Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Perawatan R.S
Terapi/Intervensi
Edukasi keluarga
Terapi terpadu di tempat terapi dan di rumah :
Interaksi intensif setiap saat.
Intervensi perilaku.
Sensori Integrasi.
Komunikasi non verbal dan verbal.
Latihan perawatan diri dan ketrampilan fungsi tangan.
2
Standar Tenaga.
Terapi remedial.
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik.
Dokter umum dengan pelatihan Rehabilitasi Medik
Psikolog.
Ahli Terapi Tingkah laku.
Ahli Terapi Wicara.
Ahli Terapi Okupasi
Penyulit/Komplikasi
Penyulit :
Retardasi mental, hiperaktivitas, kondisi psikososial keluarga yang buruk.
Prognosis/Masa Pemulihan
10% prognosis baik.
25% prognosis sedang.
65% prognosis buruk
Luaran/Outcome
Tercapainya kemandirian fungsional tergantung tingkat disabilitas, onset
intervensi terapi
Definisi
Program Rehabilitasi pada gangguan berupa ketidakmampuan untuk memusatkan
perhatian, hiperaktivitas dan impulsivitas yang terjadi pada usia kurang dari 7
tahun
Diagnosis Fungsional
Gangguan fungsional berupa:
Gangguan sensori integrasi, gangguan perilaku, gangguan konsentrasi.
Pemeriksaan Fisik dan Fungsional
Umum
: Status kesehatan secara umum
Khusus
:
- Evaluasi perkembangan motorik kasar, motorik halus, komunikasi, personal
sosial.
- Evaluasi clumpsiness.
Pemeriksaan Penunjang
Elektrodiagnostik :E.E.G dan brain mapping
Radiologi: C.T Scan kepala.
Konsultasi
Dokter Spesialis Jiwa Anak.
Dokter Spesialis Saraf Anak.
Perawatan R.S
Rawat jalan
Terapi/Intervensi
Non farmakologi
Terapi perilaku dengan control learning, allied behavior analysis.
Terapi Sensori Integrasi
Standar Tenaga
Penyulit/Komplikasi
Penyulit :
4
Biopsi otot.
Konsultasi
Perawatan R.S
Rawat jalan.
Rawat inap bila ada penyulit kardiorespirasi
Terapi/Intervensi
Tujuan : Pencegahan dan mempertahankan/memperbaiki fungsi ketidakmampuan
yang sudah terjadi
Luaran / outcome
Mampu melakukan aktivitas fungsional secara optimal
REHABILITASI PADA HIP ARTHROPLASTI
Definisi
Program Rehabilitasi pada pasien pasca hip arthroplasti yang terbanyak
disebabkan karena fraktur collum femoris
Diagnosis fungsional
Pasca hip arthroplasti e.c fraktur colum femoris dengan gangguan aktivitas
fungsional dan ambulasi
Pemeriksaan fisik dan fungsional
Umum
: tanda vital
Khusus
:
- keterbatasan gerak sendi
- fungsi kognitif dan status mental
- kemampuan fungsional lain sesuai usia
- kemampuan kardiorespirasi
- kemampuan ambulasi
Pemeriksaan penunjang
Radiologi
BMD
: x-ray
Konsultasi
Perawatan RS
Rawat inap
Rawat jalan
Terapi/ Intervensi
Pra operatif
Tujuan
: Persiapan program rehabilitasi pasca operasi
Intervensi :
Evaluasi ketahanan fungsi kardiorespirasi
Evaluasi kondisi, kemampuan atau aktivitas premorbid
Evaluasi faktor penyulit program rehabilitasi pasca operasi : kognisi,
status mental, penyakit penyerta
Edukasi tahapan program rehabilitasi pasca operasi
Terapi dada dan latihan pernafasan
Latihan Ketahanan umum pada ekstremitas yang sehat
Pasca operatif
10
gangguan kognisi/psikologi
nyeri
dislokasi sendi
Prognosis/masa pemulihan
11
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
: x- ray
Konsultasi
Spesialis Bedah Ortopedi
Spesialis Penyakit Dalam (kardiolog, pulmonolog)
Perawatan RS
Rawat jalan
Rawat inap bila : intervensi bedah, ada cedera medulla spinalis
Terapi intervensi
Farmakologi
: analgetik
Non farmakologi :
- Edukasi postur dan aktivitas sehari-hari yang aman
12
Standar Tenaga
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Dokter Umum yang mendapat pelatihan Rehabilitasi Medik
Terapis : Fisioterapis, Okupasi Terapis
Teknisi : Ortosis Prostesis
Perawat
Penyulit/Komplikasi
Penyulit
:
Gangguan kognitif
Adanya penyakit yang menjadi penyebab (CP)
Komplikasi
:
Gangguan kardiorespirasi
Gangguan neurologis
Prognosis/ masa pemulihan
Baik pada skoliosis ringan dan sedang tanpa penyulit dan komplikasi yang
mendapat intervesi dini.
Buruk pada skoliosis berat disertai penyulit dan komplikasi.
Luaran/ outcome
Tercapainya kemampuan fungsional yang optimal.
13
14
Definisi
Rehabilitasi pasca penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah
didalam pembuluh darah koroner setelah terjadi oklusi koroner akut sehingga
terjadi nekrosis irreversible dari otot jantung, yang mengakibatkan gangguan
fungsional, psikologis dan endurance.
