Вы находитесь на странице: 1из 30

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Anak yang sehat, cerdas, berpenampilan menarik, dan berakhlak mulia merupakan
dambaan setiap orang tua. Agar dapat mencapai hal tersebut terdapat berbagai kriteria
yang harus terpenuhi dalam pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satunya adalah
faktor keturunan atau genetika. Namun, selain faktor keturunan masih terdapat faktor lain
yang mempengaruhi kualitas seorang anak.
8,9
Kualitas seorang anak dapat dinilai dari proses tumbuh kembang. Proses tumbuh
kembang merupakan hasil interaksi faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor
genetik/keturunan adalah faktor yang berhubungan dengan gen yang berasal dari ayah
dani ibu, sedangkan faktor lingkungan meliputi lingkungan biologis, fisik, psikologis,
dan sosial. Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada
usia dini, yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase Golden
Age. Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi
kelainan. Selain itu, penanganan kelainan yang sesuai pada masa golden age dapat
meminimalisir kelainan pertumbuhan dan perkembangan anak sehingga kelaianan yang
bersifat permanen dapat dicegah.
8,9

Pemantauan tumbuh kembang anak meliputi pemantauan dari aspek fisik,
psikologi, dan sosial. Pemantauan tersebut harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan. Sedini mungkin pemantauan dapat dilakukan oleh orang tua. Selain
itu pemantauan juga dapat dilakukan oleh masyarakat melalui kegiatan posyandu dan
oleh guru di sekolah. Oleh karena itu, pengetahuan tentang deteksi dini pertumbuhan dan
perkembangan anak perlu dimiliki oleh orang tua, guru, dan masyarakat.
8,9

Angka kejadian terjadinya gangguan pertumbuhan dan perkembangan di amerika
serikat mencapai 15-18%. Keadaan ini memburuk diikuti tingginya angka tidak lulus
sekolah akibat kekurangan kemampuan untuk mengikuti yang mencapai 7-10%.
Diperkirakan secara global angka diatas akan meningkat melihat keadaan kondusif
lingkungan dinegara maju dibandongkan dengan Negara berkembang. Gangguan tumbuh
kembang sendiri di Indonesia masih tidak terdapat data yang akurat mengenai angka
prevalensi hal ini.
8,9

2

Prevalensi gangguan tumbuh kembang di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Kesehatan Balita di Jawa Tengah (2007), didapatkan bahwa gangguan motorik
halus atau kasar menempati prevalensi tertinggi kedua setelah masalah gizi pada balita
(>35%), prevalensi campak pada anak balita (3,4%), prevalensi diare yang terdeteksi
pada balita (16,7%). Data tersebut menggambarkan bahwa balita beresiko tinggi terjadi
masalah kesehatan. Berdasarkan penelitian Roesli (2009), tentang gambaran gangguan
motorik kasar pada balita yang diperiksakan di Puskesmas I Mranggen didapatkan bahwa
balita yang mengalami gangguan motorik kasar sebanyak (31,2%), motorik halus
(14,3%), sedangkan yang mengalami gangguan perkembangan stimulasi bahasa (19,1%),
dan yang mengalami gangguan perkembangan personal sosial (11,5%).
8,9




B. Tujuan
Penulisan referat ini bertujuan untuk mengetahui deteksi dini gangguan tumbuh
kembang anak pada masa emas kehidupan sehingga dapat dijadikan sebagai referensi
tambahan ilmu kesehatan anak dan dapat diimplementasikan secara praktis.

3

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel diseluruh bagian
tubuh yang secara kuantitatif dapat diukursedangkan perkembangan merupakan
bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh
kematangan dan belajar Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang
berbeda, keduanya tidak dapat berdiri sendiri tetapi saling berkaitan satu sama lain
sehingga hal tersebut tidak dapat dipisahkan. Diantara waktu yang paling cepat dalam
fase pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi dalam tahun pertama kehidupan
sehingga seyogyanya anak mulai diarahkan. Periode penting dalam tumbuh kembang
anak adalah masa bayi karena itu pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan anak selanjutnya.
10
Pada masa bayi ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran
sosial, emosional, intelegensi berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
pekembangan berikutnya. Perkembangan moral serta dasar kepribadian juga dibentuk
pada masa itu, sehingga setiap kelainan penyimpangan sekecil apapun apabila tidak
terdeteksi apalagi tidak ditangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya
manusia kelak kemudian hari Masa bayi merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak
yang sangat pesat dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode tumbuh kembang
anak pada masa balita merupakan pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
menentukan perkembangan kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan
perkembangan berikutnya.
8

B. Masa emas kehidupan
Masa anak usia dini sering disebut dengan istilah golden ageatau masa emas.
Pada masa ini hampir seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan
berkembang secara cepat dan hebat. Perkembangan setiap anak tidak sama karena
setiap individu memiliki perkembangan yang berbeda. Makanan yang bergizi dan
seimbang serta stimulasi yang intensif sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan
perkembangan tersebut. Apabila anak diberikan stimulasi secara intensif dari
4

lingkungannya, maka anak akan mampu menjalani tugas perkembangannya dengan
baik.
Proses perkembangan manusia secara utuh telah dimulai sejak janin dalam
kandungan ibunya dan memasuki usia emas (the golden age) sampai usia enam tahun.
Usia 0-6 tahun, merupakan masa peka bagi anak sehingga para ahli menyebutkan The
golden age, karena perkembangan kecerdasannya mengalami peningkatan yang sangat
signifikan Masa usia dini merupakan masa istimewa dalam kehidupan anak-anak,
karena merupakan masa pertumbuhan yang harus diperhatikan dan sekaligus masa yang
menyenangkan. Pada pendidikan anak usia dini, usia ini merupakan usia emas maka
harus di tulis dengan tinta emas, otak emas atau usia emas ini sangat penting karena
pada masa ini terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons
stimulasi yang datang dari lingkungannya.
8
Pertumbuhan yang terjadi semasa usia dini ini sangat cepat utamanya dalam
menunjang perkembangan kognitif , bahasa dan perilaku. Otak manusia saat awal
kehidupan hanya 50% dari kapasitas optimalnya, pertumbuhan terjadi sangat cepat dari
usia 0-5 tahun, hal ini dibuktikan pertumbuhan otak yang mencapai 90% saat usia 5
tahun. Proses pertumbuhan yang signifikan ini harus didukung dengan berbagai
stimulus dan nutrisi agar menjadi optimal. Pekembangan bahasa dan kognitif terjadi
pada masa emas kehidupan dimana terjadinya pertumbuhan otak, system saraf dan
system motoric anak itu sendiri.
8

