Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
MENIMBANG
MENGINGAT
Peraturan
Menteri
Kesehatan
Republik
Indonesia
Nomor
Indonesia
Nomor
Keputusan
Menteri
Kesehatan
Republik
MEMPERHATIKAN
SK Dir. No. .......... tentang Hospital Bylaws RSUD Kecamatan Mandau ..........
MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN
Kesatu
Kedua
Apabila dikemudian hari terjadi kekeliruan dalam Surat Keputusan ini maka
akan diadakan perubahan atau perbaikan seperlunya.
Ditetapkan di :.............................
Tanggal
:..............................
RS .................................................
Dr..........................................
Direktur
DAFTAR ISI
Hal
Surat Keputusan Direktur tentang Pemberlakuan Buku Pedoman ..................................................
Daftar Isi ...........................................................................................................................................
Daftar Kepustakaan ..........................................................................................................................
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
PENDAHULUAN
Tujuan ......................................................................................................................
Falsafah ...................................................................................................................
RINCIAN PELAYANAN/KEGIATAN
Alur pelayanan
Uraian Jabatan.........................................................................................................
Ketentuan
Umum
Sarana...
Ketentuan khusus
Standar Obat
Ambulance kit...
Standar Ambulance.
Pengelolaan
Peralatan
Strandar
Pembuangan
Limbah
Medis..
BAB VI
BAB VII
BAB VIII
Lampiran
SISTEM EVALUASI
Tujuan ......................................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
DAFTAR KEPUSTAKAAN
1. Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT). Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Departemen Kesehatan RI. 2006
2. Pedoman pelayanan gawat darurat. Departemen Kesehatan RI. 1995
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang standar instalasi Gawat Darurat
(IGD) Rumah Sakit.
4. Australian College for Emergency Medicine, Guideline on Emergency Departement Design: March,
2007.
5. Guidelines for design and construction of Hospital and Healthcare Facilities. AIA, 2006
6. Herman Miller, Emergency Departement, Grafic Standart Programming anf schematic Design: Juni,
1999
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kejadian kegawatdaruratan saat ini semakin meningkat, baik karena kondisi tubuh seperti penyakit
infeksi, penyakit jantung, persalinan, atau karena kecelakaan maupun bencana alam. Keadaan gawat
darurat merupakan keadaan yang dapat terjadi pada seseorang atau kelompok orang dengan tiba-tiba
yang dapat membahayakan jiwa sehingga memerlukan tindakan yang cepat dan tepat agar dapat
meminimalkan angka kematian dan mencegah terjadinya kecacatan yang tidak perlu. Berdasarkan hal
tersebut maka diperlukan pelayanan gawat darurat yang bermutu melalui tersedianya sumber daya
dan sarana prasarana yang optimal.
B. TUJUAN
Tujuan Umum :
Terselenggaranya pelayanan Gawat Darurat yang optimal, terarah dan terpadu dalam upaya
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
Tujuan Khusus :
1. Mencegah kematian dan kecatatan.
2. Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien / melakukan rujukan baik secara horisontal
(setingkat) maupun vertikal (ke tingkat yang lebih tinggi).
3. Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi di dalam maupun di
luar rumah sakit.
4. Melakukan penanganan kasus true emergency maupun false emergency
5. Mengembangkan dan menyebarluaskan pengetahuan penanggulangan penderita gawat darurat
melalui pendidikan dan menyelenggarakan berbagai kursus yang berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilan bantuan hidup dasar (basic life support) maupun bantuan hidup
lanjut (advanced life support).
C. FALSAFAH
Instalasi Gawat Darurat sebagai salah satu pusat pelayanan yang mampu menanggulangi Gawat
Darurat secara profesional dan bekerjasama dengan unit lain secara terpadu.
BAB II
DASAR HUKUM DAN KEBIJAKAN DIREKTUR
A. DASAR HUKUM
B. KEBIJAKAN DIREKTUR
1. PELAYANAN GAWAT DARURAT :
a. Rumah Sakit menyelenggarakan pelayanan gawat darurat kepada masyarakat secara terus
menerus selama 24 jam, 7 hari dalam seminggu.
b. Instalasi Gawat Darurat terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan lainnya.
c. Instalasi Gawat Darurat melaksanakan prosedur triase yang dilakukan oleh tenaga medis.
d. Kriteria pasien yang dilayani di IGD berdasarkan sistem triase, meliputi :
e. Pelayanan Instalasi Gawat Darurat diintegrasikan dengan unit / instalasi lain di rumah sakit.
2. KETENAGAAN :
a.