Faktor risiko :
a. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
- usia, jenis kelamin dan ras
- Riwayat keluarga
b. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi
- Dislipidemia
- Merokok
- Tekanan darah tinggi
- Diabetes
- Obesitas
- Stress
- Dll
Diagnosis Fungsional
Pasca MCI fase I/II/III, dengan masalah :
- Nyeri dada
- Sesak napas yang berhubungan dengan aktivitas
- Penurunan endurance kardiovaskular
- Seksual
- Psikososial
- Pre vokasional/vokasional
Pemerikasaan Fisik dan Fungsional
a.
Pemeriksaan umum : Tanda-tanda vital
b.
Pemeriksaan khusus jantung
c.
Pemeriksaan fungsional :
uji latih (maksimal/submaksimal tergantung kondisi)
uji jalan 6 menit
sepeda statik
tread mill dengan/ tanpa monitor
Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium: enzim :CK-CKMB, Troponin T
2. EKG
3. Radiologi : x ray thoraks
4. Ekokardiografi
5. kateterisasi
15
Konsultasi
Dokter spesialis jantung/ Internis kardiologi
Terapi/Intervensi
Tujuan :
1. Memperbaiki kapasitas fungsi kerja
2. Mengurangi stress emosi
3. memperbaiki kualitas hidup
4. Mengurangi angka kematian + kesakitan
5. Mengurangi pengaruh faktor risiko
6. Mengurangi keluhan jantung iskemi.
Fase I : Program 5 step Pasca MCI (tanpa komplikasi)
Mets Level
Aktivitas
Hari I ICCU
1-2 Mets
Hari II ICCU
2-3 Mets
Hari III V :
2-3 Mets
3-4 Mets
3-4 Mets
Fase III :
Penyulit/Komplikasi
Penyulit :
- Aritmia Jantung
- Hipertensi
- Gagal ginjal kronis
- Penyakit paru menahun
Komplikasi :
- arythmia induce exercise
- angina induce exercise
Prognosis/Masa Pemulihan
Tergantung Stratifikasi risiko, menurut Guidelines for cardiac rehabilitation
and secondary prevention programs (American Association of Cardiovascular
& Pulmonary Rehabilitation) :
Risiko rendah
Risiko sedang
Risiko tinggi
Luaran/Outcome
Mandiri
17
: x - ray
:EMG
Konsultasi
Spesialis Bedah Ortopedi
Spesialis Bedah Plastik
Perawatan RS
Rawat inap
Rawat jalan
Terapi/Intervensi
Farmakologi : analgetik, anti inflamasi, neurotropika, topikal (manajemen
jaringan parut)
Non Farmakologi, dengan tujuan tercapainya tendon gliding yang maksimal
dan fungsi tangan yang optimal :
- Splint : modifikasi splint dinamik fleksor
-
Program latihan :
o Hari pertama sampai minggu IV : latihan dalam splint (posisi
pergelangan tangan fleksi 20o-30o, sendi MP 70o, sendi IP
ekstensi penuh) , fleksi pasif dan ekstensi aktif, frekuensi 10
x tiap jam
18
19
Terapi/intervensi
Farmakologi
Non farmakologi
-
Standar Tenaga
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
20
21
22
Konsultasi
Konsultasi ataupun rawat bersama spesialis lain sesuai kebutuhan antara lain
dengan:
Psikiater
Neuropsikolog
Spesialis Saraf
Spesialis Urologi
Spesialis Penyakit Dalam
Spesialis Jantung/vaskuler
Spesialis Bedah
Intervensi dan terapi
Proses rehabilitasi dibagi menjadi 3 fase
Rehabilitasi pada fase akut :
Dilaksanakan dalam rawat inap . Lebih diutamakan pada
penatalaksanaan medis dan bedah.
Tujuan Rehabilitasi :
- Mencegah atau meminimalkan defisit neurologis
- Mencegah komplikasi tirah baring.
Program Rehabilitasi :
Cegah kegagalan respirasi akibat retensi sekresi bronchial
Pertahankan integritas kulit
Cegah komplikasi kardiovaskuler
Cegah kekakuan sendi
Cegah distensi bladder dan infeksi traktus urinarius
Rehabilitasi pada fase pemulihan
Dilaksanakan dalam rawat inap. Merupakan proses rehabilitasi aktif.
Tujuan Rehabilitasi :
Mengatasi masalah disabilitas dan handicap yang timbul akibat cedera
Memaksimalkan fungsi yang ada untuk kemandirian
Meningkatkan kebugaran kardiopulmoner
Mencegah komplikasi sekunder
Program Rehabilitasi :
Terapi latihan persiapan mobilisasi dan transfer
Terapi latihan persiapan ambulasi
Terapi latihan balans
Ortosis tungkai ( AFO, KAFO) bila diperlukan
Latihan jalan dengan atau tanpa ortosis tungkai, dengan atau tanpa alat
bantu (crutches, canadian, walker)
Terapi latihan persiapan kemandirian aktivitas sehari-hari
Splint tangan dan alat bantu adaptif bila diperlukan
Terapi latihan oromotor dan fungsi menelan
Terapi latihan kontrol mikisi
Terapi latihan kontrol defekasi
Terapi latihan fungsi luhur/kognitif : arousal, atensi, fungsi eksekutif,
inisiasi, bahasa dan komunikasi, memori, persepsi serta visuospasial
Terapi perilaku
23
24
Prognosis
Prognosis fungsional tergantung pada :
usia
lama koma
post traumatic amnesia (PTA)
eye sign
Lama proses rehabilitasi
Rehabilitasi dapat seumur hidup tergantung berat ringannya cedera otak dan
adanya komplikasi.
