Вы находитесь на странице: 1из 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Glandula saliva atau kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari selsel khusus yang dapat mensekresi saliva. Saliva adalah cairan oral yang kompleks
dan tidak berwarna yang terdiri dari campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar
kecil (mayor dan minor) yang ada pada mukosa oral. Saliva sendiri memiliki fungsi
yaitu melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses
mengunyah dan menelan makanan, membasahi dan melembutkan makanan menjadi
bahan setengah cair ataupun cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan,
membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman, mempunyai aktivitas
antibacterial dan sistem buffer, membantu proses pencernaan makanan melalui
aktivitas enzim ptyalin (amilase ludah) dan lipase ludah, berpartisipasi dalam proses
pembekuan dan penyembuhan luka karena terdapat faktor pembekuan darah dan
epidermal growth factor pada saliva, jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai
ukuran tentang keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu dalam berbicara
(pelumasan pada pipi dan lidah). Atas dasar pentingnya fungsi saliva tersebut,
kelenjar saliva merupakan organ yang penting dalam sekresi saliva. Apabila terjadi
kelainan pada kelenjar saliva, akan terjadi dampak yang dapat mengurangi fungsi
saliva sehingga menyebabkan berbagai masalah pada rongga mulut.

1.2

Rumusan Masalah

1.

Apa definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non-neoplastik ?

2.

Apa saja macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran klinis,
gambaran HPA, dan gambaran radiologinya ?

1.3
1.

Tujuan dan Manfaat

Mampu mengetahui definisi kelainan kelenjar saliva baik neoplastik maupun non
neoplastik.
Mampu macam-macam kelainan kelenjar saliva beserta etiologi, gambaran klinis,
gambaran HPA, dan gambaran radiologi yang dibagi berdasarkan neoplastik dan non
neoplastik.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Glandula saliva atau kelenjar saliva merupakan organ yang terbentuk dari selsel khusus yang mensekresi saliva.
Saliva adalah cairan oral yang kompleks dan tidak berwarna yang terdiri dari
campuran sekresi dari kelenjar besar dan kelenjar kecil (mayor dan minor) yang ada
pada mukosa oral.
Fungsi saliva itu sendiri adalah:
1. Melicinkan dan membasahi rongga mulut sehingga membantu proses
mengunyah dan menelan makanan
2. Membasahi dan melembutkan makanan menjadi bahan setengah cair ataupun
cair sehingga mudah ditelan dan dirasakan
3. Membersihkan rongga mulut dari sisa-sisa makanan dan kuman
4. Mempunyai aktivitas antibacterial dan sistem buffer
5. Membantu proses pencernaan makanan melalui aktivitas enzim ptyalin
(amilase ludah) dan lipase ludah
6. Berpartisipasi dalam proses pembekuan dan penyembuhan luka karena
terdapat faktor pembekuan darah dan epidermal growth factor pada saliva
7. Jumlah sekresi air ludah dapat dipakai sebagai ukuran tentang keseimbangan
air dalam tubuh.
8. Membantu dalam berbicara (pelumasan pada pipi dan lidah)
KLASIFIKASI GLANDULA SALIVA
Klasifikasi Glandula Saliva berdasarkan ukuran :
1. Glandula saliva Mayor
2. Glandula saliva Minor
Glandula saliva mayor terdiri dari :
1.

Glandula parotis
Merupakan glandula terbesar yang letaknya pada permukaan otot masseter yang
berada di belakang ramus mandibula, di anterior dan inferior telinga. Glandula parotis
menghasilkan hanya 25% dari volume total saliva yang sebagian besar merupakan
cairan serus.

2.

Glandula submandibula
Merupakan glandula terbesar kedua setelah glandula parotis. Letaknya di bagian
medial sudut bawah mandibula. Glandula submandibula menghasilkan 60- 65% dari
volume total saliva di rongga mulut, yang merupakan campuran cairan serus dan
mukus.

3.

