Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia sebagai mahkluk sosial yang hidup berkelompok dimana satu dengan
yang lainnya saling behubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Kebutuhan sosial yang
dimaksud antara lain : rasa menjadi milik orang lain atau keluarga, kebutuhan pengakuan
orang lain, kebutuhan penghargaan orang lain dan kebutuhan pernyataan diri.
Secara alamiah individu selalu berada dalam kelompok, sebagai contoh individu
berada dalam satu keluarga. Dengan demikian pada dasarnya individu memerlukan
hubungan timbal balik, hal ini bisa melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan gerontik memberikan dampak
positif dalam upaya pencegahan, pengobatan atau terapi serta pemulihan kesehatan
seseorang. Meningkatnya penggunaan kelompok terapeutik, modalitas merupakan bagian
dan memberikan hasil yang positif terhadap perubahan perilaku pasien atau klien, dan
meningkatkan perilaku adaptif dan mengurangi perilaku maladaptif.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh individu atau klien melalui terapi
aktifitas kelompok meliputi dukungan (support), pendidikan meningkatkan pemecahan
masalah, meningkatkan hubungan interpersonal dan juga meningkatkan uji realitas (reality
testing) pada klien dengan gangguan orientasi realitas (Birckhead, 1989).
Terapi aktifitas kelompok sering digunakan dalam praktek kesehatan gerontik,
bahkan dewasa ini terapi aktifitas kelompok merupakan hal yang penting dari ketrampilan
terapeutik dalam keperawatan. Terapi kelompok telah diterima profesi kesehatan.

Pimpinan kelompok dapat menggunakan keunikan individu untuk mendorong


anggota kelompok untuk mengungkapkan masalah dan mendapatkan bantuan penyelesaian
masalahnya dari kelompok, perawat juga adaptif menilai respon klien selama berada dalam
kelompok.
B. TUJUAN
Terapi modalitas yang dilakukan berguna untuk :
1. Mengisi waktu luang bagi lansia
2. Meningkatkan kesehatan lansia
3. Meningkatkan produktifitas lansia
4. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia
C. SASARAN
Para lansia yang berada diwisma Sentosa.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Terapi modalitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia.
B. JENIS KEGIATAN
1. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih sesuai
dengan masalah lansia
2. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, mengubah perilaku. Untuk terlaksanannya terapi ini
dibutuhkan leader, Co-Leader, dan fasilitator. Misalnya: cerdas cermat, tebak gambar,
dan lain-lain.
3. Terapi Musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan gairah hidup dan
dapat mengenang masa lalu. Misalnya: lagu-lagu keroncong, music dengan gamelan.
4. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu
luang. Misalnya: menanam kangkung, bayam. Lombok, dan lain-lain.

5. Terapi dengan Binatang


Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya
dengan bermain bersama binatang. Misalnya: mempunyai peliharaan kucing, ayam, dan
lain-lain.
6. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas
dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan. Misalnya,
membuat kipas, membuat bunga dari bahan yang mudah didapat (pelepah pisang,
sedotan, botol bekas, biji-bijian, dan lain-lain), menjahit dari kain, merajut benang, kerja
bakti, menjemur kasur, dan lain-lain).
7. Terapi kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat,
mengisi teka-teki silang, tebak-tebakan, puzzle, dan lain-lain.
8. Life Review Terapi
Bertujuannuntuk meningkatkan gairah hidup dan harga diri dengan menceritakan
pengalaman hidupnya. Misalnya: bercerita dimasa mudanya.
9. Rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, manurunkan rasa bosan,
dan melihat pemandangan. Misalnya: mengikuti senam lansia, posyandu lansia,
bersepeda, rekreasi ke kebun raya bersama keluarga, mengunjungi saudara, dan lainlain.

