Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PEMBIMBING:
dr. Siswarni Sp. KFR
Oleh:
Aswin Fauziah (J500090071)
Bagus Burhan (J500090067)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
REFERAT
LOW BACK PAIN
2014
Pembimbing:
dr. Siswarni Sp. KFR
(.)
Dipresentasikan dihadapan:
dr. Siswarni Sp. KFR
(.)
(.)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
BAB I
LOW BACK PAIN
A. Definisi
Low back pain atau nyeri punggung bawah adalah suatu gejala dan bukan
merupakan penyakit, yang disebabkan oleh banyak kemungkinan. Gejala ini
umumnya digambarkan sebagai nyeri yang dimulai dari batas kosta hingga
lipatan gluteal. 1
Penelitian telah menunjukkan bahwa prevalensi seseorang menderita
nyeri punggung bawah seumur hidup sebesar 84%. 240 Onset biasanya dimulai
sejak usia remaja hingga awal usia 40-an. Kebanyakan pasien mengalami
serangan nyeri singkat yang ringan atau sedang dan tidak membatasi
aktivitasnya, akan tetapi gejala ini cenderung berulang selama bertahuntahun. Kebanyakan episode akan mereda dengan ataupun tanpa pengobatan.
Sebagian kecil nyeri punggung bawah akan berlanjut menjadi kronis, pada
akhirnya gejala ini akan menyebabkan keterbatasan yang signifikan.2
B. Etiologi
Keadaan-keadaan yang sering menimbulkan keluhan low back pain dapat
dikelompokkan sebagai berikut (Macnab,1977):3
1.
Nyeri spondilogenik
a)
Proses Degeneratif
1) Degenerasi diskus
Gejala awal biasanya dibatasi dengan nyeri akut pada regio
lumbal. Penyakit degenerasi pada diskus ini dapat menyebabkan
entrapment pada akhiran syaraf pada keadaan keadaan tertentu
seperti herniasi diskus, kompresi pada tulang vertebra dan
sebagainya.
2) Osteoarthrosis dan spondylosis
Kedua keadaan ini biasanya muncul dengan gambaran klinis
yang hampir sama, meskipun spondilosis mengarah pada proses
pastinya
belum diketahui.
Merupakan
bentuk
Ia
menunjukan
metastase
dan
30
adalah
primer
atau
penjalaran
2.
Nyeri viserogenik
Nyeri ini dapat muncul akibat gangguan pada ginjal, bagian viscera dari
pelvis dan tumor tumor peritoneum
3.
Nyeri vaskulogenik
Aneurisma dan penyakit pembuluh darah perifer dapat memunculkan
gejala nyeri. Nyeri pada aneurisma abdominal tidak ada hubungannya
dengan aktivitas dan nyerinya dijalarkan ke kaki. Sedang pada penyakit
pembuluh darah perifer, penderita sering mengeluh nyeri dan lemah pada
kaki yang juga diinisiasi dengan berjalan pada jarak dekat.
4.
Nyeri neurogenik
Misal pada iritasi arachnoid dengan sebab apapun dan tumor tumor
pada spinal duramater dapat menyebabkan nyeri belakang.
5.
Nyeri psikogenik
Pada ansietas, neurosis, peningkatan emosi, nyeri ini dapat muncul.
C. Pemeriksaan Penunjang
1.
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat; laju endap
darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan fungsi
ginjal.
2.
Pemeriksaan Radiologis :
a) Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau
kadang-kadang dijumpai
spondilolistesis,
Penyempitan
penyempitan ruangan
perubahan
ruangan
degeneratif,
intervertebral
dan
intervertebral,
tumor
kadang-kadang
spinal.
terlihat
bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan suatu
skoliosis akibat spasme otot paravertebral.
b) CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif bila vertebra dan
level neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.
c)
MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan
menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan
BAB III
TERAPI KONSERVATIF UNTUK LOW BACK PAIN
A. Pendahuluan
Terapi digolongkan sebagai konservatif apabila bersifat non invasive.