Glandula sublingual
Glandula yang letaknya pada fossa sublingual, yaitu dasar mulut bagian anterior.
Merupakan glandula saliva mayor yang terkecil yang menghasilkan 10% dari volume
total saliva di rongga mulut dimana sekresinya didominasi oleh cairan mukus.
Glandula saliva minor terdiri dari:
1. Glandula Labial Superior inferior
2. Glandula Bucalis Minor
3. Glandula Palatina
4. Glandula Lingualis anterior
5. Glandula Lingualis Posterior
6. Glandula Glossopalatinus
Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang
dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkanpembengkakan atau nyeri.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1

Definisi Kelainan Kelenjar Saliva

Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar


saliva yang dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau
nyeri. Kelainan kelenjar saliva ini dibagi menjadi dua, yaitu kelainan non neoplastik
dan neoplastik.
Tumor non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan
pertumbuhan dan perkembangan sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan dan
perkembangan normal atau menimbulkan suatu pertumbuhan patologis pada fase
tertentu dan kemudian berhenti. Kelainan non neoplastik ini dapat disebabkan oleh
gangguan genetik (congenital), trauma, atau infeksi yang mengganggu cell circle. Jika
kelainan pertumbuhan dan perkembangan tersebut terus-menerus dan tak terkontrol,
maka digolongkan sebagai suatu kelainan pertumbuhan dan perkembangan sel yang
berupa neoplastik sebenarnya (true neoplasm).
Neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak
dapat dikontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign
neoplasm) dan neoplasia ganas (malignant neoplasm). Neoplasia jinak adalah
pertumbuhan jaringan baru yang lambat, ekspansif, terlokalisir, berkapsul, dan tidak
bermetastasis (anak sebar). Neoplasia ganas adalah tumor yang tumbuhnya cepat,
infiltrasi ke jaringan sekitarnya, dan dapat menyebar ke organ-organ lain/metastase.

3.2

Macam-macam Kelainan Kelenjar Saliva beserta Etiologi, Gambaran Klinis,


Gambaran HPA, dan Gambaran Radiologi yang dibagi berdasarkan Neoplastik
dan Non Neoplastik

3.2.1

Kelainan Kelenjar Saliva Neoplastik

a) Pleomorfic adenoma
Gejala Klinis

: tumor jinak yang berasal dari kelenjar saliva yang dapat

tumbuh dari kelenjar saliva minor maupun mayor. Tumor ini tumbuh lambat,

asymtomatis, dapat digerakkan dan konsistensi kenyal dengan permukaan yang halus.
Tumor dapat membesar mendesak jaringan sekitarnya.
HPA

: pleomorfic adenoma menunjukkan campuran proliferasi jaringan epithel

dalam daerah jaringan myxoid, mucoid, atau chondroid. Tumor sebagian mempunyai
kapsul fibrous.

b) Monomorphic adenoma
Tumor-tumor monomorfik tersusun reguler berbentuk grandular, dengan tidak adanya
dominasi komponen jaringan mesenkim. Tumor yang termasuk ke dalam adenoma
monomorfik adalah Warthin tumor (papillary cystadenoma lymphomatosum), basal
sel

adenoma,

oxyphilic

adenoma

(oncocytoma),

canalicular

adenoma,

myoepthelioma, dan clear cell adenoma.


-

Whartins tumor
Gejala klinis : tumor jinak kelenjar saliva yang paling umum dijumpai diantara tumortumor monomorfik lainnya dan sering terjadi pada kelenjar parotis. Penderita lakilaki lebih banyak daripada penderita perempuan.
HPA : berbentuk glandula yang dipisahkan celah-celah yang cenderung dan
membentuk proyeksi papila-papila yang tertanam didalam jaringan limfoid yang
padat. Rongga kistik dilapisi oleh sel epitel yang eosinopilik (onkosit) 2 lapis
(bilayer).

Onkositoma
Gejala klinis : kelenjar parotid adalah tempat yang paling sering terjadinya
onkositoma diikuti dengan kelenjar submandibula. Tumornya muncul sebagai massa
yang tumbuh lambat, tidak nyeri, yang sering keras dan kadang-kadang kistik.
Pembengkakan kelenjar parotis kadang-kadang difus, dapat terjadi bilateral ataupun
multiple.
HPA : mengandung sel-sel epitelial berbentuk polyhedron yang besar (onkosit), yang
penuh dengan sitoplasma eosinofilik bergranular dan mitokondria.

c)

Mukoepidermoid karsinoma
Gejala klinis : umumnya melibatkan kelenjar ludah mayor, yaitu kelenjar ludah
parotis. Sebagian kecil dapat timbul dari kelenjar ludah minor. Tumor ini sering
terjadi pada orang dewasa, penderita perempuan lebih banyak daripada penderita lakilaki. Tumor ini tumbuhnya lambat, berasal dari sel epitelium duktus dan berpotensi
metastasis.