10. Terapi Keagamaan.


Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan
rasa nyaman, seperti mengadakan pengajian, kebaktian, sholat berjamaah, dan lain-lain.
11. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota keluarga
sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga adalah agar keluarga
mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasarn utama terapi jenis ini adalah keluarga
yang mengalami disfungsi, tidak bisa melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh
anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalh keluarga yang dirasakan diidentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri,
apa masalah yang terjadi dikeluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya
masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mepertahankan keutuhan keluarga dan
meningkatkan atau mengembalikan fungsi untuk mempertahankan keutuhan keluarga
dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2
(kerja), fase 3 (terminasi). Difase pertama perawat dan klien mengembangkan hubungan
saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan tujuan terapi ditetapkan bersama.
Kegiatan difase kedua atau fase kerja adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat
sebagai terapis berusaha mengubah pola interaksi diantara anggota keluarga
meningkatkan kompetensi masing-masing individual anggota keluarag, eksplorasi
batasan-batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selam ini ada. Terapi keluarga

diakhiri difase terminasi dimana keluarga akan melihat lagi proses yang selama ini
dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan car-cara mengatasi isu yang timbul. Keluarga
juga diharapkan dapat mempertahankan perawatan yang berkisanambungan
C. TERAPI OKUPASI
1. Pengertian
Terapi adalah penyembuhan atau pengobatan, sedangkan okupasi adalah
(okupational) adalah pekerjaan, aktivitas, kesibukan, jabatan.
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan partisipasi
seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan. Terapi ini berfokus
pada pengenalan kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah
ditetapkan. Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada
seseorang. Pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk sesorang menjadi
tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi dan Purwanto, 2009).
Okupasi terapi adalah profesi kesehatan yang menangani pasien/ klien gangguan
fisik dan atau mental baik yang bersifat sementara atau menetap dengan menggunakan
aktivitas terapeutik

yang disesuaikan untuk membantu mempertahankan atau

meningkatkan komponen kinerja okupasional (sensomotorik, persepsi, kognitif, spiritual


dan social) dan kinerja okupasional (aktivitas sehari-hari/Activity Daily Living/ ADL,
produktivitas dan pemanfaatan waktu luang/Leisure Activity) sehingga pasien/klien
mampu meningkatkan kemandirian fungsional, meningkatkan derajat kesehatan dan
partisipasi

dimasyarakat

sesuai

dengan

571/MENKES/SK/VI/2008)

perannya

(SKMENKES

RI

No

meningkatkan derajat kesehatan dan partisipasi di masyarakat sesuai perannya. (


SkMenkes RI No 571/MENKES/SK/VI/2008, 2008).
a. Pengertian Terapi Okupasi Secara Umum
Terapi okupasi adalah suatu upaya penyembuhan atau pengobatan terhadap suatu
gangguan dengan cara pemberian tugas, kesibukan atau pekerjaan tertentu agar
seseorang dapat mengembangkan diri dan mengembangkan potensinya semaksimal
mungkin.
b. Pengertian Okupasi Dari Segi Medis
Terapi okupasi adalah suatu pertolongan yang bertujuan untuk memperbaiki otot-otot
dengan jalan bekerja yang harus menggerakan otot-otot sendi.
c. Pengertian Melalui Aspek Edukatif
Terapi okupasi merupakan suatu bidang kegiatan yang bersifat pengembangan dari
bidang studi keterampilan parakarya dan pekerjaan tangan/SBK.
2. Karakteristik Aktivitas Terapi Okupasi
Aktivitas dalam okupasi terapi adalah segala macam aktivitas yang dapat menyibukan
sesorang secara produktiv yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang,
sekaligus sebagai sumber kepuasan emosional maupun fisik. Oleh karena itu setiap
aktivitas fisik yang digunakan dalam okupasi terapu harus mempunyai karakteristik
sebagai berikut:
a. Setiap gerakan harus mempunyai alas an dan tujuan terapi yang jelas. Jadi bukan
hanya sekedar menyibukan lansia
b. Mempunyai arti tertentu bagi lansia, artinya dikenal oleh atau ada hubungannya
dengan lansia