Tindakan pembedahan baru dipertimbangkan apabila ditemukan kelainan
anatomis atau terapi konservatif gagal, sehingga nyeri punggung bawah (low
back pain) atau nyeri tungkai menetap untuk waktu yang lama. 5
Sebagian besar serangan nyeri punggung bawah dapat diterapi secara
konservatif. Terapi konservatif bukan merupakan pilihan pertama apabila
pasien kehilangan bowel control atau bladder control, atau mengalami
kelemahan yang progresif pada tungkai, gejala-gejala ini merupakan
kegawatdaruratan medis dan memerlukan tindakan pembedahan yang segera. 5
Pada sebagian besar pasien,
2.
3.
baring selama satu atau dua hari untuk mengurangi spasme otot dan
memberikan kesempatan tulang belakang untuk beristirahat. Tirah baring
yang lebih lama cenderung memperberat keadaan karena menimbulkan
pelemahan otot-otot yang berperan menyangga tulang belakang. 5
B. Medikamentosa
Terdapat dua jenis obat-obatan bebas yang disarankan untuk mengurangi
nyeri punggung bawah, yaitu asetaminofen dan obat-obatan anti inflamasi
non steroid (OAINS). Asetaminofen dan OAINS bekerja dengan mekanisme
yang berbeda, sehingga keduanya dapat digunakan secara bersamaan. Untuk
jangka waktu yang pendek, obat-obatan terbatas (seperti obat-obatan anti
nyeri narkotik dan relaksan otot) dapat bermanfaat dalam mengurangi nyeri
atau komplikasi lain yang terkait. Golongan obat yang lain (seperti obatobatan antidepresan atau obat-obatan anti kejang) juga dapat berguna
mengurangi sensasi nyeri dan dapat digunakan dalam jangka waktu yang
panjang. 5
1.
Asetaminofen
Tidak seperti aspirin atau OAINS, asetaminofen tidak memiliki efek
anti inflamasi. Obat ini mengurangi nyeri dengan bekerja secara sentral
di otak untuk mematikan persepsi rasa nyeri. Tylenol merupakan salah
satu contoh obat dengan kandungan aktif asetaminofen yang banyak
dikenal. Dosis sebesar 1000 mg asetaminofen dapat dikonsumsi setiap
empat jam sekali, dengan dosis maksimal 4000 mg per 24 jam. 5
Selain efektivitasnya, asetaminofen sering dianjurkan karena efek
sampingnya yang minimal. Terutama:5
a)
e)
dosis lebih tinggi tidak memberikan efek anti nyeri tambahan dan
memperberat risiko kerusakan hepar. 5
2.
10
3.
punggung bawah untuk periode watu yang singkat (kurang dari dua
minggu). Setelah dua minggu pertama, tubuh secara cepat membangun
toleransi alami terhadapi obat-obatan narkotika tersebut, sehingga
efektivitas obat-obatan tersebut berkurang. 5
Obat-obatan narkotika memiliki efek samping utama dan risiko yang
berat seperti: 5
a)
Adiksi
4.
Relaksan otot
Obat-obatan ini tidak bekerja secara langsung pada otot, melainkan
bekerja secara sentral (di otak) dan merupakan relaksan tubuh dan
memiliki efek sedatif. 5
11
C. Terapi fisik
2.
3.
12
1.
melumpuhkan). 5
a) Kompres hangat/dingin
Kompres hangat/dingin merupakan modalitas yang paling sering
digunakan. Masing-masing berguna untuk mengurangi spasme otot dan
inflamasi. 5
Beberapa pasien merasakan nyeri hilang pada pengkompresan
hangat, sedangkan yang lain pada pengkompresan dingin. Keduanya
dapat digunakan secara bergantian. Umumnya kompres digunakan
selama 10-20 menit setiap dua jam dan lebih bermanfaat pada beberapa
hari pertama serangan nyeri. 5
b)
Iontophoresis
Iontophoresis merupakan metode pemberian steroid melalui kulit.
Steroid diletakkan pada permukaan kulit dan kemudian dialirkan aliran
listrik yang akan menyebabkan steroid tersebut untuk bermigrasi ke
bawah kulit. Steroid tersebut kemudian menimbulkan efek anti inflamasi
pada daerah yang menyebabkan nyeri. Modalitas ini terutama efektif
dalam mengurangi serangan nyeri akut. 5
c) Unit TENS
Sebuah unit transcutaneous electrical nerve stimulator (TENS)
menggunakan stimulasi listrik untuk mengurangi sensasi nyeri punggung
bawah dengan mengganggu impuls nyeri yang dikirimkan ke otak.
