Вы находитесь на странице: 1из 25

PEMERIKSAAN URIN

B. TUJUAN PERCOBAAN
1. Makroskopis dan Mikroskopis urine
a. Umum
1. Untuk membantu mendiagnosa suatu penyakit.
2. Untuk flow-up penyakit penderita.
3. Mengetahui prognosa penyakit.
4. Mengenali faal dan fungsi organ dalam tubuh.
b. Khusus
1. Mengetahui adanya kelainan dalam fraktus urineorius dan urogenitaris.
2. Mengetahui adanya penyakit atau kelainan pada ginjal.
Untuk mengetahui adanya unsur-unsur yang berada dalam sedimen urine.
2. Protein Urine
Untuk mengetahui adanya protein dalam urine
3. Glukosa / Reduksi Urine
Mengetahui adanya glukosa dalam urine.
4. Bilirubin Urine
Untuk melihat adanya bilirubin dalam urine.

C. MANFAAT PERCOBAAN
1. Menambah wawasan bagi penulis dalam pemeriksaan urine secara makroskopik.
2. Memperdalam wawasan agar lebih mengetahui secara detail kelainan dalam urine
dengan penyakit yang menyebabkannya.
3. Sebagai masukan bagi pembaca dalam melaksanakan praktikum selanjutnya.

D. PRINSIP PRAKTIKUM
a) Makroskopis Urine
1. Analisa penyakit secara makroskopis menggunakan masing-masing alat sesuai
pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Untuk menggambarkan rupa urine harus dilakukan secepatnya setelah urine
dikeluarkan dengan cahaya tembus yang mana urine dinyatakan dengan kuning tua,
kuning muda dan ta berwarna.
3. Celupkan kertas indikator ke dalam urine dimana perubahan warna yang terjadi
menunjukkan pHnya, kertas itu kemudian dibandingkan dengan standar.
4. Adanya bau semula yang ada pada urine yaitu NH
3
cukup bermakna dalam membantu
diagnosa.
5. Bj urine diukur dengan urinometer yang mempunyai skala 1,000 1 (Bj aquades adalah
1000 pada temperatur 200C) dimana temperatur urine diperhatikan. Koreksinya
terhadap hasil yang diperoleh.
b) Mikroskopis urine
Untuk melihat adanya elemen-elemen (sel-sel, kristal-kristal dan sebagainya) dalam
urine maka dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop. Hal ini dikerjakan dengan
melakukan pemusingan pada kecepatan tertentu dan waktu tertentu sehingga elemen-
elemen tersebut terpisah dari larutan supernatannya.
c) Protein Urine
Tes dengan asan sulfosalicyl 20% : Adanya protein dalam urine dinyatakan dengan
timbulnya kekeruhan setelah penambahan asam sulfosalicyl 20%.
Tes dengan asam acetat 6% : untuk menyatakan adanya protein dalam urine
berdasar pada timbulnya kekeruhan. Pemberian asam asetat 6% akan lebih
mendekatkan pada titik isoelektris. Sedangkan pemanasan selanjutnya untuk
mengadakan denaturasi sehingga terjadilah presipitasi yang dinilai secara
semikuantitatif.
d) Reduksi Urine
Zat pereduksi dalam urine dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dlama larutan basa,
seperti Cu, Bi, Hg, Fe.
Dalam tes benedict dan fehling, glukosa dan bahan-bahan pereduksi dalam urine akan
mereduksi cupri sulfat yang berwarna biru menjadi endapan cupro oksida yang
berwarna merah dalam suasan alkali.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. Makroskopis dan Mikroskopis urine
Urine adalah suatu larutan kompleks yang mengandung bahan-bahan organik dan
anorganik sisa dari metabolisme tubuh yang di filtrasi oleh gamerolus ginjal dan
dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih. Dalam pemeriksaan urine secara
makroskopik yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH
urine.
Pengukuran volume urine berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif
atau semi kuantitatif suatu zat dalam urine, dan untuk menentukan kelainan dalam
keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urine yang dikerjakan bersama
dengan berat jenis urine bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak
sekali faktoryang mempengaruhi volume urine seperti umur, berat badan, jenis kelamin,
makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan.
Rata-rata didaerah tropik volume urine dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang
dewasa. Bila didapatkan volume urine selama 24 jam.
Lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada
keadaan fisiologik seperti pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman
yang mempunyai efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh
perubahan patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi,
pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urine selama 24 jam 300--750 ml maka
keadaan ini dikatakan oliguri.Keadaan ini mungkin didapat pada diarrhea, muntah -
muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah
urine selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock dan
kegagalan ginjal. Jumlah urine siang 12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali
lebih banyak dari urine malam 12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut
nokturia, seperti didapat pada diabetes mellitus.
Pemeriksaan terhadap warna urine mempunyai makna karena kadang-kadang
dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urine dinyatakan dengan tidak berwarna,
kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat, hijau, putih
susu dan sebagainya. Warna urine dipengaruhi oleh kepekatan urine, obat yang
dimakan maupun makanan. Pada umumnya warna ditentukan oleh kepekatan urine,
makin banyak diuresa makin muda warna urine itu. Warna normal urine berkisar antara
kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh beberapa macam zat warna seperti
urochrom, urobilin dan porphyrin. Bila didapatkan perubahan warna mungkin
disebabkan oleh zat warna yang normal ada dalam jumlah besar, seperti urobilin
menyebabkan warna coklat. Disamping itu perlu dipertimbangkan kemungkinan adanya
zat warna abnormal, seperti hemoglobin yang menyebabkan warna merah dan bilirubin
yang menyebabkan warna coklat. Warna urine yang dapat disebabkan oleh jenis
makanan atau obat yang diberikan kepada orang sakit seperti obat dirivat fenol yang
memberikan warna coklat kehitaman pada urine.
Kejernihan dinyatakan dengan salah satu pendapat sepertijernih, agak keruh,
keruh atau sangat keruh. Biasanya urine segar pada orang normal jernih. Kekeruhan
ringan disebutnubeculayangterdiri dari lendir, sel epitel dan leukosit yang lambat laun
mengendap. Dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang mengendap dan
bakteri dari botol penampung. Urine yang telah keruh pada waktu dikeluarkan dapat
disebabkanoleh chilus, bakteri, sedimen seperti epitel, leukosit dan eritrosit dalam
jumlah banyak.Pemeriksaan berat jenis urine bertalian dengan faal pemekatan ginjal,
dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling, drop, gravimetri,
menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens pita'. Berat jenis urine sewaktu
padaorang normal antara 1,003 - 1,030. Berat jenis urine herhubungan erat dengan
diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat
urine makintinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal.
Urine sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal
pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan
dehidrasi. Sedangkan berat jenis urine kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake
cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
Untuk menilai bau urine dipakai urine segar, yang perlu diperhatikan adalah bau
yang abnormal. Bau urine normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, pate,
obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak
disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urine yang
dibiarkan tanpapengawet. Adanya urine yang berbau busuk dari semula dapat berasal
dari perombakan protein dalam saluran kemih misalnya pada karsinoma saluran kemih.
Penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa, kerena dapat
memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urine normal berkisar antar 4,5 - 8,0.
Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih dapat memberi petunjuk ke arah
etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urine bereaksi asam, sedangkan
pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak
akan menyebabkan urine bersifat basa. Dalam pengobatan batu karbonat atau kalsium
fosfat urine dipertahankan asam, sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat
atau oksalat pH urine sebaiknya dipertahankan basa.
Nilai normal urine
1. Volume = + 1,5 2 L per hari.
2. Warna = Kuning
3. Kejernihan atau kekeruhan = jernih
4. Berat Jenis Urinometer = 1,015 1,025
Berat jenis refraktometer = 1,002 1,030
5. Bau = amoniak
6. pH = 7,0 7,5