Luaran (outcome)
Tergantung Indikator Prognostik
Hasil rehabilitasi
Sembuh total, aktif bekerja
Sembuh parsial, aktif bekerja
Sembuh parsial, mandiri dalam aktivitas sehari-hari
Ketergantungan parsial
Ketergantungan total
25
Diagnosis Fungsional
Arthritis rematoid fase akut/subakut/kronik dengan masalah rehabilitasi:
Nyeri
Gangguan aktifitas fungsional/AKS
26
Gangguan ambulasi
Gangguan psikologis
Gangguan vokasional
Pemerikssaan Fisik dan Fungsional
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan khusus
Lingkup gerak sendi, kekuatan otot, dan keterampilan tangan
Pemeriksaan fungsional
Kemampuan melaksanakan aktifitas sehari hari
Kemampuan ambulasi dengan/tanpa alat bantu
Pemeriksaan Penunjang
Pemerikssaan laboratorium
Pemeriksaan radiologi : X Ray sendi
Konsultasi
Dokter spesialis Penyakit Dalam
Dokter spesialis Orthopaedi
Dokter spesialis mata
Perawatan RS
Rawat jalan
Rawat inap
Terapi/Intervensi
Fase akut
Tujuan :
Mengurangi nyeri
Mencegah deformitas
Mencegah komplikasi tirah baring lama
Terapi dan intervensi
Farmakologi : analgetika dan anti inflamasi
Non farmakologi :
Imobilisasi sendi dengan splint
Mengurangi nyeri dengan terapi dingin
Latihan untuk ketahanan otot sesuai dengan toleransi
Edukasi untuk proteksi sendi
Terapi fisik dada dan latihan pernafasan
Supportif terapi untuk mengataasi masalah psikologis
Fase sub akut
Tujuan : mempersiapkan mobilisasi dan aktivitas sehari hari
Intervensi:
Farmakologi : analgetika
Non farmakologi :
Mengurangi nyeri dengan elektroterapi/tens
Latihan lingkup gerak sendi pasif
27
28
kifosis,
Pemeriksaan fungsional
a.Fungsi locomotor
b. Fungsi ketrampilan tangan untuk yang lesinya tinggi
c.Aktifitas sehari-hari sesuai usia
Pemeriksaan Penunjang
2. Laboratorium
3. Radiologi : X Ray, USG kepala, CT scan dan MRI
4. Elektro fisiologi : EMG
5. Test psikologi : IQ
6. Pemeriksaan kapasitas bledder / urodinamik
Konsultasi
-
Perawatan RS
Rawat jalan
Rawat inap bila indikasi operasi / komplikasi berat
Terapi / Intervensi
1. Persiapan keluarga dan lingkungan dengan intervensi dini untuk posisi
pencegahan deformitas.
2. Terapi latihan :
- Pencegahan deformitas
29
30
Intelektual
75% mempunyai tingkat intelegensi yang normal (IQ>80), makin
rendah level lesi, makin tinggi tingkatan intelegensi. Pada kasus hidrosefalus
50 60% mempunyai intelegensi normal.
Fungsi Miksi
Prognosis baik bila program bladdermanagement dimulai sebelum usia
3 tahun. Seringkali keadaan kontinen (control of bowel and bladder)
diicapai pada usia 10 15 tahun. Prognosis kurang baik bila ada penyulit
misalnya retradasi mental.
Luaran/Outcome
- Mandiri
- Ketergantungan sebagian
- Ketergantungan total
31
Spesialis jantung
Spesialis penyakit dalam konsultan jantung dan kardiovaskuler
Bedah jantung (cardiac surgery)
32
Perawatan RS
Rawat inap
Rawat jalan
: Fase I
: Fase II-III
Terapi/Intervensi
Pada Fase I (7-14 hari) : Akibat tirah baring baik karena sakit atau karena
pembedahan sampai penderita mampu jalan 1,5 km (3 Mets).
Pada Fase II (4 minggu - 8 minggu) : Mampu berjalan 2,5-3 km
(6 Mets)
Pada Fase III (> 8 minggu) : Mampu berjalan 3-4 km dalam 30 menit
(6-8 Mets)
Program rehabilitasi :
Fase I (7-14 hari)
Tujuan rehabilitasi medik untuk mengatasi akibat tirah baring karena
penyakitnya atau pembedahan. Sasaran penderita mampu jalan 1,5 km (3
mets).
Fase I
Hari ke:
Sebelum
operasi
Sesudah
operasi
1. ICU
2. ICU
3. Ruang rawat
4.
Aktivitas ICU/ruangan
Mengurangi latihan sesering
mungkin
33
Jalan 2x100m
Senam 3 mets
kapan
saja
dapat
meninggalkan tempat tidur
Jalan
kekamar
mandi,
ruangan dengan pengawasan
Jalan keruangan tunggu
Jalan di gang rumah sakit.
penunjang
tambahan
dapat
diperlukan
selama
Tractus urinarius : batu ginjal, batu kandung kemih, infeksi kronis, fistel,
hidronefrosis, gagal ginjal
Muskuloskeletal : kontraktur, osteomyelitis, arthralgia/arthritis
Neurologis : spastisitas, nyeri neuropatik, syringomyelia
Ulcus decubitus
Standar Ketenagaan
Profesi dan ketenagaan yang diperlukan antara lain :
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik / Rehab-SCI (Spinal Cord Injury).
