0 оценок0% нашли этот документ полезным (0 голосов)
494 просмотров35 страниц
Pasien berusia 6 tahun mengeluh sakit perut di kanan bawah selama 3 hari disertai mual dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan perut tegang dan nyeri di kanan bawah. Diagnosa awal peritonitis lokalisata akibat apendisitis perforasi.
Pasien berusia 6 tahun mengeluh sakit perut di kanan bawah selama 3 hari disertai mual dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan perut tegang dan nyeri di kanan bawah. Diagnosa awal peritonitis lokalisata akibat apendisitis perforasi.
Pasien berusia 6 tahun mengeluh sakit perut di kanan bawah selama 3 hari disertai mual dan demam. Pemeriksaan fisik menunjukkan perut tegang dan nyeri di kanan bawah. Diagnosa awal peritonitis lokalisata akibat apendisitis perforasi.
KEPANITERAAN KLINIK BEDAH RUMAH SAKIT OTORITA BATAM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI PERIODE 02 JUNI 09 AGUSTUS 2014
1
BAB II LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS Diambil dari alloanamnesis melalui Ibu pasien pada tanggal 04 Juni 2014 pukul 14.00 WIB Keluhan Utama : Sakit perut didaerah kanan bawah sejak 3 hari SMRS Keluhan Tambahan : Mual muntah, Nafsu makan menurun, Demam Riwayat Penyakit Sekarang: Sejak 3 hari SMRS pasien mengeluh sakit perut di daerah kanan bawah, menurut penuturan ibu pasien, awalnya sakit perut didaerah pusar kemudian berpindah ke kanan bawah dan sakit perut berlangsung sangat hebat dan perut menjadi tegang. Pasien langsung dibawa ke klinik dan didiagnosa mengalami usus buntu dan segera di rujuk ke Rumah Sakit Otorita Batam. Menurut Ibu pasien, pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 3 hari SMRS sehingga nafsu makan menurun serta pasien mengalami demam. Menurut penuturan ibu pasien, demam tidak terlalu tinggi dan hanya sumeng sumeng saja dengan pengukuran menggunakan perabaan tangan. Riwayat gangguan BAK disangkal dan terdapat riwayat BAB tidak lancar.
Riwayat Keluarga : Tidak ada Adakah Kerabat Yang Menderita: Penyakit Ya Tidak Hubungan Alergi Sepupu Asma Tuberkulosis Arthritis Rematisme Hipertensi Jantung Ginjal Lambung
3
RIWAYAT KEHAMILAN / KELAHIRAN KEHAMILAN Morbiditas kehamilan Anak sulung Perawatan antenatal Kontrol rutin, suntik TT 2x
KELAHIRAN Tempat persalinan Rumah Pribadi Penolong persalinan Bidan Cara persalinan Spontan Masa gestasi Cukup Bulan Keadaan bayi
Berat lahir : 3,8 kg Panjang Badan : tidak ingat Lingkar kepala : tidak ingat Langsung menangis ( + ) Kemerahan ( + ) Nilai APGAR : Baik Kelainan Bawaaan : tidak ada
RIWAYAT PERKEMBANGAN Pertumbuhan gigi I : 6 bulan Gangguan perkembangan mental : Psikomotor 4
Tengkurap : 4 bulan Duduk : 6 bulan Berdiri : 8 bulan Berjalan : 12 bulan Bicara : 12 bulan Membaca dan menulis : 36 bulan Perkembangan pubertas Rambut pubis : belum ada Jakun : belum ada Rambut ketiak : belum ada
RIWAYAT MAKANAN Umur (bulan) ASI/PASI Buah/ Biskuit Bubur Susu Nasi Tim 0 2 ASI - - - 2 4 ASI - - - 4 6 ASI - - - 6 8 ASI 8 10 ASI + PASI 10 -12 ASI + PASI
Jenis makanan Frekuensi dan jumlah Nasi/ pengganti 3x/hari, 1 piring 5
