Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Demam Rematik
N-acetylglucosamine,
karbohidrat
dari
Streptokokus
grup
A,
karditis.
Pemeriksaan
dasar,
termasuk
elektrokardiografi
dan
ekokardiografi harus selalu dilakukan. Pasien yang pada pemeriksaan awal tidak
dijumpai adanya karditis harus terus dipantau sampai tiga minggu berikutnya.
Jikalau karditis tidak muncul dalam 2-3 minggu pascainfeksi, maka selanjutnya ia
jarang muncul. (Wahab, 1994).
Miokardium, endokardium dan perikardium juga sering terlibat dalam
karditis. Miokarditis biasanya terjadi dengan adanya takikardi, pembesaran
jantung dan adanya tanda gagal jantung. Perikarditis sering dialami dengan
adanya nyeri pada jantung dan nyeri tekan. Pada auskultasi juga sering dijumpai
adanya bising gesek yang terjadi akibat peradangan pada perikardium parietal dan
viseral. Bising gesek ini dapat didengar saat sistolik maupun diastolik (Carapetis,
2010).
2. Arthritis
Arthritis merupakan manifestasi yang paling sering dari demam rematik,
terjadi pada sekitar 70% pasien demam rematik. Arthritis menunjukkan adanya
radang sendi aktif yang ditandai nyeri hebat, bengkak, eritema dan demam. Nyeri
saat istirahat yang menghebat pada gerakan aktif dan pasif merupakan tanda khas.
Sendi yang paling sering terkena adalah sendi-sendi besar seperti, sendi lutut,
pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan. Arthritis rematik bersifat
asimetris dan berpindah-pindah (poliarthritis migrans). Peradangan sendi ini dapat
sembuh spontan beberapa jam sesudah serangan namun muncul pada sendi yang
lain. Pada sebagian besar pasien, arthritis sembuh dalam 1 minggu dan biasanya
tidak menetap lebih dari 2 atau 3 minggu. Arthritis demam rematik ini berespon
baik dengan pemberian asam salisilat (Wahab, 1994; Essop & Omar, 2010).
3. Korea Sydenham
Korea Sydenham terjadi pada 13-34% kasus demam rematik dan dua kali
lebih sering pada perempuan. Manifestasi ini mencerminkan keterlibatan proses
radang pada susunan saraf pusat, ganglia basal, dan nukleus kaudatus otak.
Periode laten dari korea ini cukup lama, sekitar 3 minggu sampai 3 bulan dari
terjadinya demam rematik. Gejala awal biasanya emosi yang labil dan iritabilitas.
Lalu diikuti dengan gerakan yang tidak disengaja, tidak bertujuan dan
inkoordinasi muskular. Semua otot dapat terkena, namun otot wajah dan
ekstremitas adalah yang paling mencolok. Gejala ini semakin diperberat dengan
adanya stress dan kelelahan namun menghilang saat pasien beristirahat (Essop &
Omar, 2010). Emosi pasien biasanya labil, mudah menangis, kehilangan
perhatian, gelisah dan menunjukkan ekspresi yang tidak sesuai. Apabila proses
bicara terlibat, pasien terlihat berbicara tertahan-tahan dan meledak-ledak.
Meskipun tanpa pengobatan, korea dapat menghilang dalam 1- 2 minggu. Namun
pada kasus berat, meskipun diobati, korea dapat bertahan 3 4 bulan bahkan
sampai 2 tahun (Wahab, 1994).
4. Eritema Marginatum
Eritema marginatum merupakan ruam khas pada demam rematik yang
terjadi kurang dari 10% kasus (Essop & Omar, 2010). Ruam ini tidak gatal,
makular, berwarna merah jambu atau kemerahan dengan tepi eritema yang
menjalar dari satu bagian ke bagian lain, mengelilingi kulit yang tampak normal.
Lesi ini berdiameter sekitar 2,5 cm, dengan bagian tengah yang terlihat lebih
pucat, muncul paling sering pada batang tubuh dan tungkai proksimal namun
tidak melibatkan wajah. Eritema biasanya hanya dijumpai pada pasien karditis,
seperti halnya nodulus subkutan (Wahab, 1994).