2. Protein Urine
Adanya protein dalam urine dinyatakan berdasarkan timbulnya kekeruhan setelah
penambahan sulfosalisil 20% dan asam asetat 6%. Karena padatnya atau kasarnya
kekeruhan sehingga menggunakan sampel urine yang jernih betul. Pemeriksaan
terhadap protein urine termasuk pemeriksaan rutin untuk menyatakan adanya
kekeruhan. Sampel yang digunakan pada percobaan harus urine yg jernih betul untuk
menjadi syarat penting terhadap tes tes protein. Jika urine yang akan diperiksa jernih,
boleh terus dipakai, kalau keruh pakailah cairan atas dari urine pusingkan atau fitrat
urine.
3. Glukosa / reduksi Urine
Prinsip dalam pemeriksaan ini, yaitu zat pereduksi dalam urine dapat mereduksi
ion-ion logam tertentu dalam larutan basa seperti Cu, Bi, Hg dan Fe, dalam test
Benedict dan fehling. Glukosa dan bahan-bahan pereduksi dalam urine akan mereduksi
sulfat yang berwarna biru menjadi endapan sukrooksida yang berwarna merah dalam
suasana alkali. Pemeriksaan terhadap adanya glukosa dalam urine termasuk
pemeriksaan penyaring. Menyatakan adanya glukosa dapat dilakukan dengan cara
yang berbeda-beda asasnya. Cara yang tidak spesifik menggunakan sifat glukosa
sebagai zat pereduksi. Pada tes-test semacam itu terdapat suatu zat dalam reagens
yang berubah sifat dan warnanya jika direduksi oleh glukosa. Di antara banyak macam
reagens yang dapat dipakai untuk menyatakan adanya reduksi yang mengandung
garam cuprilah banyak dipergunakan.
Glukosuria dapat dibuktikan juga dengan cara spesifik yang menggunakan enzim
glukosa-oxidasa untuk merintis serentetan reaksi dan berakhir dengan perubahan
warna dalam reagens yang digunakan.
Salah satu reagens yang digunakan yaitu reagens kualitatif Benedict, dengan komposisi
sebagai berikut:
CuSO
4
.5H
2
O 17,3 gram;
Na
3
C
6
H
5
O
7
.2H
2
O 173,0 gram;
Na
2
CO
3
.10aq 100 gram;
Aquadest ad 1.000 ml.
Karena hasil disebut dengan cara semikuantitatif, perbandingan banyak reagens dan
urine penting dalam melakukan test ini. Untuk menghemat reagens test ini sering
dijalankan dengan 2,5 ml reagens dan 3-4 tetes urine; hasilnya tidak jauh berbeda. Air
tempat memasukkan tabung reaksi harus mendidih betul; salah jika hanya memakai air
yang panas saja. Jika hanya akan memeriksa satu dua pemeriksaan reduksi,
pemanasan boleh dilakukan juga denga nyala api; dalam hal itu isi tabung harus
perlahan-lahan mendidih selama 2 menit penuh. Cara menilai hasil yang menyimpang
dari yang disebut tadi janganlah dipakai. Melaporkan hasil dengan misalnya +, zwak +,
nareductie, dan sebagainya, tidak dapat dibenarkan. Di antara reagensia yang
mengandung garam cupri untuk menyatakan reduksi, reagens Benedictlah yang
terbaik. Biarpun begitu, selalu hendaknya diingat bahwa yang ditentukan ialah sifat
reduksi sesuatu zat saja, yang tidak selalu berarti glukosa. Juga monosacharida lain,
seperti galaktosa, fruktosa, dan pentose, disacharida seperti laktosa dan beberapa zat
bukan gula seperti asam homogentisat dan alkapton dapat mengadakan reduksi. Zat
bukan gula dalam urine yang mungkin mengandakan reduksi, misalnya: formalin
(pengawet), glucoronat-glucoronat (hasil konjugasi dal;am hati dengan macam-macam
zat dan obat-obat seperti streptomycin), salicylat-saliculat dalam kadar tinggi, vitamin C,
dan sebagainya. Jika urine banyak mengandung albumin, yaitu dengan reaksi 3+ atau
4+, buanglah dulu albumi itu karena mungkin jumlah besar albumin dapat mengadakan
reduksi pula. Caranya ialah dengan memasak urine seperti pada test pemanasan
dengan asam asetat, kemudian menyaringnya. Filtrate dipakai untuk pemeriksaan
reduksi. Jika ingin memastikan bahwa reduksi disebabkan oleh glukosa, lakukanlah test
dengan fenilhidrazine untuk menyusun Kristal-kristal glukosazon yang mudah
diidentifikasi, atau lakukanlah test terhadap glukosa dengan reagens yang berisi
glukosa-oxidasa. Untuk membuktikan adanya gula-gula lain dapat dijalankan test-test
khusus terhadap, misalnya galaktosa, pentose, fruktosa dan laktosa. Reagens lain-lain
seperti Fehling, Nylander dan lain-lain, untuk memeriksa reduksi dalam urine tidak
dianjurkan untuk pekerjaan sehari-hari, meskipun dalam keadaan tertentu masih ada
juga gunanya.
4. Bilirubin Urine.
Dalam keadaan patologik dapat dinyatakan adanya bilirubin dalam urine. Jika
urine dibiarkan sebagian kecil aripada bilirubin itu berubah menjadi biliverdin oleh
oxidasi; perubahan itu mencepat oleh sinar matahari. Secara normal, bilirubin tidak
dijumpai di urine. Bilirubin terbentuk dari penguraian hemoglobin dan ditranspor ke hati,
tempat bilirubin berkonjugasi dan diekskresi dalam bentuk empedu. Bilirubin
terkonjugasi (bilirubin direk) ini larut dalam air dan diekskresikan ke dalam urine jika
terjadi peningkatan kadar di serum. Bilirubin tak terkonjugasi (bilirubin indirek) bersifat
larut dalam lemak, sehingga tidak dapat diekskresikan ke dalam urine. Diantara banyak
macam test untuk menyatakan adanya bilirubin,terdapat 4 test dalam pemeriksaan
bilirubin yaitu test busa,test Harrison,test lugol iodine dan test gemelin. Dari keempat
test ini mempunyai prinsip masing-masing.Pada test busa prinspnya adanya bilirubin
dalam urine bila dilakukan pengocokan akan timbul busa warna kuning yang tidak
segera hilang, pada test Harrison adanya bilirubin dalam urine akan dioxidasi oleh
reagen fouchet menjadi biliverdin yang berwarna hijau dimana sebelumnya bilirubin
diendapkan oleh barium klorida (BaCL
2
),pada test lugol iodin dimana iodine
ditambahkan kedalam urine yang mengandung pigmen empedu akan membentuk
warna hijau/peristiwa oxidasi sedangkan pada test gemelin adanya bilirubin dalam urine
akan dioxsidasi oleh reagen asam nitrat menjadi warna pelangi.
BAB III
METODE KERJA