RIWAYAT IMUNISASI Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur ) BCG Saat lahir - - - - - DTP 2 bulan 4 bulan 6 bulan - - - Polio 0,2 bulan 4 bulan 6 bulan - - - Campak 9 bulan - - - - - Hepatitis B Saat lahir 1 bulan 6 bulan - - - MMR - - - - - - TIPA - - - - - -
RIWAYAT KELUARGA a. Corak Reproduksi No Tanggal lahir (umur) Jenis kelamin Hidup Lahir mati Abortus Mati (sebab) Keterangan kesehatan 6
1. 2008 / 6 tahun Laki - Laki - - - Pasien b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali Nama Aryadi Hany Suryani Perkawinan ke- 1 1 Umur saat menikah 31 28 Pendidikan terakhir SMA SMA Agama Islam Islam Suku bangsa Jawa Melayu Keadaan kesehatan Sehat Sehat Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada Penyakit, bila ada Tidak ada Tidak ada
ANAMNESIS SISTEM Kulit ( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam ( - ) Kuku ( - ) Kuning / Ikterus ( - ) Sianosis ( - ) Lain-lain ( - ) Petechiae Kepala ( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala ( + ) Demam ( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus 7
Berat Badan Berat badan rata-rata (Kg) : 22 kg Berat tertinggi (Kg) : Tidak Ingat Berat badan sekarang (Kg) : 21 kg
B. PEMERIKSAAN FISIK Dilakukan tanggal 05 Juni 2014 pukul 10.00 WIB Pemeriksaan Umum Keadaan Umum Kesan Sakit : Tampak sakit ringan Kesadaran : Compos Mentis Kesan Gizi : Cukup Keadaan lain : anemis ( - ), ikterik ( - ), sianosis ( - ), dyspnoe ( - )
Data Antropometri 10
Berat Badan sekarang : 21 kg Tinggi Badan : 115 cm Lingkar kepala : - Lingkar Dada : - Lingkar Lengan Atas : 16 cm
Status Gizi - BB / U = 100% (gizi baik) - TB / U = 100% (gizi baik) - BB / TB = 100% (gizi baik)
Tanda Vital Tekanan Darah : 90 / 70 mmHg Nadi : 60 x/menit, regular, isi lemah, ekual Pernapasan : 36x /menit, simetris Suhu : 35,9 C
Aspek Kejiwaan Tingkah Laku : Tenang Alam Perasaan : Biasa Proses Pikir : Wajar
11
Kulit Warna : Sawo Matang Pigmentasi : Merata Effloresensi : Tidak ada Petekie : Tidak Ada Jaringan Parut : Tidak ada Ikterus : Tidak ada Pertumbuhan rambut : Merata Lembab/Kering : Kering Suhu Raba : Hangat Pembuluh darah : Tidak melebar Keringat : Tidak ada Turgor : Baik Lapisan Lemak : Cukup Lain-lain : Tidak ada Oedem : Tidak ada
Kelenjar Getah Bening Retro Aurikula : tidak teraba membesar Pre Aurikula : tidak teraba membesar Submandibula : tidak teraba membesar Submental : tidak teraba membesar Anterior Cervical : tidak teraba membesar Posterior Cervical : tidak teraba membesar Supraklavikula : tidak teraba membesar Lipat paha : tidak teraba membesar Ketiak : tidak teraba membesar
Kepala Ekspresi wajah : Tenang Simetri muka : Simetris 12
Rambut : Hitam merata Pembuluh darah temporal : Teraba pulsasi
Mata Exophthalamus : tidak ada Enopthalamus : tidak ada Kelopak : oedem (-) Lensa : jernih Konjungtiva : anemis (-) Visus : 6/6 Sklera : ikterik (-) Gerakan Mata : Segala arah Lapangan penglihatan : Normal Tekanan bola mata : normal/palpasi Nistagmus : tidak ada
Mulut Bibir : kering Tonsil : T1 T1 tenang Langit-langit : tidak ada tonjolan Bau pernapasan : tidak ada Gigi geligi : OH baik Trismus : tidak ada Faring : tidak hiperemis Selaput lendir : tidak ada Lidah : licin, atrofi papil (-)
13
Leher Tekanan Vena Jugularis (JVP) : 5 + 1 cmH 2 0 Kelenjar Tiroid : tidak tampak membesar Kelenjar Limfe kanan : tidak tampak membesar Dada Bentuk : datar, simetris Pembuluh darah : tidak tampak Buah dada : simetris