5. Nodulus Subkutan
Nodulus subkutan ini jarang dijumpai, kurang dari 5% kasus. Nodulus
terletak pada permukaan ekstensor sendi, terutama pada siku, ruas jari, lutut dan
persendian kaki. Kadang juga ditemukan di kulit kepala dan di atas kolumna
vertebralis (Carapetis, 2010). Ukuran nodul bervariasi antara 0,5 2 cm, tidak
nyeri, padat dan dapat bebas digerakkan. Kulit yang menutupinya dapat bebas
digerakkan dan pucat, tidak menunjukkan tanda peradangan. Nodul ini biasanya
muncul pada karditis rematik dan menghilang dalam 1-2 minggu (Essop & Omar,
2010).
(misalnya nyeri, merah, hangat) juga sering dijumpai. Arthalgia biasa melibatkan
sendi-sendi yang besar (Essop & Omar, 2010).
Nyeri abdomen dapat terjadi pada demam rematik akut dengan gagal
jantung oleh karena distensi hati. Anoreksia, mual dan muntah juga sering
muncul, namun kebanyakan akibat gagal jantung kongestif atau akibat keracunan
salisilat. Epistaksis berat juga mungkin dapat terjadi (Wahab, 1994).
Pada penderita yang belum diobati, biakan usapan faring sering positif
bakteri Streptokokus hemolitikus. Titer antisteptolisin-O (ASTO) akan meningkat.
Kadar antibodi ini akan mencapai puncak sekitar satu bulan pascainfeksi dan
menurun sampai normal setelah sekitar 2 tahun, kecuali pada insufisiensi mitral
yang dapat bertahan selama beberapa tahun. Laju endap darah juga hampir selalu
meningkat, begitu juga dengan protein C-reaktif (Fyler, 1996).
Pada pemeriksaan EKG, sering menunjukkan sinus takikardia, namun
terkadang dapat dijumpai normal. Pemanjangan interval P-R terjadi pada 28-40%
pasien. Pemanjangan interval P-R ini tidak berhubungan dengan kelainan katup
atau perkembangannya (Miller et.al., 2011).
Tabel 2.1. Kriteria Jones (revisi) untuk Pedoman dalam Diagnosis Demam
Rematik (1992)
Manifestasi mayor
Karditis
Poliarthritis
Korea Sydenham
Eritema marginatum
Nodulus subkutan
Manifestasi minor
Klinis
Arthralgia
Demam
Laboratorium
Reaktans fase akut
Laju endap darah (LED) naik
Protein C reaksi positif
Leukositosis
Pemanjangan interval PR pada EKG
tahun
2003,
WHO
merekomendasikan
untuk
melanjutkan
penggunaan kriteria Jones yang diperbaharui (tahun 1992) untuk demam rematik
serangan pertama dan serangan rekuren demam rematik pada pasien yang
diketahui tidak mengalami penyakit jantung rematik. Untuk serangan rekuren
demam rematik pada pasien yang sudah mengalami penyakit jantung rematik,
WHO merekomendasikan menggunakan minimal dua kriteria minor disertai
adanya bukti infeksi SGA sebelumnya (Madiyono et.al., 2005).
Kriteria
Dua mayor atau satu mayor dan dua minor
ditambah dengan bukti infeksi SGA
sebelumnya
Dua mayor atau satu mayor dan dua minor
ditambah dengan bukti infeksi SGA
sebelumnya
Dua minor ditambah dengan bukti infeksi
SGA sebelumnya
Tidak diperlukan kriteria mayor lainnya atau
bukti infeksi SGA
Tidak diperlukan kriteria lainnya untuk
mendiagnosis sebagai PJR
Tabel 2.3. Pedoman Tirah Baring dan Rawat Jalan pada Pasien Demam
Rematik (Markowitz dan Gordiz, 1972)
STATUS KARDITIS
Tidak ada karditis
PENATALAKSANAAN
Tirah baring selama 2 minggu dan sedikit
demi sedikit rawat jalan selama 2 minggu
dengan salisilat.