Pada usia 0-1 tahun pertumbuhan pada system organ manusia terjadi secara
cepat,pertumbuhan pada otak mengalami puncanya pada usia ini. Keadaan
pertumbuhan otak pada usia ini akan menentukan kualitas hidup pada anak.
Pertumbuhan system oragan lain seperti musculoskeletal juga mengalami pertumbuhan
yang sangat signifikan pada usia ini. Pada usia 2-5 tahun pertumbuhan sudah cenderung
menurun apabila dibandingkan dengan usia sebelumnya. Proses pertumbuhan pada usia
ini lebih menekankan pada fungsi system organ, pemantangan system organ tersebut
dan bagaimana dalam melakukan fungsinya.
8

5


Gambar 1. Pertumbuhan sesuai usia
Perkembangan bahasa terjadi paling cepat terjadi antara usia 2-5 tahun.
Perbendaharaan kata bertambah dari 50-100 kata sampai 2000 lebih. Susunan kalimat
meningkat dari kalimat dua- dan tiga-kata sampai penggabungan semua aturan tata
bahasa. antara usia 2 sampai 5 tahun, jumlah kata-kata dalam kalimat yang khas sama
dengan usia anak (2 pada 2 tahun, 3 pada 3 tahun, dan selanjutnya). Pada usia 21 bulan
sampai 2 tahun, kebanyakan anak menggunakan kalimat posesif (ini bola saya),
progresif (saya sedang bermain), pertanyaan, dan kalimatb penolakan. Saat usia 4
tahun, kebanyakan anak dapat menghitung sampai 4 dan dapat menggunakan kalimat-
kalimat lampau, pada usia 5 tahun, anak dapat menggunakan kalimat-kalimat rencana
masa depan. Anak tidak bisa menggunakan bahasa kiasan, mereka hanya mengerti arti
langsung dari sebuah kata. Hal ini menunjukan perkembangan saat berhubungan
dengan pertumbuhan otak itu sendiri seiring pematangan organ-organ lain.
8

C. Tumbuh kembang masa emas kehidupan.
Masa bayi infancy umur 0 sampai 12 bulan. Masa ini terbagi atas dua periode
yaitu periode neonatalpada umur 0-28 hari.pada masa ini terjadi adaptasi yang
signifikanpada tubuh anak. Proses adaptasi terjadi lingkungan dan perubahan sirkulasi
tubuh terjadi Hal yang paling penting agar bayi lahir tumbuh dan berkembang menjadi
anak sehat adalah :
1
6

o Bayi lahir ditolong oleh tenaga kesehatan yang terlatih, di sarana
kesehatan yang memadai.
o Untuk mengantisipasi risiko buruk pada bayi saat dilahirkan, jangan
terlambat pergi ke sarana kesehatan bila dirasakan sudah saatnya untuk
melahirkan.
o Saat melahirkan sebaiknya didampingi oleh keluarga yang dapat
menenangkan perasaan ibu.
o Sambutlah kelahiran anak dengan perasaan penuh suka cita dan penuh
rasa syukur. Lingkungan yang seperti ini sangat membantu jiwa ibu dan
bayi yang dilahirkannya.
o Berikan ASI sesegera mungkin. Perhatikan refleks menghisap
diperhatikan oleh karena berhubungan dengan masalah pemberian ASI.
o Masa post (pasca) neonatal, umur 29 hari sampai 11 bulan.
Pada masa ini terjadi pertumbuhan yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara terus menerus terutama meningkatnya fungsi sistem saraf. Seorang
bayi sangat bergantung pada orang tua dan keluarga sebagai unit pertama yang
dikenalnya. Beruntunglah bayi yang mempunyai orang tua yang hidup rukun, bahagia
dan memberikan yang terbaik untuk anak. Pada masa ini, kebutuhan akan
pemeliharaan kesehatan bayi, mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan
penuh,diperkenalkan kepada makanan pendamping ASI sesuai umurnya, diberikan
imunisasi sesuai jadwal, mendapat pola asuh yang sesuai. Masa bayi adalah masa
dimana kontak erat antara ibu dan anak terjalin, sehingga dalam masa ini, pengaruh
ibu dalam mendidik anak sangat besar.
1

Tumbuh kembang pada masa anak 1- 2 tahun meliputi perkembangan fisik
pertumbuhan lebih lambat pada umur tahun ke dua dan nafsu makan menurun.
Lemak bayi dibakar oleh gerakan yang bertambah, lumbar lordosis berlebihan
membuat perut menonjol. Pertumbuhan otak, disertai mielinisasi yang berlanjut,
menghasilkan penambahan lingkar kepala lebih dari 2 cm dalam 1 tahun.
1

Setelah lahir terutama pada 3 tahun pertama kehidupan, pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak masih berlangsung; dan terjadi pertumbuhan serabut-
serabut syaraf dan cabang-cabangnya, sehingga terbentuk jaringan syaraf dan otak
yang kompleks. Jumlah dan pengaturan hubungan-hubungan antar sel syaraf ini akan
7

sangat mempengaruhi segala kinerja otak, mulai dari kemampuan belajar berjalan,
mengenal huruf, hingga bersosialisasi.
1

Sebagian besar anak mulai berjalan sendiri mendekati usia satu tahun, sebagian
lagi tidak dapat berjalan sampai usia 15 bulan. Bayi yang sangat aktif dan berani
cenderung berjalan lebih awal, bayi kurang aktif, lebih penakut dan yang terikat
dengan menyelidiki obyek-obyek secara terperinci barjalan lebih lambat. Berjalan
lebih awal tidak berkaitan dengan perkembangan di bidang-bidang lain.
1

Pertama, bayi berjalan tertatih-tatih, lutut membengkok dengan lengan di fleksi di
siku, seluruh batang tubuh berputar pada setiap langkah, jari kaki mungkin menunjuk
ke arah luar dan ke dalam dan kaki menempel pada lantai. Kemudian menuju
kemantapan yang lebih besar dan efisiensi tenaga. Setelah beberapa bulan latihan,
pusat gravitasi bergeser ke belakang dan batang tubuh berdiri lebih stabil, sementara
lutut ekstensi dan lengan mengayun ke samping untuk keseimbangan. Jari-jari kaki
ditahan sejajar dan anak itu dapat berhenti, berputar dan membungkuk tanpa jatuh.
1,2