Biasanya dilakukan percobaan terlebih dahulu, dan apabila nyeri
berkurang secara signifikan maka unit TENS dapat digunakan untuk
mengurangi nyeri punggung bawah dalam jangka waktu yang lama. 5
13
d) Ultrasound
Ultrasound merupakan suatu bentuk penghangatan di lapisan dalam
dengan menggunakan gelombang suara pada kulit yang menembus sampai
jaringan
lunak
dibawahnya.
Ultrasound
terutama
berguna
dalam
2.
a) Peregangan
Tulang belakang dan otot, ligament, serta tendon yang melekat
padanya dirancang untuk bergerak, sehingga pembatasan pada gerakan
ini dapat memperberat rasa nyeri. Pasien dengan nyeri kronis mungkin
akan memerlukan peregangan selama berminggu-minggu atau berbulanbulan untuk memobilisasi tulang belakang dan jaringan lunaknya, namun
pada akhirnya dapat merasakan manfaat berupa hilangnya rasa nyeri dan
peningkatan daya gerak. 5
Otot hamstring tampaknya memiliki peran yang penting dalam nyeri
punggung bawah, karena pasien yang mengalami nyeri punggung bawah
cenderung memiliki otot hamstring yang tegang, demikian juga
sebaliknya. Tidak diketahui secara pasti mana yang timbul terlebih
dahulu,
ketegangan
pada
hamstring akan
14
15
b) Penguatan
Terdapat dua bentuk utama latihan untuk memperkuat dan/atau
mengurangi nyeri yang cenderung digunakan pada kondis-kondisi
spesifik tertentu: latihan McKenzie dan latihan stabilisasi lumbal
dinamis. Apabila mungkin, kedua bentuk terapi fisik ini dapat
dikombinasikan. 5
1) Latihan McKenzie
Latihan ini dinamai sesuai dengan ahli terapi fisik dari New
Zealand yang menemukan bahwa ekstensi tulang belakang dapat
mengurangi
nyeri
yang
ditimbulkan
dari
daerah
discus
nyeri
tungkai
dengan
memusatkan
nyeri
nyeri
juga
dapat
membantu
punggung
bawah
akibat
pasien
penyakit
yang
discus
16
bawah,
sedangkan
latihan
stabilisasi
membantu
17
1) Berjalan Kaki
Secara umum, berjalan kaki sangat aman bagi pinggang, dan
berjalan sejauh dua sampai tiga mil per minggu sangat membantu
pasien.
2) Bersepeda Statis
Apabila berjalan kaki terasa nyeri, bersepeda statis juga efektif
serta mungkin lebih aman bagi tulang belakang.
3) Terapi Air
Latihan di dalam air memungkinakn pengkondisian yang efektif
sambil neminimalisir stress pada pinggang. Memulai latihan aerobic
juga memiliki efek tambahan berupa menghilangkan beban dari
tulang belakang, sehingga memungkinkan mobilisasi yang lebih baik
dengan nyeri yang lebih sedikit. Terkadang, seiring dengan
berjalannya terapi, latihan dapat diganti secara bertahap dengan
latihan di darat.
Terapi air sangat bermanfaat bagi pasien yang berada dalam
nyeri yang terlalu hebat sehingga tidak dapat mentolerir latihan di
darat.
3.
Back Braces
Mengurangi pergerakan tulang belakang biasanyamakan mengurangi
insidensi nyeri atau rasa tidak nyaman pada pinggang. Terdapat dua jenis
back brace yang sering digunakan untuk mengurangi pergerakan tulang
belakang: 5
1.
Rigid Braces
Rigid braces, seperti Boston Overlap braces atau Thoracolumbar
Sacral Orthosis (TLSO), merupakan brace plastic yang mengikuti lekuk
tubuh. Apabila ukuran rigid brace tepat, penggunaannya dapat
menghambat kurang lebih 50% pergerakan tulang belakang. Fraktur
sering dapat ditangani dengan penggunaan rigid brace yang juga dapat
digunakan pasca operasi fusi. Rigid braces cukup berat, panas, dan
cenderung tidak nyaman bagi pasien. Sebaiknya dipakai saat pasien
18
sedang dalam posisi tegak namun tidak dipakai saat pasien sedang
berbaring.