1. Makroskopis Urin
a. Menentukan Kejernihan dan warna
1) Prinsip : Untuk menggambarkan rupa urin harus dilakukan secepatnya setelah
urin dikeluarkan denga cahaya tembus, yang mana urin dinyatakan dengan kuning
muda , kuning tua, oklat / tak berwarna, juga urin itu dinyatakan dengan jernih atau
keruh pada waktu dikeluarkan.

2) Alat : - Tabung Reaksi
- Rak Tabung
3) Bahan : Urine
4) Prosedur Kerja :
- Isi tabung reaksi dengan 3/4 tabung.
- Tijaulah pada tebal lapisan 7-10 cm dengan cahaya tembus dalam sikap serong
- Untuk menentukan warna gunakan latar belakang warna putih.
- Untuk menentukan kejernihan dan kekeruhan gunakan latar belakang warna hitam.


b. Menentukan Bau
1) Prinsip : adanya bau yang semula ada, cukup bermakna dalam membantu
suatu diagnosa.
2) Alat : Tabung reaksi
3) Bahan : Urine
4) Prosedur Kerja :
- Isi tabung reksi dengan urine 3/4 penuh.
- Bauhilah dengan cara mengibas-kibaskan tangan agar uap dari urine dapat tercium.

c. Pemeriksaan Keasaman urine.
1) Prinsip : terjadinya perubahan warna pada kertas indikator yang sesuai dengan
warna standar menunjukkan pH urin tersebut.
2) Alat : - Tabung reaksi
- Rak tabung
- Kertas indicator pH
3) Bahan : Urine
4) Prosedur Kerja
- Isi tabung reaksi dengan urine bagian.
- Celupkan kertas indicator kedalam tabung.
- Bandingkan kertas indicator dengan warna standar.
- Kemudian catat pH yang dihasilkan.

d. Pemeriksaan BJ urine metode urinometer
1) Prinsip : Berat jenis urin diukur dengan alat urinometer, dimana suhu urin harus
diperhatikan koreksinya terhadap hasil yang diperoleh.
2) Alat : - Urinometer
- Gelas ukur
3) Bahan : Urine
4) Prosedur Kerja
- Tuanglah 40ml urine kedalam gelas ukur.
- Lepaskanlah secara perlahan Urinometer kedalam gelas ukur sehingga bebas dari
dinding gelas ukur.
- Untuk melepaskannya putar Urinometer dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk.
- Setelah Urinometer terapung di tengah-tengah dan tidak menempel pada dinding
tabung, bacalah berat jenis (BJ) tanpa paralaks pada miniskus bawah.

e. Pemeriksaan BJ urine metode refraktometer
1) Alat : - Refraktometer
- Pipet tetes
2) Bahan : Urine
3) Prosedur Kerja
- Siapkan refraktometer.
- Teteskan setetes urine ke bagian refraktometer.
- Atur pencahayaannya, lalu lihat secara visual (secara langsung).

Tata cara pembacaan hasil :
Urinometer yang dipakai hendaklah dilihat terlebih dahulu suhu teranya, biasanya pada
suhu antara 15
0
C dan 27
0
C.
Koreksi terhadap pembacaan hasil :
Suhu : setiap kenaikan atau penurunan 3
0
C 3
0
C dari suhu tera, hasil pembacaan
harus ditambah atau dikurangi 1 (0,001).


Bj Koreksi Suhu : Bj terbaca + suhu kamar suhu tera X 0,001
3

Rumus Tanpa Pengenceran :





Rumus dengan pengenceran :





X = tiga angka dibelakang decimal dari Bj terbaca.












