Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Proses pembentukan batubara terdiri dari dua tahap yaitu tahap biokimia
(penggambutan) dan tahap geokimia (pembatubaraan).
Tahap penggambutan (peatification) adalah tahap dimana sisa-sisa
tumbuhan yang terakumulasi dalam kondisi reduksi di daerah rawa dengan sistem
pengeringan yang buruk dan selalu tergenang air pada kedalaman 0,5 10 meter.
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 30
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 31
kimia dan fisika. Selain itu juga, dinyatakan bahwa proses pembentukan batubara
harus ditandai dengan terbentuknya gambut.
Lapisan batubara umumnya berasal dari gambut deposit disuatu rawa.
Factor-faktor penting dalam pembentukan gambut :
Evolusi perkembangan flora
Iklim
Geografi dan struktur daerah
Pembentukan gambut terjadi pada daerah yang depresi permukaan dan
memerlukan muka air yang relatif tetap sepanjang tahun diatas atau minimal sama
dengan permukaan tanah. Kondisi ini banyak muncul pada flat coastal area
dimana banyak rawa yang berasosiasi dengan pesisir pantai. Selain itu rawa-rawa
juga muncul di darat (shore or inland lakes). Tergantung pada posisi asli
geografinya, endapan batubara paralik (sea coast) dan limnic (inland) adalah
berbeda.
Paralic soal swamps memiliki sedikit pohon atau bahkan tanpa pohon dan
terbentuk diluar distal margin pada delta. Pembentukannya merupakan akibat dari
regresi dan transgresi air laut. Banyak coastal swamps besar yang berkembang
dibawah perlindungan sand bars dan gambut sehingga dapat menghasilkan
endapan batubara yang tebal.
Back swamps terbentuk dibelakang tanggul alam sungai besar. Pada back
swamps, gambut kaya dengan mineral matter akibat banjir yang sering terjadi.
Gambut (peat) depositas hanya dapat terawetkan pada daerah subsidence.
Akibatnya endapan yang kaya batubara banyak berhubungan dengan daerah ini,
seperti yang sering muncul pada foredeep pada suatu pegunungan lipatan yang
besar.
Pada bagian backdeeps dari suatu pegunungan lipatan yang besar,
subsidence biasanya lebih sedikit dan jumlah lapisan batubara lebih sedikit.
Ketika paralic coals diendapkan di foredeeps, kebanyakan limnic coals
diendapkan di dalam cekungan kontinen yang besar. Limnic coals memiliki
karakter yaitu terbentuk pada kontinen graben, jumlah lapisannya sedikit tapi
setiap lapisannya sangat tebal.
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 32
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 33
c. Forest swamp
Merupakan rawa dengan tumbuhan kayu.
Dijumpai di pantai daerah tropis yang ditumbuhi oleh bakau
(mangrove) menggantikan rumput laut.
Dapat terbentuk gambut bila tidak terjadi gangguan laut. Bila gangguan
laut kuat dengan oksigen segar di dalam air, mengakibatkan batang mati
yang berada di atas air menjadi rusak sehingga yang terawetkan hanya
akarnya saja.
Material hasil tumbuhan yang tersebar contohnya biji erythirina yang
dapat membentuk gambut bila muka air tanah bertahan cukup tinggi.
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 34
d. Moss swamp
Merupakan rawa dengan tumbuh-tumbuhan lumut.
Pada daerah yang beriklm sedang menjadi perkembangan rumput
tumbuhan berurut dari mulai dasar ke atas adalah lumpur, detritur
gytjae (lumpur organik), reed peat, forest peat dan most peat.
yang mempunyai
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 35
sandy braid plain, alluvial valley and upper delta plain, lower delta plain,
backbarrier strand plain, dan estuary. Tiap lingkungan pengendapan mempunyai
asosiasi dan menghasilkan karakter batubara yang berbeda.
Proses pengendapan batubara pada umumnya berasosiasi dengan
lingkungan fluvial flood plain dan delta plain. Akumulasi dari endapan sungai
(fluvial) di daerah pantai akan membentuk delta dengan mekanisme pengendapan
progradasi (Allen & Chambers, 1998).