Dokter Umum dengan pelatihan rehabilitasi medis
Psikolog klinis
Perawat Rehabilitasi
Terapis (Fisik, Okupasi, Prevokasional, Rekreasi, Wicara)
Pekerja Sosial Medis
Ortotis-Prostetis
Prognosis
Prognosis Penyakit : tergantung penyebab
Prognosis Harapan Hidup :
Paraplegia lebih baik daripada Tetraplegia
Tetraplegia dengan lesi inkomplit lebih baik daripada lesi komplit
Pernah mendapat rehabilitasi lebih baik dibandingkan yang tidak pernah
mendapat proses rehabilitasi
Keseluruhan harapan hidup penderita cedera medulla spinalis lebih
pendek dibandingkan dengan orang normal. Penyebab kematian adalah
komplikasi (kardiovaskuler, pulmoner dan renal)
Prognosis fungsional : tergantung level neurologis dan berat ringannya
cedera (klasifikasi AIS)
Lama proses rehabilitasi
Rawat Inap : Proses rehabilitasi untuk paraplegia umumnya sekitar 3-4
bulan, untuk tetraplegia sekitar 4-6 bulan
Rawat Jalan : evaluasi berkala setiap bulan untuk 3 bulan pertama, setiap 3
bulan untuk tahun pertama dan selanjutnya setiap setahun sekali atau
bila ada masalah / komplikasi seumur hidup pada penderita dengan
kecacatan menetap.
Luaran (outcome)
Hasil rehabilitasi tergantung pada :
Level neurologis dan berat ringannya cedera (komplit/inkomplit)
Motivasi penderita
Ketersediaan sarana serta sumber daya tenaga rehabilitasi
Co morbiditas
Dibagi dalam beberapa hasil outcome :
Ketergantungan penuh
Aktivitas sehari-hari dan mobilitas dibantu sebagian
38
39
Perawatan RS
Rawat jalan.
Intervensi dan terapi
Tujuan rehabilitasi :
Mempertahankan kemampuan fungsional selama mungkin
Mencegah komplikasi dan mengatasi bila ada
Meningkatkan kualitas hidup
Program Rehabilitasi :
Masalah
Gangguan postur dan jalan:
Postur membungkuk, kesulitan
memulai
jalan,
langkah
terhuyung
poor base support, freezing.
Trunk instability
Intervensi/penatalaksanaan
Terapi regangan mobilitas trunk,
Terapi latihan balans dan kemampuan
memindahkan tumpuan berat badan,
Terapi latihan untuk mempertahankan
kemampuan jalan dan memulai langkah
menggunakan cadence, akustik ritmik,
visual
Latihan jalan koordinasi dengan ayunan
tangan
Latihan penguatan otot punggung bawah
dan ekstensor panggul
41
Gangguan bicara
Disartria hipokinetik
42
Penyulit / Komplikasi
Komplikasi:
Aspirasi pneumonia
Ulcus decubitus
Penyulit :
Fraktur
Osteoporosis
Kontraktur
Demensia
Standar Ketenagaan
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik / Neuro-Rehab.
Dokter Umum dengan pelatihan rehabilitasi medik
Psikolog
Terapis (Fisik, Okupasi, Wicara, Prevokasional, Rekreasi)
Pekerja sosial medis
Tehnisi Ortotis-prostetis
Prognosis
Umumnya buruk.
Lama proses rehabilitasi
Seumur hidup.
Luaran/outcome
Ketergantungan penuh
43
penunjang
tambahan
dapat
diperlukan
selama
Fase subakut
Tujuan rehabilitasi :
- Mengoptimalkan pemulihan neurologis dan reorganisasi saraf
- Penatalaksanaan disabilitas akibat stroke dengan tetap memperhatikan
Pemulihan impairment melalui pendekatan-pendekatan atau metoda
intervensi yang sesuai.
- Meminimalkan dan mengatasi komplikasi akibat stroke
- Intervensi Rehabilitasi :
- Mampu komunikasi
- Mampu melakukan tanpa aspirasi
- Mampu melakukan perawatan dini dan melakukan aktivitas
- sehari-hari
45
Penyulit/komplikasi :
Komplikasi :
- Pulmoner : gangguan pernafasan
- Kardiovaskuler : Trombosis pembuluh darah balik, dekondisi
- Muskuloskeletal : kontraktur, subluksasi bahu, arthralgia, frozen
shoulder, osteoarthrosis, osteoporosis
- Neurologis : spastisitas, nyeri neuropatik, neurogenic bladder
- Dekubitus
Penyulit :
Demensia
Afasia global
Standar Ketenagaan
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Dokter Umum dengan pelatihan rehabilitasi medis
Psikolog
Perawat Rehabilitasi
Terapis (Fisik, Okupasi, Wicara, Prevokasional, Rekreasi)
Pekerja Sosial Medis
Tehnisi Ortotis-Prostetis
Prognosis
47
49
Penyulit / Komplikasi
Komplikasi :
Kontraktur sendi
Luka pada area penekan prostesis
Penyulit :
Demensia/gangguan kognitif
Luka pada area puntung yang sulit sembuh
Adanya phantom pain, neuroma
Sindroma dekondisi
Standar tenaga
Dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Psikolog
Perawat Rehabilitasi
Terapis (Fisik, Okupasi, Vokasional)
Pekerja Sosial Medis
Tehnisi Ortotis-Prostetis
Prognosis
Luaran/outcome
Umumnya kembali ke aktivitas semula seperti sebelum cedera bagi
amputasi traumatik kecuali pada level amputasi yang tinggi.