Paru Paru Pemeriksaan Hasil Inspeksi Kiri Simetris saat statis dan dinamis Kanan Simetris saat statis dan dinamis Palpasi Kiri - Tidak ada benjolan - Fremitus + Kanan - Tidak ada benjolan - Fremitus + Perkusi Kiri Sonor di seluruh lapang paru Kanan Sonor di seluruh lapang paru Auskultasi Kiri - Suara vesikuler -Wheezing (-), Ronki ( -) Kanan - Suara vesikuler -Wheezing (-), Ronki ( -) 14
Jantung Inspeksi : Tidak tampak pulsasi iktus cordis Palpasi : Teraba iktus cordis pada sela iga V, 1 cm medial linea midklavikula kiri, Perkusi : Batas kanan : sela iga V linea parasternalis kanan. Batas kiri : sela iga V, 1cm sebelah medial linea midklavikula kiri. Batas atas : sela iga II linea parasternal kiri. Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Perut Inspeksi : Datar, Rata, Venektasi ( - ), Smilling Umbilikus ( - ), Hematoma ( - ), Tidak tampak efloresensi yang bermakna. 15
Palpasi : Dinding perut : Supel, Distensi ( - ), rigid ( - ), nyeri tekan ( + ) regio lumbar dan illiaka dekstra, nyeri lepas ( - ) Hati : Sulit dinilai karena nyeri Limpa : Sulit dinilai karena nyeri Ginjal : Sulit dinilai karena nyeri Perkusi : Timpani seluruh lapang abdomen, shifting dullness ( - ) Auskultasi : Bising usus ( + ) frekuensi 3x/menit
Anggota Gerak Lengan Kanan Kiri Otot Tonus : normotonus normotonus Massa : eutrofi eutrofi Sendi : normal normal Gerakan : aktif aktif Kekuatan : +5 +5 Oedem : : tidak ada tidak ada Lain-lain : Palmar eritema (-), ptechie (-), clubbing finger (-), kontraktur (-)
Tungkai dan Kaki Kanan Kiri Luka : tidak ada tidak ada Varises : tidak ada tidak ada
16
Otot Tonus : normotonus normotonus Massa : eutrofi eutrofi Sendi : normal normal Gerakan : aktif aktif Kekuatan : +5 +5 Oedem : : tidak ada tidak ada Lain-lain : - -
Refleks
Pemeriksaan Kanan Kiri Refleks Tendon Positif Positif Bisep Positif Positif Trisep Positif Positif Patela Positif Positif Achiles Positif Positif Kremaster Tidak dilakukan Tidak dilakukan Refleks Patologis Negatif Negatif 17
LABORATORIUM 31 Mei 2014 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan Pemeriksaan Darah Hemoglobin 12 g/dL 11 16,5 Normal Hematokrit 34,2 % 35 50 Normal Laju Endap Darah (LED) 46 mm/jam 0 10 Meningkat Eritrosit 4,45 juta/uL 3,8 5,8 Normal MCV 76,9 fL 80 97 Normal MCH 27 pg 26,5 33,5 Normal MCHC 35,1 g/dL 35,3 35 Normal RDW-CV 13,6 % 10 15 Normal Leukosit 18.240/uL 4.000 11.000 Meningkat Hitung Jenis Basofil 0,2 % 0 1 Normal Eosinofil 0,1 % 0 5 Normal Netrofil 86,1 % 46 75 Meningkat Limfosit 9,5 % 17 48 Menurun Monosit 4,1 % 4 10 Normal Trombosit 284.000/uL 15 45 x 10 4 Normal PDW 11,3 fL 10 18 Normal MPV 9,9 fL 6,5 11 Normal Clotting Time 8 menit 6 14 Normal Bleeding Time 2 menit 1 6 Normal 18
Ureum 24,7 mg/dL 10 50 Normal Kreatinin 0,46 mg/dL 0,4 1,2 Normal Natrium 129 meq/L 135 147 Menurun Kalium 3,8 meq/L 3,5 5,0 Normal Chloride 98 meq/L 94 111 Normal Gula Darah Sewaktu (GDS) 125 mg/dL 70 140 Normal