Penjelajahan benda mempercepat jalannya karena pendekatan, pemegangan, dan
pelepasan hampir sepenuhnya matur dan berjalan bertambah ke hal-hal yang menarik.
Anak yang baru berjalan menggabungkan objek-objek dengan cara-cara baru untuk
menciptakan hal-hal menarik, seperti menumpuk balok-balok atau meletakan barang
ke dalam tempat kaset video. Alat-alat mainan juga lebih mungkin untuk digunakan
pada maksud-maksud tujuannya (sisir untuk rambut, cangkir untuk minum). Meniru
orang tua dan anak-anak yang lebih dewasa adalah cara belajar yang penting.
1,2

Perkembangan emosi mulai muncul pada usia ini Bayi-bayi yang berkembang
mendekati kejadian penting pada langkah-langkah pertama mereka mungkin mudah
marah. Bila mereka mulai berjalan, perubahan suasana hati utama mereka nyata sekali.
Anak yang baru belajar berjalan digambarkan seperti orang yang dimabukan oleh
kemampuan mereka yang baru dan oleh kekuatan mereka. Mereka sering berputar
mengelilingi orang tua mereka, seperti planet-planet mengelilingi matahari, berpindah-
pindah, menoleh ke belakang, bergerak lebih jauh dan kemudian kembali untuk
mendapat sentuhan yang menenangkan dari orang tua mereka. Pada lingkungan yang
tidak dikenal, dengan perasaan anak yang takut, orbit-orbit demikian mungkin kecil atau
tidak ada, dalam keadaan lingkungan yang dikenal, anak yang berani dapat berkeliling
sampai tidak terlihat.
1,2

8

Pada usia 3-5 tahun perkembangan motorik ialah suatu kemajuan pada usia ini,
dengan perkembangan di dunia di bidang keseimbangan dan kelincahan serta
kemampuan untuk berlari dan menaiki tangga. Berat dan tinggi meningkat secara
bertahap meskipun pertumbuhan kepala terjadi agak lambat. 90% dari lingkar kepala
dewasa didapatkan pada usia 2 tahun, dengan pertambahan hanya 5 cm yang didapat
pada beberapa tahun ke depan.
1,2

Pada usia kira-kira 18 bulan, beberapa perubahan kognitif datang menandai
kesimpulan periode sensorimotor. Obyek permanen benar-benar didirikan, balita yang
baru belajar berjalan mengaharapkan adanya obyek yang dapat digerakan walaupun
benda itu tidak dapat dilihat karena sedang bergerak. Sebab dan akibat dimengerti dengan
lebih baik, dan balita memperlihatkan kemampuan dalam menyelesaikan masalah,
menggunakan tongkat untuk menggunakan mainan yang ada di luar jangkauannya dan
menggambarkan bagaimana cara menggerakkan mesin mainan. Perubahan bentuk secara
simbolik dalam permainan tidak lagi terikat pada tubuh balita itu sendiri, sehingga
sebuah boneka dapat diberi makan dengan piring kosong. Seperti reorganisasi pada umur
9 bulan, kognitif berubah pada umur 18 bulan, berkorelasi dengan perubahan penting
dalam emosi dan bidang bahasa.
1,2

Perkembangan bahasa sangat berkaitan dengan perkembangan kognitif pada usia
ini anak telah menyadari bahwa kata-kata dapat berarti benda, perbendaharaan kata anak
berkembang dari 10-15 kata-kata pada usia 18 bulan menjadi 50-100 pada usia 2 tahun.
Setelah mendapat perbendaharaan kata kira-kira 50 kata, anak-anak mulai
menggabungkan kata-kata tersebut untuk memulai kalimat sederhana, permulaan tata
bahasa. Pada tingkat ini, anak mengerti perintah 2 tahap, seperti berikan bola itu dan
pakai sepatumu. Bahasa juga memberikan anak perasaan mengontrol lingkuangan
sekitarnya, seperti selamat tinggal atau malam-malam. Kemunculan bahasa lisan
menandakan berakhirnya periode sensorimotor. Seperti anak-anak yang baru berjalan-
jalan belajar menggunakan simbol-simbol untuk mengungkapkan ide-ide dan
menyelesaikan masalah, kebutuhan untuk kognisi didasarkan pada perasaan langsung dan
gerakan manipulasi berkurang.
1,2




9



Tabel 2.1 Pola perilaku yang timbul antara 1 sampai 5 tahun
1,2

15 bulan
Motorik
Adaptasi

Bahasa

Sosial


Berjalan sendiri, menaiki tangga dengan merangkak
Membuat menara 3 tingkat dari kubus, membuat garis menggunakan
crayon, memasukkan kismis ke dalam botol
Berlogat, mengikuti perintah sederhana, menyebut nama objek yang
sudah akrab
Menandakan hasrat atau kebutuhan dengan menunjuk, memeluk orang tua
18 Bulan
Motorik


Adaptasi

Bahasa

Sosial


Berlari kencang, duduk pada kursi kecil, berjalan menaiki tangga dengan
berpegang pada 1 tangan, menjelajahi laci-laci dan tempat sampah
Membuat menara 4 tingkat dari kubus, meniru menulis, meniru gerakan
vertikal, mentumpahkan kismis dari botolnya
10 kata (rata-rata), menamai gambar, mengenal satu atau lebih bagian
tubuh
Makan sendiri, mencari pertolongan jika membutuhkan, komplen jika
basah atau kotor, mencium orang tua dengan mengerutkan bibir

24 Bulan
Motorik

Adaptasi


Bahasa
Sosial


Berlari dengan baik, naik turun tangga, membuka pintu, memanjat
perabotan rumah tangga, melompat.
Membuat menara tujuh tingkat dari kubus, membuat coretan dengan pola
melingkar, meniru gerakan horizontal, meniru melipat kertas dalam sekali
lihat.
Menggunakan tiga kata dalam satu kalimat (subjek, predikat, objek).
Menggunakan sendok dengan baik, dapat membantu membuka baju,
mendengar cerita ketika ditampilkan gambarnya.
30 Bulan
Motorik
Adaptasi


Bahasa

Sosial

Menaki tangga dengan menggunakan kaki secara bergantian
Membuat menara Sembilan tingkat dari kubus, membuat gerakan vertical
dan horizontal, tapi tidak membuat gerakan silang, meniru gerakan
melingkar
Menggunakan kata ganti untuk diri sendiri saya, mengetahui nama
lengkap sendiri.
Membantu menaruh benda, berpura pura dalam bermain.
36 Bulan
Motorik
Adaptasi

Mengendarai sepeda roda tiga, berdiri menggunakan satu kaki
Membuat menara sepuluh tingkat dari kubus, membuat jembatan
10



