Вы находитесь на странице: 1из 5

Metodologi penelitian

Metodologi penelitian adalah sekumpulan peraturan,


kegiatan, dan prosedur yang digunakan oleh pelaku su-
atu disiplin ilmu. Metodologi juga merupakan analisis
teoritis mengenai suatu cara atau metode. Penelitian me-
rupakan suatu penyelidikan yang sistematis untuk me-
ningkatkan sejumlah pengetahuan, juga merupakan su-
atu usaha yang sistematis dan terorganisasi untuk menye-
lidiki masalah tertentu yang memerlukan jawaban.
[1]
Hakekat penelitian dapat dipahami dengan mempelajari
berbagai aspek yang mendorong penelitian untuk mela-
kukan penelitian. Setiap orang mempunyai motivasi yang
berbeda, di antaranya dipengaruhi oleh tujuan dan profe-
si masing-masing. Motivasi dan tujuan penelitian seca-
ra umum pada dasarnya adalah sama, yaitu bahwa pe-
nelitian merupakan reeksi dari keinginan manusia yang
selalu berusaha untuk mengetahui sesuatu.
[2]
Keingin-
an untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahu-
an merupakan kebutuhan dasar manusia yang umumnya
menjadi motivasi untuk melakukan penelitian.
1 Prinsip metodologi
Beberapa prinsip metodologi oleh beberapa ahli, di anta-
ranya:
1.1 A. Rene Descartes
Dalam karyanya Discourse On Methoda, dikemukakan 6
(enam ) prinsip metodologi yaitu:
1. Membicarakan masalah ilmu pengetahuan diawali de-
ngan menyebutkan akal sehat (common sense) yang pada
umumnya dimiliki oleh semua orang.
Akal sehat menurut Descartes ada yang kurang, adapula
yang lebih banyak memilikinya, namun yang terpenting
adalah penerapannya dalam aktivitas ilmiah.
2. Menjelaskan kaidah-kaidah pokok tentang metode
yang akan dipergunakan dalam aktivitas ilmiah maupun
penelitian. Descartes mengajukan 4 (empat) langkah
atau aturan yang dapat mendukung metode yang dimak-
sud yaitu:
(a) Jangan pernah menerima baik apa saja sebagai yang
benar, jika anda tidak mempunyai pengetahuan yang je-
las mengenai kebenarannya. Artinya, dengan cermat
hindari kesimpulan-kesimpulan dan pra konsepsi yang
terburu-buru dan jangan memasukkan apapun ke dalam
pertimbangan anda lebih dari pada yang terpapar dengan
begitu jelas sehingga tidak perlu diragukan lagi,
(b) Pecahkanlah setiap kesulitan anda menjadi sebanyak
mungkin bagian dan sebanyak yang dapat dilakukan un-
tuk mempermudah penyelesaiannya secara lebih baik.
(c) Arahkan pemikiran anda secara jernih dan tertib, mu-
lai dari objek yang paling sederhana dan paling mudah
diketahui, lalu meningkat sedikit demi sedikit, setahap
demi setahap ke pengetahuan yang paling kompleks, dan
dengan mengandaikan sesuatu urutan bahkan di antara
objek yang sebelum itu tidak mempunyai ketertiban ba-
ru.
(d) Buatlah penomoran untuk seluruh permasalahan se-
lengkap mungkin, dan adakan tinjauan ulang secara me-
nyeluruh sehingga anda dapat merasa pasti tidak suatu
pun yang ketinggalan.
(e)Langkah yang digambarkan Descartes ini menggam-
barkan suatu sikap skeptis metodis dalam memperoleh
kebenaran yang pasti.
3. Menyebutkan beberapa kaidah moral yang menjadi
landasan bagi penerapan metode sebagai berikut:
(a) Mematuhi undang-undang dan adat istiadat negeri,
sambil berpegang pada agama yang diajarkan sejak masa
kanak-kanak.
(b) Bertindak tegas dan mantap, baik pada pendapat yang
paling meyakinkan maupun yang paling meragukan.
(c) Berusaha lebih mengubah diri sendiri dari pada me-
rombak tatanan dunia.
4. Menegaskan pengabdian pada kebenaran yang acap
kali terkecoh oleh indera. Kita memang dapat memba-
yangkan diri kita tidak berubah namun kita tidak dapat
membayangkan diri kita tidak bereksistensi, karena ter-
bukti kita dapat menyangsikan kebenaran pendapat lain.
Oleh karena itu, kita dapat saja meragukan segala sesu-
atu, namun kita tidak mungkin meragukan kita sendiri
yang sedang dalam keadaan ragu-ragu.