2.
19
BAB III
SPONDILITIS TUBERKULOSA
A. Definisi
Spondilitis tuberkulosis (TB) atau dikenal dengan Potts disease adalah
penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis
yang mengenai tulang belakang. Mekanisme infeksi terutama oleh
penyebaran
melalui
hematogen.
Komplikasi
spondilitis
TB
dapat
B. Patogenesis
Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk
penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic spread), kuman TB
menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak
menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai
organ di seluruh tubuh. Organ yang dituju adalah organ yang mempunyai
vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama
apeks paru atau lobus atas paru. Penyakit dimulai dan menyebar dari
ligamentum anterior longitudinal. Radiologi menunjukkan adanya skaloping
vertebra anterior, sentral terjadi sekitar 11,6% kasus spondilitis TB. Penyakit
terbatas pada bagian tengah dari badan vertebra tunggal, sehingga dapat
menyebabkan kolap vertebra yang menghasilkan deformitas kiposis. Di
berbagai lokasi tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni
kuman
sebelum
terbentuk
imunitas
selular
yang
akan
membatasi
pertumbuhan. 4
Infeksi tuberkulosa pada awalnya mengenai tulang cancellous dari
vertebra. Area infeksi secara bertahap bertambah besar dan meluas,
berpenetrasi ke dalam korteks tipis korpus vertebra sepanjang ligamen
longitudinal anterior, melibatkan dua atau lebih vertebrae yang berdekatan
20
semakin terganggu
dengan timbulnya
endarteritis
yang
21
abses
kolapsnya
paravertebral
korpus
terjadi
vertebra
hampir
maka
pada
jaringan
setiap
granulasi
tuberkulosa, bahan perkijuan, dan tulang nekrotik serta sumsum tulang akan
menonjol keluar melalui korteks dan berakumulasi di bawah ligamentum
longitudinal anterior. Cold abcesss ini kemudian berjalan sesuai dengan
pengaruh gaya gravitasi sepanjang bidang fasial dan akan tampak secara
eksternal pada jarak tertentu dari tempat lesi aslinya. 6
Di regio lumbal abses berjalan sepanjang otot psoas dan biasanya
berjalan menuju lipat paha dibawah ligamen inguinal. Di regio torakal,
ligamentum longitudinal menghambat jalannya abses, tampak pada radiogram
sebagai gambaran bayangan berbentuk fusiform radioopak pada atau sedikit
dibawah level vertebra yang terkena, jika terdapat tegangan yang besar dapat
terjadi ruptur ke dalam mediastinum, membentuk gambaran abses
paravertebral yang menyerupai sarang burung. Terkadang, abses torakal
dapat mencapai dinding dada anterior di area parasternal, memasuki area
retrofaringeal atau berjalan sesuai gravitasi ke lateral menuju bagian tepi
leher. 6
Sejumlah mekanisme yang menimbulkan defisit neurologis dapat timbul
pada pasien dengan spondilitis tuberkulosa. Kompresi syaraf sendiri dapat
terjadi karena kelainan pada tulang (kifosis) atau dalam canalis spinalis
(karena perluasan langsung dari infeksi granulomatosa) tanpa keterlibatan
dari tulang (seperti epidural granuloma, intradural granuloma, tuberculous
arachnoiditis). 6
Salah satu defisit neurologis yang paling sering terjadi adalah paraplegia
yang dikenal dengan nama Potts paraplegia. Paraplegia ini dapat timbul
secara akut ataupun kronis (setelah hilangnya penyakit) tergantung dari
kecepatan peningkatan tekanan mekanik kompresi medula spinalis. Pada
22
C. Klasifikasi
Sorrel-Dejerine mengklasifikasikan Potts paraplegia menjadi:
1.
2.
2.
Type II6
Onsetnya juga dini, dihubungkan dengan penyakit yang aktif,
bersifat permanen bahkan walaupun infeksi tuberkulosa menjadi
tenang.