Bahasa


Sosial
menggunakan tiga kubus, menyalin lingkaran, meniru gerakan silang.
Mengetahui umur dan jenis kelamin, menghitung tiga objek dengan benar,
mengulangi tiga nomor atau sebuah kalimat dengan enam suku kata.
Bermain permainan sederhana (bersama-sama dengan anak lain),
membantu memakai baju (melepaskan kancing baju dan memakai sepatu),
menyuci tangan.
48 Bulan
Motorik


Adaptasi



Bahasa
Sosial

Melompat dengan satu kaki, melempar bola dengan ayunan tangan yang
tinggi, menggunakan gunting untuk memotong gambar, mendaki dengan
baik.
Menyalin jembatan dari contohnya, meniru konstruksi gerbang
menggunakan lima kubus, menyalin tanda silang dan kotak, menggambar
dua samapai empat bagian tubuh manusia selain kepala, dapat mengetahui
perbedaan panjang dua garis.
Menghitung empat koin uang, menceritakan cerita.
Bermain dengan beberapa anak, dengan memulai interaksi social dan
peran permainan, pergi ke toilat sendiri.
60 Bulan
Motorik
Adaptasi
Bahasa
Sosial

Lewat
Menggambar segitiga, menamai lebih banyak dari 2 nama
Menyebut 4 warna, mengulang kalimat dari 10 suku kata, menghitung 10
buah koin receh dengan benar
Memakai pakaian dan melepas pakaian, bertanya tentang arti kata-kata,
mengikutsertakan seseorang dalam peran bermain


D. Gangguan tumbuh kembang
Gangguan perkembangan dan pertumbuhna merupakan hal yang sering luput
dari pengamatan orang tua, terutama apabila gangguan yang terjadi adalah gangguan
perkembangan dan perilaku. Hal ini selain dikarenakan rendahnya pengetahuan dari
orang tua juga diakibatkan ketidakpekaan orang tua. Pada saat ini utamanya
dikalangan menengah keatas permasalahan tumbuh kembang mendapat perhatian
yang lebih. Ketika mengamati balita memasuki ruang pemeriksaan bersama orang
tuanya, sebenarnya kita sudah mulai mendeteksi tumbuh kembangnya. Dengan
memperhatikan penampilan wajah, bentuk kepala, tinggi badan, proporsi tubuh,
pandangan matanya, suara, cara bicara, berjalan, perilaku, aktivitas dan interaksi
dengan lingkungannya bisa didapatkan beberapa informasi penting berkaitan dengan
tumbuh kembangnya. Tetapi deteksi dini gangguan tumbuh kembang balita sebaiknya
11

dilakukan dengan anamnesis, pemeriksaan fisis dan skrining perkembangan yang
sistematis agar lebih obyektif.
3,4
Keluhan utama dari orangtua berupa kekhawatiran terhadap tumbuh kembang
anak dapat mengarah kepada kecurigaan adanya gangguan tumbuh kembang,
misalnya anaknya lebih pendek dari teman sebayanya, kepala kelihatan besar, umur 6
bulan belum bisa tengkurap, umur 8 bulan belum bisa duduk, umur 15 bulan belum
bisa berdiri, 2 tahun belum bisa bicara dan lain lain. melaporkan bahwa kecurigaan
orangtua terhadap perkembangan anaknya (dengan membandingkanterhadap anak-
anak lain) mempunyai korelasi yang cukup tinggi dengan gangguan perkembangan
tertentu (walaupun mereka berpendidikan rendah dan belum berpengalaman
mengasuh anak)
3,4
.

Tabel 2. Kecurigaan orang tua pada perkembangan anak.

Penilaian orangtua pada perkembangan bicara anaknya mempunyai korelasi
yang kuat dengan hasil kemampuan kognitif mereka. Namun orang tua tidak selalu
benar, karena 20-25% orang tua tidak mengetahui bahwa anaknya terganggu
perkembangannya, dan banyak orang tua yang khawatir pada perkembangan anaknya
padahal tidak terganggu.6 Oleh karena itu kita harus melakukan pemeriksaan fisis dan
skrining perkembangan untuk membuktikan apakah kecurigaan orang tua itu benar.
Selanjutnya anamnesis dapat diarahkan untuk mencari faktor-faktor risiko atau
etiologi gangguan tumbuh kembang yang disebabkan oleh faktor intrinsik pada balita
dan atau faktor lingkungan.
3,4

Faktor risiko yang harus ditanyakan antara lain retardasi pertumbuhan intra
uterin, berat lahir rendah, prematuritas, infeksi intra uterin, gawat janin, asfiksia,
12

perdarahan intrakranial, kejang neonatal,hiperbilirubinemia, hipoglikemia, infeksi,
kelainan kongenital, temperamen, dan lain-lain.
3,4

Faktor risiko pada ibu antara lain umur, tinggi badan, pendidikan, kesehatan ibu
selama hamil dan persalinan (kadar Hb, status gizi, penyakit, pengobatan), jumlah
anak dan jarak kehamilan, pengetahuan, sikap dan ketrampilan ibu dalam mencukupi
kebutuhan biopsikososial (asuh, asih, asah) untuk tumbuh kembang balitanya,
penyakit keturunan, penyakit menular, riwayat pernikahan (terpaksa, tidak direstui,
single parent, perceraian dan lain-lain), merokok, alkoholism, narkoba,
pekerjaan/penghasilan, dan lainlain.
3,4
Faktor resiko juga dapat muncul akibat perilaku dari lingkungan seperti pada
ayah dan anggota keluarga lain. Pada ayah yang perlu ditanyakan umur, tinggi badan,
pendidikan, pekerjaan/penghasilan, pengetahuan, sikap dan ketrampilan ayah dalam
mencukupi kebutuhan bio-psikososial (asuh, asih, asah) untuk tumbuh kembang
balitanya, penyakit, riwayat pernikahan (terpaksa,tidak direstui, perceraian dan lain-
lain), komitmen perencanaan kehamilan, hubungan ayah-ibu dan anak dan lain-lain.
Perhatikan pula pola dari berbabagai faktor seperti Saudara kandung/tiri yang tinggal
serumah:jumlah, jarak umur, kesehatan (status gizi, imunisasi, kelainan bawaan,
gangguan tumbuh kembang, penyimpangan perilaku), pendidikan, hubungan dengan
ayah-ibu dan lain-lain. Anggota keluarga lain serumah (nenek, kakek,paman, bibi,
pengasuh anak, pembantu): pengetahuan, sikap dan ketrampilan mencukupi
3,4
.
Pemeriksaan selanjutunya yang dilakukan pada penderita gangguan
perkembangan adalah melakukan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik dilakukan
denngan mengukur tinggi , berat badan, ukuran kepala , status neurologis dan berbagai
pemeriksaan motorik. Sebagain besar dari pemeriksaan fisik ini dibentuk dalam
bentukan skrining cepat sebagai penanda deteksi dini gangguan perkembangan karena
pertumbuhan yang dihitung secara kuntitatif merupakan bukti yang kuat terhadap
kelaina tumbuh kembang.
3,4