c. Lansia harus mempunyau tujuan mengerjakan kegiatan tersebut dan apa kegunaannya
terhadap upaya penyembuhan penyakitnya.
d. Harus dapat melibatkan lansia secara aktif walaupun minimal.
3. Tujuan Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas
dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
Misalnya:membuat kipas angin, membuat keset, membuat sulak dari tali ravia, membuat
bunga dari bahan yang mudah didapat (pelepah pisang, sedotan, botol bekas, biji-bijian,
dan lain-lain), menjahit dari kain, merajut dari benang, kerja bakti (merapikan kamar,
lemari, membersihkan lingkungan sekitar, menjemur kasur, dan lain-lain).
Adapun tujuan terapi okupasi menurut Riyadi dan Purwanto (2009), adalah
a. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi mental.
Menciptakan kondisi tertentu sehingga lansia dapat mengembangkan kemampuan
nya untuk dapat berhubungan dengan orang lain dan masyarakat sekitarnya.
Membantu melepaskan dorongan emosi secara wajar.
Membantu menemukan kegiatan sesuai bakat dan kondisinya.
Membantu dalam pengumpulan data untuk menegakkan diagnosa dan terapi.
b. Terapi khusus untuk mengembalikan fungsi fisik, meningkatkan gerak, sendi, otot
dan koordinasi gerakan.
c. Mengajarkan aktivitas kehidupan sehari-hari seperti makan, berpakaian, buang air
kecil, buang air besar dan sebagainya.

d. Membantu lansia menyesuaikan diri dengan tugas-tugas rutin dirumah dan member
saran penyerdehanaan (siplifiksai) ruangan maupun letak alat-alat kebutuhan seharihari
e. Meningkatkan toleransi kerja, memelihara dan meningkatkan kemampuan yang
dimiliki
f. Menyediakan berbagai macam kegiatan agar dicoba lansia untuk mengetahui
kemampuan mental dan fisik, kebiasaan, kemampuan bersosialisasi, bakat, minat, dan
potensi dan lain-lainnya dari si pasien dalam mengarahkan kepekerjaan yang tepat
dalam latihan kerja
g. Mengarahkan minat dan hobi untuk dapat digunakan setelah lansia kembali
kelingkungan masyarakat
h. Membantu penderita untuk menerima kenyataan dan menggunakan waktu selama
masa rawat dengan berguna.
4. Jenis Terapi Okupasi
Menurut Creek (2002) okupasi terapi bergerak pada tiga area, atau yang biasa
disebut dengan occupational performance yaitu activity of daily living (perawatan diri),
produktiviti (kerja), dan leisure (pemanfaatan waktu luang). Bagaimanapun setiap
individu yang hidup memerlukan ketiga komponen tersebut. Individu-individu tersebut
perlu melakukan perawatan diri seperti aktivitas makan, mandi, berpakaian, berhias, dan
sebagainya tanpa memerlukan batuan orang lain.
Individu juga perlu bekerja untuk bisa mempertahankan hidup dan mendapat
kepuasan atau makna dalam hidupnya. Selain itu, penting juga dalam kegiatan refresing,
penyaluran hobi, dan pemanfaatan waktu luang untuk melakukan aktivitas yang

bermanfaat disela-sela kepenatan bekerja. Semua itu terangkum dalam terapi okupasi
yang bertujuan mengembalikan fungsi individu agar menemukan kembali makn atau arti
hidup. Jenis terapi okupasi menurut Rogers & Holm (2004) dan Creek (2002) yaitu:
a. Aktivitas Sehari-hari (Activity of Daily Living)
Aktivitas yang dituju untuk merawat diri yang dijuga disebut Basic Activity of
Daily Living atau Personal Activietas of Daily Living terdiri dari: kebutuhan dasar
fisik (makan, cara makan, kemampuan berpindah, merawat benda pribadi, tidur,
buang air besar, mandi, dan menjaga kebersihan pribadi) dan fungsi kelangsungan
hidup (memasak, berpakaian, berbelanja, dan menjaga lingkungan hidup sesorang
agar tetap sehat).
b. Pekerjaan
Kerja adalah kegiatan produktif,baik di bayar atau tidak dibayar.pekerjaan di
mana seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya biasanya menjadi bagian
penting dari indentitas pribadi dan peran sosial, dan peran sosial,memberinya
posisinya dalam masyarakat dan rasa nilai sendiri sebagai anggota yang ikut berperan
pada masyarakat.
Temaksud aktifitas yang diperlukan untuk dilibatkan pada pekerjaan yang
menguntungkan atau aktifitas sukarela seperti minat pekerjaan, mencari pekerjaan,
dan

kemahiran,tampilan

pekerjaan,persiapan

pengunduran

dan

penyesuaian,

partisipasi suka rela, relawan suka rela,pekerjaan secara individu memiliki banyak
fungsi yaitu pekerjaan memberikan orang peran utama dalam masyarakat dan posisi
sosial,pekerjaan sebagai sarana dari mata pencaharian, memberikan struktur untuk
pembgian waktu untuk kegiatan lain yang dapat direncanakan, dapat memberikan