Pemeriksaan Urine Warna Kuning Kuning Normal Kejernihan Jernih Jernih Normal Berat Jenis 1,020 1,003 1,030 Normal pH 5 5 8 Normal Protein ++ - Proteinuria Reduksi - - Normal Benda Keton ++ - Ketonuria Bilirubin - - Normal Urobilinogen - - Normal Urobilin - - Normal Protein Kwantitatif - - Normal Darah Samar - - Normal SEDIMEN Leukosit 3 5 /LPB 0 5 Normal Eritrosit 0 1 /LPB 0 1 Normal 19
Epitel + + / - Normal Bakteri - - Normal Kristal - - Normal Silinder - - Normal
PEMERIKSAAN PENUNJANG Modified Alvarado Score The Modified Alvarado Score Skor Skor Pasien Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah 1 1 Mual-Muntah 1 1 Anoreksia 1 1 Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2 2 Nyeri lepas 1 0 Demam diatas 37,5 C 1 1 Pemeriksaan Laboratorium Leukositosis 2 2 Hitung jenis leukosit shift to the left 1 1 Total 10 9 20
USG Abdomen 31 Mei 2014
Interpretasi dari Modified Alvarado Score: 1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut 5-7 : sangat mungkin apendisitis akut 8-10 : pasti apendisitis akut KESIMPULAN : Alvarado Score9 Appendisitis Akut 21
Hasil : Klinis : appendicitis perforasi Hepar tidak membesar, tekstur halus homogeny, tidak tampak massa. Vena porta dan vena hepatica tidak melebar. Kantung empedu tidak membesar, dinding tidak menebal, tidak tampak batu atau sludge, ductus billiaris tidak melebar. Pankreas tampak normal. Lien tidak membesar. Tidak tampak SOL. Ginjal kiri kanan ukuran dan bentuk normal, tidak tampak batu atau SOL. Parenkim normal. Tidak tampak hydronefrosis. Vesica urinaria normal. Tak tampak batu atau SOL. Tidak tampak massa intraabdomen. Tampak struktur tubuler hipoechoic buntu dinding tebal irregular diameter 9,8 mm. Usus tampak dilatasi, dinding menebal dengan peristaltic usus menurun. Kesan : Appendicitis dengan gambaran peritonitis. Hepatobilier, Lien, Pankreas, Ginjal kiri kanan dan Buli tidak tampak kelainan.
22
RESUME Seorang pasien bernama Rangga diantar oleh orang tuanya ke Rumah Sakit Otorita Batam dengan keluhan sakit perut di daerah kanan bawah sejak 3 hari SMRS. Menurut penuturan ibu pasien, awalnya sakit perut didaerah pusar kemudian berpindah ke kanan bawah dan sakit berlangsung sangat hebat dan perut menjadi tegang. Pasien langsung dibawa ke klinik dan didiagnosa mengalami usus buntu dan segera di rujuk ke Rumah Sakit Otorita Batam. Menurut Ibu pasien, pasien juga mengeluh mual dan muntah sejak 3 hari SMRS sehingga nafsu makan menurun serta pasien mengalami demam. Menurut penuturan ibu pasien, demam tidak terlalu tinggi dan hanya sumeng sumeng saja dengan pengukuran menggunakan perabaan tangan. Riwayat gangguan BAK disangkal dan terdapat riwayat BAB tidak lancar. Pasien memiliki riwayat disentri 3 tahun yang lalu dan sepupu pasien memiliki riwayat alergi. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rata-rata dalam batas normal namun pada pemeriksaan abdomen didapatkan nyeri tekan pada region lumbar dan iliaka dekstra. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan LED meningkat (46 mm/jam), Leukositosis (18.240/uL), Netrofil meningkat (86,1%), Limfosit menurun (9,5%), Elektrolit Natrium menurun (129 meq/L), Proteinuria (+2), dan Ketonuria (+2). Pada pemeriksaan Modified Alvarado Score didapatkan skor 9 yang menunjukkan adanya appendicitis akut. Pada pemeriksaan USG Abdomen didapatkan kesan appendicitis dengan gambaran peritonitis.