Pelayanan medis di IGD diberikan oleh dokter terampil dan pelayanan keperawatan di IGD
diberikan oleh perawat mahir.
b. Dokter, perawat, konsulen, dan petugas pendukung lain yang bertugas di Instalasi Gawat
Darurat memiliki jadwal tertentu yang sudah ditentukan setiap bulannya, ada dokter dan
perawat siaga ditempat (on-site), ada dokter konsulen yang siap panggil (on-call), ada petugas
jaga dari instalasi radiologi dan laboratorium yang siaga (on- site).
c. Pengaturan jadwal jaga dokter IGD dilakukan oleh Kepala Instalasi berkoordinasi dengan Ka.
SMF terkait
d. Jumlah dan kualifikasi tenaga yang tersedia sesuai dengan kebutuhan pelayanan rumah sakit.
e. Semua dokter dan tenaga keperawatan mampu melakukan teknik pertolongan hidup dasar
(Basic Life Support).
f.
Petugas IGD mampu memberikan informasi secara benar kepada pasien maupun masyarakat.
Pegawai rumah sakit dan masyarakat di sekitar rumah sakit diberi pelatihan untuk
meningkatkan keterampilan dalam bidang gawat darurat.
Pelayanan ambulance
b. Sistem komunikasi di Instalasi Gawat Darurat mempunyai telepon intern dan ekstern.
Hubungan ke luar Instalasi Gawat Darurat dapat diakses langsung dan hanya digunakan untuk
kepentingan pelayanan IGD.
c. Petunjuk dan informasi disediakan bagi masyarakat untuk menjamin adanya kemudahan,
kelancaran, dan ketertiban dalam memberikan pelayanan di Instalasi Gawat Darurat.
d. Sebaiknya ada leaflet khusus IGD beserta tarif yang diletakan diruang IGD & ruang lainya
terutama front office.
6. ALUR PELAYANAN IGD :
Dalam pelaksanaan pelayanan di IGD mempunyai alur pelayanan sebagai berikut :
Semua pasien baru masuk ke triage untuk dilakukan penapisan, sehingga pasien dapat segera
dilayani sesuai dengan kegawatannya.
Ruang resusitasi / stabilisasi : Pasien Level I dan II di tempatkan diruangan ini agar dapat
dilakukan stabilisasi sebelum dipindahkan ICU
Ruang observasi sesuai fasilitas dan kemampuan yang tersedia didukung kemampuan terapi
definitif
Pelayanan rekam medis 24 jam. Di luar jam buka Instalasi rekam medis, pelayanan rekam
medis dilakukan oleh perawat IGD dan petugas front office yang terlatih.
7. SISTEM RUJUKAN :
a. IGD bekerja sama dengan unit-unit pelayanan medis yang ada di luar maupun di dalam rumah
sakit
b. IGD bekerja sama dengan institusi pengelola mobil jenazah
Mempunyai kerjasama dengan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitar rumah sakit
dalam menghadapi musibah masal / bencana yang terjadi di daerah wilayah rumah sakit.
9. Seluruh kegiatan IGD dilakuan kegiatan pencatatan, pelaporan dan evaluasi secara rutin.
10. Kebijakan, Pedoman Pengelolaan Instalasi Gawat Darurat, serta Standar Prosedur Operasional
(SPO) pelayanan gawat darurat ditetapkan sebagai pedoman kerja bagi seluruh staf di IGD
11. Pelayanan gawat darurat harus mencerminkan kualitas pelayanan IGD yang bermutu tinggi dengan
melaksanakan Standar Mutu Pelayanan.
BAB III
RINCIAN PELAYANAN / KEGIATAN
KEGIATAN TRIAGE
Triage adalah : proses penilaian pasien berdasarkan tingkat kegawatan dan jenis penyakitnya agar
dapat ditentukan apakah pasien perlu ditangani dengan segera dan ditentukan tempat
penanganannya.
Kriteria Pasien yang dilayani di IGD :
LEVEL I (kritis) adalah : pasien berada dalam keadaan kritis dan mengancam nyawa atau
anggota badannya menjadi cacat bila tidak segera mendapat pertolongan atau tindakan
darurat.
Contoh : Cardiac arrest / henti Jantung, anafilaksis, trauma multiple yang membutuhkan
resusitasi, trauma komplek yang membutuhkan resusitasi, pasien tidak sadar (over dosis,
kejang, cidera kepala), obstruksi jalan nafas berat, cedera berat yang memerlukan resusitasi
LEVEL II (tidak stabil) adalah : pasien berada dalam keadaan gawat, akan menjadi kritis dan
mengancam nyawa bila tidak segera mendapat pertolongan atau tindakan darurat.
Contoh : Nyeri dada akut, gangguan pernafasan berat (PO2 > 85 %), nyeri hebat, sengatan /
gigitan binatang berbisa, overdosis (sadar), aritmia jantung hebat, gangguan psikiatri berat,
perdarahan, fraktur luas, pasien dengan suhu > 39o C.