Bj Koreksi Suhu : Bj koreksi pgncran + suhu kamarsuhu tera x 0,001
3

Rumus Bj koreksi Suhu :





2. Mikroskopis urine.
a. Prinsip : untuk melihat adanya elemen-elemen ( sel-sel kristal-kristal dan sebagainya)
dalam urin maka dilakukan pemeriksaan dibawah mikroskop. Hal ini dikerjakan dengan
melakukan pemusingan pada kecepatan tertentu dan waktu tertentu sehingga elemen-
elemen tersebut terpisah dari larutan supernatannya
b. Alat : - Tabung sentrifuge
- Sentrifuge
- Objek glass
- Deck glass
- Pipet tetes
- Botol/penampung urine
- Mikroskop
c. Bahan : Urine sewaktu
d. Prosedur Kerja :
- Kocoklah urine secara pelan-pelan
- Masukkan urin kedalam tabung sentrifuge + penuh.
- Pusing selama 5 menit dengan kecepatan 1.500-2.000 Rpm.
- Buanglah supernatannya dengan cara membalikkan tabung sentrifuge secara cepat
dan tanpa ada getaran.
- Kocoklah tabung untuk mensuspensikan sedimen yang tertinggal di bawah dasar
tabung.










- Dengan menggunakan pipet tetes dan taruhlah 2 (dua) tetes sedimen terpisah ke atas
sebuah objek glass dan tutup dengan deck glass.
- Amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10x untuk mencari lapang
pandang,setelah itu rubah ke pembesaran 40x untuk melakukan pemeriksaan.
- Hitunglah dalam 10x lapang pandang.

Tata cara pembacaan hasil.
1) Jumlah unsur-unsur sedimen yang tampak dilaporkan secara semikuantitatif yaitu jumlah
rata-rata per lapang pandang kecil atau besar.
2) Jumlah silinder dilaporkan rata-rata perlapang pandang kecil 10x.
3) Jumlah rata-rata Eritrosit dan Leukosit dilaporkan dengan lapang pandang 40x.


4) Jumlah sel Epitel atau Kristal cukup di laporkan dengan tanda :
1. (-) : Tidak ada
2. (+) : Ada,Sedikit.
3. (++) : Ada sedang.
4. (+++) : Ada banyak.
5. (++++) : Banyak sekali

Harga Normal
Eritrosit : 0-1/lapang pandang kecil
Leukosit : 0-3/lapang pandang kecil

3. Protein Urine
Ada dua cara pemeriksaan;
1. Test dengan asam sulfosalisil 20%
a) Prinsip : adanya protein dalam urin dinyatakan dengan timbulnya kekeruhan setelah
penambahan asam sulfosalicyl 20%
b) Alat : - Tabung reaksi
- Rak tabung
- Bunzen
- Penjepit tabung
c) Bahan : Urine sewaktu
d) Reagen : Asam sulfosalicyl 20 %
e) Cara kerja :
- Siapkan 2 tabung reaksi, masing masing diisi dengan 2 ml urine jernih
- Tabung pertama ditetesi 8 tetes asam sufoslicyl 20% lalu dikocok.
- Bandingkan isi tabung I dengan tabung II dan dinilai secara semikuantitatif
- Untuk membedakan adanya protein albumin, globulin dan protein Bance Jones panasi
tabung I diatas nyala api sampai mendidih dan kemudian dinginkan kembali dengan air
mengalir.
1) Jika kekeruhan tetap ada waktu pemanasan setelah didinginkan berarti tes terhadsp
protein + protein mungkin albumin/globulinmungkin keduanya
2) Jika kekeruhan hilang waktu pemanasan, tetapi muncul lagi setelah dingin, mungkin
penyebabnya protein Bence Jones, dan perlu di selidiki lebih lanjut.