10

rasa tujuan hidup dan nilai hidup, dapat menjadi bagian penting dari identitas pribadi
seseorang dan sumber harga diri, dapat menjadi forum untuk bertemu orang-orang
dan membangun hubungan, dan dapat menjadi suatu kepentingan dan sumber
kepuasan.
c. Waktu luang
Aktifitas mengisi waktu luang adalah aktifitas yang dilakukan pada waktu
luang yang bermotivasi dan memberikan kegembiraan. Hiburan, serta mengalihkan
perhatian lansia. Aktivitas tidak wajib yang pada hakekatnya kebesan beraktivitas.
Adapun jenis aktivitas waktu luang (mengidentivikasi minat, keterampilan,
kesempatan, dan aktifitas waktu luang yang sesuai ) dan partisipasi waktu lung
(merencanakan dan berpartisipasi dalam aktifitas waktu luang yang sesuai, mengtur
keseimbangan waktu luangdentan yang kegiatan yang lainya,dan memperoleh
memekai, dan mengatur peralatan dan barang yang sesuai).
5. Aktivitas Terapi Okupasi
Mengungkapkan aktifitas yang di gunakan dalam terapi okupasi, sangat di
pengaruhi oleh konteks terapi keseluruhan,lingkungan,sumber yang tersedia,dan juga
oleh kemampuan si terapi sendiri(pengetahuan dengan ketempilan minat dan
kreativitasnya ),(Muhaj,2009).
a. Jenis
Jenis kegiatan yang dapatdilakukan meliputi:latihan grak badan,olahraga,permainan
tangan,keesehatan, kebersihan, dan kerapian pribdi, pekerjaan sehari-hari(aktifitas
kehidupan sehari-hari,sepertti dengan mengajarkan merapikan tempat tidur,menyapu
dan mengepel),praktik pre-vakasional, seni(tari,music,lukis, drama),diskusi dengan

11

topik tertentu(berita, surat kabar, majalah, televisi,radio atau keadaan linkungan)


(Muhaj, 2009).
b. Aktivitas
Aktifitas adalah segala macam aktifitas yang dapat menybukan seseorang produktif
yaitu sebagai suatu media untuk belajar dan berkembang,sekaligus sebagai sumber
kepuasan emosional maupun fisik.
6. Indikasi Terapi Okupasi
Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa indikasi dari terapi okupasi sebagai
berikut:
a. lansia dengan kelainan tingkah laku, seperti lansia harga diri rendah yang disertai
dengan kesulitan berkomunikasi.
b. Ketidak mampuan menginterprestasikan rangsanga sehingga reaksi terhadap
rangsang tidak wajar.
c. Lansia yang mengalami kemunduran.
d. Lansia dengan cacat tubuh disertai gangguan kepribadian.
e. Lansia yang mudah mengekspresikan perasaasn melalui aktifitas.
f. Lansia yang mudah belajar sesuatu dengan praktik langsung dari pada
membayangkan.
7. Tahapan Terapi Okupasi
Menurut Tirta & Putra (2008) dan Untari (2006),adapu tahapan terapi okupsi, antara
lain:

