Вы находитесь на странице: 1из 21

STATUS PASIEN

Anamnesis
Identitas Pasien:
Nama

: An.A

Umur

: 8 bulan 22 hari

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Alamat

: Bangkinang

Tanggal Masuk

: 29 September 2013

No MR

: 092944

Keluhan Utama

: Kejang 2x dirumah 1 menit

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang

karena kejang

tadi dirumah (03.00) 1 menit. Kejang

berlangsung 2 x, kejang berupa kelojotan diseluruh tubuh, setelah kejang anak


menangis. Demam (+), Demam 1 minggu ini dan mulai tinggi semalam (28-092013), 5 ini batuk (+), pilek (-).

Riwayat Penyakit Dahulu

: Riwayat kejang sebelumnya di sangkal

Riwayat Penyakit Keluarga

: Tidak ada keluarga mengalami penyakit yang

sama

Pemeriksaan Fisik

Sensorium

: Composmentis

Tanda-tanda vital
Nadi

: 102 x/menit

Pernapasan

: 32 x/menit

Suhu

: 38,6 0C

BB

: 7 Kg

Status Generalisata
A. Kepala
Ubun-ubun besar : Terbuka, tidak cekung
Rambut

: Hitam, tidak mudah dicabut

Mata

: Mata tidak cekung, Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak


anemis, pupil tidak isokor

Hidung

: Pernapasan tidak cuping hidung, sekret tidak ada

Telinga

: Serumen kiri dan kanan ada, Sekret kiri dan kanan tidak ada

Mulut

: Sianosis tidak ada, mukosa bibir basah, lidah kotor tidak ada

Leher

: Pembesaran KGB tidak ada, Kaku kuduk tidak ada

b. Thoraks
Paru-paru
Inspeksi

: Normochest, gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri,


retraksi dinding dada (+)

Palpasi

: Stem fremitus suara +/+, ictus cordis tidak teraba.

Perkusi

: Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Suara napas bronko vesiculer, Suara tambahan: Ronkhi -/-,


wheezing -/-

Jantung
Inspeksi

: Iktus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Iktus cordis tidak teraba

Perkusi

: Batas jantung dalam keadaan normal, kardiomegali tidak ada

Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler

c. Abdomen
Inspeksi

: Abdomen datar, tidak ada benjolan dan bekas luka

Auskultasi

: Bising usus normal

Perkusi

: Timpani pada semua kuadran

Palpasi

: Nyeri tekan-lepas tidak ada, hepar teraba tidak teraba, lien tidak teraba ,
turgor < 2 detik

d. Ekstremitas
Superior

: Sianosis tidak ada, edema tidak ada, pucat tidak ada

Inferior

: Sianosis tidak ada, edema tidak ada, pucat tidak ada

e. Genitalia
Laki-laki, tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Neurologis
Motorik : Koordinasi baik, kekuatan 4

4
4

Sensorik : Belum dapat dinilai


Reflek Fisiologis :

Reflek Patologis :

R. Biseps

: +/+

R. Triseps

: +/+

R. Patella

: +/+

R. Archilles

: +/+

R. Babinsky

: -/-

R. Chaddock

: -/-

R. Oppeinheim : -/Meningeal Sign :

Kaku Kuduk

:-

Brudzinsky I

:-

Brudzinsky II : Kernig Sign

:-

Pemeriksaan Laboratorium (Tidak dilakukan pemeriksaan)


Laboratorium
Leukosit

: 31 103/mm3

Eritrosit

: Tidak di periksa

Hematokrit

: 25,9 %

Hb

: 8,7 gr %

Trombosit

: 720 103/mm3

Diagnosis Kerja
Kejang Demam kompleks

Diagnosis Banding
Kejang Demam sederhana
Meningitis
Ensefalitis

Terapi
Farmakologi
Pemberian infus
IVFD RL 50 tpm
Sanmol Inf 7cc
Per suppositoria
Proris Supp I
Per oral
Puyer ( PCT, Ambroxol, Diazepam)

Tanggal

SOAP

29-09-2013

S:
-

Demam tidak ada

Kejang tidak ada

Anak Rewel

Batuk ada

pilek tidak ada

Kesadaran : CM

Denyut nadi : 102x/menit

Pernapasan : 30x/menit

Suhu : 360C

Berat Badan : 7 kg

kepala : mata tidak anemis /& tidak ikterik

thorak : DBN Simetris Kanan Dan Kiri, Perkusi

O:

Sonor, Cor: Bj I &II reguler, Sn Bronko


Vesiculer.
-

abdomen : Datar, BU (+), Perut Kembung,


Turgor baik (<2 detik)

A : kejang demam komplek


P :
Pemberian infus
-

IVFD RL 50 tpm

Sanmol inf 70cc c bila demam > 37,5 oC

Injeksi
-

Ranitidin 20mg

Per suppositoria
-

Proris Supp

Per oral

30-09-2013

Puyer (PCT, Ambroxol, Diazepam)

