Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
Begitupula dengan kemiskinan, rantai kemiskinan yang seakan tidak pernah putus menjadi
baying-bayang pembangunan negeri ini. Ketika banyak rakyat yang hidup dibawah garis
kemiskinan dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, maka perkembangan suatu
negara akan terhambat.
Untuk itu diperlukan kajian mendalam mengenai konsep distribusi pendapatan dan
kemiskinan, agar nantinya konsep tersebut dapat dikembangkan dan menjadi sebuah dasaran
bagi solusi atas masalah ketimpangan pendapatan dan kemiskinan negeri ini.
BAB II
ISI
perkapita.
2.
Inflasi atas pendapatan uang yang bertambah tidak diikuti secara proporsional
4.
Investasi yang banyak dalam proyek proyek yang padat modal (capital
investment) sehingga presentase pendapatan dari tambahan modal lebih besar daripada
presentase pendapatan yang berasal dari kerja sehingga angka penganguran bertambah
5.
6.
pada harga barang-barang hasil industri guna melndungi usaha- usaha golongan kapitalis
7.
Memburuhnya nilai tukar (term of trade) bagi negara sedang berkembang dalam
1.
Adanya kendala anggaran pada beberapa negara sedang berkembang menjadi kendala
tersendiri dalam upaya pemerataan pendapatan oleh pemerintah.
2.
Upaya yang tidak tepat sasaran seringkali menjadi alasan mengapa pemerintah gagal
menjangkau golongan miskin di negara tersebut. Hal ini bisa disebabkan oleh terbatasnya
interaksi antara pedesaan dan sektor sektor informal (yang merupakan intrepretasi
golongan miskin) dengan intitusi intitusi formal, misalnya intitusi keuangan dan
pemerintah terkait.
3.
Hambatan politik.
Golongan berpendapat rendah acapkali memiliki kekuatan politik yang lebih kecil
daripada masyarakat dengan penghasilan tinggi. Sementara upaya pengalokasian
pengeluaran tidak dapat dilepaskan dari kebijakan politik suatu negara, sehingga
seringkali politik menjadi hambatan dalam pemerataan pendapatan.
2.2.3 MACAM-MACAM DISTRIBUSI PENDAPATAN
1.
Pendapatan/orang
Pangsa (%)
Pangsa (%)
(unit uang)
Kuintil
Desil
0,8
1,0
1,8
4
1,4
1,8
1,9
2,0
2,4
2,7
2,8
10
3,0
11
3,4
12
3,8
13
4,2
14
4,8
15
5,9
16
7,1
17
10,5
18
12,0
19
13,5
20
15,0
51
28,5
100
100
100
3,2
3,9
5,1
5,8
13
7,2
9,0
22
13,0
22,5
Dalam tabel tersebut, semua penduduk negara tersebut diwakili oleh 20 individu (atau
lebih tepatnya rumah tangga). Kedua puluh rumah tangga tersebut kemudian diurutkan
berdasarkan jumlah pendapatannya per tahun dari yang terendah (0,8 unit), hingga yang
tertinggi (15 unit). Adapun pendapatan total atau pendapatan nasional yang merupakan
penjumlahan dari pendapatan semua individu adalah 100 unit, seperti tampak pada
kolom 2 dalam tabel tersebut. Dalam kolom 3, segenap rumah tangga digolonggolongkan menjadi 5 kelompok yang masing-masing terdiri dari 4 individu atau rumah
tangga. Kuintil pertama menunjukkan 20 persen populasi terbawah pada skala
5
pendapatan. Kelompok ini hanya menerima 5 persen (dalam hal ini adalah 5 unit uang)
dari pendapatan nasional total. Kelompok kedua (individu 5-8) menerima 9 persen dari
pendapatan total. Dengan kata lain, 40 persen populasi terendah (kuintil 1 dan 2) hanya
menerima 14 persen dari pendapatan total, sedangkan 20 persen teratas (kuintil ke lima)
dari populasi menerima 51 persen dari pendapatan total.