2. Test dengan asam asetat 6%
a) Prinsip : Untuk menyatakan adanya perotein dalam urin berdasarkan pada timbunya
kekeruhan. Pemberian asat asetat 6 % akan lebih mendekatan ke titik isoelektrik.
Sedangkan pemanasan selanjutnya untuk mengadakan denaturisasi sehingga
terjadilah presipitasi yang dinilai secara semikuantitatif.
b) Alat : - Tabung reaksi
- Rak tabung
- Bunzen
- Penjepit tabung
c) Bahan : Urine sewaktu
d) Reagen : Asam asetat 6%
e) Cara kerja :
- Masukan urine jernih kedalam tabung reaksi 2/3 penuh dengan memegang tabung
reaksi pada ujung bawah, lapisan atas urine dipanasi dengan nyala api sampai
mendidih selama 30 detik.
- Perhatikan terjadinya kekeruhan dilapisan atas urine itu, dengan membanding
jernihnya dengan bagian bawah yang tidak dipanasi.
- Jika terjadi kekeruhan, mungkin ia disebabkan oleh protein tapi mungkin juga oleh Ca
phosphat/Ca karbonat
- Kemudian teteskanlah ke dalam urine yang masih panas itu 3-5 tetes asam asetat 6%
- Jika kekeruhan itu lenyap dan timbul gas, kekeruhan tersebut disebabkan oleh Ca
carbonat.
- Jika kekeruhan tetap ada atau menjadi lebih keruh lagi, tes terhadap protein ini
+,panasilah sekali lagi lapisan itu sampai mendidih dan kemudian kemudian berilah
penilaian semi kuatitatif pada hasilnya.
3. Test dengan metode Heller
a) Prinsip : Protein dalam urine mengalami denaturasi oleh asam nitrat pekat yang
tampak sebagai cincin putih pada perbatasan kedua cairan
b) Alat : - Tabung reaksi
- Rak tabung
- Bunzen
- Penjepit tabung
c) Bahan : Urine sewaktu
d) Reagen : HNO3 Pekat
e) Cara kerja :
- Masukan 3ml asam nitrat pekat kedalam tabung reaksi melalui dinding tabung yang
dimiringkan.
- Tambahkan 3ml urine dengan menggunakan pipete mohr melalui dinding tabung
sehingga kedua cairan tidak langsung bercampur
- Perhatikan cincin putih yang terbentuk.
- Cincin putih menunjukan adanya urea, asam urat, dan garamnya.

TATA CARA PEMBACAAN HASIL / INTERPRESTASI HASIL
1. Untuk menguji adanya kekeruhan, periksalah tabung itu dengan cahaya berpantul
dengan latar belakang hitam
2. Penilaian hasil pemeriksaan secara semikuantitatif dinyatakan sebagai berikut
- - (negatif) : tidak ada kekeruhan sedikitpun juga
- +1 (positif 1) : ada kekeruhan ringan tanpa butir butir (kadar protein 0,01
0,05%)
- +2 (positif 2) : kekeruhan mudah dilihat dan tampak butir butir dalam kekeruhan
(kadar 0,05 0,2 %)
- +3 (positif 3) : urine jelas keruh dan kekeruhan berkeping keeping (kadar protein
0,2 0,5 % )
- +4 (positif 4) : urine sangat keruh dan kekeruhanya berkeping keeping besar/
mengumpal / memadat (kadar protein lebih dari 0,5 %) .

4. Glukosa / Reduksi Urine
Dalam pemeriksaan glukosa urine, ada dua cara penentuan:
1. Tes Benedict
a) Prinsip :
Zat pereduksi dalam urin dapat meruduksi ion ion logam tertentu dalam basa seperti
Cu, Bi, Hg, Fe.
Dalam test benedict dan Fehling glukosa dan bahan-bahan pereduksi dalam urin akan
mereduksi cupri sulfat yang berwarna biru menjadi cupro oksida yag berwarna merah
dalam suasana alkali
b) Alat : - Bunsen
- Kaki tiga
- Penjepit tabung
- Pipet tetes
- Pipet ukur 5ml
- Rak tabung
- Tabung reaksi
- Timer
- Wadah penampung urine
- Water bath
c) Bahan : Urine sewaktu/urine segar
d) Reagen : Benedict
Cuffer sulfat (CuSO
4
.5H
2
O)...17,3 gram
Tri sodium citrat (Na
3
C
6
H
5
O
7
.2H
2
O)...17,3 gr.
Sodium carbonat (Na2CO3 anhydrous)..100 gram
Aquades 1000ml

e) Cara Kerja :
- Masukkanlah 5ml reagens Benedict ke dalam tabung reaksi.
- Teteskan sebanyak 5-8 tetes (jangan lebih!) urine ke dalam tabung itu.
- Panaskan langsung diatas api samapi mendidih salama 2 menit / Masukkanlah tabung
itu kie dalam air mendidih selama 5 menit.
- Angkatlah tabung, kocoklah isinya serta dinginkan dalam suhu kamar.
- Bacalah hasil reduksinya.
2. Tes Fehling
a) Alat : - Bunsen
- Kaki tiga
- Penjepit tabung
- Pipet tetes
- Pipet ukur 5ml
- Rak tabung
- Tabung reaksi
- Timer
- Wadah penampung urine
- Water bath
b) Bahan : Urine sewaktu/urine segar
c) Reagen : Fehling A
Cuffer sulfat (CuSO4.5H2O).......35 gr
Aquades add............................. 1000ml
Fehling B
Garam Seignetti (lartratis kalico.natrici)17,3 gr
Hydrastis natrici .......................50-60 gr
Aquades ................................... 1000ml
d) Cara Kerja :
- Siapkan tabung reaksi yang bersih, masukkan 2 ml reagen Fehling A, kemudian
tambahkan dengan 2 ml reagen Fehling B.
- Masukkan 1 ml urine ke dalam tabung.
- Campu baik baik anaskan sampai mendidih
- Jauhkan dari api kocoklah, baca hasilnya.