Hasil rehabilitasi pada amputasi akibat penyakit tergantung pada penyakit
yang mendasarinya dan komplikasi yang terjadi
50
Konsultasi
Dokter Spesialis bedah ortopedi.
Perawatan Rumah Sakit
Umumnya rawat jalan.
Terapi / Intervensi
Prinsip : sedini mungkin, melihat berat/ringannya deformitas, fleksibel /
menetap. Dimulai dengan serial gips yang dikoreksi tiap 2 minggu.
Pasca koreksi gips / operatif :
- Gentle Stretching : diajarkan pada orang tua / care giver, dilakukan sesering
mungkin secara teratur. Penting untuk mengajarkan cara stretching yang
benar untuk mencegah komplikasi rocker bottom foot.
- Terapi Ortotis Prostetis :
Dennis Brown Splint, sudut dikoreksi secara regular.
Moulded shoes (outflare shoes dengan reverse Thomas Heel) bila
anak sudah mulai berdiri/berjalan.
Dilakukan evaluasi regular sampai selesai masa pertumbuhan, dilihat:
- Bentuk dan kekakuan sampai selesai pertumbuhan.
- Nyeri pada aktifitas sehari-hari.
- Radiologi : dinilai 7 parameter :
a. kaki belakang : 1. AP : sudut talocalcaneal
2. Timpang tindih talonavikuler
3. Sudut talocalcaneal dari samping
(lateral)
4. Posisi navikuler
b. Kaki depan : 5. AP : sudut kalkaneus ke jari kedua (metatarsal)
c. Deformitas sisa : 6. lateral : sudut kalkaneus - metatarsal
7. posisi dari kalkaneus
Standar Tenaga
- Dokter spesialis rehabilitasi medik
- Dokter umum dengan pelatihan rehabilitasi medik
- Terapis (fisioterapis),
- Teknisi ortotis prostetis
Penyulit / Komplikasi
- Dekubitus oleh karena gips
- Luka terbuka dan terinfeksi, bila pakai K-wire terjadi pin track infection
- Avaskuler nekrosis navikuler (Khler)
- Kegagalan koreksi (bentuk tidak terkoreksi/koreksi tidak sempurna, rocker
bottm foot)
- Kekakuan sendi/otot
- Nyeri waktu berjalan
52
Koreksi berlebihan
53
55
Luaran
Tergantung penyakit utama,
- sembuh sempurna, pada trauma toraks akut, pneumotoraks spontan primer
- sembuh parsial, mampu melakukan aktivitas sesuai kapasitas respirasi dan
cadangan endurance nya (ditentukan dengan uji latih)
Evaluasi :
spiromteri untuk fungsi paru
analisa gas darah
uji latih untuk kemampuan fungsional
57
Adalah suatu keadaan dimana jantung tidak dapat memompatkan darah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuhwalaupun aliran darah
balik cukup
Kelas fungional berdasarkan NYHA:
Kelas I
: Aktivitas sehari hari tidak terganggu, sesak
nafas timbul bila melakukan kegiatan fisik
yang berat
Kelas II
: Aktivitas sehari hari tidak terganggu
Kelas III
: Aktivitas sehari hari sangat terganggu, pada
saat istirahat biasanya nyaman
Kalas IV
: Saat istirahat terasa sesak
58
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : Hb, Gula darah
- Rontgen Thorax
- EKG
- Ekokardiografi
Konsultasi
1. Cardiologist
2. Internist Cardiologist
Perawatan RS
Rawat jalan : Kronik CHF
Rawat inap : periode CHF akut
Periode CHF kronik exacerbasi akut
Terapi /Intervensi
Sesuai New York Heart Association
1. Akut : program RM berdasarkan klasifikasi NYHA
Kelas I : 7+ mets
Kelas II
: 5 6 mets
Kelas III
: 3 4 mets
Kelas IV
: 1- 2 mets
2. Kronis :
Pemilihan pasien
- Klinik stabil
- Fungsional kela I, II, III (NYHA)
- Irama sinus
Program sesuai
1. Intensitas
: mulai 40% VO2 max meningkat
2. Duarasi
: 30 40 menit
3. Frekuensi
: 3 4x/ minggu
4. Jenis latihan
: Jalan kaki/jogging
Latihan ada 3 sesi 9ergocycle)
1. Fase pemanasan : 5 menit (tanpa beban)
2. Fase latihan
: 30 menit (pembebanan)
3. Fase pendinginan : 5 menit (tanpa beban)
Evaluasi hasil latihan :
- Kapasitas erobik (VO2 max)
- Durasi latihan
- Kapasitas fungsional (NYHA)
Standar Tenaga
- Dokter spesialis Rehabilitasi Medik
- Dokter umum dengan pelatihan Rehabilitasi Medik
- Penunjang medis terkait (perawat, fioterapis,terapis okupasi )
Penyakit Komplikasi
- Edema paru akut
59
Myopati jantung
Prognosis/Masa Pemulihan
- Prognosis penyakit
- Prognoi harapan hidup
- Prognosis fungsional
Luaran/Outcome
Latihan teratur 8 12 minggu, 3 4x/ minggu, durasi 30 40 menit akan
menurunkan morbity dan mortality dan meningkatkan kapasitaas fungsional.