2.
Distribusi pendapatan fungsional atau pangsa distribusi pendapatan per faktor produksi
(functional or factor share distribution of income)berfokus pada bagian dari pendapatan
nasional total yang diterima oleh masing-masing faktor produksi (tanah, tenaga kerja,
dan modal). Teori distribusi pendapatan fungsional ini pada dasarnya mempersoalkan
persentase pendapatan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan sebagai unit-unit usaha
atau faktor produksi yang terpisah secara individual, dan membandingkannya dengan
persentase pendapatan total yang dibagikan dalam bentuk sewa, bunga, dan laba
(masing-masing
merupakan
perolehan
dari
tanah,
modal
uang,
dan
modal
fisik). Walaupun individu-individu tertentu mungkin saja menerima seluruh hasil dari
segenap sumber daya tersebut, tetapi hal itu bukanlah merupakan perhatian dari analisis
pendekatan fungsional ini.
Kurva permintaan dan penawaran diasumsikan sebagai sesuatu yang menentukan harga
per satuan (unit) dari masing-masing faktor produksi. Apabila harga-harga unit faktor
produksi tersebut dikalikan dengan kuantitas faktor produksi yang digunakan bersumber
dari asumsi utilitas (pendayagunaan) faktor produksi secara efisien (sehingga biayanya
berada pada taraf minimum), maka kita bisa menghitung total pembayaran atau
pendapatan yang diterima oleh setiap faktor produksi tersebut. Sebagai contoh,
penawaran dan permintaan terhadap tenaga kerja diasumsikan akan menentukan tingkat
upah. Lalu, bila upah ini dikalikan dengan seluruh tenaga kerja yang tersedia di pasar,
maka akan didapat jumlah keseluruhan pembayaran upah, yang terkadang disebut
dengan istilah tersendiri, yakni total pengeluaran upah (total wage bill).
3.
Aspek keadilan dan pemerataan, selain dapat ditinjau berdasarkan distribusi perorangan
dan fungsional, dapat pula ditinjau berdasarkan distribusi regional (antar daerah).
Misalnya untuk kasus Indonesia, distribusi pendapatan antarkabupaten, antar provinsi.
Untuk Indonesia, berdasarkan data yang ada tampak adanya perbedaan tingkat
kesejahteraan antarwilayah/daerah di Indonesia. Beberapa faktor penting yang diduga
sebagai penyebab terjadinya perbedaan pendapatan antarwilayah ini adalah kepemilikan
sumberdaya alam, ketersediaan infrastruktur, dan kualitas sumberdaya manusia.
2.2.4 INDIKATOR DISTRIBUSI PENDAPATAN
1.
Kurva Lorenz
Kurva Lorenz yang diambil dari nama seorang ahli statistika Conrad Lorenz, merupakan
metode yang lazim digunakan untuk menganalisis statistik pendapatan perorangan. Pada
tahun 1905, ia menggambarkan hubungan antara kelompok-kelompok penduduk dan
Presentase pendapatan
Garis pemerataan
D
C
B
Kurva Lorenz
A
Presentase penerimaan pendapatan
Pada titik 60 terdapat 60% kelompok bawah, demikian seterusnya samapi pada sumbu
paling ujung yang meliputi 100% atau seluruh populasi atau jumlah penduduk.
Sedangkan sumbu vertikal menyatakan bahwa dari pendapatan total yang diminta oleh
masing-masing presentase kelompok penduduk tersebut. Sumbu terebut juga berakhir
pada titik 100%, sehingga itu berarti bahwa kedua sumbu (vertikal dan horizontal) sama
panjangnya. Gambar ini secara keseluruhan berbentuk bujur sangkar, dan dibelah oleh
sebuah garis diagonal yang ditarik dari titik nol pada sudut kiri bawah (titik asal) menuju
ke sudut kanan atas. Pada setiap titik yang terdapat pada garis diagonal itu, presentase
pendapatan yang di terima persis sama dengan presentase jumlah penerimaannyamisalnya , titik tengah garis diagonal melambangkan 50% pendapatan yang tepat
didistribusikan untuk 50% dari jumlah penduduk. Dengan kata lain garis diagonal pada
gambar tersebut melambangkan peranan sempurna (perfect equality) dalam distribusi
ukuran pendapatan. Masing-masing pendapatan kelompok penerimaan pendapatan
menerima presentase pendapatan total yang sama besarnya; contoh. nya, 40% kelompok
terbawah akan menerima 40% dari pendapatan total, sedangkan 5% kelompok teratas
hanya menerima 5% dari pendapatan total.