Terdapat beberapa Gangguan tumbuh kembang yang sering ditemukan, hal ini
akan membantu untuk pelaksana kesehatan untuk mendeteksi lebih dini apabila
mengetahu kecenderungan penyakit yang terjadi.
3,4
Beberapa Gangguan Tumbuh-
Kembang Yang Sering Ditemukan.:
5


13

1. Gangguan bicara dan bahasa.
Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak.
Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan
pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis,
emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat
menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat
menetap.

2. Celebral Palsy
Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubh yang tidak progresif,
yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik
pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.

3. Sindrom Down.
Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya
jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak
yang normal. Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang
berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan
keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri
sendiri.

4. Perawakan Pendek.
Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi
mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva
pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena
varisasi normal, gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau
karena kelainan endokrin.


5. Gangguan Autisme.
Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya
muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek
perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan
pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi Mental.
Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang rendah (IQ
< 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi
terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.

7. Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH)
14

Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk
memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas.


E. Deteksi dini gangguan tumbuh
Pada masa ini telah dikembangkan berbagai alternatifcara untuk dapat
mendeteksi gangguan pertumbuhan dan perkembangan, cara yang digunaka paling
efektif dan dapt digunakan secara luas adalah mengguanak system skrining
menggunak metode tertentu. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa
emas kehidupan (0-5 tahun) telah ada beberapa tes skrining wajib untuk menilai
keadaan si anak. Hal ini dibagi atas skring untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan,
gangguan perkembangan dan gangguan perilaku.
7,8

Gambar 2. Jadwal dan jenis deteksi dini usia 0-5 tahun
Pertumbuhan lingkar kepala merupakan indicator yang baik dalam menilai
keadaan pertumbuhan anak, perkembangan kepala menunjukan perkembangan otak
dan system saraf yang akan menjadi dasar dari kualitas hidup anak. Perhatikan ukuran,
bentuk dan simetri kepala. Mikrosefali (lingkar kepala lebih kecil dari persentil 3)
mempunyai korelasi kuat dengan gangguan perkembangankognitif, sedangkan
mikrosefali progresif berkaitan dengan degenerasi SSP. Makrosefali (lingkar kepala
lebih besar dari persentil 97) dapat disebabkan oleh hidrosefalus, neurofibromatosis
dan lain-lain. Bentuk kepala yang aneh sering berkaitan dengan sindrom dengan
gangguan tumbuh kembang. Ubun-ubun besar biasanya menutup sebelum 18 bulan
15

selambat-lambatnya 29 bulan). Keterlambatan menutup dapat disebabkan oleh
hipotiroidi dan peninggian tekanan intrakranial (hidresefalus, perdarahan subdural atau
pseudotumor serebri).
7,8


Gambar 3. Table nellhause

Perhitungan menentukan lingkar kepala terbaik menurut ini adalah
mencocokan dengan table nellhause. Table ini menggambarkan pertumbuhan lingkar
kepala menurut bulan.penilaian dilakukan dengan menghitung lingkar kepala anak
lalu disesuaikan dengan usia dan dicocokan dalam table. Keadaan normal apabila anak
memiliki lingkar kepala dalam rentang +2 SD sampai dengan -2 SD. Keadaan dimana
lingkar kepalan kurang dari -2 SD dinyatakan sebagai mikrosefali dan apabila lebih
16

dari +2SD maka dinyatakan sebagai makrosefali. Pada anak yang mengalami kelainan
lingkar kepala maka harus dicurigai adanya kelainan perkembangan otak. Selain
pertumbuhan lingkar kepala, besar ubun-ubun juga harus diperhatikan. Normal besar
ubun-ubun saat anak usia 0 bulan adalah 2x2 cm, pada 3 bulan pertama dimungkinkan
mengalami perbesaran,namun selanjutnya akan mengalami pengecilan.
7,8
Tinggi badan dapat digunakan untuk mendeteksi gangguan pertumbuhan, yaitu
dengan mengukur panjang (tinggi) badan secara periodik, kemudiandihubungkan
menjadi sebuah garis pada kurva pertumbuhan tertentu. Pada umumnya digunakan
kurva pertumbuhan yang dipublikasi oleh United Stated National Center for Health
Statitistic (NCHS) pada tahun 1979 berdasarkan data yang dikumpulkan pada tahun
1963-1975. Sejak tahun 1983 oleh WHO kurva tersebut dianjurkan digunakan untuk
menilai status gizi dan pertumbuhan anak.
7,8
Walaupun sejak tahun 2000 oleh US Centre for Disease Control (CDC) telah
dipublikasikan kurva pertumbuhan baru berdasarkan data National Health and
Nutrition Examination Survey tahun 1988-1994, namun di Indonesia umumnya masih
menggunakan kurva tinggi badan NCHS 1979. Ada juga yang menggunakan kurva
Jumadias atau Yayah-Husaini. Seorang anak dicurigai mengalami gangguan
pertumbuhan jika panjang (tinggi badan) selama beberapa periode selalu di bawah
persentil 3 (- 2 SD) kurva pertumbuhan tinggi badan rata-rata anak pada usia tersebut
sesuai dengan jenis kelaminnya. Table mengenai NCHS 2000 dapat dilihat pada
lampiran 1 dan 2.
7,8
Namun keadaan tersebut belum tentu patologis,karena dapat disebabkan oleh
faktor genetik/familial,atau lambat tumbuh konstistusional akibat keterlambatan
maturasi (usia) tulang lebih dari 2 tahunyang pada akhir masa remaja dapat
mencapaipertumbuhan normal. Oleh karena itu dengan satu atau dua kali pengukuran,
kita hanya dapat menyebutkan bahwa ia berperawakan pendek atau normal, namun
belum dapat menyimpulkan status pertumbuhannya. Untuk menyimpulkan status
pertumbuhan seorang anak harus dibandingkan prakiraan tinggi akhir anak tersebut
dengan potensi tinggi akhir genetiknya.
7,8