5. Menegaskan perihal dualisme dalamdiri manusia yang
terdiri atas dua substansi yaitu RESCOGITANS (jiwa
bernalar) dan RES-EXTENSA (jasmani yang meluas).
Tubuh (Res-Extensa) diibaratkan dengan mesin yang ten-
tunya karena ciptaan Tuhan, maka tertata lebih baik. Atas
ketergantungan antara dua kodrat ialah jiwa bernalar dan
kodrat jasmani. Jiwa secara kodrat tidak mungkin mati
bersama dengan tubuh. Jiwa manusia itu abadi.
[3]
1
2 4 PARADIGMA PENELITIAN
1.2 B. Alfred Julesayer
Dalam karyanya yang berjudul Language, Truth and Lo-
gic yang terkait dengan prinsip metodologi adalah prinsip
verikasi. Terdapat dua jenis verikasi yaitu:
1. Verikasi dalamarti yang ketat (strong veriable) yaitu
sejauh mana kebenaran suatu proposisi (duga-dugaan) itu
mendukung pengalaman secara meyakinkan
2. Verikasi dalam arti yang lunak, yaitu jika telah mem-
buka kemungkinan untuk menerima pernyataan dalam
bidang sejarah (masa lampau) dan ramalan masa depan
sebagai pernyataan yang mengandung makna
3. Ayer menampik kekuatiran metasika dalam dunia
ilmiah, karena pernyataan-pernyataan metasika (terma-
suk etika theologi) merupakan pernyataan yang MEA-
NING LESS (tidak bermakna) lantaran tidak dapat di-
lakukan verikasi apapun.
[4]
1.3 C. Karl Raimund Popper
K.R. Popper seorang lsuf kontemporer yang melihat ke-
lemahan dalam prinsip verikasi berupa sifat pembenar-
an (justication) terhadap teori yang telah ada. K.R. Pop-
per mengajukan prinsip verikasi sebagai berikut:
1. Popper menolak anggapan umum bahwa suatu teori
dirumuskan dan dapat dibuktikan kebenarannya melalui
prinsip verikasi. Teori-teori ilmiah selalu bersifat hipo-
tetis (dugaan sementara), tak ada kebenaran terakhir. Se-
tiap teori selalu terbuka untuk digantikan oleh teori lain
yang lebih tepat.
2. Cara kerja metode induksi yang secara sistematis
dimulai dari pengamatan (observasi) secara teliti geja-
la (simpton) yang sedang diselidiki. Pengamatan yang
berulang -ulang itu akan memperlihatkan adanya ciri-ciri
umum yang dirumuskan menjadi hipotesa. Selanjutnya
hipotesa itu dikukuhkan dengan cara menemukan bukti-
bukti empiris yang dapat mendukungnya. Hipotesa yang
berhasil dibenarkan (justikasi) akan berubah menjadi
hukum. K.R. Popper menolak cara kerja di atas, teruta-
ma pada asas veriabilitas, bahwa sebuah pernyataan itu
dapat dibenarkan berdasarkan bukti-bukti verikasi pe-
ngamatan empiris.
3. K.R Popper menawarkan pemecahan baru dengan
mengajukan prinsip FALSIFA BILITAS, yaitu bahwa se-
buah pernyataan dapat dibuktikan kesalahannya. Mak-
sudnya sebuah hipotesa, hukum, ataukah teori kebena-
rannya bersifat sementara, sejauh belum ada ditemukan
kesalahan-kesalahan yang ada di dalamnya. Misalnya,
jika ada pernyataan bahwa semua angsa berbulu putih
melalui prinsip falsiabilitas itu cukup ditemukan seekor
angsa yang bukan berbulu putih (entah hitam, kuning, hi-
jau, dan lain-lain), maka runtuhlah pernyataan tersebut.
Namun apabila suatu hipotesa dapat bertahan melawan
segala usaha penyangkalan, maka hipotesa tersebut se-
makin diperkokoh (CORROBORATI
[5]
ON).
2 Karakteristik penelitian
1. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pe-
ngetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-
pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan
yang terdapat dalam batasan masalah.
2. Metodologi penelitian adalah pengetahuan yang meng-
kaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan
dalam penelitian.
3. Penelitian dan ilmu merupakan operasionalisasi dari
metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah.
[6]
3 Proses penelitian
1. Masalah penelitian penelitian mencakup: penemuan
masalah dan pemecahan masalah tahap:identifikasi bi-
dang permasalahan, pemilihan atau pemilihan pokok ma-
salah dan perumusan masalah kajian teoritis menyusun
kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab
masalah atau pertanyaan penelitian.