Semakin jauh jarak kurva Lorenz dari garis diagonal (yang merupakan garis
pemerataan sempurna),
maka
pendapatannya. Kasus ekstrem dari ketidakmerataan yang sempurna (yaitu, apabila hanya
seorang saja yang tidak menerima pendapatan) akan diperhatikan oleh kurva Lorenz yang
berhimpitan dengan sumbu horizontal sebelah bawah dan sumbu vertikal disebelah
kanan. Oleh karena itu tidak ada satu Negara pun yang memperlihatkan pemerataan
sempurna atau ketidaksamaan sempurna dalam distribusi pendapatannya, semua kurva
Lorenz dari setiap Negara akan ada di sebelah kanan garis diagonal seperti yang
ditunjukan gambar di atas. Semakin parah tingkat ketidakmerataan atau ketimpangan
distribusi pendapatan disuatu Negara, maka bentuk kurva Lorenznya pun akan semakin
melengkung mendekati sumbu horizontal bagian bawah.
2.
Koefisien Gini
Angka Gini ini dapat ditaksir secara visual langsung dari kurva Lorenz. Semakin kecil
angka ini ditunjukkan kurva lorenz yang mendekati diagonal yang berarti kecil luas area
dan sebaliknya
(
)(
KLASIFIKASI :
Ketimpangan Parah
dimana:
IG = Nilai Indeks Gini distribusi pendapatan antar rumah tangga
PP = Pendapatan per kapita
= Konstanta
Dari hasil analisis regresi kuadratik (quadratic regression analysis) didapat persamaan
regresi. Dari persamaan tersebut dihitung titik balik (turning point). Penghitungan titik
balik dilakukan dengan menyelesaikan persamaan yang diperoleh dari turunan pertama
persamaan regresi yang disamakan dengan nol.
(
Kita juga dapat menggunakan ukuran ukuran agregat seperti koefisien Gini untuk
mengukur tingkat pemerataan hal-hal lain di luar pendaptan. Telah di ketahui bahwa,
koefisien Gini merupakan salah satu ukuran yang memenuhi empat kriteria yang sangat
dicari, yaitu prinsip anonimitas, indepedensi skala, indepedensi populasi, dan transfer.
11
Misalnya, perekonomia China tidak boleh dikatakan lebih merata atau lebih timpang
daripada perekonomian Vietnam hanya karena penduduk China lebih banyak. Akhirnya,
koefisiaen Gini juga memenuhi pinsip transfer (transfer principle). yang juga disebut
prinsip Pigou-Dalton, diambil dari nama penemunya ini mengatakan bahwa, dengan
mengasumsikan semua pendapatan yang lain konstan, jika kita mentransfer sejumlah
pendapatan dari orang kayak
mengakibatkan orang miskin itu sekarang justru lebih kaya daripada orang yang awalnya
kaya tadi), maka akan dihasilkan distribusi pendapatan baru yang lebih merata.
Jika kita menyepakati keempat kriteria ini, maka kita akan dapat mengukur koefisien
Gini untuk setian Negara dan mengurutkannya, di mana koefisien Gini yang lebih besar
berarti bahwa distribusi pendapatannya lebih timpang. Namun, angka ini tidak selalu
merupakan solusi yang sempurna, karena dalam teori, koefisien Gini dapat sama persis
untuk dua kurva Lorenz yang saling berpotongan.