HPA : secara mikroskopis dibedakan atas : low grade, intermediate grade, dan high
grade. Menunjukkan campuran sel kelenjar penghasil mukus dan del epitel
intermediate. Ketiga sel-sel ini berasal dari sel duktus yang berpotensi mengalami
metaplasia. Low grade merupakan massa yang kenyal dan mengandung solid
proliferasi sel tumor, pembentukan struktur seperti duktus dan adanya cystic space
yang terdiri dari epidermoid sel dan sel intermediate. Tipe intermediate ditandai
massa tumor yang lebih solid sebagian besar sel epidermoid dan sel intermediate
dengan sedikit memproduksi kelenjar mukus. Tipe poorly diferentiated ditandai
dengan populasi sel-sel pleomorfik dan tidak terlihat sel-sel berdiferensiasi.

d)

Karsinoma sel asinar


Gejala klinis : tumor ganas kelenjar parotis yang jarang terjadi. Kadang ditemukan
pada kelenjar saliva lainnya. Umumnya pada lelaki muda antara umur 20-30 tahun.
Tumor ini berkapsul, merupakan suatu proliferasi sel-sel yang membentuk massa
bulat, diameter < 3 cm.
HPA : berisi sel-sel asinar yang seragam dengan nukleus kecil berada di sentral
dengan sitoplasma yang basofilik dan padat mirip sel-sel sekretoris (asinar) dari
kelenjar saliva normal. Tumor ini dapat bermetastasis ke limfonodi regional.

e)

Tumor Sel Granular


Tumor sel granula adalah benigna dengan potensi menjadi maligna dan sering
berhubungan dengan kelenjar liur minor. Tumor ini cenderung terjadi pada kavum
oral dan sangat tersirkumsrip, mudah digerakkan dan tidak nyeri. Aspirasi jarum halus
dapat menunjukkan proses neoplastik.
Hpa
Pemeriksaan histopatologis memberikan gambaran selsel poligonal dengan sitoplasma
granular eosinofilik yang banyak dan nukleus-nukleus pleomorfik ringan yang
berbentuk bulat hingga oval. Karena ia berpotensi ke arah maligna, kombinasi dari
eksisi lokal yang luas dan observasi yang ketat merupakan terapi yang paling
berkesan.

f)

Hemangioma
Walaupun bukan berasal dari glandular, hemangioma adalah signifikan sebagai
diagnosis banding massa parotid terutama pada anak-anak. Tumor jinak ini berasal

dari sel endotelial dan merupakan kurang dari 5% dari semua tumor kelenjar liur.
Pada anak anak, hemangioma kapiler adalah tumor kelenjar liur yang paling sering
yaitu lebih dari 90% tumor kelenjar liur terjadi pada anak-anak di bawah usia 1 tahun.
Tumor ini mengenai perempuan lebih banyak dari laki-laki dan sering terdapat pada
kelenjar parotid.
Klinis
Hemangioma biasanya muncul pada waktu lahir sebagai massa unilateral dan tidak
nyeri. Pertumbuhannya proliferatif dan cepat yang sering menyebabkan deformitas
kosmetik. Aspirasi jarum halus biasanya tidak penting. CT scan, MRI atau keduanya
dapat menunjukkan gambaran vaskularisasi pada lesi. Diagnosis banding termasuk
kelainan proliferatif vaskular seperti limfangioma dan hemangioma kavernosa.

3.2.2

Kelainan Kelenjar Saliva Non Neoplastik

a) Mukokel
Definisi
Mucocele adalah Lesi pada mukosa (jaringan lunak) mulut yang diakibatkan oleh
pecahnya saluran kelenjar liur dan keluarnya mucin ke jaringan lunak di sekitarnya.
Mucocele bukan kista, karena tidak dibatasi oleh sel epitel. Mucocele dapat terjadi
pada bagian mukosa bukal, anterior lidah, dan dasar mulut. Mucocele terjadi karena
pada saat air liur kita dialirkan dari kelenjar air liur ke dalam mulut melalui suatu
saluran kecil yang disebut duktus. Terkadang bisa terjadi ujung duktus tersumbat atau
karena trauma misalnya bibir sering tergigit secara tidak sengaja, sehingga air liur
menjadi tertahan tidak dapat mengalir keluar dan menyebabkan pembengkakan
(mucocele). Mucocele juga dapat terjadi jika kelenjar ludah terluka. Manusia
memiliki banyak kelenjar ludah dalam mulut yang menghasilkan ludah. Ludah tesebut
mengandung air, biopsy, dan enzim. Ludah dikeluarkan dari kelenjar ludah melalui
saluran kecil yang disebut duct (pembuluh).
Terkadang salah satu saluran ini terpotong. Ludah kemudian mengumpul pada titik
yang terpotong itu dan menyebabkan pembengkakan, atau mucocele. Pada umumnya
mucocele didapati di bagian dalam bibir bawah. Namun dapat juga ditemukan di
bagian lain dalam mulut, termasuk langit-langit dan dasar mulut. Akan tetapi jarang
didapati di atas lidah. Pembengkakan dapat juga terjadi jika saluran ludah (duct)
tersumbat dan ludah mengumpul di dalam saluran.

