Jelaskan tentang hormone-hormon yang terlibat selama periode kahamilan,
kelahian, dan menyusui! Faktor-faktor Hormonal Dalam Kehamilan Pada kehamilan, plasenta membentuk sejumlah besar human chorionic gonadotropin, estrogen, progesteron, dan human chorionic somatomammotropin, dengan tiga hormone yang pertama dan mungkin juga yang keempat semuanya penting untuk berlangsungnya kehamilan normal. Human Chorionic Gonadotropin dan Pengaruhnya Dalam Menyebabkan Korpus Luteum Bertahan dan Mencegah Menstruasi Normalnya, menstruasi terjadi pada wanita yan tidak hamil dalam waktu kira-kira 14 hari setelah ovulasi, pada saat sebagian besar endometrium uterus terlepas dari dinding uterus dan dikeluarkan. Bila hal ini terjadi setelah ovum diimlantasikan, kehamilan akan terhenti. Akan tetapi hal ini dicegah oleh sekresi human chorionic gonadotropin oleh jaringan embrionik yang baru terbentuk dengan cara sebagai berikut: Beraman dengan perkembangan sel-sel trofoblas dari sebuah ovum yang baru dibuahi, hormone human chorionic gonadotropin disekresi oleh sel-sel sinsitial trofoblas ke dalam cairan ibu. Sekresi hormone ini dapat diukur pertamakali dalam darah 8 sampai 9 hari setelah ovulasi, segera setelah blastokista berimplantasi di endometrium. Kemudian kecepatan sekresi meningkat dengan cepat dan mencapai maksimum pada kira-kira10 sampai 12 hari kehamilan dan menurun kembali sampai kadar yang lebih rendah sampai menjelang 16 sampai 20 minggu. Sekresi terus berlanjut pada kadar ini selama sisa kehamilan. Fungsi Hormon Chorionic Gonadotropin. Human chorionic gonadotropin merupakan glikoprotein yang mempunyai berat molekul kira- kira 39.000 dan mempumyai struktur molekul dan fungsi yang sama dengan hormone lutein yang disekresi oleh kelenjar hipofisis. Sejauh ini, fungsinya yang terpenting adalah mencegah involusi korpus luteum pada akhir siklus seksual bulanan wanita. Sebaliknhya hormone ini akan menyebabkan korpus luteum menyekresi lebih banyak lagi hormone-hormon kelamin progesterone dan estrogen untuk beberapa bulan berikutnya. Hormon-hormon kelamin ini mencegah menstruasi dan menyebaban endometrium terus tumbuh dan menyimpan nutrisi dalam jumlah yang besar dan tidak dibuang menjadi darah menstruasi. Akibatnya, sel-sel yang menyerupai disidua yang berkembag dalam endometrium selama siklus seksual wanita normal menjadi sel-sel disidua yang sesungguhnya sangat membengkak dan banyak mengandung nutrisi kira-kira pada waktu blastokista berimplantasi. Dibawah pengaruh hormone human chorionic gonadotropin korpus luteum di dalam ovarium ibu tumbuh kira-kira dua kali dari ukran awalnya menjelang satu bulan atau lebih setelah kehamilan dimulai, dan estrogen dan progesterone yang terus menerus disekresi akan mempertahankan sifat asli desidua endometrium uterus yang diperlukan pada awal perkembangan fetus. Bila korpus luteum dibuang sebelum kira-kira minggu ke-7 kehamilan, biasanya hamper selalu terjadi abortus spontan, dan kadang-kadang bahkan sampai minggu ke 12. Setelah waktu ini, plasenta itu sendiri akan menyekresikan sejumlah progesterone dan estrogen yang cukup untuk memperthankan kehamilan selama sisa periode kehamilan. Korpus luteum kemudian mengalami involusi secara perlahan setelah kehamilan berusia 13 sampai 17 minggu. Efek Human Chorionic Gonadotropin Pada Testis Janin Human chorionic gonadotropin juga menimbulkan efek perangsangan sel-sel interstesial testis fetus pria, sehingga mengakibatkan pembentukan testosterone pada fetus pria sampai waktu lahir. Sekresi testosterone dalam jumlah yang sedikit ini selama kehamilan merupakan faktor yang menyebabkan tumbuhnya organ-organ kelamin pria dan bukan organ-organ kelamin wanita pada fetus Mendekati akhir kehamilan. Testosterone yang disekresikan oleh testis fetus juga menyebabk an desensus testis ke dalam skrotum. Sekresi Estrogen oleh Plasenta Plasenta, seperti korpus luteum menyekresikan estrogen dan progesterone. Penelitian histokimia dan fisiologi menunjukkan kedua hormone ini, seperti kebanyakan hormone plasenta yang lain, yang juga disekresi oleh sel-sel sinsisial trofoblas plasenta. Menjelang akhir usia kehamilan, pembentukan estrogen plasenta setiap hari meningkat menjadi 30 kali kadar produksi ibu yang normal. Akan tetapi, sekresi estrogen oleh ovarium. Yang paling penting, estrogen yang disekresikan oleh plasenta tidak disintesis secara de novo dari zat-zat dasar dalam plasenta. Sebaliknya, estrogen hampir seluruhnya dibentuk dari senyawa steroid androgen, dehidroepiandrosteron dan 16 hidroksidehidroepiandrosteron, yang dibentuk