12
2.2 KEMISKINAN
2.2.1 PENGERTIAN
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi
kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan
kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar,
ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan
masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif,
sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi
memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan,dan lain lain.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya mencakup:
1.
Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan seharihari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami
sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2.
untuk
berpartisipasi
dalam
masyarakat.
Hal
ini
kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak
dibatasi pada bidang ekonomi.
3.
Gambaran
tentang
memadai.
Makna
adalah persentase dari populasi yang makan dibawah jumlah yg cukup menopang
kebutuhan tubuh manusia (kira kira 2000-2500 kalori per hari untuk laki laki dewasa).
Bank
absolut sebagai
hidup
dg
pendapatan
dibawah USD $1/hari dan Kemiskinan menengah untuk pendapatan dibawah $2 per hari,
dg batasan ini maka diperkiraan pada 2001 1,1 miliar orang didunia mengonsumsi kurang
dari $1/hari dan 2,7 miliar orang didunia mengonsumsi kurang dari $2/hari."[1] Proporsi
penduduk negara berkembang yang hidup dalam Kemiskinan ekstrem telah turun dari
28% pada 1990 menjadi 21% pada 2001.[1]Melihat pada periode 1981-2001, persentase
dari penduduk dunia yang hidup dibawah garis kemiskinan $1 dolar/hari telah berkurang
separuh. Tetapi , nilai dari $1 juga mengalami penurunan dalam kurun waktu tersebut.
Meskipun kemiskinan yang paling parah terdapat di dunia bekembang, ada bukti tentang
kehadiran kemiskinan di setiap region. Di negara-negara maju, kondisi ini menghadirkan
kaum tuna wisma yang berkelana ke sana kemari dan daerah pinggiran kota
dan ghetto yang miskin. Kemiskinan dapat dilihat sebagai kondisi kolektif masyarakat
miskin,
atau
kelompok
orang-orang
miskin,
dan
dalam
pengertian
ini
1.Banyak rumah tangga yang berada disekitar garis kemiskinan nasional, yang setara
dengan AS$1,55 per hari, sehingga banyak penduduk yang meskipun tergolong tidak
miskin tetapi rentan terhadap kemiskinan.
14
dasar
serta
rendahnya
indikator-indikator
pembangunan
manusia.
3.Mengingat sangat luas dan beragamnya wilayah Indonesia, perbedaan antar daerah
merupakan
ciri
mendasar
dari
kemiskinan
di
Indonesia.
Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan di Indonesia
pada bulan Maret 2009 sebesar 32,53 juta (14,15 persen). Dibandingkan dengan
penduduk miskin pada Bulan Maret 2008 yang berjumlah 34,96 juta (15,42 persen),
berarti jumlah penduduk miskin turun sebesar 2,43 juta. Selama periode Maret 2008Maret 2009, penduduk miskin di daerah perdesaan berkurang 1,57 juta, sementara di
daerah
perkotaan
berkurang
0,86
juta
orang
(BPS,
2009).
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilaksanakan pada bulan Maret
2009 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak
1.499.700 orang atau sebesar 11,51 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya.
Kondisi ini masih lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2008 yang jumlah
penduduk miskinnya sebanyak 1.613.800 orang. Dengan demikian, ada penurunan
jumlah penduduk miskin sebanyak 114.100 orang atau sebesar 1,04 persen. Penurunan
jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara mengindikasikan bahwa dampak dari
program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah cukup berperan
dalam
menurunkan
penduduk
miskin
di
daerah
ini
(BPS
Sumut,
2009).
Salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yaitu kabupaten Asahan menurut data
demografis berdasarkan data statistik pada tahun 2008, jumlah penduduknya 688.529
jiwa, yang tersebar pada 25 Kecamatan dengan 177 desa dan 27 kelurahan dengan luas
15
wilayah daratan 3.817,5 Km2 , tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Asahan 185 jiwa
per Km2. Sebagian besar penduduk bertempat tinggal di daerah pedesaan yaitu sebesar
70,56 persen (setara dengan 485.826 jiwa) dan sisanya 29,44 persen (setara dengan
202.703 jiwa) tinggal di daerah perkotaan. Jumlah rumah tangga sebanyak 162.093
rumah tangga dan setiap rumah tangga rata-rata dihuni oleh sekitar 4,3 jiwa, sedangkan
laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2000-2008 sebesar 1,76 persen. Dilihat dari
kelompok umur, persentase penduduk usia 0-14 tahun sebesar 35,17 persen (setara
dengan 242.156 jiwa), persentase penduduk usia 15-64 tahun sebesar 60,74 persen (setara
dengan 418.213 jiwa) dan persentase penduduk usia 64 tahun ke atas sebesar 4,09 persen
(setara dengan 28.161 jiwa) yang berarti jumlah penduduk usia produktif lebih besar
dibandingkan penduduk usia non produktif dengan rasio beban ketergantungan sebesar
64,64 artinya setiap 100 orang penduduk usia produktif menanggung sekitar 65 orang
penduduk
usia
non
produktif
(BPS
Kab.
Asahan,
2008).
Dari perkiraan penduduk miskin di kabupaten Asahan sekitar 102.729 jiwa atau setara
dengan 14,92 persen dari total jumlah keseluruhan penduduk Kabupaten Asahan,
sebagian dari mereka berasal dari kelompok penghasilan rendah yang dalam ekonomi
diterminologikan sebagai orang-orang miskin (Kabar Indonesia, 2008)
2.2.3 INDIKATOR KEMISKINAN
1. Garis Kemiskinan
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkatminimum pendapatan yang
dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu
negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis
kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara
berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis
kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur
rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti
program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi
kemiskinan.
16
Garis kemiskinan dibuat untuk mengukur beberapa indikator kemiskinan, seperti jumlah
dan persentase penduduk miskin (headcount index-Po), indeks kedalaman kemiskinan
(poverty gap index-P1), dan indeks keparahan kemiskinan (poverty severity index-P2).
Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi
kebutuhan dasar atau basic needs approach. Dengan pendekatan ini, kemiskinan
dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar
makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran.
Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari
dua komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan BukanMakanan (GKBM). Dengan rumusan :
GK = GKM + GKNM
GK : garis kemiskinan
GKM : garis kemiskinan makanan
GKNM : garis kemiskinan non makanan
Pertama, Garis Kemiskinan Makanan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum
makanan yang disetarakan dengan 2100 kalori per kapita per hari.
Paket komodias kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas, yaitu padipadian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buahbuahan, minyak, dan lemak, dll.
Kedua, Garis Kemiskinan Bukan Makanan yakni kebutuhan minimum untuk perumahan,
sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditas kebutuhan dasar bukan makanan
diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.
17
kemiskinan.
Pemerintah
telah
melaksanakan
penanggulangan
kemiskinan melalui berbagai program dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar warga
negara secara layak, meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat miskin,
penguatan kelembagaan sosial ekonomi masyarakat serta melaksanakan percepatan
pembangunan daerah tertinggal dalam upaya mencapai masyarakat Indonesia yang
sejahtera, demokratis dan berkeadilan.
Namun keseluruhan upaya tersebut belum maksimal jika tanpa dukungan dari para
pemangku kepentingan lainnya. Untuk menunjang penanggulangan kemiskinan yang
komprehensif dan mewujudkan percepatan penanggulangan kemiskinan dirumuskan
empat startegi utama. Strategi-strategi penanggulangan kemiskinan tersebut diantaranya:
1.
2.
3.
4.
akan mengantisipasi agar seseorang atau masyarakat yang mengalami goncangan tidak
sampai jatuh miskin.