2. Pengujian fakta (data) mencakup: pemilihan, pe-
ngumpulan dan analisis fakta yang terkait dengan masa-
lah yang diteliti data: sekumpulan fakta yang diperoleh
melalui pengamatan (0bservasi) atau survei. kesimpulan
merupakan hasil penelitian yang memberi feed back pa-
da masalah atau pertanyaan penelitian.
4 Paradigma penelitian
4.1 Paradigma kuantitatif
a. Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empi-
ris.
b. Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pe-
ngukuran variabel penelitian dengan angka dan melakuk-
an analisis data dengan prosedur statistik.
c. Realitas bersifat obyektif dan berdimensi tunggal.
d. Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.
e. Bebas nilai dan tidak bias.
f. Pendekatan deduktif.
g. Pengujian teori dan analisis kuantitatif.
4.2 Paradigma kualitatif
a. Pendekatan konstruktis, naturalistis (interpretatif),
atau perspektif postmodern.
b. Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-
masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi re-
alitas.
3
c. Realitas bersifat subyektif dan berdimensi banyak.
d. Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
e. Tidak bebas nilai dan bias.
f. Pendekatan induktif.
g. Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.
4.3 Perbedaan paradigma kuantitatif de-
ngan paradigma kualitatif
Perbedaan antara Paradigma Kuantitatif dengan Para-
digma Kualitatif terletak pada asumsi-asumsi yang di-
gunakan dalam penelitian. Perbedaan selanjutnya akan
memengaruhi strategi dan desain penelitian. Perbedaan
asumsi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :
1. Hubungan peneliti dengan fakta yang diteliti menu-
rut paradigma kuantitatif diasumsikan bersifat indepen-
den sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta seca-
ra obyektif, terbatas pada dimensi tunggal, bebeas nilai.
Sebaliknya menurut asumsi paradigma kualitatif, peneli-
tian berinteraksi dengan fakta yang diteliti sehingga lebih
bersifat subyektif, tidak bebeas nilai,
2 Proses penelitian paradigma kuantitatif menggunakan
pendekatan deduktif, sedangkan pada penelitian paradi-
gma kualitatif menggunakan pendekatan induktif.
3. Paradigma kuantitatif menekankan pengujian teori
dengan analisis kuantitatif dibandingkan pendekatan ku-
alitatif yang memberikan tekanan pada penyusunan teori
melalui pengungkapan fakta dengan analisis kualitatif.
[7]
5 Metode ilmiah
Metode ilmiah adalah prosedur atau cara tertentu yang di-
gunakan untuk memperoleh pengetahuan yang disebut il-
mu (pengetahuan ilmiah. Tidak semua pengetahuan ber-
upa ilmu, karena ilmu merupakan kriteria tertentu. Cara
untuk memperoleh pengetahuan dalam kajian lsafat di-
kenal dengan istilah epistemologi (lsafat pengetahuan).
6 Karakteristik ilmu
Pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil dari proses
melihat, mendengar, merasakan, dan berkir yang men-
jadi dasar manusia dan bersikap dan bertindak. Ilmu me-
rupakan bagian dari pengetahuan yang memberikan pen-
jelasan mengenai fakta atau fenomena alam (fakta yang
benar atau umumnya bernilai benar). Pengetahuan yang
menjelaskan fenomena alam bermanfaat untuk mempre-
diksi fenomena-fenomena alam. Pengetahuan yang ter-
kandung yang dinilai dalam ilmu dinilai sebagai penge-
tahuan yang benar untuk menjawab masalah-masalah da-
lam kehidupan manusia.
Adam Smith merupakan Bapak Filsafat Pengetahuan
7 Jenis-jenis penelitian ilmiah
Penelitian dapat digolongkan / dibagi ke dalam bebera-
pa jenis berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, antara lain
berdasarkan:
(1) Tujuan;
(2) Pendekatan;
(3) Tempat;
(4) Pemakaian atau hasil / alasan yang diperoleh;
(5) Bidang ilmu yang diteliti;
(6) Taraf Penelitian;
(7) Teknik yang digunakan;
(8) Keilmiahan;
(9) Spesialisasi bidang (ilmu) garapan.