Karditis, tidak ada kardiomegali
Tirah baring selama 4 minggu dan sedikit
demi sedikit rawat jalan selama 4 minggu
Karditis, dengan kardiomegali
Tirah baring selama 6 minggu dan sedikit
demi sedikit rawat jalan selama 6 minggu
Karditis, dengan gagal jantung
Tirah baring ketat selama masih ada gejala
gagal jantung dan sedikit demi sedikit rawat
jalan selama 3 bulan
Sumber : Buku Ajar Kardiologi Anak, 1994
Eradikasi Streptokokus merupakan syarat utama dalam pengobatan demam
rematik akut, sedangkan pengobatan lain bergantung pada manifestasi klinis
penyakit. Pengobatan Streptokokus dari tonsil dan faring sama dengan cara
pengobatan faringitis Streptokokus, yakni :
Benzatin penicillin G, dosis tunggal
Untuk BB > 30 kg : dosis 1,2 juta U i.m, dan
Untuk BB < 30 kg : dosis 600.000 U i.m
Jika alergi terhadap benzatin penisilin G :
Eritromisin 40 mg/kgbb/hari dibagi 2-4 dosis selama 10 hari
Alternatif lain :
Penisilin V (Phenoxymethylpenicilin) oral, 2 x 250 mg
Sulfadiazin oral, 1 gr sekali sehari
Eritromisin oral, 2 x 250 mg
Pengobatan antiradang amat efektif dalam menekan manifestasi radang
akut demam rematik. Pada pasien arthritis, manifestasi akan berkurang dengan
pemberian obat antiradang (salisilat atau steroid). Pada pasien karditis terutama
karditis berat, aspirin sering kali tidak cukup untuk mengendalikan demam, rasa
tidak enak serta takikardia, sehingga harus ditangani dengan steroid, misalnya
prednisone (Tabel 2.4). Kriteria beratnya karditis adalah: (1) Karditis minimal,
jika tidak jelas ditemukan adanya kardiomegali. (2) Karditis sedang apabila
dijumpai kardiomegali ringan, dan (3) Karditis berat apabila jelas terdapat
kardiomegali yang disertai tanda gagal jantung (Madiyono et.al., 2005).
Karditis ringan
Karditis sedang
Karditis berat
Prednison
2-6 minggu
Aspirin
6-8 minggu
2-4 bulan
Aspirin
1. Penisilin benzatin G IM
a. 600 000 Unit untuk pasien
< 30 kg setiap 3-4 minggu
b. 1 200 000 Unit untuk pasien
> 30 kg setiap 3-4 minggu
2. Penisilin V oral:
250 mg, 3 atau 4 kali sehari
selama 10 hari
2. Penisilin V oral:
250mg, dua kali sehari
3. Eritromisin:
40mg/kgbb/hari dibagi dalam
2-4 kali dosis sehari (dosis maksimum
1g/hari) selama 10 hari
3. Eritromisin:
250mg: dua kali sehari
4. Sulfadiazin:
a. 0,5 g untuk pasien < 30kg
sekali sehari
b. 1 gr untuk pasien >30kg
sekali sehari
Sumber : Buku Ajar Kardiologi Anak, 1994
Durasi Pencegahan
Selama 5 tahun sesudah serangan
terakhir atau sekurangnya sampai
berusia 18 tahun (mana yang lebih
lama)
Selama 10 tahun sesudah serangan
atau terakhir atau sekurangnya
sampai berusia 25 tahun (mana yang
lebih lama)
Seumur hidup
Seumur hidup
disebabkan oleh respon imun abnormal terhadap infeksi Streptokokus yang terjadi
saat demam rematik sebelumnya (Marijon et.al., 2012). PJR lebih sering terjadi
pada pasien yang mengalami keterlibatan jantung berat pada serangan demam
rematik akut. Walaupun karditis dan deman rematik dapat mengenai perkardium,
miokardium dan endokardium, namun kelainan yang menetap hanya ditemukan
pada endokardium, terutama katup jantung. Katup yang sering terkena adalah
katup mitral dan aorta yang kelainannya dapat berupa insufisiensi tetapi bila
penyakit telah berlangsung lama dapat berupa stenosis (Madiyono et.al., 2005).