Prakiraan tinggi akhir anak dilakukan dengan melanjutkan kurva pertumbuhan
anak tersebut dengan menarik garis lengkung sampai memotong garis umur19-20
17

tahun sejajar dengan kurva terdekat.16 Potensi tinggi akhir genetiknya dihitung dari
rata-rata tinggi badan kedua orangtuanya dengan rumus di bawah ini:

Dengan perhitungan di atas maka dapat ditentukan rentang potensi tinggi
genetik pada akhir masa remaja/dewasa muda. Kalau prakiraan tinggi akhir ternyata
masih masuk di dalam batas potensi genetik, maka pertumbuhan anak umumnya
dalam batas normal. Jika prakiraan tinggi akhir di luar batas potensi tinggi genetik,
maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk mencari faktor penyebabnya.
7,8
Berat badan dapat membantu mendeteksi gangguan pertumbuhan, yaitu
dengan menimbang berat badan secara periodik, kemudian dihubungkan menjadi
sebuah garis pada kurva berat badan yang dipublikasi oleh United Stated National
Center for Health Statitistic (NCHS) pada tahun 1979. Umumnya balita normal berat
badannya selalu diatas persentil 5 kurva NCHS, namun bisa naik atau turun
memotong 1-2 kurva persentil berat badan. Jika kurva berat badan anak mendatar atau
menurun hingga memotong lebih dari 2 kurva persentil, disebut failure to thrive (gagal
tumbuh), bisadisebabkan oleh faktor medik (organik, penyakit) atau non medik
(psikososial). Berat badan berkaitan erat dengan masalah nutrisi (termasuk cairan,
dehidrasi, retensi cairan). Obesitas dapat dijumpai dengan retardasi mental (sindroma
Prader-Willi dan Beckwith-Wiedeman)
1,7,8
.
Panduan untuk menilai berat badan pada masa emas kehidupan di Indonesia
telah dikenal secara luas melalui KMS (Lampiran 3). Kartu menuju sehat ini
memberikan informasimengenai berat badan yang haru sdicapai dalam waktu persatu
bulan. KMS digunakan untuk memantau keadaan nutrisi mengingat keadaan gizi
buruk menjadi permasalahan utama di Indonesia. Penilain KMS ini tidak berbeda jauh
dengan penilaian menggunakan NCHS yang digunakan secara internasional. Keadaan
berat badan dipertimbangkan secara persentil. Pada kms terdapat garis merah yang
18

menjadi tanda awas untuk anak-anak. Keadaan berat badan yang dibawah garis merah
menunjukan pertumbuhan berat badan yang abnormal.
1,7,8


F. Deteksi dini gangguan perkembangan
Gangguan perkembangan pada anak dapat dilihat dengan melihat tindakan
motoric kasar, motoric halus, kognitif dan berbahasa. Perkembangan pada masa emas
kehidupan merupakan perkembangan yang sangat penting karena akan menentukan
kemampuan anak untuk bersaing pada masa setelahnya. Penilaian dini gannguan
kembang telah dibuat dalam bentuk skrining yang digunakan secara internasional
yaitu menggunakan Denver developmental Screening Test II (DDST II) atau lebih
dikenal dengan Denver II.
7
Skrining perkembangan yang banyak digunakan oleh profesi kesehatan adalah
Denver II, hal ini karena tes skinning mempunyai rentang usia yang cukup lebar
(mulai bayi baru lahir sampai umur 6 tahun), mencakup semua aspek perkembangan
dengan realiability cukup tinggi (interrates reability = 0.99, test-retest reability =
0.90).13,20 Sampai tahun 1990 metode ini telah digunakan lebih dari 54 negara dan
telah dimodifikasi lebih dari 15 negara.
7

Walaupun secara eksplisit metode ini untuk mendeteksi 4 aspek
perkembangan, tetapi di dalamnya sebenarnya terdapat aspek-aspek lain sebagai
berikut:
Gerak kasar
Gerak halus (di dalamnya terdapat aspek koordinasi mata dan
tangan,manipulasi benda-benda kecil, pemecahan masalah ),
Berbahasa (di dalamnya terdapat juga aspek pendengaran, penglihatan dan
pemahaman,komunikasi verbal),
Personal sosial (di dalamnya terdapat juga aspek penglihatan, pendengaran,
komunikasi, gerak halus dan kemandirian).
Uji Denver membutuhkan waktu cukup lama sekitar 30-45 menit. Kesimpulan
hasil skrining Denver II hanya menyatakan bahwa balita tersebut: normal atau
19

dicurigai ada gangguan tumbuh kembang pada aspek tertentu. Normal, jika ia dapat
melakukan semua kemampuan (atau berdasarkan laporan orangtuanya) pada semua
persentil yang masuk dalam garis umurnya. Walaupun ada 1 ketidakmampuan atau
menolak melakukan pada persentil 75-90 masih dianggap normal. Dicurigai ada
gangguan tumbuh kembang jika ada 1 atau lebih ketidakmampuan pada persentil > 90,
atau 2 (atau lebih) ketidakmampuan/ menolak pada persentil 75-90 yang masuk garis
umurnya.21 Selain itu di dalam Denver II ada bagian terpisah untuk menilai perilaku
anak secara sekilas.Tetapi Denver II tidak mampu mendeteksi gangguan emosional,
atau gangguan-gangguan ringan. Tidak ada metoda skrining yang sempurna.
7
Uji Denver II dilakukan dengan meminta anak untuk melakukan lebih dari 120
simulasi pergerakan motorik dan bahasa yang disesuaikan dengan umur. Uji Denver II
tidak mudah dilakukan dan dimngerti karena memerlukan sitauasi yang kondusif.
Pelaksana tes skrining ini diharuskan adalah seorang petugas kesehatan karena
simulasi yang diberikan dan tata cara penialaian yang harus tepat. Tes skrining Denver
mampu untuk membandingkan kemampuan anak dengan kemampuan anak sebayanya
namun tidak mampu untuk melihat gangguan perkembangan yang spesifik.Setiap
gerakan dan bahasa yang dilakukan anak dicantumkan dan disesuaikan dengan
formulir yang ada pada tes Denver II (lampiran 4)
7