60
Sedang
Berat
Gejala
Tidak ada gejala waktu istirahat
atau aktivitas
Tidak ada gejala waktu istirahat
tetapi gejala ringan bila aktivitas
sedang (jalan cepat, naik tangga)
Tidak ada gejala waktu istirahat,
tetapi ada gejala bila aktivitas
ringan (mis : berpakaian)
Gejala ringan pada istirahat
Gejala sedang apda waktu
istirahat
Gejala berat pada saat istirahat
Spirometri
VEP1 > 80% prediksi
VEP1 < 75%
KVP
VEP1 30 80 % prediksi
VEP1 < 75%
KVP
VEP1 < 30 % prediksi
VEP1 < 75%
KVP
63
Tanda-tanda korpulmonale
Pemeriksaan Fisik Dan Fungsional
Umum :
Sesak napas atau napas pendek, penilaian dengan respiratory rate dan skala Borg
untuk pernapasan
Nadi (frekuensi dan regularitas), tensi
Tinggi dan berat badan (hitung Body Mass Indeks)
Khusus :
Pola pernapasan (inspirasi dan ekspirasi), kemampuan kontrol pernapasan dan
pergerakan pernapasan (simetris/asimetris)
Ada / tidak pola napas paradoksal
Ekspansi toraks (atas, tengah, bawah)
Aktivitas dan spasme otot-otot napas sekunder
Postur : kiposis, kiposkoliosis
Wheezing (inspirasi atau ekspirasi), ronki, dahak (lokasinya)
Atrofi otot-otot ekstremitas
Gejala kor pumonale :
Pemeriksaan fungsional :
UJI LATIH (Sub Maksimal) bisa berupa :
Uji jalan 6 menit
Sepeda statik (incremental /steady state)
Treadmill (incremental /steady state) dengan / tanpa monitor
Dari hasil uji latih, ditentukan kemampuan fungsional dalam m/Watt / VO2 max / Mets
Penilaian kualitas hidup dengan : alat ukur kualitas hidup spesifik, misal : St George
Respiratory Questionnaire .
Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : - Daerah rutin (Hb, Ht, leukosit)
- Analisa gas darah
- Pemeriksaan fungsi ginjal
B. Radiologi :
- X Ray toraks PA dan lateral
- CT Scan resolusi tinggi
C. Pemeriksaan faal paru : Spirometri, Bodybox (DLCO, raw)
Konsultasi
- Dokter Spesialis gizi klinik
- Dokter Spesialis penyakit dalam
- Dokter Spesialis paru
- Dokter Spesialis jantung
Perawatan Rumah Sakit
- rawat jalan.
- Rawat inap, rawat inap pada kondisi pasca eksaserbasi akut, komplikasi gizi buruk.
64
Terapi / Intervensi
A. Pasca eksaserbasi akut (di rumah sakit)
Tujuan :
mengatasi sesak napas
mencegah sindroma dikondisi
Program :
Medikamentosa : bronkodilator, steroid, mukolitik (inhalasi).
Edukasi untuk posisi mengurangi sesak (waktu berbaring, duduk, berdiri)
Latihan relaksasi (imagery, terapi musik, pernapasan pursedlip)
Latihan ankle pumping aktif / pasif
Latihan aktif / aktif asistif anggota gerak, terutama anggota gerak bawah
Terapi fisik dada untuk mengeluarkan dahak (aktif atau dibantu), bila perlu
memakai alat (PEEP / flutter)
Mobilisasi aktif segera bila sesak berkurang
B. Fase pemulihan (di rumah sakit, rawat jalan, home program)
Tujuan : - mencegah dan mengurangi frekuensi esaserbasi
- meningkatkan toleransi latihan
- meningkatkan kemampuan AKS / aktifitas kerja
Program :
Edukasi (terpenting!!) :
Program berhenti merokok
Penggunaan obat, tujuan / manfaat latihan dihubungkan dengan
patofisiologi penyakit
Strategi pernapasan optimal
Prinsip konservasi energi dan penyederhanaan kerja
Pemakaian CPAP (Continuous Positive Airway Pressure) dan LTOT (Long
Term Oxygen Therapy)
Latihan relaksasi : Relaksasi pernapasan dan relaksasi Jacobson.
Terapi fisik dada :
Kontrol pernapasan dan perbaikan pola napas
Pembersihan jalan napas (active cycle breathing technique), bila perlu
membantu refleks batuk (assist cough) dan dengan alat (PEEP / flutter)
Kelenturan otot-otot napas sekunder, otot bahu, memperbaiki mobilitas
dinding dada dan koreksi postur bila perlu.
Meningkatkan / memperbaiki kemampuan otot inspirasi
Terapi okupasi :
Posisi tubuh yang benar
Penyesuaian aktivitas dengan pola napas
Perencanaan dan prioritas aktivitas / kerja
Pemakaian alat bantu (bila perlu)
Latihan rekondisi (bila perlu diberikan Oksigen atau meningkatkan
asupan oksigen selama latihan) :
65
67
B. Harapan hidup : umumnya cukup besar, kecuali kasus berat yang menyangkut
gangguan pernafasan yang memerlukan pertolongan dengan respirator (10-30%)
C. Fungsional : sebagian besar umumnya sangat baik prognosanya, hanya 5-10%
perbaikannya tidak komplit.