5. Bilirubin Urine
Dalam pemeriksaan bilirubin urine, ada tiga cara penentuan:
1. Tes Busa
a) Prinsip : bilirubin dalam urin bila dikocok akan timbul busa kuning yang tak segera
hilang.

b) Alat : - Tabung reaksi
- Rak tabung
c) Bahan : 5 ml urine segar.
d) Cara Kerja
- 5 ml urine segar dimasukan kedalam tabung reaksi dan dikocok secara kuat.
- Kemungkinan adanya bilirubin dilihat dari adanya busa berwarna kuning.

2. Tes lugol iodin
a) Prinsip : Dalam urin yang mengandung pigmen empedu akan membentuk warna hijau /
peristiwa oksidasi.
b) Alat : - Tabung reaksi
- Rak tabung
- Gelas ukur 10 ml
- Pipet tetes
c) Bahan : 4 ml urine
d) Reagen : Lugol Iodin
Komposisi Lugol Iodin
Iodium 1 gr
KI 2 gr
Aquadest 100 ml
e) Cara kerja
- 4 ml urine dimasukan kedalam tabung reaksi lalu tambahkan 4 tetes larutan lugol
iodine.
- Kocoklah tabung perlahan-lahan.
- Lihatlah perubahan warna yang terjadi setelah beberapa saat.
f) Pembacaan hasil
Positif ( + ) : Warna hijau
Negatif ( - ) : Warna kekuningan/coklat

3. Test Glimelin
a) Prinsip : Adanya bilirubin urin akan dioksidasi oleh asam nitrat menjadi warna
pelangi.
b) Alat : - Tabung reaksi
- Rak tabung
c) Bahan : 2 ml urine
d) Reagen : Asam Nitrat pekat (HNO
3
)
e) Cara Kerja :
- 2 ml urine dimasukan kedalam tabung reaksi.
- Tambahkan tetes demi tetes larutan asam nitrat pekat sebanyak 1-2 ml. Penetesan
dilakukan melalui dinding tabung.
- Perhatikan warna yang terjadi setelah penambahan asam nitrat pekat. Letakan tabung
dalam sikap tegak dan tanpa getaran.

f) Pembacaan hasil
Hasil positif ( + ) dilihat dari adanya cincin berwarna pelangi.




BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Data pengamatan
a) Makroskopis Urine

Nama pasien : NN Fransiska Yulia
Mahat
Umur : 18 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan


Probandus :



Warna : Kuning Muda
Bau : Amoniak
Kejernihan : Jernih
Volume : 130 ml
Keasaman : 7,0
Berat jenis : Urinometer : 1,011
Keterangan
Suhu kamar : 27
0
C
Suhu tera : 20
0
C
Bj Terbaca = 1,009 (Bj normal Urine sewaktu )
Rumus tanpa pengenceran



















b) Mikroskopis Urine
Setelah dilakukan pengamatan sebanyak 10x lapang pandang ditemukan:
Sel epitel : (+)
Erytrosit : 0-2/lapang pandang
Serat tumbuhan : (+)
Benang lendir : (+)


c) Pemeriksaan Protein Urine

Nama pasien : Tn Boby Lien
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki


Probandus :








d) Pemeriksaan Glukosa / Reduksi Urine

Nama pasien : Tn Boby Lien
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Laki-Laki


Probandus :





Pengamatan Uji Fehling Ui Benedict
Tabung 1 Hijau kekuning-kuningan -
Tabung 2 Kuning keruh -
Tabung 3 Lumpur keruh -
Tabung 4 Merah keruh -


Pengamatan Tes Asam Sulfosalicyl 20% Tes Asam Acetat 6% Metode Heller
Kekeruhan Tabung 1 TIDAK KERUH Keruh setelah dipanasi,
+ asam asetat
kekeruhan hilang
_
Gas - - Ada gas
Cincin - - Terdapat cincin
ungu
e) Bilirubin Urine

Nama pasien : nn. Lucia M. Wain
Umur : 20 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan


Probandus :