8 Kriteria penelitian ilmiah
1. Dapat menyatakan tujuan dengan sejelas-jelasnya,
2. Menggunakan landasan teoritis dan metode pengujian
data yang relevan,
3. Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji dari telaah
teoritis atau berdasarkan pengungkapan data,
4 11 REFERENSI
4. Telah mempunyai kemampuan untuk diuji ulang,
5. Memilih data dengan tepat sehingga hasilnya dapat
dipercaya,
6. Menarik kesimpulan secara obyektif,
7. Melaporkan hasil secara parsimony,
8. Hasil penelitian dapat digeneralisasi.
[8]
9 Penelitian bisnis
Penelitian bisnis merupakan suatu proses pengumpul-
an dan analisis data yang sistematis dan obyektif untuk
membantu pembuatan keputusan dalamsuatu bidang bis-
nis.
10 Klasikasi penelitian bisnis
10.1 Berdasarkan tujuan penelitian
1. Penelitian dasar (pengembangan & evaluasi konsep-
konsep dasar)
a. deduktif : menguji hipotesis melalui validasi teori, ti-
pe: hopotesis a priori
b. induktif : mengembangkan teori atau hipotesis melalui
pengungkapan fakta
2. Penelitian terapan (pemecahan masalah-masalah prak-
tis)
a. penelitian evaluasi
b. penelitian dan pengembangan
c. penelitian aksi
10.2 Berdasarkan karakteristik masalah
1. Penelitian historis
2. Penelitian desktriptif
3. Studi kasus lapangan
4. Penelitian korelasional
5. Kausal-komparatif
6. Eksperimen
10.3 Berdasarkan jenis data
1. Penelitian opini (opinion research)
2. Penelitian empiris (empirical research)
3. Penelitian arsip (archieval research)
11 Referensi
[1] http://www.google.co.id/#hl=id&q=metodologi+
penelitian+bisnis&meta=&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_
rfai=&fp=337ae19756b80444
[2] sumber : buku Metodologi Penelitian Bisnia, penulis : Dr.
Nur Indriantoro,M.Sc., Akuntan ; Drs. Bambang Supo-
mo, M.Si. Akuntan, penerbit : BPFE Yogyakarta
[3] http://www.infoskripsi.com/Resource/
Prinsip-Metodologi-Penelitian-Ilmiah.html
[4] http://www.infoskripsi.com/Resource/
Prinsip-Metodologi-Penelitian-Ilmiah.html
[5] http://www.infoskripsi.com/Resource/
Prinsip-Metodologi-Penelitian-Ilmiah.html
[6] sumber : buku Metodologi Penelitian Bisnia, penulis : Dr.
Nur Indriantoro,M.Sc., Akuntan ; Drs. Bambang Supo-
mo, M.Si. Akuntan, penerbit : BPFE Yogyakarta
[7] sumber : buku Metodologi Penelitian Bisnia, penulis : Dr.
Nur Indriantoro,M.Sc., Akuntan ; Drs. Bambang Supo-
mo, M.Si. Akuntan, penerbit : BPFE Yogyakarta
[8] http://www.google.co.id/#hl=id&q=metodologi+
penelitian+bisnis&meta=&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_
rfai=&fp=337ae19756b80444
5
12 Text and image sources, contributors, and licenses
12.1 Text
Metodologi penelitian Source: http://id.wikipedia.org/wiki/Metodologi_penelitian?oldid=7712073 Contributors: Sentausa, Mimihitam,
Albertus Aditya, Aldo samulo, Dede2008, Krinkle, TjBot, Kenrick95Bot, D'SpecialOne, Iwan Novirion, 44Diah, Wagino 20100516,
Imanuel NS Uen, Kolega2357-Bot dan Anonymous: 18
12.2 Images
Berkas:AdamSmith.jpg Source: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/0/0a/AdamSmith.jpg License: Public domain Contri-
butors: http://www.library.hbs.edu/hc/collections/kress/kress_img/adam_smith2.htm Original artist: Etching created by Cadell and Davies
(1811), John Horsburgh (1828) or R.C. Bell (1872). The original depiction of Smith was created in 1787 by James Tassie in the form of
an enamel paste medallion. Smith did not usually sit for his portrait, so a considerable number of engravings and busts of Smith were made
not from observation but from the same enamel medallion produced by Tassie, an artist who could convince Smith to sit.
Berkas:Ambox_wikify.svg Source: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/e1/Ambox_wikify.svg License: Public domain
Contributors: Karya sendiri Original artist: penubag
Berkas:Edit-clear.svg Source: http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/f/f2/Edit-clear.svg License: Public domain Contributors:
The Tango! Desktop Project Original artist: The people from the Tango! project
12.3 Content license
Creative Commons Attribution-Share Alike 3.0

Вам также может понравиться