Penerapan strategi ini antara lain didasari satu fakta besarnya jumlah masyarakat yang
rentan jatuh dalam kemiskinan di Indonesia. Di samping menghadapi masalah tingginya
potensi kerawanan sosial, Indonesia juga dihadapkan pada fenomena terjadinya populasi
penduduk tua (population ageing) pada struktur demografinya. Hal ini dikhawatirkan
akan menimbulkan beban ekonomi terhadap generasi muda untuk menanggung mereka
atau tingginya rasio ketergantungan.
Salah satu bentuk peningkatan akses pelayanan dasar penduduk miskin terpenting adalah
peningkatan akses pendidikan. Pendidikan harus diutamakan mengingat dalam jangka
panjang ia merupakan cara yang efektif bagi penduduk miskin untuk keluar dari
kemiskinan. Sebaliknya, kesenjangan pelayanan pendidikan antara penduduk miskin dan
tidak miskin akan melestarikan kemiskinan melalui pewarisan kemiskinan dari satu
20
generasi ke generasi berikutnya. Anak-anak dari keluarga miskin yang tidak dapat
mencapai tingkat pendidikan yang mencukupi sangat besar kemungkinannya untuk tetap
miskin sepanjang hidupnya.
Selain pendidikan, perbaikan akses yang juga harus diperhatikan adalah akses terhadap
pelayanan kesehatan. Status kesehatan yang lebih baik, akan dapat meningkatkan
produktivitas dalam bekerja dan berusaha bagi penduduk miskin. Hal ini akan
memungkinkan mereka untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi dan keluar dari
kemiskinan. Selain itu, peningkatan akses terhadap air bersih dan sanitasi yang layak
menjadi poin utama untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. Konsumsi air
minum yang tidak layak dan buruknya sanitasi perumahan meningkatkan kerentanan
individu dan kelompok masyarakat terhadap penyakit.
Prinsip ketiga adalah upaya memberdayakan penduduk miskin menjadi sangat penting
untuk meningkatkan efektivitas dan keberlanjutan penanggulangan kemiskinan. Dalam
upaya penanggulangan kemiskinan sangat penting untuk tidak memperlakukan penduduk
miskin semata-mata sebagai obyek pembangunan. Upaya untuk memberdayakan
penduduk miskin perlu dilakukan agar penduduk miskin dapat berupaya keluar dari
kemiskinan dan tidak jatuh kembali ke dalam kemiskinan.
Pentingnya pelaksana strategi dengan prinsip ini menimbang kemiskinan juga disebabkan
oleh ketidakadilan dan struktur ekonomi yang tidak berpihak kepada kaum miskin. Hal
ini menyebabkan output pertumbuhan tidak terdistribusi secara merata pada semua
kelompok masyarakat. Kelompok masyarakat miskin, yang secara politik, sosial, dan
ekonomi tidak berdaya, tidsk dapat menikmati hasil pembangunan tersebut secara
proporsional. Proses pembangunan justru membuat mereka mengalami marjinalisasi, baik
secara fisik maupun sosial.
21
Prinsip keempat adalah Pembangunan yang inklusif yang diartikan sebagai pembangunan
yang mengikutsertakan dan sekaligus memberi manfaat kepada seluruh masyarakat.
Partisipasi menjadi kata kunci dari seluruh pelaksanaan pembangunan. Fakta di berbagai
negara menunjukkan bahwa kemiskinan hanya dapat berkurang dalam suatu
perekonomian yang tumbuh secara dinamis. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang
stagnan hampir bisa dipastikan berujung pada peningkatan angka kemiskinan.
Pertumbuhan harus mampu menciptakan lapangan kerja produktif dalam jumlah besar.
Selanjutnya, diharapkan terdapat multiplier effect pada peningkatan pendapatan
mayoritas penduduk, peningkatan taraf hidup, dan pengurangan angka kemiskinan.