DIAGNOSIS KERJA DAN DIAGNOSIS BANDING Diagnosis Kerja 1. Appendicitis Akut Dasar Diagnosis : 23
a. Anamnesis Sakit perut berpindah dari umbilikus ke kanan bawah. Sakit perut daerah kanan bawah. Mual dan muntah Demam Subfebris b. Pemeriksaan Fisik Nyeri tekan regio illiaca dekstra. c. Pemeriksaan Penunjang Skor dari Modified Alvarado Score adalah 9 yang menunjukkan appendicitis akut Espertise USG Abdomen dengan kesan terdapat appendicitis 2. Appendicitis Perforasi a. Anamnesis Sakit perut berpindah dari umbilikus ke kanan bawah. Sakit perut daerah kanan bawah. Sakit perut berlangsung selama 3 hari tanpa perbaikan Mual dan muntah Demam Subfebris Perut sebelah kanan bawah tegang Usia 6 tahun memiliki risiko terjadi appendiks perforasi 25% b. Pemeriksaan Fisik Nyeri tekan region illiaca dekstra c. Pemeriksaan Penunjang 24
Didapatkan leukosit > 18.000/uL pada pemeriksaan laboratorium darah Espertise USG Abdomen dengan kesan terdapat appendicitis dengan gambaran peritonitis. 3. Peritonitis Lokalisata a. Anamnesis Sakit perut berlangsung hebat pada sisi perut kanan bawah Sakit perut yang menimbulkan perut tegang Perut sebelah kanan bawah tegang Sakit perut berlangsung selama 3 hari tanpa perbaikan Demam Subfebris Appendiks perforasi memiliki risiko untuk terjadinya peritonitis b. Pemeriksaan Fisik Nyeri tekan region illiaca dekstra c. Pemeriksaan Penunjang Didapatkan leukosit > 18.000/uL pada pemeriksaan laboratorium darah Espertise USG Abdomen dengan kesan terdapat appendicitis dengan gambaran peritonitis. Kesimpulan : Peritonitis Lokalisata et causa Apendisitis Perforata Diagnosis Banding 1. Gastroenteritis Akut Diare, mual dan muntah, nyeri perut tidak terlokalisasi, nyeri perut ringan, demam dan leukositosis tidak menonjol. 2. Limfadenitis Mesenterika 25
Sering pada anak anak, nyeir perut kanan bawah, mual dan beberapa gejala gastroenteritis. 3. Crohns Enteritis Nyeri perut kanan bawah, demam, diare, anoreksia, mual dan muntah, perdarahan rektum yang persisten, anemia, leukositosis. 4. Demam Tifoid Demam, nyeri perut, diare, anoreksia, mual dan muntah, nafas bau tidak sedap. TATALAKSANA Persiapan Laparatomi Eksplorasi Rawat Inap Puasa Pemberian cairan : Asering 12 jam Pemberian obat : o Ezox 2x/hari, intravena o MTZ 3x/hari, intravena o Proris 3x/hari, suppositoria Cek laboratorium darah lengkap dan x-ray thorax Konsultasi ke dokter spesialis anak dan anestesi
PROGNOSIS Ad vitam : Dubia Ad Bonam Ad functionam : Dubia Ad Bonam Ad sanationam : Dubia Ad Bonam 26
BAB III ANALISIS KASUS
1. ANAMNESIS Seorang pasien bernama Rangga diantar oleh orang tuanya ke Rumah Sakit Otorita Batam dengan keluhan sakit perut di daerah kanan bawah sejak 3 hari SMRS. Berdasarkan keluhan utama nyeri perut maka dapat dipikirkan beberapa kemungkinan penyakit yang terjadi sesuai dengan regio abdomen.
Sesuai gambaran differensial diagnosis yang ada, dapat diperkecil dengan melihat bahwa jenis kelamin pasien adalah laki laki, maka kemungkinan yang terjadi adalah Appendisitis, Limfadenitis mesenterika, Divertikulitis, Hernia dan Ulkus yang mengalami perforasi. 27
Jenis kelamin laki laki memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami appendicitis, berdasarkan Penelitian Jehan (2001) di RSUP H. Adam Malik Medan pada 60 penderita appendicitis berusia diatas 15 tahun didapat 29 orang (48,3%) laki-laki dan 31 orang (51,7%) perempuan, serta kelompok umur 15-30 tahun 41 orang (68,3%), 31-40 tahun 14 orang (23,3%), 41-50 tahun 4 orang (6,7%), dan 51-60 tahun 1 orang (1,7%). Penelitian Murtala (2004) di IRD Bedah RS. Wahidin Sudirohusodo Makassar pada 97 penderita appendicitis berusia diatas 14 tahun didapat 53 orang (54,6%) laki-laki dan 44 orang (45,4%) perempuan, serta kelompok umur 16-30 tahun 74 orang (76,3%), 31-45 tahun 20 orang (20,6%), dan 46-60 tahun 3 orang (3,1%). Penelitian Martalena (2008) di RSU Kabanjahe pada 126 penderita appendicitis didapat 74 orang (58,7%) laki-laki dan 52 orang (41,3%) perempuan. Dari sumber penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan jenis kelamin laki laki memiliki risiko lebih besar untuk mengalami appendicitis.
