal 9 Juni
2010.
Takeuchi, Yoshito., 2009, kromatografi, http://www.chem-is-try.org, diakses tanggal 9 Juni
2010.
Takeuchi, Yoshito., 2010, kromatografi kolom, http://www.chem-is-try.org, diakses tanggal 9
Juni 2010.

Вам также может понравиться