LEVEL III (cenderung tidak stabil) adalah : pasien berada dalam keadaan tidak stabil, tetapi
tidak memerlukan tindakan darurat, dan tidak mengancam nyawa.
Contoh : Nyeri abdomen sedang, fraktur tertutup, penyakit-penyakit akut, trauma dengan nyeri
sedang
LEVEL IV (stabil) adalah : Pasien datang dengan keadaan stabil, tidak mengancam nyawa,
dan tidak memerlukan tindakan segera (pasien poliklinik umum).
Contoh : Cedera ringan, nyeri ringan, nyeri kepala ringan, sakit ringan.
LEVEL V (rutin).
Contoh : Ganti verban, permintaan rujukan, kontrol ulang, medical check up
2. PELAYANAN AMBULANS :
Pelayanan Ambulance RS / RSIA Hermina adalah Ambulance Gawat Darurat untuk melakukan
evakuasi pasien gawat darurat , yaitu evakuasi pasien yang tidak mengalami ancaman jiwa, dan
korban dalam keadaan cukup baik / stabil / sudah memungkinkan untuk dipindahkan.
a. Tujuan
Mendukung pelayanan medis dalam :
Pengangkutan pasien dari satu fasilitas pelayanan medik ke tempat lain untuk rujukan atau
3. PELAYANAN RUJUKAN
a. Tujuan : untuk mendapatkan pelayanan yang lebih lengkap baik fasilitas maupun tenaga medis
baik RSUD Kecamatan Mandau sebagai RS rujukan ataupun dalam hal RSUD Kecamatan
Mandau melakukan rujukan ke rumah sakit lain.
b. Pelayanan rujukan diatur dalam SOP Rujukan (terlampir)
c. RSUD Kecamatan Mandau menerima rujukan dari praktek dokter, bidan dan rumah sakit
disekitar.
4. PENANGGULANGAN BENCANA / DISASTER PLAN
Bencana adalah rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam atau manusia yang
mengakibatkan korban dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana dan prasarana umum serta menimbulkan gangguan tata kehidupan dan
penghidupan yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara khusus.
a. Tujuan :Agar bencana dapat ditangani secara cepat dan tepat sesuai kondisinya
b. Kategori bencana :
Internal
Bencana yang berasal dari intern rumah sakit dan menimpa rumah sakit dengan
segala obyek vitalnya., yaitu pasien, pegawai, material dan dokumen.
Misalnya kebakaran.
Eksternal
Bencana yang bersumber dari luar rumah sakit yang dalam waktu singkat
mendatangkan korban bencana dalam jumlah melebihi rata-rata sehingga
memerlukan penanganan khusus dan mobilisasi tenaga pendukung lainnya
Misalnya keracunan masal, kecelakaan masal.
5. BLUE TEAM
Blue Team adalah sekelompok klinisi (medis dan paramedis) terlatih yang diberi tugas dan
tanggung jawab melakukan tindakan medis pada kasus kegawatdaruratan medis dimanapun
pasien berada di lingkungan rumah sakit.
a. Tujuan :
Mencegah terjadinya kegawatan pada pasien-pasien yang dicurigai berisiko melalui
penatalaksanaan yang cepat dan tepat sebelum kegawatan menjadi lebih buruk
melalui proses early warning system / deteksi dini.
Mengatasi kegawatdaruratan medis dengan melakukan tindakan resusitasi secara
cepat dan tepat.
PENDAHULUAN
Rumah sakit merupakan salah satu sarana upaya kesehatan, dimana terjadi interaksi antara
petugas rumah sakit dan masyarakat pengguna rumah sakit dan keluarganya. Karena itu,
situasi dan kondisi rumah sakit tidak hanya tergantung pada petugas kesehatan di rumah sakit,
tetapi pada kedua-duanya, yaitu petugas kesehatan di rumah sakit dan masyarakat pengguna
rumah sakit, selain juga pada sarana yang tersedia. Ini berarti bahwa baik perilaku petugas
rumah sakit maupun perilaku masyarakat pengguna rumah sakit merupakan unsur penentu.
II. TUJUAN :
1. Meningkatkan keterampilan dalam bidang gawat darurat bagi karyawan rumah sakit
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pertolongan pertama kegawatdaruratan
III. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN
A. Untuk karyawan
ii.
Diklat Eksternal
Dengan mengikuti Diklat yang diselenggarakan oleh Instansi Pemerintah dan
swasta yang berkompeten dalam bidang Gawat Darurat
ii.
ii.