Etiologi
Umumnya disebabkan oleh trauma 4iops, misalnya bibir yang sering tergigit pada
saat sedang makan, atau pukulan di wajah. Dapat juga disebabkan karena adanya
penyumbatan pada duktus (saluran) kelenjar liur minor. Mucocele Juga dapat
disebabkan oleh obat-obatan yang mempunyai efek mengentalkan ludah.
Gambaran Klinis
1.

Batas tegas

2.

Konsistensi lunak

3.

Warna transluscent

4.

Ukuran biasanya kecil

5.

Tidak ada keluhan sakit

6.

Kadang-kadang pecah, hilang tapi tidak lama kemudian akan timbul lagi

b) Ranula
Etiologi Dan Patogenesis
Ranula terbentuk sebagai akibat normal melalui duktus ekskretorius major yang
membesar atau terputus atau terjadinya rupture dari saluran kelenjar terhalangnya
aliran liur yang sublingual (duktus Bartholin) atau kelenjar submandibuler (duktus
Wharton), sehingga melalui rupture ini air liur keluar menempati jaringan disekitar
saluran tersebut. Selain terhalangnya aliranliur, ranula bisa juga terjadi karena trauma
dan peradangan. Ranulamirip dengan mukokel tetapi ukurannya lebih besar.
Bila letaknya didasar mulut, jenis ranula ini disebut ranulaSuperfisialis. Bila kista
menerobos

dibawah

otot

milohiodeusdan

menimbulkan

pembengkakan

submandibular, ranula jenisini disebut ranula Dissecting atau Plunging.


Gambaran Klinis
Bentuk dan rupa kista ini seperti perut kodok yang menggelembung keluar
(Rana=Kodok)
Dinding sangat tipis dan mengkilap
Warna translucent
Kebiru-biruan
Palpasi ada fluktuasi
Tumbuh lambat dan expansif

c)

Sialadenitis
Sialadenitis adalah infeksi bakteri dari glandula salivatorius, biasanya disebabkan
oleh batu yang menghalangi atau hyposecretion kelenjar. Proses inflamasi yang
melibatkan kelenjar ludah disebabkan oleh banyak faktor etiologi. Proses ini dapat
bersifat akut dan dapat menyebabkan pembentukan abses terutama sebagai akibat
infeksi bakteri. Keterlibatannya dapat bersifat unilateral atau bilateral seperti pada
infeksi virus. Sedangkan Sialadenitis kronis nonspesifik merupakan akibat dari
obstruksi duktus karena sialolithiasis atau radiasi eksternal atau mungkin
spesifik,yang disebabkan dari berbagai agen menular dan gangguan imunologi.

Etiologi
Sialadenitis biasanya terjadi setelah obstruksi hyposecretion atau saluran tetapi dapat
berkembang tanpa penyebab yang jelas. Terdapat tiga kelenjar utama pada rongga
mulut,diantaranya adalah kelenjar parotis, submandibular, dan sublingual. Sialadenitis
paling sering terjadi pada kelenjar parotis dan biasanya terjadi pada pasien dengan
umur 50-an sampai 60-an, pada pasien sakit kronis dengan xerostomia, pasien dengan
sindrom Sjgren, dan pada mereka yang melakukan terapi radiasi pada rongga mulut.
Remaja dan dewasa muda dengan anoreksia juga rentan terhadap gangguan ini.
Organisme yang merupakan penyebab paling umum pada penyakit ini adalah
Staphylococcus aureus; organisme lain meliputi Streptococcus, koli, dan berbagai
bakteri anaerob.