5. Prinsip pengelolaan :
o Pada waktu penderita dalam keadaan bedridden perhatian harus ditujukan
terhadap kemungkinan timbulnya komplikasi serius akibat mobilisasi lama,
terutama : ulkus dekubitus, DVT (deep vein trombosis).
o Pencegahan kontraktur sendi : latihan ROM aktif/pasif, mengatur posisi yang benar
dan bila perlu dipasang splint.
o Bila sudah mulai ada perbaikan kekuatan otot, maka latihan ROM aktif bisa
ditingkatkan dengan selalu menghindari kelelahan. Bila otot sudah bisa melawan
gravitasi program latihan penguatan semakin diintensifkan.
o Latihan berdiri tegak, kalau perlu dimulai dengan latihan dengan menggunakan
tilting table.
o Latihan ambulasi dimulai dengan latihan berdiri latihan berdiri dalam paralel bar
latihan berjalan diluar paralel bar dengan bantuan alat-alat bantu jalan (kruk,
tongkat, walker, dan sebagainya).
69
SINDROMA DOWN
1. Definisi
sekumpulan gejala dengan tanda-tanda klinis berupa refleks lemah hipotoni, microsefal,
mata sipit miring keatas, garis simian pada tangan hiperlaksiti dan hidung pesek tampak
pada saat lahir karena kelainan pada kromosom 21.
2. Gambaran klinis
Hipotoni/floopy
Sendi-sendi sangat fleksibel
Kulit longgar dilekuk bagian belakang
Muka datar (flat facial profile)
Mata agak sipit dan miring keatas di bagian luar (upslanted palpebral fissure).
Kelainan daun telinga
Garis simian pada telapak tangan
3. Pemeriksaan IKFR
Anamnesa
Perkembangan psikomotor terlambat
Usia ibu saat hamil
Anggota keluarga ada yang menderita sindroma down
Pemeriksaan fisik
Kepala : mendatar pada daerah oksipital
Hidung : pesek dan pangkal hidung datar
Mata : epikantus pada sisi tengah sudut mata, iris : banyak titik-titik kecil seperti
pasir (brushfield spot) yang menghilang pada umur 12 bulan, gangguan
penglihatan, refleks pupil lambat, nystagmus.
Batang leher : pendek, lebar dan datar.
Telinga : daun telinga letak rendah, gangguan pendengaran tipe sensorineural
Mulit : cenderung membuka dan lidah menjulur
Jantung : sering ditemukan kelainan bawaan
Ekstremitas : jari kaki dan tangan yang pendek
Sela jari lebar antara jari I, II
Hip : dislokasi/subluksasi
Pemeriksaan fungsional :
Perkembangan motorik kasar dan halus terlambat
Respons refleks terlambat
Mental retardasi perkembangan bicara terlambat.
Pemeriksaan penunjang ;
Laboratorium : analisa kromosom, hormon tiroid
Radioogi : kestabilan tulang punggung
Evaluasi kardiologi
4. Diagnosis :
70
5. Prognosis :
Penyakit : statis
Prognosis fungsional :
Kualitas : tergantung perkembangan ketrampilan motorik kasar, halus
kemampuan kognitif dan kemampuan bicara
Kuantitas : dengan pengawasan dan atau dibantu sebagian .
6. Prinsip penatalaksanaan :
Tujuan :
Meningkatkan kemampuan motorik kasar dan halus
Meningkatkan kemampuan bicara/komunikatif
Meningkatkan kemampuan kognitif
Mengobati kelainan medis
Stimulasi dini psikomotor terapi latihan : ditujukan pada keterlambatan/kelainan yang
ada untuk psikomotor.
Ortosis
Edukasi orang tua/keluarga
Tindak lanjut : evaluasi psikomotor : tiap 3 bulan sampai usia 3 tahun, selanjutnya tiap
6 bulan hingga 6 7 tahun. Stimulasi psikososial/persiapan lingkungan sosial &
pendidikan.
Dukungan psikologi bagi anak & keluarga
71
72
Riwayat keluarga : pada autosom resesif apakah ada kelainan yang sama pada
saudara pasien atau anggota keluarga
Pemeriksaan fisik :
Hipotonia
Kelumpuhan simetris proksimal lebih dari distal
Inspeksi : kelemahan umum pada bayi yang terlihat sebagai kurang aktif atau tidak
aktif menendang maupun meraih. Pada posisi terlentang : posisi ekstremitas inferior
terlihat posisi frog leg sedang ekstremitas superior terlihat posisi jug handle.
Pada anak yang sudah bisa berdiri terlihat kesulitan untuk bangkit dari lantai ke
posisi berdiri (Gower sign). Postur berdiri hiperlordosis, pola jalan wadling gait dan
saat melangkah bagian jari kaki menyentuh lantai lebih dahulu (toe walking).
Tremor pada beberapa kasus
Palpasi : hipotoni otot, sensori normal
Kekuatan otot melemah simetris, ekstremitas inferior lebih lemah dari superior.
Bagian proksomal lebih lemah dari distal
Refleks fisiologi menurun sampai tak ada, refleks primitif pada bayi tak ada atau
lemah.
Pemeriksaan penunjang
Laboratorium : serum creatin kinase 2 4 x normal (SMA I & II) pada SMA III creatin
kinase bisa normal.
4. Diagnosa
Impairment
Disabilities
Handicap
5. Prognosis
Prognosis penyakit : progresif
Prognosis harapan hidup :
SMA tipe I : < 2 tahun
o 32% hidup sampai usia 2 tahun
o 18% hidup sampai usia > 2 tahun
SMA tipe II : > 2 tahun
o 98% hidup sampai usia 10 tahun
o 77% hidup sampai usia 20 tahun
o kemungkinan hidup lebih lama dimungkinkan dengan perawatan
adekuat.