B. Untuk Masyarakat
1. Materi diklat untuk masyarakat umum meliputi :
Penanganan keracunan
Pasien
datang
TRIAGE
Area
Resusitasi
Area
Tindakan
Area
Observasi
Area
Konsultasi
Area Kegawat
daruratan Obgyn
dan Neonatal
(PONEK)
BAB IV
PENGORGANISASIAN DAN SUMBER DAYA MANUSIA
A. STRUKTUR ORGANISASI
KOMITE MEDIS
DIREKTUR
KEPALA INSTALASI
GAWAT DARURAT
STAF ADMINISTRASI
IGD
DOKTER JAGA
IGD
KEPALA PERAWATAN
INSTALASI GAWAT DARURAT
PJ SHIFT
PJ GAWAT
SHIFT DARURAT
INSTALASI
INSTALASI GAWAT DARURAT
PELAKSANA
PELAKSANA
INSTALASI
GAWAT DARURAT
INSTALASI GAWAT DARURAT
BLUE TEAM
AMBULANCE
KANTOR
POLISI
AMBULANS
PIHAK KETIGA
KOMITE MEDIS
RI
RJ
PERINA /
ICU/IMCU
PEMADAM
KEBAKARAN
KAMAR
BERSALIN
MOBIL
JENAZAH
IGD
KAMAR
OPERASI
RUMAH SAKIT
RUJUKAN
PENUNJANG
MEDIS
TIM K3 RS
PERSONALIA
PANITIA PPI
MARKETING
KEUANGAN
RUMAH
TANGGA
Keterangan :
1. Hubungan Kerja Internal (dengan unit lain didalam RS) :
a. Komite Medis : Penyusunan SPM dan SPO Pelayanan Medis di IGD
b. Perawatan :
Rawat Inap
Rawat Jalan
Perawatan Intensif
Perawatan IMCU
Kamar bersalin
Kamar Operasi
c. Instalasi Farmasi :
d. Instalasi Laboratorium
: pemeriksaan laboratorium
e. Instalasi Radiologi
: pemeriksaan radiologi
f.
Rekam Medis
g. Personalia
h. Rumah Tangga
Gudang Umum
Tata Graha
IPSRS
i.
j.
Laundry
: pengadaan linen
Keuangan
Kasir
Laporan BHP
Marketing
k. Panitia PPI
l.
Tim K3 RS
Ketenagaan IGD
KUALIFIKASI
JUMLAH
Kepala Instalasi
1.
2.
3.
1 orang
Minimal 5 orang
Minimal 1 orang
untuk masing
masing spesialis
1 orang
PJ Adm : 1 orang
PJ shift : 1 orang/shift
Perawat pelaksana
1 perawat untuk 10
pasien/shift
(Standar Depkes)
atau rumus gilles
dengan koreksi 5%
Blue Team
Dokter : 5 7 orang
Perawat : 8 12
orang
Petugas ambulans
Supir
Telah mengikuti pelatihan BLS
1 orang/shift
b. Jadwal dokter jaga umum IGD disusun oleh Kepala Instalasi Gawat darurat
c. Jadwal disusun setiap bulan dan ditandatangani oleh Kepala Instalasi Gawat Darurat, dan
Kepala Bagian Pelayanan Medis
BAB V
FASILITAS DAN PERALATAN
A. Ketentuan Umum
1. Luas ruangan
memperhitungkan
Luas ruang minimal 50m2/1000 kunjungan per tahun atau 145 m2/1000 pasien
rawat
Lokasi ruangan harus mudah dicapai dengan tanda-tanda yang jelas dari jalan maupun
dari dalam RS.
Lokasi ruangan tidak terpisah secara fungsional dari unit-unit pelayanan lainnya
di
RS
(terintegrasi)
Lokasi IGD harus memiliki akses cepat ke ruang ICU, kamar operasi dan kamar bersalin.
(laboratorium
Pintu masuk ruangan sebaiknya dalam bentuk swing doors atau automatic doors
Pintu masuk IGD memiliki lebar minimum 1,5 m dengan tinggi pintu 2,1 m dari lantai,
untuk
bersamaan.
Pintu instalasi menghadap ke arah yang dapat diakses langsung oleh ambulans
tanpa
mundur.
4. Langit-langit/plafon
Tinggi langit-langit untuk area di luar ruangan seperti kanopi untuk ambulance
2,4 m
Permukaan langit-langit harus tahan gores, tahan terhadap jamur dan lumut,
dan
mudah dibersihkan.
Bahan dasar langit-langit harus bebas dari zat yang teratogenik, mutagenik atau
berbahaya bagi kesehatan manusia.
Bersifat monolitik dari dinding ke dinding tanpa ada celah atau rongga yang menyebabkan
partikel kotoran mudah masuk ke ruangan.
5. Dinding
Memiliki daya tahan dan ketahanan terhadap dampak dari furnitur, troli, dll (tidak
mudah
retak, rusak)
Menggunakan cat
karsinogenik
terang.