12

a. Tahap Evaluasi
Tahap evaluasi sangat menentukan bagi tahap-tahap berikutnya. Pada tahap awal ini
mulai dibentuk hubungan kerja sama antara terapis dan pasien/lansia, yang kemudian
akan dilanjutkan selama tahap terapi okupasi. Tahap ini juga disebut tahapan koginitif
yang memfokuskan kemampuan pekerjaan berorientasi pada keterampilan kognitif,
tahap evaluasi dibagi menjdi 2 langkah yaitu:
langkah pertama adalah profil pekerjaan (occupational profile) dimana terapis
mengumpulkan informasi mengenai riwayat dan pengalaman

pekerjaan

pasien,pola hidup sehari-hari, minat, dan kebutuhanya. Dengan pendekatan


clent-centered, informasi tersebut dikumpulkan untuk dapat memahami apa
yang penting dan sangat bermakna bgi pasien saat ini, apa yang ingin dan perlu
dilakukan, serta mengidentifikasi pengalamn dan minat sebelumnya yang
mungkin akan membantu memahami persoalan dan masalah yang ada saat ini.
langka kedua adalah analisa tampilan pekerjaan (analysis of occupational
performance),tampilan pekerjaan yang dimaksud adalah kemampuan untuk
melaksanakan aktifitas dalam kehidupan keseharian yang meliputi aktifitas dasar
hidup sehari-hari, pendidikan, bekerja, bermain, mengisi waktu luang, dan
partisipasi sosial. Hal yang juga diperhatikan pada tahap awal kognitif ini adalah
membangkitkan ide saat waktu luang pasien mempelajari berapa banyak
kemungkinan atau waktu yang dihabiskan,membandingkan beberapa kegiatan
yang menyenangkan disbanding bekerja,mengtur waktu untuk hal yang
menyenangkan (kebutuhan pilihan, hambatan, dan minat),dan mengtur waktu diri
sendiri,

keterampilan

dasar

13

yang

diharapkan

mendapatkan

keterampilan,memproses keterampilan, menyalurkan keteampilan dan ketegasan


pasien.
b. Tahap Intervensi
Tahap

intervensi

terbagidalam

langkah,

yaitu

rencana

intervensi,

implementasi, intervensi, dan peninjauan (review) intervensi. Rencana intervensi


adalah sebuah rencana yang dibangun berdasar pada hasil tahap evaluasi dan
menggambarkan pendekatan terapi okupasi serta jenis intervensi yang terpilih guna
mencapai target hasil akhir yang ditentukan oleh pasien.
Rencana intervensi dibangun bersama-sama dengan pasien (termasukpada
beberapa kasus bisa bersama dengan keluarga atau orang lain yang berpengaruh),
dan berdasarkan tujuan serta prioritas pasien. Rencana intervensi yang telah tersusun
kemudian dilaksanakan sebagai implementasi intervensi yang mana diartikan sebagai
tahap keterampilan dalam mempengaruhi perubahan tampilan pekerjaan pasien,
membimbing mengerjakan pekerjaan atau aktivitas yang mendukung partisipasi.
Langkah ini adalah tahap bersama pasien, ahli dan terapi okupasi. Implementasi
intervensi terapi okupasi dapat dilakukan baik secara individual maupun
berkelompok, tergantung dari keadaan pasien, tujuan terapi dan lain-lain.
Metode individual bertujuan untuk mendapatkan lebih banyak informasi dan
sekaligus untuk evaluasi pasien, pada pasien yang belum dapat atau mampu untuk
berinteraksi dengan cukup baik dalam suatu kelompok sehingga dianggap akan
mengganggu kelancaran suatu kelompok dan pasien yang sedang menjalani latihan
kerja dengan tujuan agar terapis dapat mengevaluasi pasien lebih afektif. Sedangkan
metode kelompok dilakukan untuk pasien lama atas dasar seleksi

14

dengan masalah

atau hamper bersamaan atau dalam melakukan suatu aktivitas untuk tujuan tertentu
bagi beberapa pasien sekaligus.
Sebelum memulai suatu kegiatan, baik secara individual maupun kelompok
maka terapis harus mempersiapkan terlebih dahulu segala sesuatunya yang
menyangkut pelaksanaan kegiatan dan menjelaskan tujuan pelaksanaan kegiatan
tersebut sehingga dia atau mereka lebih mengerti dan berusaha untuk ikut aktif.
Jumlah anggota dalam suatu kelompok disesuaikan dengan jenis aktivitas yang akan
dilakukan dan kemampuan terapis mengawasi.
Sedangkan penilaian intervensi diartikan sebagai suatu tahap berkelanjutan
untuk mengevaluasi dan meninjau kembali rencana intervensi sebelumnya,
efektivitas pelaksanaannya, sejauh mana perkembangan yang telah dicapai menuju
target hasil akhir. Bilamana dibutuhkan pada langkah ini dapat dilakukan perubahan
terhadap rencana intervensi.
c. Tahap Hasil Akhir
Tahap terakhir pada terapi okupasi adalah hasil akhir (outcame). Hasil akhir
disini diartikan sebagai dimensi penting dari kesehatan yang berhubungan dengan
intervensi, termasuk kemampuan untuk berfungsi, persepsi kesehatan, dan kepuasan
dengan penuh perhatian.
Pada tahap ini ditentukan apakah sudah berhasil mencapai target hasil akhir ya
ng diinginkan atau tidak. Jadi hasil akhir dalam bentuk tampilan okupasi, kepuasaan
pasienkompetensi aturan, adaptasi, pencegahan, dan kualitas hidup.