Tes Pengamatan
Busa

Terdapat busa warna putih Negatif
Lugol

Warna coklat Negatif
Glimelin

Tidak ada cincin pelangi Negatif
Horison

Tidak terjadi perubahan warna Negatif










B. Pembahasan
a) Makroskopis dan mikroskopis urine
Pemeriksaan makroskopik Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan,
berat jenis, bau dan pH urine. Pengukuran volume urine berguna untuk menafsirkan
hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urine, dan untuk
menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran volume urine
yang dikerjakan bersamaan dengan berat jenis urine bermanfaat untuk menentukan
gangguan faal ginjal . Apabila ditemukan kelainan dalam pemeriksaan urine maka
orang tersebut kemungkinan terkena suatu penyakit atau gangguan dari saluran ureter
atau faal ginjal. Sedangkan untuk pemeriksaan mikroskopis urine Pemeriksaan
mikroskopik yang diperiksa adalah. pemeriksaan sedimen urine. Ini penting untuk
mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya
penyakit.Apabila ditemukan kelainan dalam pemeriksaan urine maka orang tersebut
kemungkinan terkena suatu penyakit atau gangguan dari saluran ureter atau faal ginjal.
b) Protein Urine
Test dengan asam sulfosalicyl tidak ada protein hal ini ditandai dengan
tidak adanya kekeruhan. Test dengan asam asetat, setelah dipanasi adanya
kekeruhan, hal ini mungkin disebabkan oleh calsium fosfat atau Ca Karbonat. Dan
setelah ditetesi dengan asam asetat 6 % kekeruhan hilang, hal ini disebabkan adanya
Calsium karbonat. Dengan metode Heller terbentuk cincin ungu kemudian selang
beberapa menit terbentuk gas-gas kecil di atas permukaan. Kekeruhan yang sangat
ringan sukar dilihat, mungkin disebabkan tabung yang digunakan tidak bagus atau telah
tergores. Sumber reaksi negatif palsu pada pemanasan dengan asam asetat ialah
pemberian asam asetat yang berlebihan.
c) Glukosa / reduksi urine
Pada percobaan diatas digunakan 2 sampel urine, sampel A sampel
urine laki-laki dewasa (56 tahun) sampel B sampel urine wanita (19 tahun). Pada hasil
percobaan yang didapat sampel B negatif, urine pasien tidak mengandung glukosa,
urine menjadi warna biru setelah di uji dengan test benedict, sedangkan sampel A hasil
yang didapat yaitu positif dalam urine mengandung glukosa setelah di uji dengan uji
Fehling.
d) Bilirubin urine
Pada percobaan di atas menggunakan 3 metode pemeriksaan yaitu, Tes
Busa, Tes Lugol Iodin, Tes Glimelin dan metode Horisson. Hasil yang di dapat yaitu :
dengan tes busa setelah dilakukan pengocokkan pada sampel urine dalam tabung urine
berbusa warna putih, demikian pula dengan tes lugol iodin hasil yang diperoleh yaitu
urine berwarna coklat tidak menunjukkan adanya cincin pelangi demikian sebaliknya
terjadi pada tes glimelin tidak ada cincin pelangi. Test dengan metode horisson tidak
menunjukkan urine berwarna hijau setelah di uji mengunakan reagen Fouchet.

BAB V
PENUTUP


A. Kesimpulan
Dari hasil pemeriksaan yang telah dilakukan secara makroskopik dan mikroskopik urine
didapatkan hasil yang normal apabila dibandingkan dengan harga atau nilai nomal,
sehingga pasien di indikasi tidak menderita penyakit tertentu. Pemeriksaan protein
urine, dengan tes asam sulfosalicyl hasil negatif tidak ada protein yang terbentuk
demikian juga dengan test asam asetat hasil negatif. Jika kekeruhan tetap ada atau
menjadi keruh lagi (metode asam asetat) tes terhadap protein positif. Pemeriksaan
glukosa urine, dari dua sampel urine yang di uji sampel A positif terdapat glukosa
dengan tes Fehling, sedangkan sampel urine B hasilnya negatif tidak terdapat glukosa
dengan tes atau uji benedict. Pemeriksaan bilirubin urine, dari hasil percobaan di atas
dengan uji tes busa, tes lugol-iodin, tes glimelin dan metode horisson hasil negatif
sehingga tidak ada kadar bilirubin dalam urine.

B. Saran
a. Perhatikan kebersihan alat, bahan dan reagen yang digunakan, agar mengurangi resiko
kontaminasi.
b. Gunakan APD (Alat Pelindung Diri) dengan baik dan benar.
c. Sebaiknya sampel yang digunakan adalah sampel yang dicurigai positif agar dapat
membedakan hasil positif dan negative.
d. Diharapkan semua praktikan mengikuti praktikum ini
e. Sebaiknya siapkan reagen yang akan digunakan dengan lengkap agar bisa melakukan
semua test pada praktikum ini.

Вам также может понравиться