Dinding
terbuat
dari
bahan
vinyl
setinggi
langit-langit,
tidak
direkomendasikan
menggunakan ubin keramik sebagai dinding, karena rentan rusak atau retak.
6. Lantai
Permukaan lantai memiliki karakteristik : permukaan anti slip, kedap air, tahan l ama,
mudah dibersihkan, shock absorption, dan bersifat akustik untuk mengu rangi transmisi
suara
Material lantai harus bebas dari zat yang bersifat teratogenik, mutagenik,
karsinogenik,
Memiliki daya tahan dan ketahanan yang kuat terhadap dampak dari furnitur,
troli,
7. Penerangan
Pencahayaan yang alami dan maksimal dapat memberikan kontribusi rasa aman
nyaman bagi pasien, serta memaksimalkan pelayanan di ruang gawat
darurat.
Pencahayaan yang cukup dan adekuat untuk observasi klinis dengan lampu day light
untuk meminimalisasi disorientasi pasien dan staf .
dan
lux.
Setiap staff medis melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien.
Untuk penempatan wastafel selain area tindakan dalam jarak 10-12 m2 dari luas
ruangan.
Dilengkapi dengan handsoap dan paper towel disposable dan tidak ada kaca.
Informasi
Toilet
Keamanan
b. Ruang Administrasi
Rekam Medik
c. Ruang Triase
d. Ruang Staff
Memiliki loker, toilet dan kamar ganti sendiri.
e. Ruang Informasi dan Komunikasi / Ruang Konsultasi
Dapat dipergunakan sebagai ruang pemeriksaan untuk pasien poli umum / pasien
level IV
2. Ruang Tindakan
a. Area Tindakan
Ruangan yang berfungsi untuk penanganan pasien dengan penyakit atau cedera akut
b. Area Resusitasi
Ruangan yang berfungsi khusus untuk menangani tindakan resusitasi untuk pasien yang
c. Area Observasi
Area
d. Area Dekontaminasi
Dalam bentuk ruangan dengan luas 3-4 m
Berfungsi sebagai ruang untuk dekontaminasi pasien yang terkena bahan kimia, pestisida,
3. Depo Farmasi
Area ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan obat-obatan kebutuhan instalasi IGD.
Lokasi depo berdekatan dengan ruang staff/nurse station atau ruangan sendiri.
4. Area Penyimpanan
Ruangan ini berfungsi sebagai ruang penyimpanan peralatan IGD. Memiliki luas minimal 4 m.
5. Area Linen
Area ini berfungsi untuk meletakkan linen kotor atau peralatan bekas pakai yang akan
b. area tindakan
c. area observasi
d. area Triage
7. Setiap area dalam ruangan IGD harus dipisahkan oleh partisi padat yang membentang dari langitlangit kelantai.
8. Pintu masuk ke masing-masing area harus dapat ditutup dengan partisi bergerak atau tirai.
9. Terdapat walldock pada tiap tempat tidur dengan minimal 6 stopkontak untuk memudahkan
pengoperasian alat-alat medis.
Ambulatory Entrance
Triage
R. Tunggu
R. Administrasi
Nurse Station /
R. Staff
Penyimpanan
Depo Farmasi
Linen
Observasi
Tindakan
Resusitasi
Dekontaminasi
Nama Alat
Kebutuhan
Ambubag Anak
Ambubag Bayi
Ambubag Dewasa
Bak Instrumen 17 X 10 X 4 Cm
Bak Instrumen 22 X 12 X 4 Cm
Bak Instrumen 32 X 26 X 10 Cm
Brancar Dorong
10
CPR Board
11
Defibrilator
12
13
14
ECG
15
16
17
Head Box
18
Infant Warmer
19
Infusion Pump
20
21
22
Kursi Roda
23
1
2
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
Nierbeken 23 Cm
35
Ophtalmoscop
36
Otoskop
37
38
Patient Monitor
39
Penlight
40
41
Pispot
42
43
Senter
44
Set GV
45
46
Set Nebulizer
47
Stetoscope Anak
48
Stetoscope Bayi
49
Stetoscope Dewasa
50
51
Syringe Pump
1
1
2
3
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
1
1
52
53
Tensimeter Stand
54
Termometer Digital
55
Termometer Manual
56
Tiang Infus
57
58
59
Trolly ECG
60
Trolly Emergency
61
Trolly Instrumen
62
Tromol Diam. 27 T. 22 Cm
63
Urinal
64
65
Gluko stik
4
1
1
2
1
1
1
1
1
1
2
1
1
1
Nama Alat
Kebutuhan
Walloutlet + Humidifier
C. STANDAR OBAT
Penyimpanan obat :
Penyimpanan morphin diletakkan di troli emergency/pada laci yang bisa dikunci, kunci diletakkan di
meja kerja IGD
No
Alat Medis
1
Defibrilator dengan monitor
2
Monitor
3
Tabung Oksigen
4
Check List isi trolley
5
Daftar obat isi troley
Laci Pertama (obat-obatan emergency)
Jumlah
1
1
1
1
1
Adrenalin
Aminophillin
Amniodaron (cordaron)
Atropine
Calcium glukonat
Dextrose 40%
Diazepam inj
Dopamin
Dobutamin
Glokagon
Hidrokortison inj
KCl inj
Lasix inj
Lanoxin
Lidokain
Natrium bicarbonat
Nitrogliserin
Tramadol inj
@2
2
2
Blood set
Abbocath no 18-24
@2
Alkohol swab
@1
5
@3
Laringoskop bayi
Ambubag bayi
Ambubag anak
Ambubag dewasa
Sungkup muka
Suction cateter
Nasal cannula
10
11
12
Magil forcep
@1
@1
Suction portable
Ringer Lactat
Asering
Dextrosa 5%
Dextrosa 10%
Haes Steril/gelofusin/
8
Catatan :
Defibrilator dapat ditempatkan pada trolley khusus bila dikhawatirkan akan jatuh bila ditempatkan
pada bagian atas troley emergency.