Lingkungan delta plain merupakan bagian dari kompleks pengendapan delta
yang terletak di atas permukaan laut. Fasies-fasies yang berkembang di
lingkungan delta plain ialah endapan channel, levee, crevase play, flood plain, dan
swamp. Masing masing endapan tersebut dapat diketahui dari litologi dan
struktur sedimen.
Endapan channel dicirikan oleh batupasir dengan struktur sedimen cross
bedding, graded bedding, parallel lamination, dan cross lamination yang berupa
laminasi karbonat. Kontak di bagian bawah berupa kontak erosional dan terdapat
bagian deposit yang berupa fragmen-fragmen batubara dan plagioklas. Secara
lateral endapan channel akan berubah secara berangsur menjadi endapan flood
plain. Di antara channel dengan flood plain terdapat tanggul alam (natural levee)
yang terbentuk ketika muatan sedimen melimpah dari channel. Endapan levee
yang dicirikan oleh laminasi batupasir halus dan batulanau dengan struktur
sedimen ripple dan parallel lamination.
Pada saat terjadi banjir, channel utama akan memotong natural levee dan
membentuk crevase play. Endapan crevase play dicirikan oleh batupasir halus
sedang dengan struktur sedimen cross bedding, ripple lamination, dan bioturbasi.
Laminasi batupasir, batulanau, dan batulempung juga umum ditemukan. Ukuran
butir
berkurang semakin
jauh
dari
channel
utamanya
dan
umumnya
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 36
Tipe Allochtonous, biasanya berupa detritus halus dengan mineral tinggi dan
lapisan yang tipis. Terbentuk dari proses penghancuran gambut menjadi
detritus halus dan terendapkan kembali.
Tahap Pendeskripsian
1.
2.
3.
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 37
Dasar Penamaan
Adapun batubara terbentuk karena adanya suatu proses dimana terjadi
beberapa proses yang terbagi berdasarkan dua tahap, yakni tahap biokimia dan
termodinamika. Tahap-tahap inilah yang dijadikan sebagai dasar penamaan batuan
sedimen batubara.
Menurut Suprapto (1966), terbagi atas:
a. Proses Biokimia, yaitu proses penghancuran oleh bakteri anaerobik
terhadap bahan kayu-kayuan (sisa tumbuhan) hingga terbentuk gel
seperti agar-agar yang disebut Gelly.
b. Proses Termodinamika, yaitu proses perubahan dari gambut/peat
menjadi lapisan batubara oleh adanya panas dan tekanan juga adanya
proses dari luar. Proses ini disebut sebagai proses pembatubaraan yaitu
proses perkembangan gambut, lignit dan sub-bituminous coal menjadi
antrasit dan meta-antrasit.
Gambut (peat), merupakan hasil dari proses pengendapan, pemempatan
dan pemadatan dari bahan-bahan pembentuk lapisan batuan. Gambut
merupakan fase awal dari proses pembentukan batubara dan masih
memperlihatkan sifat asal dari bahan dasar (tumbuhan asal).
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 38
Sub-Bituminous,
sisa
bagian
tumbuhan
tinggal
sedikit
dan
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 39
Kesimpulan
Batubara digolongkan pada batuan sedimen non-klatik, yaitu batuan
sedimen organik. Batubara merupakan kelanjutan suatu proses dari pembentukan
gambut dan juga batuan sedimen yang mudah terbakar, berasal dari tumbuhan,
berwarna coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika
dan kimia yang akan mengakibatkan pengkayaan kandungan karbonnya.
Dikenal ada dua tipe pengendapan batubara, yaitu Tipe Autochtonous
dan Tipe Allochtonous. Tipe Autochtonous, dimana material pembentuk batubara
berasal dari cekungan atau material penyusun bukan dari hasil transportasi. Tipe
Allochtonous, biasanya berupa detritus halus dengan mineral tinggi dan lapisan
yang tipis.
Dimas hardiyantara/13307015
BAB II - 40