15

8. Analisa Aktivitas Terapi Okupasi


Riyadi dan Purwanto (2009), menyatakan bahwa analisa dari kegiatan terapi
okupasi, maliputi: jenis kegiatan yang dilakukan seperti latihan gerak badan atau
pekerjaan sehari-hari, maksud dan tujuan dari kegiatan dilakukan dan manfaatnya bagi
klien, sarana atau alat atau aktivitas dilakukan disesuaikan dengan jenis kegiatan yang
dilakukan, persiapan terhadapa sarana pendukung dank lien maupun perawat,
pelaksanaan dari kegiatan yang telah direncanakan, kontra indikasi dan disukai klien atau
tidak disukai yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh lansia.

16

BAB III
METODOLOGI TERAPI OKUPASI
A. TOPIK
Mengoper bola sambil memperkenalkan diri
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan hubungan social dalam kelompok secara bertahap
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topic percakapan
e. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada orang lain
f. Klien mampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok
g. Klien mampu menyampaikan pendapat tentang kegiatan TAKS yang telah di
lakukan
C. AKTIFITAS DAN INDIKASI
1. Tujuan
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
a. Menyebutkan jati diri sendiri nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi
b. Menanyakan jati diri anggota kelompoklain: nama lengkap, nama panggilan, asal dan
hobi

17

2. Setting
Peserta dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
3. Alat
a. Tape recorder/laptop
b. Kaset lagu
c. Bola
d. Buku catatan dan pulpen
e. Jadwal kegiatan klien
4. Metode
Dinamika kelompok
5. Pengorganisasian
a. Leader
Aripudin
Tugas:
Membuka kegiatan terapi aktivitas kelompok
Memperkenalkan asal institusi dan memperkenalkan tim perawat
Memberi kesempatan pada peserta untuk memperkenalkan dir (nama, ruangan)
Menjelaskan topik dan tujuan permainan
Mengarahkan dan memimpin jalannya permainan
Menatralisir keadaan jika terjadi masalah
b. Co-Leader
Muliana Musibo
Tugas :

18

Menjelaskan tata cara permainan


Membagi kelompok bermain
Membagikan hadiah
c. Fasilitator
Meiti Rongrean
Ira Ninar
Ridwan
Tugas:
Mempersiapkan tempat bermain
Mempersiapkan dan menyediakan alat dan media permainan
Mempersiapkan hadiah untuk peserta
Memfasilitasi kebutuhan saat bermain berlangsung
Memotivasi klien
d. Observer
Al Edy Dawu
Wayan Yuli Artini
Tugas:
Menjelaskan kriteria penilaian permaianan
Mengawasi jalannya kegiatan sesuai rencana
Menilai kelompok dan menentukan pemenang
Mengumumkan pemenang

19

6. Waktu dan Tempat


Terapi aktivitas kelompok akan dilaksanakan pada:
Hari/ tanggal : Sabtu/09, Juli, 2014
Waktu