Monitor dapat diletakan pada walldock.
2.
Nama Obat
Cairan
Ringer Lactat
NaCl 0,9%
Dextrose 5%
Dextrose 10%
5
6
7
8
9
10
11
12
13
N5
N4
Asering
KAEN 3B
KAEN 3A
KAEN 1B
Ringer Dextrose
Gelofusin/Haes Steril
Manitol
II
1
Obat-obatan
Aminophillin inj
Amniodaron (cordaron)
Arixtra inj
ATS
Buscopan inj
Calcium glukonat
Chlor Ethil
Dextrose 40%
10
Diazepam inj
11
12
Dopamin
13
Dobutamin
14
Glukagon
15
Heparin
16
Hidrokortison inj
17
Insulin inj
18
KCl inj
19
Lasix inj
20
Lanoxin inj
21
Lidokain inj
22
23
24
Morfin inj
25
26
Nalokson
27
28
Novalgin inj
29
30
Adrenalin inj
31
Pethidin inj
32
Ranitidine Inj
33
34
35
Tramadol inj
36
37
38
39
Aspilet 80 tab
40
ISDN tab
III
Lain-lain
Collar neck S M L
Spalk
Arm sling
Elastic Bandage
Nama Alat
Jumlah
@ 1 set
@ 1 set
@ 1 set
@ 1 set
Magyl forcep
@1
@1
Keterangan :
Suction dan oksigen harus tersedia di masing masing ruangan / Nurse Station
2. STANDAR OBAT :
No
Nama Obat
Jumlah
Adalat 5 mg (Nifedipine)
Adalat 10 mg
Aminophillin inj.
Dextrose 40 %
Dexamethason inj.
Diltiazem inj.
Diazepam inj.
Dilantin inj.
10
11
Dormicum
12
Epinefrin inj.
13
Furosemide inj.
14
Gelofusin
15
Haes Steril
16
17
KCl inj.
18
Lidocaine inj.
19
Lanoxin inj.
20
21
22
23
24
Sibital inj.
25
26
@1
E. AMBULANCE KIT
Ambulance kit adalah alat-alat medis dan bahan medis habis pakai milik ambulance tetapi bila
ambulance tidak dipakai diletakkan di IGD, ditempatkan dalam wadah khusus yang mudah untuk
dibawa.
1.
STANDAR ALAT
No
Nama Alat
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
2.
1
1
1
1 set
1 set
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
@1
1
@1
Bahan Medis
Lubricating jelly
Microphore 1 inchi
Microphore 0.5 inchi
Nasal canule anak
Nasal canule dewasa
Neck splint / collar splint *
Non rebreathing mask anak *
Non rebreathing mask dewasa *
Oropharyngeal airway
Rebreathing mask anak *
Rebreathing mask dewasa *
Simple mask anak *
Simple mask dewasa *
Tegaderm kecil
Wipi
Sarung tangan
Surgical face mask
Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
1
1 set
1
1
1
1
1
5
5
5
Keterangan : Pemakaian BMHP tidak di tagihkan ke pasien (masuk dalam penghitungan unit cost
tarif ambulance) kecuali yang bertanda *.
3. STANDAR OBAT :
No
1
Nama Obat
Aspilet 80 mg
Jumlah
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Dextrose 40 %
Dexamethason inj.
Diazepam inj.
Dormicum
Epinefrin inj.
Morphin inj.
NaCl 0,9 % 500 ml
Nitrogliserin tab (ISDN tab.) 5 mg
Ringer lactate
Sulfas Atropin inj.