Demam tidak ada

Kejang tidak ada

Batuk ada

Pilek tidak ada

Nafsu makan & minum

Kesadaran : CM

Denyut nadi : 100x/menit

Pernapasan : 30x/menit

Suhu : 36,70C

Berat badan : 7 kg

Kulit : ptechie tidak ada

kepala : mata tidak anemis, tidak ikterik

thorak : Retraksi dinding dada (-) Sn: Bronko

S:

O:

vesiculer,
-

Wh -/-, Rh -/-

Cor: Bj I &II reguler

abdomen : BU normal, Turgor baik

A : kejang demam komplek


P :
Pemberian infus
-

IVFD RL : D5% 50 tpm

Sanmol Inf 3 x 70 mg bila demam > 37,5 oC

Injeksi
-

Ceftriaxon 2 x 175 mg

Ranitidin 2 x 7 mg

Per oral

1-10-2013

Paracetamol 3 x 1 cth

Sanfrima 3 x 1 cth

Tgl 30-09-13 (19.30) T : 38,4 oC

kejang tidak ada

Batuk ada

Pilek Tidak ada

Nafsu makan & minum

Kesadaran : CM

Denyut nadi : 100x/menit

Pernapasan : 25x/menit

Suhu : 36,30C (09.00)

Berat Badan : 7 kg

Kulit : ptechie tidak ada

kepala : mata tidak anemis tidak ikterik

thorak : Sn: Bronko vesicular, suara nafas

S:

O:

tambahan (-)
Cor: Bj I & II reguler
-

abdomen : DBN, BU normal

A : kejang demam komplek


P : Pemberian infus
-

IVFD RL : D5% 50 tpm

Sanmol Inf 3 x 70 mg bila demam > 37,5 oC

Injeksi
-

Cefriaxon 2 x 175 mg

Ranitidin 2 x 7 mg

Per oral

2-10-2013

Paracetamol 3x1 cth

Sanfrima 2 x 1 cth

Demam tidak ada

Kejang tidak ada

Batuk ada

Pilek Tidak ada

Nafsu makan & minum (+)

Kesadaran : CM

Denyut nadi : 100x/menit

Pernapasan : 25x/menit

Suhu : 360C

Berat Badan : 7 kg

Kulit : ptechie tidak ada

kepala : mata tidak anemis tidak ikterik

thorak : Sn: Bronco vesicular, suara nafas

S:

O:

tambahan (-)
Cor: Bj I & II reguler
-

abdomen : DBN, BU normal

A : kejang demam komplek


P : Per oral
-

Paracetamol 3x1 cth

Sanfrima 2 x 1 cth

Colsancetine 4 x 1 cth

Luminal 2 x 15 mg

Polisilan granul 3 x 2 Cap

Ctt : Infus dilepas atas permintaan keluarga pasien

3-10-2013

S:
-

Demam tidak ada

Kejang tidak ada

Batuk ada

Pilek Tidak ada

Nafsu makan & minum (+)

Kesadaran : CM

Denyut nadi : 100x/menit

Pernapasan : 25x/menit

Suhu : 360C

Berat Badan : 7,5 kg

Kulit : ptechie tidak ada

kepala : mata tidak anemis tidak ikterik

thorak : Sn: Bronko vesicular, suara nafas

O:

tambahan (-)
Cor: Bj I & II reguler
-

abdomen : DBN, BU normal

A : kejang demam komplek


P : Per oral
-

Paracetamol 3x1 cth

Sanfrima 2 x 1 cth

Colsancetine 4 x 1 cth

Luminal 2 x 15 mg

Polisilan granul 3 x 2 Cap

ANAK BOLEH PULANG

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pendahuluan
Kejang demam merupakan penyakit kejang yang paling sering dijumpai
dibidang neurologi khususnya anak. Kejang selalu merupakan peristiwa yang
lazim pada masa anak, dengan prognosa yang baik secara seragam. Namun,
kejang demam menandakan adanya penyakit infeksi akut yang serius yang
mendasari sehingga setiap anak harus diperiksa secara cermat dan secara tepat
diamati mengenai penyebab demam yang menyertai.1
Kejang demam pada umumnya dianggap tidak berbahaya dan sering
tidak menimbulkan gejala sisa, akan tetapi bila kejang berlangsung lama sehingga
menimbulkan hipoksia pada jaringan susunan saraf pusat (SSP), dapat
menyebabkan adanya gejala sisa dikemudian hari. Frekuensi dan lamanya kejang
sangat penting untuk diagnosa serta tatalaksana kejang, ditanyakan kapan kejang
terjadi, apakah kejang baru pertama kali terjadi atau sudah pernah sebelumnya,
bila sudah pernah berapa kali dan waktu anak berumur berapa. Sifat kejang perlu
ditanyakan, apakah kejang bersifat klonik, tonik, umum atau fokal. Ditanya pula
lama serangan, kesadaran saat kejang dan pasca kejang. Gejala lain yang
menyertai diteliti, termasuk demam, muntah, atau penurunan kesadaran. Pada
neonatus perlu diteliti riwayat kehamilan ibu serta kelahiran bayi.1
Kejadian kejang demam diperkirakan 2 4% di Amerika Serikat,
Amerika Selatan, dan Eropa Barat. Di Asia dilaporkan lebih tinggi, kira-kira 20%
kasus merupakan kejang demam kompleks. Umumnya kejang demam timbul pada
tahun kedua kehidupan (17-23 bulan).1