di kelenjar adrenal ibu dan juga di kelenjar adrenal fetus. Androgen yang lemah ini kemudian ditranspor oleh darah ke plasenta dan diubah oleh sel-sel trofoblas menjadi estradiol, estron dan estriol. (Korteks kelenjar adrenal fetus sangat besar, dan kira-kira 80 persen terdiri dari sesuatu yang disebut zona fetus, yang fungsi utamanya adalah menyeksresi dehidropianddrosteron selama kehamilan). Fungsi Estrogen dalam Kehamilan Hormon estrogen terutama berfungsi proliferative pada sebagian besar organ reprodeuksi dan organ penyertanya. Selam kehamilan, jumlah estrogen yag sangat berlebihan akan menyebabkan (1) perbesaran uterus, (2) perbesaran payudara dan pertumbuhan struktur duktus payudara ibu, dan (3) pembedaran genetalia eksterna wanita. Estrogen juga merelaksasi ligamentum pelvis, sehinga persendian sakroiliaka menjadi relative lentur dan simfis pubis menjadi elastis. Perubahan ini akan mempermudah pasase fetus melalui jalan lahir. Ada banyak alasan mempercayai bahwa estrogen juga mempengaruhi banyak aspek umum perkembangan fetus selama kehamilan, sebagai contoh, memengaruhi kecepatan reproduksi sel pada embrio awal. Sekresi Progesterone oleh Plasenta Progestron juga penting untuk berhasilnya suatu kehamilan-kenyataanya hormone ini sama pentingnya seperti estrogen. Selian disekresikan dalam jumlah cukup banyak oleh korpus luteum pada awal kehamilan, progeteron juga nantinya disekresikan dalam jumlah banyak oleh plasenta, kira-kira 10 kali lipat selama kehamilan. Pengaruh-pengaruh khusus progesterone yang penting untuk kemajuan kehamilan yang normal adalah sebagai berikut: 1. Progesteron menyebabkan sel-sel desidua tumbuh di endometrium uterus, dan sel- sel ini memainkan peranan penting dalam nutrisi embrio awal. 2. Progesteron menurunkan kontrakitilitas uterus gravid, jadi mencegah kontraksi uterus yang menyebabkan abortus spontan. 3. Progesteron juga membantu perkembangan hasil konsepsi bahkan sebelum implantasi, karena progesterone secara khusus meningkatkan sekresi tubafallopii dan uterus ibu untuk menyediakan bahan nutrisi yang sesuai untuk perkembangan morula dan blastokista. Selain itu, ada beberapa ada beberapa alasn untuk mempercayai bahwa progesterone bahkan memengaruhi pembelahan sel pada awal perkembangan embrio. 4. Progesteron yang disekresikan selama kehamilan juga membantu estrogen mempersiapkan payudara ibu untuk laktasi.
Human Chorionic Somatomammotropin Telah ditemukan hormone plasnta yang leih baru yang disebut human chorionic somatomammotropin. Hormon ini merupakan protein yang mempunyai beratmolekul kira- kira 38.000 dan mulai disekresikan oleh plasenta kira-kira minggu ke lima kehamilan. Sekresi hormone ini meningkat secara progresif sepanjang sisa masa kehamilan berbanding langsung dengan berat plasenta. Walaupun fungsi koroniorik somatomammotropin masih belum pasti, hormone ini disekresikan dalam jumlah beberapa kali lebih besar daripada gabungan semua hormone-hormon kelamin yang lain. Hormon ini mempunyai beberapa fungsi penting. Pertama, bila diberikan pada beberapa jenis hewan tingkat rendah yang berbeda, human chorionic somatomammotropin sedikitnya akan menyebabkan perkembangan sebagian payudara hewan dan pada beberapa keadaan akan menyebabkan laktasi. Karena ini merupakan fungsi hormone pertama yang ditemukan, maka hormone ini pertamakali dinamakan human placental lactogen dan diyakini mempunyai fungi yang sama dengan prolactin. Akan tetapi, usaha untuk meningktkan laktas manusia dengan hormone ini tidak berhasil. Kedua, hormone ini mempunyai kerja yang lemah yang serupa dengan hormone pertumbuhan, yang menyebabkan formasi protein dengan cara yang sama seperti hormone pertumbuhan. Hormon ini juga mempunyai struktur kimia yang sama dengan hormone pertumbuhan, tetapi dibutuhkan human chorionic somatomammotropin 100 kali lebih banyak daripada hormone pertumbuhan untuk meningkatkan pertumbuhan. Ketiga, human chorionic somatomammotropin menyebabkan penurunan sensitivitas insulin dan menurunkan penggunaan glukosa pada ibu, sehingga membuat jumlah glukosa yang tersedia untuk fetus lebih besar. Karena glukosa merupakan zat utama yang dipakai fetus untuk meningkatkan pertumbuhannya, maka arti pengaruh hormone ini menjadi jelas. Lebih lanjut hormone ini meningkatkan asam lemak bebas dari cadangan lemak ibu, sehingga menyediakan sumber energy pengganti untuk metabolisme ibu selama kehamilan. Oleh karena itu, tampak bahwa human chorionic somatomammotropin merupakan hormone metabolic umum yang mempunyai implikasi nutrisi khusus untuk ibu dan fetus.