Stesolid supp.(5 mg, 10 mg)
FASILITAS
STANDAR
Kendaraan
1. Mobil
2. Tinggi kendaraan
3. Kaca mobil
4. Ruang pasien
Tipe van
2 meter 2,2 meter
Ruang pasien tidak dapat dilihat dari luar
Cukup luas untuk untuk bekerja dan infus
dapat menetes dengan baik
Berisi 1 stretcher, 2 kursi petugas, lemari
alat dan obat
b.
c.
Perlengkapan kendaraan
1. Lantai ruang pasien
2. Pendingin ruangan
Isi ruangan
1.
Alat-alat medis
2.
3.
Kursi petugas
4.
Lampu penerangan
5.
Sumber listrik
6.
Gantungan Infus
7.
Oksigen
2.
3.
8. Stretcher
9. Scoope stretcher
d.
1
Stretcher ditambahkan tiang untuk menggantung
infuse pump atau syringe pump
1
Alat Medis
1. Bag valve mask bayi
4. Laryngoscope anak
5. Laryngoscope dewasa
6. Magil forceps
7. Manset anak
8. Pen light
9. Pulse Oxymetri
10. Sphygmomanometer
e.
18. Termometer
1
(digunakan juga untuk memback- up kebutuhan
di ICU, OK)
12
2. Infuse Set
3. IV Cathether no. 24 18
4. Lubricating jelly
5. Microphore 1 inchi
f.
@1
1 set
1 set
@1
17. Tegaderm
18. Wipi
10
1 box
1 box
4 tab
2. Dextrose 40 %
1 flacon
3. Dexamethason inj.
1 amp
4. Diazepam inj.
1 amp
5. Dormicum
1 amp
6. Epinefrin inj.
2 amp
7. Morphin inj.
1 amp
1 kolf
4 tab
2 kolf
10 amp
@ 1 buah
Lain-lain
1. Kit untuk peletakan alat medis
1 buah
dan obat-obatan
2. Tempat sampah tertutup
3. Alat komunikasi
4. Kelengkapan Administrasi :
1 buah
Radio komunikasi dan Mobile phone
a. Buku pemakaian kendaraan 1 buah
b. Buku petunjuk pemeliharaan kendaraan 1
buah
c. Manual almed 1 buah
d. Buku petunjuk pemeliharaan alat 1 buah
e. Buku catatan pemakaian obat / BHP 1 buah
f. Meja jalan 1 buah
Keterangan :
Pemakaian alat medis, BMHP tidak di tagihkan ke pasien (masuk dalam penghitungan unit cost
2. Pengelolaan ambulance :
Pengelolaan kendaraan (pemeliharaan) dilakukan oleh Bagian Rumah Tangga
G. PENGELOLAAN PERALATAN
1. Program pemeliharaan peralatan dan prasarana lainnya di Instalasi Gawat Darurat berpedoman
pada Program K-3 Rumah Sakit
2. Pemeliharaan terdiri dari :
a. Pemeliharaan rutin yang dilakukan oleh perawat pelaksana
b. Pemeliharaan mingguan, bulanan, triwulanan dilakukan oleh petugas IPSRS
c. Kalibrasi peralatan dilakukan oleh BPFK dan lembaga lain yang berlisensi.
3. Jadwal pemeliharaan peralatan dan prasarana lainnya di Instalasi Gawat Darurat terlampir
4. Evaluasi terhadap pelaksanaan pemeliharaan peralatan dan prasarana dilakukan setiap 3 bulan.
H. SISTEM KOMUNIKASI IGD
1. Sistem komunikasi dilakukan untuk menjamin kelancaran hubungan antara instalasi gawat darurat
dengan :
a. Unit lain di dalam dan di luar RS yang terkait
b. Rumah sakit dan sarana kesehatan lainnya
c. Pelayanan ambulans
d. Unit pemadam kebakaran
e. Konsulen SMF / Dokter jaga spesialis
2. Fasilitas komunikasi Instalasi Gawat Darurat : 2 pesawat telepon
a. Satu pesawat telepon untuk akses langsung ke luar (extern) yang dilengkapi mesin fax.
b. Satu pesawat telepon antar unit di dalam rumah sakit akses langsung melalui nomor
extension
3. Sistem komunikasi diatur dalam SOP Sistem komunikasi
I.
BAB VI
MONITORING : PENCATATAN, PELAPORAN, DAN KEGIATAN RAPAT
A. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN INSTALASI GAWAT DARURAT terdiri dari :
1. Data kinerja, terdiri dari :
a. Data kunjungan pasien IGD, meliputi jumlah kunjungan berdasarkan level, respon time, asal
pasien dan penatalaksanaannya.