SMA tipe III : usia dewasa
o 39 - 44% bisa tetap ambulatori setelah 20 tahun sejak timbulnya
kelemahan.
Prognosis fungsional : SMA tipe II dan III yang mencapai usia dewasa dapat
ambulasi, sebagian besar perlu kursi roda pada usia sekitar 30 tahun. Tidak ada
masalah dalam komunikasi. Fungsi berkemih dan defekasi serta diafragma tidak
terganggu.
6. Prinsip pengelolaan
73
Penatalaksanaan :
Pada SMA tipe I : program pemberian makan, suction dan postural drainage.
SMA tipe II dan III : latihan pernafasan, latihan lingkup gerak sendi rutin. Terpai
aquatik baik untuk memelihara mobilitas, kekuatan, fleksibilitas. Permainan dan
kegiatan sehari-hari sebagai latihan aktif.
Hindari latihan fisik yang berlebihan.
Alat bantu : walker, crawler, crutch, parapodium untuk mobilitas dan ambulasi.
Forearm orthosis bila kelemahan ekstremitas superior menyulitkan aktivitas makan
Psikosuportif konseling untuk pasien dan keluarga (oleh psikolog)
Follow up
Pendekatan multidisiplin antar anggota keluarga, pekerja sosial, terapis, dokter diperlukan
untuk membantu pasien memelihara kualitas hidup
SMA tipe I : tiap minggu evaluasi problem pernafasan, feeding, motorik
SMA tipe II dan III : tiap bulan sampai usia 2 tahun, selajutnya tiap 3 bulan
dilakukan evaluasi fungsi motorik dan persendian.
Sistem rujukan
Ahli genetika klinis : konseling genetik
Laboratorium : genetika molekuler
Ahli THT : Fluoroscopic Videodynamic Swallow evaluation
Pencegahan komplikasi
Nutrisi : pada SMA tipe I pakai premature baby nipple dengan lubang besar serta
porsi kecil frekuensi sering dalam pemberian nutrisi untuk memperkecil kelelahan
dan mencegah aspirasi.
FT : latihan pernafasan, latihan lingkup gerak sendi untuk mencegah kontraktur
Ortosa : splint untuk cegah kontraktur
Edukasi diberikan pada penderita dan keluarga/caregiver terutama untuk cara-cara feeding,
latihan pernafasan dan latihan lingkup gerak sendi.
74
75
Prinsip pengelolaan
Penatalaksanaan KFR
Tujuan
Menghilangkan nyeri
Memperbaiki postur
Mencegah komplikasi disuse & misuse
Penguatan otot punggung abdomen dan tungkai
Cegah LBP berulang
Intervensi :
Istirahat
Modalitas dingin (fase akut)
Modalitas panas
Traksi lumbal
Massage
TENS
Akupuntur
Laser
Orthosis
Alat bantu jalan
Terapi latihan & Proper Back Mechanism
76
: bronchospasm
: keterbatasan dalam olah raga apabila ada EIB. Pada umumnya anak tidak
terdapat functional disability.
: faktor psikologis
Progonosis
Penyakit
: berulang
Harapan hidup : tidak terpengaruh
Fungsional
: baik
77
Prinsip pengelolaan
Eliminasi alergen :
Hindari debu rumah dan hewan penyebab
Hindari makanan dan obat-obatan penyebab
Imuno terapi
Farmakologis
Farmakologis
Indikasi :
Penanganan secara imunologis belum dapat dilakukan
Alergen belum/tidak dapat ditemukan
Alergen sudah ditemukan tetapi tidak dapat disingkirkan
Penyakit berat
Pada serangan akut
Obat-obatan :
Adrenalin 0,1 0,2 cc larutan 1 : 1000 cc
Efedrin 0,5 1 mg/kg/dosis 3 kali/24 jam
Salbutamol 0,1 0,15 mg/kg/dosis 3 4 kali/24 jam
Terbutalin 0,075 mg/kg/dosis, 3 4 kali/24 jam
Aminofilin 4 mg/kg/dosis 3 4 kali/24 jam
Teofilin 3 mg/kg/dosis 3 4 kali/24 jam
Prednison 0,5 2 mg/kg/hari, untuk 3 hari (pada serangan hebat).
Rehabilitasi
Fase akut :
Program :
Postural drainage
Perkusi & vibrasi
Bila sesak berkurang berikan :
Breathing retraining (lower thoracic expansion), relaksasi, abdominal breathing
Latihan nafas
Latihan luas gerak sendi bahu.
Fase sub akut
Latihan nafas
Drainage postural (untuk mengeluarkan sekret sehingga mencegah atelektasis dan
infeksi bronkial)
Perkusi dan vibrasi dada
Koreksi postur
Latihan luas gerak sendi bahu
Fase kronis
Latihan nafas
78
Drainage postural
Metode relaksasi Jacobson
Koreksi postur
Renang
Latihan luas gerak sendi bahu dan mobilisasi dada
Class exercise untuk latihan fisik dan psikososial
Monitoring
Sebelum, selama dan sesudah postural drainage perlu monitor :
Volume, konsistensi dan warna sekret
Tanda-tanda vital
Edukasi keluarga
Keluarga dianjurkan melakukan drainage postural apabila anak menunjukkan tandatanda infeksi saluran nafas dan produksi sekret yang meningkat.
79