Untuk mencapai kondisi sebagaimana dikemukakan diatas, perlu diciptakan iklim usaha
yang kondusif di dalam negeri. Stabilitas ekonomi makro merupakan prasyarat penting
untuk dapat mengembangkan dunia usaha. Selain itu juga diperlukan kejelasan dan
kepastian berbagai kebijakan dan peraturan. Begitu juga, ia membutuhkan kemudahan
berbagai hal seperti ijin berusaha, perpajakan dan perlindungan kepemilikan. Selanjutnya,
usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) harus didorong untuk terus menciptakan
nilai tambah, termasuk melalui pasar ekspor. Pertumbuhan yang berkualitas juga
mengharuskan adanya prioritas lebih pada sektor perdesaan dan pertanian. Daerah
22
perdesaan dan sektor pertanian juga merupakan tempat di mana penduduk miskin
terkonsentrasi. Dengan demikian, pengembangan perekonomian perdesaan dan sektor
pertanian memiliki potensi besar untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
menghasilkan penyerapan tenaga kerja dalam jumlah besar dan pengurangan kemiskinan
secara signifikan.
Pembangunan yang inklusif juga penting dipahami dalam konteks kewilayahan. Setiap
daerah di Indonesia dapat berfungsi sebagai pusat pertumbuhan dengan sumber daya dan
komoditi unggulan yang berbeda. Perekonomian daerah ini yang kemudian akan
membentuk karakteristik perekonomian nasional. Pengembangan ekonomi lokal menjadi
penting untuk memperkuat ekonomi domestik.
2. Instrumen Percepatan
Dalam rangka melaksanakan strategi percepatan penganggulangan kemiskinan,
dilaksanakan program penanggulangan kemiskinan bersasaran (targeted program).
Program program penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan mensasarkan
langsung kepada mereka yang tergolong miskin dan dekat miskin. Program
penanggulangan kemiskinan kepada mereka yang membutuhkan diharapkan akan jauh
lebih efektif dalam upaya penanggulangan kemiskinan.
Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran Rumah Tangga atau Keluarga
(KlasterI)
Kelompok pertama adalah program program penanggulangan kemiskinan yang
sasarannya adalah rumah tangga/keluarga. Program tersebut antara lain : Program
Keluarga Harapan, (PKH conditional cash transfer), bantuan langsung tunai tanpa
syarat (unconditional cash transfer), bantuan langsung dalam bentuk inkind, misalnya
pemberian beras bagi masyarakat miskin (raskin), serta himbauan bagi kelompok
masyarakat rentan seperti mereka yang cacat, lansia, yatim/piatu dan sebagainya.
Program Penanggulangan Kemiskinan Bersasaran Komunitas (KlasterII)
Kelompok kedua adalah program-program penanggulangan kemiskinan yang sasarannya
adalah komunitas. Program penanggulangan kemiskinan bersasaran komunitas dalam
23
Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai angka yang
relatif tinggi. Pada 2011, BPS mencatat angka pertumbuhan mencapai 6,5 persen.
Pencapaian ini lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya mencapai 6,1 persen.
Kita semua patut bersyukur dengan kinerja ekonomi ini. Pasalnya, perekonoiman kita
mampu bertahan di tengah pelemahan ekonomi global yang disebabkan oleh terjeratnya
sejumlah negara Eropa dalam krisis utang dan belum mampunya perekonomian AS pulih
dari krisis yang mendera sejak 2008.
24
Namun tugas pemerintah tidak berhenti pada upaya mendorong pertumbuhan ekonomi
setinggi-tingginya. Idealnya, kemajuan ekonomi dinikmati secara adil dan merata oleh
segenap penduduk. Namun bila kita mencermati koefisien gini Indonesia, sepertinya
pemerintah memang masih harus bekerja keras untuk mewujudkan pembangunan yang
merata. Berdasarkan data Susenas BPS, indeks gini pada 2010 sebesar 0,33. Untungnya,
angka ini lebih rendah dibanding tahun sebelumnya dengan indeks gini sebesar 0,36.
Di sisi lain, kelompok kedua berpendapat bahwa akses yang lebih merata terhadap
sumber daya ekonomi, seperti tanah, kredit, dan pendidikan berhubungan positif terhadap
tingkat pertumbuhan ekonomi (Lynn, 2002). Jika kita kembali pada amanat konstitusi,
maka pola pikir inilah yang harus dipegang dalam membangun ekonomi Indonesia.