Gejala Umum
meliputi gumpalan lembut yang nyeri di pipi atau di bawah dagu, terdapat
pembuangan pus dari glandula ke bawah mulut dan dalam kasus yang parah, demam,
menggigil dan malaise (bentuk umum rasa sakit).

d)

Sjorgen syndrome

Sjorgen syndrome merupakan suatupenyakit auto imun yang ditandai oleh produksi
abnormal dari extra antibodi dalam darah yang diarahkan terhadap berbagai jaringan
tubuh. Ini merupakan suatu penyakit autoimun peradangan pada kelenjar saliva yang
dapat menyebabkan mulut kering dan bibir kering
Gejala

Gejala dari sjorgen syndrome antara lain; mulut kering, kesulitan menelan, kerusakan
gigi, penyakit gingiva, mulut luka dan pembengkakan, dan infeksi pada kelenjar
parotis bagian dalam pipi.
Etiologi
Penyebab sjorgen syndrome tidak diketahui, ada dukungan ilmiah yang menyatakan
bahwa penyakit ini adalah penyakit turunan atau adanya faktor genetik yang dapat
memicu terjadinya sjorgen syndrome, karena penyakit ini kadang-kadang penyakit
ditemukan pada anggota keluarga lainnya. Hal ini juga ditemukan lebih umum pada
orang yang memiliki penyakit autoimun lainnya seperti lupus eritematous sistemik,
autoimun penyakit tiroid, diabetes, dll.
e)

Sialorrhea
Sialorrhea adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan menetesnya air liur atau
sekresi saliva yang berlebihan.
Etiologi
Penyebab dari sialorrhea dapat bevariasi berupa gejala dan gangguan neurologis,
infeksi atau keracunan logam berat dan insektisida serta efek samping dari obatobatan tertentu.

f)

Sialosis
Sialosis didefinisikan sebagai pembengkakan non-inflamasi dan non-neoplastik dari
kelenjar saliva. Paling sering mengenai kelenjar parotis biasanya bilateral, tapi
kadang-kadang juga mengenai kelenjar submandibularis dan sublingualis.

Etiologi
Penyebab pembengkakan belum diketahui dengan jelas, walaupun dihubungkan
dengan sejumlah penyakit sistemik, terutama diabetes melitus, akromegali,
alkoholisme, malnutrisi, bulimia nervosa dan anoreksia nervosa. Sialosis Juga
digambarkan sebagai efek samping sejumlah obat-obatan.

g)

Sialometaplasia necrotic
Lesi pada kelenjar saliva yang bersifat nonneoplastik, peradangan yang dapat sembuh
dengan sendirinya, terutama mengenai kelenjar saliva yang terdapat pada palatum.
Lebih sering terjadi pada penderita laki-laki daripada perempuan.

Gejala klinis
-

Muncul secara spontan

Terdapat lesi dan pembengkakan

Ukuran maksimal 1-2 cm

Lesi bilateral atau unilateral

Burning sensation (sensasi terbakar)


Hpa
Necrosis lobuler pada kelenjar saliva, metaplasia squamosa pada asinus dan saluransaluran,hyperplasia pseudoepitelomatosa dan jaringan granulasi yang nyata serta
inflamasi.
Etiologi
Tidak diketahui secara pasti namun berhubungan dengan trauma dan terapi radiasi.

h)

Sialolitiasis
Definisi
Kira-kira 80-90% dari batu kelenjar saliva terjadi di kelenjar submandibular dan
hanya 10-20% terdapat di kelenjar parotid, dan hanya persentase yang sangat kecil
terdapat pada kelenjar sublingual dan kelenjar liur minor. Sialolitiasis adalah
penyebab yang paling sering pada penyakit kelenjar liur dan dapat terjadi pada semua
usia dengan predileksi tinggi pada laki-laki. Faktor resiko terjadinya obstruksi batu
kelenjar liur termasuk sakit yang lama disertai dehidrasi. Kadang disertai juga dengan
gout, diabetes dan hipertensi.
Patogenesis
Saliva yang normal mengandung banyak hidroksiapatit, bahan utama pada batu
kelenjar liur. Agregasi dari debris yang termineralisasi dalam duktus akan membentuk
nidus, lalu menyebabkan pembentukan kalkuli, statis saliva dan kemudian obstruksi.
Kelenjar submandibular lebih rentan terhadap pembentukan kalkuli dibandingkan
kelenjar parotid karena duktusnya yang lebih panjang, kandungan musin dan alkali
dalam saliva yang lebih tinggi dan konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Kalkuli
submandibular secara primer mengandung kalsium fosfat dan hidroksiapatit.
Disebabkan kalkuli ini mengandung kandungan kalsium yang tinggi, hampir
kesemuanya adalah radiopak dan dapat dilihat pada foto Rontgen. Kalkuli parotid
adalah lebih jarang radiopak. Kira-kira 75%, satu batu berjaya ditemukan pada