2.3.
Elektrokardiogram
Rekaman aktivitas jantung berperan sangat penting dalam kardiologi.
Pencatatan aktivitas jantung atas dasar perbedaan potensial listrik ini disebut
elektrokardiografi (EKG). Impuls listrik jantung memacu kontraksi berjalan
melalui sistem konduksi khusus yang menimbulkan arus listrik lemah yang
menyebar ke seluruh tubuh. Dengan elektroda yang diletakkan pada beberapa
tempat dipermukaan tubuh dan dengan menghubungkan elektroda tersebut dengan
alat elektrokardiografi, maka arus listrik tersebut dapat terekam pada kertas
elektrokardiogram.
Adapun kegunaan dari EKG adalah sebagai berikut :
1. Dapat menentukan adanya hipertrofi atau pembesaran ruang jantung
2. Dapat menentukan adanya gangguan miokardium
3. Membantu diagnosis spesifik distritmia
4. Membantu diagnosis perikarditis atau efusi pericardium
5. Mengetahui efek berbagai obat terhadap sistem kardiovaskular
6. Dapat menentukan adanya gangguan metabolik atau elektrolit (Wahab, 1994)
atrium. (2) Jaras internodal media yang meninggalkan bagian posterior nodus
SA kemudian ke bagian superior nodus AV, dan (3) Jaras internodal posterior
yang meninggalkan posterior nodus SA menuju bagaian posterior nodus AV.
Ketiga jaras ini akan saling berhubungan dan menghantarkan impus dari nodus
SA ke nodus AV (Putra et.al., 1994).
3. Nodus Atrioventrikular (nodus AV), pada orang dewasa berukuran 2 x 5 mm
dan terletak pada permukaan endokardium pada bagian kanan septum
interatrium. Nodus AV menghasilkan impuls 40-60 x/menit dan kecepatan
konduksi 0,05 meter/detik. Impuls dari atrium ini mengalami perlambatan
selama 0,07 detik di nodus AV (Dharma, 2009).
4. Bundel His bercabang menjadi cabang kiri dan kanan. Cabang bundel kanan
(right bundle branch) menuju septum ventrikel sampai ke dasar muskulus
papilaris anterior. Cabang bundel kiri (left bundle branch) menembus septum
ventrikel dan terbagi menjadi fasikulus anterior yang berperan dalam kontraksi
ventrikel kiri bagian anterior dan superior dan fasikulus posteror yang berperan
dalam kontraksi bagian posterior dan inferior ventrikel kiri (Putra et.al., 1994).
5. Sistem Purkinje. Cabang bundel His akan berakhir pada sistem purkinje di
lapisan subendokardium kedua ventrikel. Serabut purkinje tersebar mulai dari
septum interventrikel sampai ke muskulus papilaris dan mengasilkan impuls
20-40 x/menit dengan kecepatan konduksi 4 meter/detik (Dharma, 2009).
Interval P-R
Segmen P-R
Gelombang Q
Gelombang R
Gelombang S
:
:
Kompleks QRS :
Gelombang T
:
Gelombang U :
Interval QRS
Interval Q-T
Segmen S-T
: 60-100x/ menit
- PR interval
C. Interval
1. P-R interval
D. Morfologi gelombang P
Lihat gelombang P pada sadapan II dan V1 untuk melihat kelainan pada
atrium kiri dan kanan.
E. Kompleks QRS
1. Menentukan aksis jantung
Sumbu jantung (aksis) ditentukan dengan menghitung jumlah resultan
defleksi positif dan negatif kompleks QRS rata-rata di sadapan I sebagai sumbu
X dan sadapan aVF sebagai sumbu Y. Aksis normal berkisar antara -30o sampai
+110o. Beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk menentukan aksis
jantung adalah:
a. Bila hasil resultan sadapan I positif dan aVF positif, maka sumbu jantung
2.3.4.