Awalnya sakit perut didaerah pusar kemudian berpindah ke kanan bawah dan sakit perut berlangsung sangat hebat dan perut menjadi tegang. Dari berbagai kemungkinan penyakit yang ada, diperkecil kembali dengan melihat sifat nyeri perut dan penjalaran dari nyeri perut yang terjadi. Pada pasien nyeri perut bersifat sangat hebat. Sesuai dengan tabel 2, maka dapat dicurigai pasien mengalami appendicitis, diverticulitis, limfadenitis mesenterika, dan peritonitis. Kemudian melihat gejala pasien yaitu perut tegang maka dapat dicurigai kemungkinan terjadi peritonitis, namun karena tegang tidak menyebar keseluruh perut, maka peritonitis lokalisasi dapat ditegakkan, melihat faktor risiko yaitu pada anak risiko terjadinya appendicitis perforasi lebih besar dibandingkan orang dewasa, karena omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih 28
panjang, dan dinding apendiks yang lebih tipis, serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkan terjadinya perforasi pada anak anak sebesar 25%.
Selanjutnya nyeri perut dilihat dari sifat penjalaran nyeri. Penjalaran nyeri perut pada pasien adalah awalnya di sekitar umbilicus dan kemudian berpindah ke kanan bawah. Berdasarkan keluhan tersebut maka dapat diperkecil kembali kemungkinan yang ada, pasien dapat dicurigai mengalami appendicitis, diverticulitis, limfadenitis mesenterika, dan peritonitis yang bersifat lokal.
29
Selanjutnya dari anamnesis didapatkan keluhan tambahan yaitu mual dan muntah, nafsu makan menurun, demam tidak terlalu tinggi (subfebris) dan riwayat BAB tidak lancar yang merupakan gejala distensi abdomen yang sering terjadi pada pasien dengan appendicitis akibat obstruksi dari appendiks. Maka dari aspek anamnesis dapat diambil kesimpulan pasien mengalami Appendisitis dan masih terdapat kemungkinan peritonitis dengan jenis peritonitis lokalisata. Namun appendicitis perlu diperhatikan lebih lanjut karena terdapat berbagai jenis appendicitis. Berikut adalah klasifikasi appendicitis :
30
Appendicitis Akut Appendicitis Akut Sederhana (Cataral Appendicitis) Proses peradangan baru terjadi di mukosa dan sub mukosa disebabkan obstruksi. Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks dan terjadi peningkatan tekanan dalam lumen yang mengganggu aliran limfe, mukosa appendiks jadi menebal, edema, dan kemerahan. Gejala diawali dengan rasa nyeri di daerah umbilikus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan. Pada appendicitis kataral terjadi leukositosis dan appendiks terlihat normal, hiperemis, edema dan tidak ada eksudat serosa.
Appendicitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis) Tekanan dalam lumen yang terus bertambah disertai edema menyebabkan terbendungnya aliran vena pada dinding appendiks dan menimbulkan trombosis. Keadaan ini memperberat iskemia dan edema pada apendiks. Mikroorganisme yang ada di usus besar berinvasi ke dalam dinding appendiks menimbulkan infeksi serosa sehingga serosa menjadi suram karena dilapisi eksudat dan fibrin. Pada appendiks dan mesoappendiks terjadi edema, hiperemia, dan di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Ditandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti nyeri tekan, nyeri lepas di titik Mc Burney, defans muskuler, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum.
Appendicitis Akut Gangrenosa Bila tekanan dalam lumen terus bertambah, aliran darah arteri mulai terganggu sehingga terjadi infrak dan ganggren. Selain didapatkan tanda-tanda supuratif, appendiks 31
mengalami gangren pada bagian tertentu. Dinding appendiks berwarna ungu, hijau keabuan atau merah kehitaman. Pada appendicitis akut gangrenosa terdapat mikroperforasi dan kenaikan cairan peritoneal yang purulen.