Faktor-faktor Hormonal Lain dalam Kehamilan Hampir semua kelenjar endokrin nonseksual dari ibu juga memberi reaksi yang nyata pada kehamilan. Hal ini terutama akibat dari peningkatan beban metabolisme pada ibu tetapi juga, sebagian besar, dari efek hormone pada kelenjar hipofisis dan kelenjar-kelenjar lainnya. Beberapa efek yang paling tampak adalah sebagai berikut.
Sekresi Hipofisis. Kelenjar hipofisis anterior ibu membesar paling sedikit 50 persen selama kehamilan dan meningkatkan produksi kortikotropin, tirotropin, dan prolakin. Sebaliknya, sekresi hipofisis untuk hormone pernagsang folikel dan hormone lutein hampir secara total ditekan akibat efek penghambat estrogen dan progesterone dari plasenta.
Sekresi Kortikosteroid Kecepatan sekresi glukokortoid korteks adrenal mengalami peningkatan sedang selama kehamilan. Adalah mungkin bahwa glukokortikoid membantu mobilisasi asam-asam amino dari jaringan ibu sehingga asam-asam amino dari jaringan ibu sehingga asam-asam amino ini dapat dipakai untuk sintesis jaringan fetus. Pada wanita hamil, sekresi aldosterone biasanya meningkat sekitar dua kali lipat, mencapai puncaknya pada akhir kehamilan. Keadaan ini, bersama dengan kerja estrogen, menyebabkan kecenderungan wanita hamil normal untuk mereabsorbsi kelebihan natrium dari tubulus ginjal ibu, dan, oleh karena itu, retensi cairan biasanya akan mengarah ke hipertensi yang dipicu oleh kehamilan.
Sekresi Kelenjar Tiroid Kelenjar tiroid biasanya membesar sampai 50 selama kehamilan dan meningkatkan produksi tiroksin yang sesuai dengan pembesaran tersebut. Peningkatan pembentukan tiroksin paling sedikit disebabkan oleh efek ttirotropik human chorionic gonadotropin yang disekresi plasenta dan juga oleh sejumlah kecil hormone perangsang tiroid khusus, human chorionic tyrotropin, yang juga disekresi oleh plasenta.
Sekresi Kelenjar Paratiroid Kelenjar paratiroid biasanya juga membesar selama kehamilan, hal ini khususnya berlaku bila ibu mengalami defesiensi kalsium dalam makanannya. Pembesaran kelenjar ini menyebabkan absorpsi kalsium dari tulang ibu, sehingga mempertahankan konsentrasi ion kalsium normal dalam cairan ekstrasel ibu, bahkan ketika janin mengambil kalsium untuk osifikasi tulang-tulangnya sendiri. Sekresi hormone paratiroid ini bahkan lebih intensif selama laktasi setelah kelahiran bayi, untuk selanjutnya perkembangan bayi memerlukan kalsium beberapa kali lebih banyak daripada perkembangan fetus.
Sekresi Relaksin oleh Ovarium dan Plasenta Suatu zat tambahan lain disamping estrogen dan progesteron yaitu suatu hormone yang disebut relaksin, disekresikan oleh korpus luteum ovarium dan juga oleh jaringan plasenta. Sekresi relaksin ini ditingkatkan oleh efek merangsang dari human chorionic, gonadotropin pada saat yang sama dengan disekresikannya sejumlah besar estrogen dan progesterone oleh korpus luteum dan sekresi plasenta. Relaksin merupakan polipeptida yang mempunyai berat molekul sekitar 9000. Hormon ini bila disuntikkan akan menyebabkan relaksasi ligamentum-ligamentum simfisis pubis pada tikus dan marmot yang sedang birahi. Efek ini sangat sedikit atau bahkan tidak ada pada wanita hamil. Sebaliknyaperan ini terutama dimainkan oleh estrogen yang juga menyebabkan relaksasi ligamentum-ligamentum pelvikum. Selain itu, telah dikemukakan bahwa relaksin melunakkan serviks wanita hamil pada saat persalinan.