kelenjar tersebut. Jika obstruksi tidak ditangani, maka akan berlanjut terjadinya
inflamasi lokal, fibrosis dan atrofi asinar.
Gejala dan Tanda
Pembengkakan berulang dan nyeri pada kelenjar submandibular dengan eksaserbasi
apabila makan adalah gejala yang sering muncul pada batu kelenjar liur. Obstruksi
yang lama dapat menyebabkan terjadinya infeksi akut dengan nyeri yang semakin
berat dan eritema pada kelenjar tersebut. Pasien juga mengeluhkan adanya riwayat
xerostomia dan kadang-kadang terasa ada benda asing seperti pasir di rongga mulut.
Pemeriksaan fisik sangat penting karena batu sering dapat dipalpasi pada dua pertiga
anterior kelenjar submandibular. Selain itu, indurasi pada dasar mulut biasanya dapat
terlihat. Batu yang lokasinya di dalam badan kelenjar lebih sukar untuk di palpasi.
Gambaran Radiologis
Foto Rontgen dengan posisi lateral dan oklusal dapat menunjukkan batu radiopak
tetapi posisi ini tidak selalu dapat diandalkan. Posisi intraoral mungkin lebih
membantu. Sialografi adalah metode pencitraan yang paling akurat untuk mendeteksi
kalkuli. Sialografi dapat dikombinasi dengan CT scan atau MRI, terutama CT scan
sangat sensitive terhadap garam kalsium. Ultrasound ternyata tidak dapat membantu.

i)

Xerostomia
Banyak pasien mengeluh mulutnya kering Walaupun kelenjar saliva mereka berfungsi
dengan normal. Xerostomia sejati dapat disebabkan oleh penyakit kelenjar saliva
primer atau manifestasi sekunder dari suatu kelainan sistemik atau terapi obat.
Penyakit kelenjar saliva primer meliputi sindrom Sjorgen, kerusakan pascaradiasi atau
anomali pertumbuhan. Penyebab sistemik sekunder dari xerostomia meliputi
kegelisahan kronis, dehiderasi atau terapi obat.
Gambaran Klinis
Konfirmasi adanya penurunan dalam produksi saliva didasarkan atas pemeriksaan
klinis dan pengukuran kecepatan aliran saliva.

BAB III
KESIMPULAN

1.

Kelainan kelenjar saliva adalah suatu keadaan abnormal dalam kelenjar saliva yang
dapat merujuk pada kondisi yang menyebabkan pembengkakan atau nyeri. Kelainan
kelenjar saliva ini dibagi menjadi dua, yaitu kelainan non neoplastik dan neoplastik.

2.

Tumor non neoplastik adalah segala bentuk perubahan atau penyimpangan


pertumbuhan dan perkembangan sel sehingga tidak mencapai pertumbuhan dan
perkembangan normal atau menimbulkan suatu pertumbuhan patologis pada fase
tertentu dan kemudian berhenti. Seperti : mukokel, ranula, sialadenitis, sialolithiasis,
sialosis, sialorrhea, xerostomia dll.

3.

Neoplasia adalah pembentukan jaringan baru yang abnormal dan tidak dapat
dikontrol oleh tubuh. Ada dua tipe neoplasia, yaitu neoplasia jinak (benign neoplasm)
dan neoplasia ganas (malignant neoplasm). Seperti : adenoma pleomorfik, adenoma
monomorfik, mukoepidermoid karsinoma, tumor sel granular, dll.

DAFTAR PUSTAKA

Benign diseases of the salivary glands, Section V, Salivary Glands, Fidelia Yuan-Shin Butt,
Current Diagnosis and Treatment, Otolaryngology Head and Neck Surgery, 2nd
Edition. Anil K.L, Lange Mc Graw-Hill. 2008. New York.

Pindborg, J.J.. 2009. Altas Penyakit Mukosa Mulut. Tangerang: Binarupa Aksara.

Syafriadi,Mei. 2008. Patologic Mulut Tumor Neoplastik dan NonNeoplastik Rongga Mulut.
Yogyakarta: ANDI.

Вам также может понравиться