Appendicitis Infiltrat Appendicitis infiltrat adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon dan peritoneum sehingga membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya.
Appendicitis Abses Appendicitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus), biasanya di fossa iliaka kanan, lateral dari sekum, retrocaecal, subcaecal, dan pelvic.
Appendicitis Perforasi Appendicitis perforasi adalah pecahnya appendiks yang sudah ganggren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Pada dinding appendiks tampak daerah perforasi dikelilingi oleh jaringan nekrotik.
Appendicitis Kronis Appendicitis kronis merupakan lanjutan appendicitis akut supuratif sebagai proses radang yang persisten akibat infeksi mikroorganisme dengan virulensi rendah, khususnya obstruksi parsial terhadap lumen. Diagnosa appendicitis kronis baru dapat ditegakkan jika ada riwayat serangan nyeri berulang di perut kanan bawah lebih dari dua minggu, radang 32
kronik appendiks secara makroskopik dan mikroskopik. Secara histologis, dinding appendiks menebal, sub mukosa dan muskularis propia mengalami fibrosis. Terdapat infiltrasi sel radang limfosit dan eosinofil pada sub mukosa, muskularis propia, dan serosa. Pembuluh darah serosa tampak dilatasi.
Maka dari aspek anamnesis dapat diambil kesimpulan pasien mengalami Appendisitis perforasi karena alasan anak lebih sering mengalami perforasi pada apendisitis akut dan masih terdapat kemungkinan peritonitis dengan jenis peritonitis lokalisata. Maka hasil anamnesis dapat ditegakkan pasien mengalami Peritonitis lokalisaata dan Appensitis perforasi.
2. PEMERIKSAAN FISIK Pada pasien penegakkan diagnosis melalui pemeriksaan fisik sulit dinilai, karena pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan nyeri tekan regio lumbar dan illiaca dekstra dengan kondisi pasien adalah pasca operasi. Maka kemungkinan nyeri perut bukan berasal dari penyakit tetapi akibat luka yang masih basah dan belum mengalami penyembuhan pasca operasi laparotomy. Namun kemungkinan appendicitis masih dapat ditegakkan karena lokasi nyeri tetap berada di regio lumbar dan illiaca dekstra.
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Pada pasien didapatkan LED meningkat (46 mm/jam) dapat dicurigai adanya appendicitis infiltrate dan telah terjadi perlekatan. Leukositosis (18.240/uL) menunjukkan appendicitis yang terjadi bersifat akut dan kemungkinan perforasi karena kompensasi tubuh terhadap 33
infeksi. Netrofil meningkat (86,1%), Limfosit menurun (9,5%) menunjukkan shift to left yang artinya terjadi inflamasi akut bacterial. Elektrolit Natrium menurun (129 meq/L), Proteinuria (+2), dan Ketonuria (+2) masih belum jelas mengapa dapat terjadi, namun dari penelitian Chin San Wei dkk (2007) berpendapat bahwa proteinuria dan ketonuria menujukkan adanya perforasi apendiks yang disebabkan karena anoreksia pada pasien yang mengalami apendisitis.
4. PEMERIKSAAN TAMBAHAN USG Abdomen Dari USG Abdomen yang sudah di espertise didapatkan : Tampak struktur tubuler hipoechoic buntu dinding tebal irregular diameter 9,8 mm. Usus tampak dilatasi, dinding menebal dengan peristaltic usus menurun. Kesan : Appendicitis dengan gambaran peritonitis.
Modified Alvarado Score The Modified Alvarado Score Skor Skor Pasien Gejala Perpindahan nyeri dari ulu hati ke perut kanan bawah 1 1 Mual-Muntah 1 1 Anoreksia 1 1 Tanda Nyeri di perut kanan bawah 2 2 34
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan tambahan maka dapat disimpulkan pasien mengalami peritonitis lokalisata et causa appendicitis perforasi.
Nyeri lepas 1 0 Demam diatas 37,5 C 1 1 Pemeriksaan Laboratorium Leukositosis 2 2 Hitung jenis leukosit shift to the left 1 1 Total 10 9 Interpretasi dari Modified Alvarado Score: 1-4 : sangat mungkin bukan apendisitis akut 5-7 : sangat mungkin apendisitis akut 8-10 : pasti apendisitis akut KESIMPULAN : Alvarado Score9 Appendisitis Akut