Uji deteksi dini Denver II telah dipermudah dan disederhanakan meskipun
hasilnya tidak sespesifik uji Denver II namun uji yang lebih sederhana ini lebih mudah
dipakai oleh orang tua anak. Uji tersebut adalah kuisioner pra skrining perkembangan
Kuesioner ini diterjemahkan dan dimodifikasi dar Denver Prescreening
Developmental Questionnaire (PDQ) oleh tim Depkes RI yang terdiri dari beberapa
dokter spesialis anak, psikiater anak, neurolog, THT, mata dan lain-lain pada tahun
1986. Kuesioner ini untuk skrining pendahuluan bayi umur 3 bulan sampai anak umur
6 tahun yang dilakukan oleh orangtua. Setiap umur tertentu ada 10 pertanyaan tentang
kemampuan perkembangan anak, yang harus diisi (atau dijawab) oleh orangtua
dengan ya atau tidak, sehingga hanya membutuhkan waktu 10-15menit (lihat
lampiran). Jika jawaban ya sebanyak 6 atau kurang maka anak dicurigai ada gangguan
perkembangan dan perlu dirujuk, atau dilakukan skrining dengan Denver II. Jika
20

jawaban ya sebanyak 7-8, perlu diperiksa ulang 1 minggu kemudian. Jika jawaban ya
9-10, anak dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada umur berikutnya sebaiknya
dilakukan KPSP lagi.
8
Untuk memperluas jangkauan skrining perkembangan Frankenburg dkk,.
(1990) menganjurkan agar lebih banyak menggunakan KPSP, karena mudah, cepat,
murah dan dapat dikerjakan sendiri oleh orangtua atau dibacakan oleh orang lain
(misalnya paramedis atau kader kesehatan). Jika dengan KPSP dicurigai ada gangguan
perkembangan, anak tersebut dirujuk untuk dilakukan skrining dengan Denver II yang
lebih rumit, lama dan harus dilakukan oleh tenaga terlatih. Kuesioner ini sampai
sekarang masih dianjurkan oleh Depkes untuk digunakan di tingkat pelayanan
kesehatan primer.
8
Cara untuk mendeteksi dini pada perkembangan lainya adalah dengan
melakukan pemeriksaan tes daya dengar (TDD) dan tes daya lihat (TDL). Tes daya
dengar dan lihat ini untuk menilai kemampuan anak pada kemampuan indra
penglihatan dan pendengaran. Tes daya dengar (TDD) dilakukan semenjak anak usia
3 bulan, metode tes daya dengar ini adalah dengan memberikan instruksi pada orang
tua dan anak. Tes daya dengar dilakuakan setiap 3 bulan hingga usia 1 tahun dan
dilakukan tiap 6 bulan hingga usia 5 tahun. Tes daya dengar menggunakan instrument
pertanyaan yang berbeda setiap tes yang dilakukan. Pada usia kurang dari 24 bulan
yang akan menjawab pertanyaan adalah orang tua, pertanyaan mengacu pada perilaku
anak pabila dipanggil atau bereaksi pada suara-suara. Sementra pada usia lebih dari 24
bulan pertanyaan berupa perintah yang harus diberika orang tua pada si anak.
8

Interpretasi dari TDD ini adalah melihat adanya ketidakmampuan anak untuk
melakukan instruksi. Apabila ada satu dari berbabagi pertanyaan yang tidak mampu
dilakukan atau mendapat jawaban tidak maka ada kemungkinan anak mengalami
kelainan daya dengar, maka catat berbahai kelainan yang terjadi dan segera dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut.
8

Tes daya lihat (TDL) dilakukan pada anak usia 3 tahun dan diulang setiap 6
bulan. Tes daya lihat ini dilakukan menggunakan beberapa instrument seperti poster E
dan kartu E. tes daya lihat dilakukan dengan meminta anak untuk duduk berjarak 3
meter dari poster E. Poster merupakan poster dengan berbagai bentuk E yang telah
21

dimanipulasi, lalu dengan perlahan kita minta anak untuk meniru bentuk huruf E yang
ditunjuk dengan menggunakan kartu E. interpretasinya adalah anak mampu untuk
mengikuti instruksi sampai dengan baris ketiga, apabila anak tidak mampu mengikuti
instruksi sampai baris ketiga maka dicurigai adanya kelainan.
8


Gambar 5. Poster E dan Kartu E

G. Deteksi Dini Gangguan Perilaku
Deteksi dini gangguan perilaku ini memiliki tujuan untuk menilai apakah anak
memiliki kelainan emosional atau tidak. Gejala-gejal autisme atau ADHD dapat
diteksi dengan dini dengan metode yang mudah. Ada beberapa metode yang dilakuakn
untuk menilai keadaan tersebut. Metoder CHAT, metode KMME dan metode kuisoner
GPPH sering dilakukan utnuk menilai gangguan perilaku pada masa emas kehidupan.
Academic of Pediatrics (AAP) sejak 2001 merekomendasikan CHAT
(Checklist For Autim In Toddler) sebagai salah satu alat skrining untuk deteksi dini
gangguan spectrum autistik (autistic spectrum disorder) anak umur 18 bulan sampai 3
tahun, yang diamati oleh orangtua. CHAT dikembangkan di Inggris dan telah
dipublikasikan oleh Cohen dkk sejak tahun 1992 serta telah digunakan untuk skrining
lebih dari 16.000 balita. Walaupun sensitivitasnya kurang, AAP menganjurkan dokter
22

menggunakan salah satu alat skrining tersebut. Bila dicurigai ada risiko autis atau
gangguan perkembangan lain maka dapat dirujuk untuk penilaian komprehensif dan
diagnostik.
6
CHAT dilakukan apabila terdapat kecurigaan oleh orang tua meliputi masalah
keterlambatan bicara, gangguan interaksi sosial dan berbicara hal yang tidak berarti
berulang-ulang. CHAT berisi tentang 9 daftar pertanyaan yang diberikan pada orang
tua dan % perilaku yang diamati petugas kesehatan. 9 pertanyaan meliputi :
6
a. Pertanyaan pada orangtua / pengasuh
1. Senang di ayun-ayun, diguncang-guncang
2. Tertarik memperhatikan anak lain
3. Suka memanjat tangga
4. Suka main ciluk-ba, petak umpet
5. Bermain pura-pura membuat minuman
6. Meminta dengan menunjuk
7. Menunjuk benda
8. Bermain dengan benda kecil
9. Memberikan benda utk menunjukkan sesuatu
B. Pengamatan perilaku anak
1. Anak memandang mata pemeriksa
2. Anak melihat ke benda yang ditunjuk
3. Bermain pura-pura membuat minum
4. Menunjuk benda yang disebut
5. Menumpuk kubus
C. Interpretasi dari pertanyaan tersebut adalah :
1. Risiko tinggi menderita Autis : tidak A5, A7, B2-4 rujuk
2. Risiko rendah menderita Autis : tidak A7, B4
3. Kemungkinan ggn perkembangan lain : tidak 3 atau lebih A1-
4, A6, A8-9,B1,B5
4. Normal
deteksi dini masalah mental emosional melalui KMME adalah rutin setiap 6
bulan, dilakukan untuk anak yang berusia 36 bulan sampai 72 bulan. Jadwal ini
sesuai dengan jadwal skrining/pemeriksaan perkembangan anak. Alat yang digunakan
23