Pemerintah wajib membuka akses seluas-luasnya bagi seluruh penduduk untuk
memperoleh pendidikan, pelayanan kesehatan, dan kesempatan ekonomi. Pemerintah
harus meninggalkan pola pikir trickle down effect yang terbukti telah gagal karena tidak
mampu mewujudkan kesejateraan yang merata
2.4 COMMUNITY BASED DEVELOPMENT
1. Pengertian
25
Dua ibu rumah tangga masing-masing memiliki anggaran Rp 15.000 dan Rp 20.000
untuk berbelanja ke pasar, sementara ada seorang politisi yang mampu membeli buku
hingga jutaan rupiah per bulan.
Dua ibu rumah tangga itu adalah Kristin dan Monik, warga Fatululi, Kupang, Nusa
Tenggara Timur.Dia menambahkan belanja ke pasar paling sering dua atau tiga kali
sebulan. Mereka mengaku jarang membeli lauk pauk karena memang tidak ada uang.
Dengan kondisi itu, jelas Ketua DPRD Jawa Timur, Fathor Rasjid, jauh lebih beruntung.
Politisi ini sekarang mencalonkan diri menjadi anggota DPR RI dari Partai PKNU,
setelah menjadi wakil rakyat daerah untuk dua masa jabatan lewat PKB. Sebelum
menjadi anggota DPRD, Fathor Rasjid adalah seorang guru.
Fatkhur mengaku, dunia politik rasanya pas. Ada mirip-mirip dengan unsur pendidikan
yaitu unsur yang mencerdaskan banyak orang. Bedanyakalau politisi mungkin sering
terima komisi, kalau guru tidak ada komisinya.
Dari penghasilan sebagai wakil rakyat dan usaha SPBU, dia bisa membeli buku hingga
jutaan rupiah per bulan. Selain itu, politisi ini juga menampung sekitar 100 anak yatim
yang segala keperluannya ditanggung.
Kisah ketua DPRD Jawa Timur, Fathor Rasjid dan dua ibu rumah tangga di Nusa
Tenggara Timur di bagian awal tadi mungkin bisa digunakan untuk menggambarkan
jurang antara kaum papa dan kaum kaya.
Koordinator Konsorsium Kemiskinan Kota, Wardah Hafidz mengatakan ketimpangan
sosial di Indonesia saat ini sangat lebar.
Akan tetapi berdasarkan survei, kata Kepala Divisi Analisa Statistik, Badan Pusat
Statistik, Kecuk Suhariyanto, ketimpangan sosial di Indonesia kecil.Yaitu sekitar 0,37,
yang berarti ada ketimpangan tetapi boleh diklasifikasikan masih rendah.
Bagaimanapun, survei BPS ini kesulitan menjangkau rumah tangga yang berada di garis
paling atas.Artinya, ada lapisan masyarakat paling kaya yang tidak terekam dalam survei.
27
Saat ini pendapatan per kapita penduduk Indonesia sekitar US$ 2.000 atau sekitar Rp
22.000.000.
Tim ahli Pusat Studi Ekonomi Kerakyatan, Universitas Gadjah Mada, Arie Sujito
berpendapat, angka hasil rata-rata pendapatan orang miskin yang dominan dan orang
kaya yang segelintir ini, tidak menyebar.
28
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Apakah pengertian dan macam-macam dari distribusi pendapatan?
Distribusi pendapatan adalah pencerminan merata atau timpangnya pembagian hasil
suatu negara di kalangan penduduknya (Dumairy,1999) Distribusi pendapatan terbagi
tiga, yaitu distribusi pendapatan perorangan, distribusi pendapatan fungsional, dan
distribusi pendapatan regional.
3.2 Apakah indikator dari distribusi pendapatan?
Indikator dari distribusi pendapatan dapat berupa sebagai kurva Lorenz dan koefisien
Gini.
29
30