3.
D. Manifestasi Klinik
Gejala pertama biasanya dikeluhkan adanya benjolan pada tulang
belakang yang disertai oleh nyeri. Untuk mengurangi rasa nyeri, pasien akan
23
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan untuk menentukan adanya
infeksi Mycobacterium tuberculosis adalah dengan menggunakan uji
tuberkulin (Mantoux tes). Pemeriksaan laju endap darah (LED) dilakukan dan
LED yang meningkat dengan hasil >100 mm/jam. Pemeriksaan radiologi
pada tulang belakang sangat mutlak dilaksanakan untuk melihat kolumna
vertebralis yang terinfeksi pada 25%-60% kasus. Vertebra lumbal I paling
sering terinfeksi. Pemeriksaan radiologi dapat ditemukan fokus infeksi pada
bagian anterior korpus vertebre dan menyebar ke lapisan subkondral tulang. 4
Pada beberapa kasus infeksi terjadi di bagian anterior dari badan
vertebrae sampai ke diskus intervertebrae yang ditandai oleh destruksi dari
end plate. Elemen posterior biasanya juga terkena. Penyebaran ke diskus
intervertebrae terjadi secara langsung sehingga menampakkan erosi pada
badan vertebra anterior yang disebabkan oleh abses jaringan lunak.
Ketersediaan computerized tomography scan (CT scan) yang tersebar luas
dan magnetic resonance scan (MR scan) telah meningkat penggunaannya
pada manajemen TB tulang belakang. CT scan dikerjakan untuk dapat
menjelaskan sklerosis tulang belakang dan destruksi pada badan vertebrae
sehingga dapat menentukan kerusakan dan perluasan ekstensi posterior
jaringan yang mengalami radang, material tulang, dan untuk mendiagnosis
24
E. Diagnosis
Diagnosis spondilitis TB dapat ditegakkan dengan jalan pemeriksaan
klinis secara lengkap termasuk riwayat kontak dekat dengan pasien TB,
epidemiologi, gejala klinis dan pemeriksaan neurologi. Metode pencitraan
modern seperti X ray, CT scan, MRI dan ultrasound akan sangat membantu
menegakkan diagnosis spondilitis TB, pemeriksaan laboratorium dengan
ditemukan basil Mycobacterium tuberculosis akan memberikan diagnosis
pasti. 4
F. Tata Laksana
Saat ini pengobatan spondilitis TB berdasarkan terapi diutamakan dengan
pemberian obat anti TB dikombinasikan dengan imobilisasi menggunakan
korset. Pengobatan non-operatif dengan menggunakan kombinasi paling tidak
4 jenis obat anti tuberkulosis. 4
Regimen 4 macam obat biasanya termasuk INH, rifampisin, dan
pirazinamid
dan etambutol.
Lama
25
26
paraplegi
adalah
costrotransversectomi,
dekompresi
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi adalah kiposis berat. Hal ini terjadi oleh
karena kerusakan tulang yang terjadi sangat hebat sehingga tulang yang
mengalami destruksi sangat besar. Hal ini juga akan mempermudah
27
H. Prognosis
Prognosis spondilitis TB bervariasi tergantung dari manifestasi klinik
yang terjadi. Prognosis yang buruk berhubungan dengan TB milier, dan
meningitis TB, dapat terjadi sekuele antara lain tuli, buta, paraplegi, retardasi
mental, gangguan bergerak dan lain-lain. Prognosis bertambah baik bila
pengobatan lebih cepat dilakukan. Mortalitas yang tinggi terjadi pada anak
dengan usia kurang dari 5 tahun sampai 30%.4
28
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Nachemson AL, Waddell G, Norlund AI: Epidemiology of neck and low back
pain. In Nachemson AL, Johnsson B, editors: Neck and back pain: the
scientific evidence of causes, diagnosis, and treatment, Philadelphia, 2000,
Lippincott Williams & Wilkins.
3.
4.
5.
Rahim H A, Priharto K., Terapi Konservatif untuk Low Back Pain. Divisi
Spine, Bagian Orthopaedi & Traumatologi Rumah Sakit Hasan Sadikin. pp 112
6.
29