adalah Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME) yang terdiri dari 12
pertanyaan untuk mengenali problem mental emosional anak umur 36 bulan sampai
72 bulan, pertanyaanya adalah sebagai berikut :
7,8
1. seringterlihat marah
2. menghindar dari teman-teman
3. perilaku merusak dan menentang lingkungan.
4. takut atau kecemasan berlebih.
5. konsentrasi buruk/sulit.
6. kebingungan.
7. perubahan pola tidur.
8. perubahan pola makan.
9. sakit kepala, sakit perut, keluhan fisik.
10. putus asa.
11. kemunduran prilaku.
12. perbuatan yang di ulang-ulang.
Tanyakan setiap pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada KMME kepada orang tua/pengasuh anak. Catat dan hitung
berapa banyak jumlah jwaban YA.
7,8
Bila ada satu atau lebih jawaban YA, maka kemungkinan anak mengalami
masalah mental emosional.berbagai intervensi dapat dilakukan. Bila jawaban YA
hanya ada 1, maka: Lakukan konseling kepada orang tua menggunakan Buku
Pedoman Pola Asuh Yang Mendukung Perkembangan Anak. Lakukan evaluasi
setelah 3 bulan, bila tidak ada perubahan maka anak dirujuk ke Rumah Sakit yang
memiliki fasilitas kesehatan jiwa/tumbuh kembang anak
7,8

Bila ditemukan dua atau lebih jawaban YA, maka tindakan yang perlu
dilakukan adalah merujuk anak ke Rumah Sakit yang memiliki fasilitas kesehatan
jiwa/tumbuh kembang anak. Rujukan harus disertai informasi mengenai jumlah dan
masalah mental emosional yang ditemukan.
7,8

GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan dari
orang tua/pengasuh anak atau ada kecurigaan tenaga kesehatan, kader kesehatan,
BKB, petugas PADU, pengelola TPA dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa
salah satu atau lebih keadaan di bawah ini:
7,8

24

1. Anak tidak bisa duduk tenang
2. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
3. Perubahan suasana hati yang mendadak/impulsif
Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini Gangguan Pemusatan
Perhatian dan Hiperaktivitas/GPPH (Abbreviated Conners Ratting Scale) .Formulir ini
terdiri 10 pertanyaan yang ditanyakan kepada orang tua/pengasuh anak/guru TK dan
pertanyaan yang perlu pengamatan pemeriksa. Cara menggunakan formulir deteksi
dini GPPH:
1. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu
perilaku yang tertulis pada formulir deteksi dini GPPH. Jelaskan
kepada orangtua/pengasuh anak untuk tidak ragu-ragu atau takut
menjawab.
2. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada
formulir deteksi dini GPPH
3. Keadaan yang ditanyakan/diamati ada pada anak dimanapun anak
berada, misal ketika di rumah, sekolah, pasar, toko, dll); setiap saat dan
ketika anak dengan siapa saja.
4. Catat jawaban dan hasil pengamatan perilaku anak selama dilakukan
pemeriksaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.



Interpretasi:
1. Beri nilai pada masing-masing jawaban sesuai dengan bobot nilai
berikut ini dan jumlahkan nilai masing-masing jawaban menjadi nilai
total
2. Nilai 0: jika keadaan tersebut tidak ditemukan pada anak.
3. Nilai 1: jika keadaan tersebut kadang-kadang ditemukan pada anak.
4. Nilai 2: jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.
5. Nilai 3: jika keadaan tersebut selalu ada pada anak.
6. Bila nilai total 13 atau lebih anak kemungkinan dengan GPPH.

25








III. KESIMPULAN

1. Pertumbuhan dan perkembangan mengalami peningkatan yang pesat pada usia dini,
yaitu dari 0 sampai 5 tahun. Masa ini sering juga disebut sebagai fase Golden Age.
Golden age merupakan masa yang sangat penting untuk memperhatikan tumbuh
kembang anak secara cermat agar sedini mungkin dapat terdeteksi apabila terjadi
kelainan.
2. Gangguan perkembangan dan pertumbuhan merupakan hal yang sering luput dari
pengamatan orang tua, terutama apabila gangguan yang terjadi adalah gangguan
perkembangan dan perilaku.
3. Deteksi dini gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat menggunakan 7 alat
skrining yaitu perhitungan LK, KMS, DENVER II, KPSP, TDD, TDL, CHAT,
KMME dan kusioner GPPH

26

DAFTAR PUSTAKA

1. Needlman RD. Growth and development. Dalam:Behrman dkk, penyunting. Nelson
Textbook of Pediatrics; edisi-16. Tokyo: Saunders, 2000. h. 23-65.
2. Glascoe FP. Developmental screening. Dalam: Wolraich ML, penyunting.
Disorders of development learning;edisi-2. St. Louis: Mosby, 1996. h. 89-128.
3. Glascoe FP. Developmental screening. Dalam: Parker S,Zuckerman B, penyunting,
Behavioral and developmental pediatrics. London: Litlle Brown, 1995. h. 25-9.
4. Levy SE, Hyman SL. Pediatric assesment of the child with developmental delay.
Dalam: Batshaw ML, penyunting. The Child with developmental disabilities.
5. Sularyo TS. Periode kritis pada tumbuh kembang balita.Dalam: Sularyo TS dkk,
penyunting. Deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang anak
dalam upaya optimalisasi kualitas sumber daya manusia.Naskah lengkap PKB IKA
FKUI; 21-23 November 1996. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1996.
6. Committee on Children with Disabilities AmericanAcademy of Pediatrics.
Technical report: The Pediatricians role in the diagnosis and management of
austistic spectrum disorder in children. Pediatrics 107; 5:1-18.
7. IDAI. Buku Pelatihan Denver II. Unit Kelompok Kerja Tumbuh Kembang /Pediatri
Sosial. Jakarta. 1-11
8. Depkes RI. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes RI. Jakarta.
192 : 6 18.
9. Depkes RI. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh
Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Depkes RI. Jakarta. 2005.
1-14.
10. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. EGC. Jakarta. 1998 : 1 63.






















27

Lampiran I








28

Lampiran 2









29

Lampiran 4














30

Lampiran 5

Вам также может понравиться