Dihadiri oleh Kepala Bagian Pelayanan Medis, Kepala Ruangan, PJ, dan staf non-medis
di Instalasi tersebut.
Agenda rapat : evaluasi rapat yang lalu, pembahasan hasil laporan pasient safety, dan
pembahasan data kinerja bulanan.
BAB VII
SISTEM EVALUASI
Evaluasi kegiatan Pelayanan Gawat Darurat dilaksanakan sebagai berikut :
A. LANGKAH LANGKAH PEMBUATAN EVALUASI :
1. Evaluasi dilaksanakan berdasarkan data kinerja bulanan yang direkap setiap 3 bulan dan pada
akhir tahun.
2. Evaluasi dilakukan oleh Kepala Instalasi bersama Kepala Ruangan Instalasi Gawat Darurat
3. Setelah evaluasi dilanjutkan dengan analisa.
4. Dari hasil analisa dibuat kesimpulan dan rekomendasi / rencana tindak lanjut.
5. Hasil evaluasi dilaporkan ke Direktur RS untuk mendapatkan disposisi.
6. Hasil evaluasi tersebut dijadikan dasar dalam penyusunan program kerja tahun berikutnya.
B. HAL HAL YANG HARUS DIEVALUASI SETIAP TRIWULAN adalah :
1. DATA KINERJA BULANAN, yang meliputi :
a. Jumlah Pasien (Jumlah kunjungan sesuai dengan level kegawatan, angka kematian,
pemeriksaan penunjang, visum et repertum, data rujukan)
b. Pola Penyakit
2. PENCAPAIAN STANDAR MUTU
C. HAL HAL YANG HARUS DILAKUKAN EVALUASI SETIAP TAHUN adalah :
1. EVALUASI KINERJA TRIWULAN yang terdiri dari : evaluasi data kinerja dan pencapaian standar
mutu triwulan
2. EVALUASI ORGANISASI DAN KETENAGAAN :
Struktur Organisasi, Jumlah Tenaga, Pelaksanaan program Orientasi Karyawan Baru, Pelaksanaan
Program Diklat Pengembangan Staf
(berdasarkan data dari bagian personalia : absensi, data penilaian kompetensi, data lembur, data
diklat, dll)
3. EVALUASI PERALATAN :
Pelaksanaan perawatan rutin, Frekuensi kerusakan alat, Utilisasi alat
(berdasarkan data dari teknisi alkes / K3 RS)
4. EVALUASI STANDAR PELAYANAN :
Pembuatan baru / revisi Kebijakan, SPM, SPO, Juknis
BAB VIII
PENGENDALIAN DAN PENINGKATAN MUTU
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, khususnya di Instalasi Gawat Darurat maka
disusun suatu indikator untuk mengukur kualitas pelayanan gawat darurat.
A. TUJUAN :
Tersusunnya sistem monitoring pelayanan gawat darurat melalui indikator mutu pelayanan
Tercapainya mutu pelayanan gawat darurat yang dapat menunjang mutu pelayanan medis
sesuai dengan tuntutan dan perkembangan ilmu pengetahuan.
Sebagai indikator pengendalian mutu pelayanan gawat darurat ditetapkan STANDAR MUTU
PELAYANAN Instalasi Gawat Darurat yang merupakan bagian dari standar mutu pelayanan
medis.
Penetapan Standar Mutu Pelayanan dilakukan berdasarkan hasil, evaluasi dan analisa
pencapaian Standar Mutu Pelayananan tahun sebelumnya.
Standar Mutu Pelayanan ditetapkan setiap awal tahun dan akan dievaluasi setiap tahun
Laporan dan evaluasi pencapaian standar mutu dibuat oleh Kepala Instalasi Gawat Darurat dan
dilaporkan setiap triwulan kepada Direktutr melalui Kepala Bagian Pelayanan Medis.
Merupakan kegiatan kegiatan tidak rutin yang dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
sebagai tindak lanjut dari evaluasi program kerja pelayanan gawat darurat yang telah
dilaksanakan.
Program peningkatan mutu dituangkan dalam program kerja tahun berikutnya yang meliputi :
Program pengembangan staf / SDM : berupa program diklat intern dan ekstern
Program peningkatan mutu disusun satu tahun sekali yang dimasukkan ke dalam program kerja
tahunan berdasarkan evaluasi pencapaian program kerja tahun sebelumnya (Rekapitulasi data,
analisa dan evaluasi tahunan dilakukan pada bulan Desember untuk membuat program
peningkatan mutu tahun berikutnya dan revisi standar mutu yang merupakan bagian dari
program kerja tahunan).
Jika terjadi hal hal yang berpotensi mengganggu pelayanan pada tahun berjalan maka tindak
lanjut perbaikan mutu harus segera dilakukan.
-----00000------