: 10.00 WIB s/d 11.00 WIB

Tempat

: Wisma Sentausa

7. Langkah-langkah kegiatan
a. Fase Orientasi (10 menit)
leader membuka kegiatan dan memperkenalkan tim perawat lainnya
Leader memotivasi peserta untuk memperkenalkan diri secara bergantian
Leader menjelaskan topik dan tujuan kegiatan
Leader menyerahkan tugas kepada co leader untuk menjelaskan tata cara
permainan dan hadiah bagi pemenang. Tata cara permainan yaitu: setiap anggota
kelompok berkenalan dengan anggota kelompok, jika ada peserta yang akan
meninggalkan kelompok harus meminta izin pada pemimpin TAK, setiap klien
mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir, lama kegiatan yaitu 45 menit.
Fasilitator membagi peserta menjadi 2 kelompok setiap kelompok terdiri dari 4
orang
Fasilitator memberikan alat permaianan pada masing masing kelompok
Co leadeer menyerahkan tugas pada fasilitator untuk memberikan aba aba
permainan di mulai
b. Fase Kerja (20 menit)
Fasilitator memberikan aba aba untuk memulai permainan (musik di mainkan)

20

setiap anggota kelompok mengedarkan bola sampai lagu dimatikan, anggota yang
memegang bola terakhir pada saat music dimatikan mendapat giliran untuk
memperkenalkan anggota kelompoknya yang berada disebelah kanannya dengan
cara memberi salam, menyebutkan nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi,
menanyakan nama lengkap, nama panggialan, asal, hobi. (terapis memberikan
contoh).
Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
Hidupkan lagi lagu dan edarkan bola tenis. Pada saat lagu dimatikan, minta
anggota kelompok yang memegang bola terakhir pada saat lagu dimatikan untuk
memperkenalkan anggota kelompok yang berada disebelah kanannya kepada
kelompok yaitu nama lengkap, nama panggilan, asal, hobi.
Ulangi sampai semua anggota kelompok mendapat giliran.
Fasilitator memotivasi peserta terapi aktivitas kelompok (diberikan pujian untuk
tiap keberhasilan anggota kelompok dengan menepuk tangan).
Observasi menilai masing masing pasangan
Observasi mengawasi jalannya kegiatan pertama sesuai batas waktu yang
diberikan
Fasilitator menghentikan waktu permainan ketika waktu sudah habis
Observer memberikan penilaian kepada peserta terapi aktivitas kelompok
c. Fase Terminasi (10 menit)
Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Observer memberikan penilaian sesuai dengan kriteria pemenang
Observer mengumumkan peserta yang menang dan alasan peserta tersebut menang

21

Co leader menyerahkan hadiah


Leader meminta klien untuk mengekspresikan apa yang dirasakan setelah
mengikuti TAK
Leader menutup permainan
Fasilitator membersihkan dan mengumpulkan data
8. Evaluasi Dan Dokumentasi
Evaluasi dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja
untuk menilai kemampuan klien melakukan TAK. Aspek yang dievaluasi adalah
kemampuan

klien

sesuai

dengan

tujuan

TAK.

Evaluasi

kemampuan

klien

memperkenanlkan diri secra verbal dan nonverbal dengan menggunakan formulit


evaluasi berikut :
KEMAMPUAN MEMPERKENALKAN DIRI
A. KEMAMPUAN VERBAL
NAMA KLIEN
NO

ASPEK YANG DINILAI

Menyebutkan nama lengkap

Menyebutkan nama panggilan

Menyebutkan asal

Menyebutkan hobi
JUMLAH

B. KEMAMPUAN NON VERBAL


NO

ASPEK YANG DINILAI

NAMA KLIEN

22

Kontak mata

Duduk tegak

Menggunakan bahasa tubuh yang


sesuai

Mengikuti kegiatan dari awal


sampai akhir
JUMLAH

PETUNJUK
1. Di bawah judul nama klien, tuliskan nama panggilan klien yang ikut TAKS.
2. Untuk tiap klien, semua aspek dimulai dengan memberi tanda jika ditemukan pada
klien atau tanda X jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan, jika nilai 3 atau 4 klien mampu, dan jika nil
ai 0, 1, atau 2 klien belum mampu.

DAFTAR PUSTAKA
http://dwaney.wordpress.com/2011/10/09/tak-lansia/2013/5/8
Maryam, R.Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba Medika
http://khwanul-khair.blogspot.com/.../terapi-aktifitas-kelom/2013/5/8
Mubarak, wahit ikbal. 2006. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2. Jakarta:

23

24

Вам также может понравиться