2. Definisi Kejang Demam


Istilah kejang demam digunakan untuk bangkitan kejang yg timbul akibat
kenaikan suhu tubuh. Kejang demam ialah bangkitan kejang yg terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium.1
Biasanya kejang terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun, bila anak
dengan usia < 6 bulan atau > 5 tahun mengalami kejang didahului oleh demam,
pikirkan kemungkinan lain. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam,
kemudian kejang demam kembali, tidak termasuk kejang demam.1

3. Etiologi Kejang Demam


Penyebab kejang demam hingga kini belum diketahui dengan pasti, faktorfaktor yang dapat mempengaruhi etiologi kejang demam ialah umur, faktor
genetik dan kenaikan suhu tubuh biasanya kenaikan suhu tubuh berhubungan
dengan penyakit saluran nafas bagian atas, radang telinga tengah, gastroenteritis
dan infeksi saluran kencing. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi,
terkadang demam yang tidak begitu tinggi juga dapat menyebabkan kejang. 2,3
Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang
demam. Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak
sedang demam. Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi
pertusis (DPT) dan morbilli (campak).2,3

4. Klasifikasi Kejang Demam


Klasifikasi kejang demam dibagi menjadi:2
a. Kejang Demam Sederhana (Simple Febrile Seizure) merupakan 80% di
antara seluruh kejang demam.
Kejang demam berlangsung singkat
Durasi kurang dari 15 menit
Kejang dapat umum, tonik, dan atau klonik
Umumnya akan berhenti sendiri.
Tanpa gerakan fokal.
Tidak berulang dalam 24 jam

b. Kejang Demam Kompleks (Complex Febrile Seizure)


Kejang lama dengan durasi lebih dari 15 menit.
Kejang fokal atau parsial satu sisi.
Berulang lebih dari 1 kali dalam 24 jam.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau
kejang berulang lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan anak tidak sadar. Kejang
lama terjadi pada 8% kejang demam.2

5. Patofisiologi Kejang Demam


Sel dikelilingi oleh suatu membran yang terdiri dari permukaan dalam
(lipid) dan permukaan luar (ion). Dalam keadaan normal membran sel neuron
dapat dengan mudah dilalui oleh ion Kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion
Natrium (Na+) dan elektrolit lainnya kecuali Klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi
ion K dalam sel neuron tinggi dan ion Na rendah. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan luar sel maka terdapat potensial membran sel neuron.
Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan
bantuan enzim Na-K-ATP-ase yang terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan
potensial membran ini dapat dirubah oleh adanya:10
- Perubahan konsentrasi ion di ekstraseluler.
- Rangsangan mendadak berupa mekanis, kimiawi, atau aliran listrik dari
sekitarnya.
- Perubahan patofisiologi dari membran sendiri dari penyakit atau
keturunan.

Gambar 1. Patofisiologi Kejang10

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan menaikan metabolisme


basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada seorang anak
berusia 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh, dibandingkan
orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu, dapat
terjadi perubahan keseimbangan dari membran sel neuron,dan dalam waktu yang
singkat terjadi difusi ion K maupun Na melalui membran. Perpindahan ini
mengakibatkan lepas muatan listrik yang besar, sehingga meluas ke membran sel
lain melalui neurotransmitter, dan terjadilah kejang.2

Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C. Pada anak
dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40C.
Terulangnya kejang demam lebih sering terjadi pada anak dengan ambang kejang
yang rendah, sehingga dalam penanggulangannya perlu diperhatikan pada suhu
berapa penderita kejang.2

Gambar 2. Patofisiologi Kejang Demam2

6. Diagnosis Kejang Demam


Langkah diagnosis untuk kejang demam:6
1. Anamnesis
a. Adanya

kejang,

jenis

kejang,

sebelum/saat kejang, frekuensi,

kesadaran,

lama

kejang,

suhu

interval, penyebab demam di luar

susunan saraf pusat.


b. Riwayat perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam
keluarga.
c. Singkirkan penyebab kejang lainnya

2. Pemeriksaan fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsang meningeal, tanda peningkatan
tekanan intrakranial, dan tanda infeksi di luar susunan saraf pusat.6

3. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi
penyebab demam, atau keadaan lain misalnya gastroenteritis.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah
perifer, elektrolit dan gula darah.6
b. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau
menyingkirkan kemungkinan meningitis. Resiko terjadinya meningitis
bakterialis adalah 0,6 6,7%. Pada bayi kecil seringkali sulit untuk
menegakkan

atau

menyingkirkan

diagnosis

meningitis

karena

manifestasinya tidak jelas.6


Oleh karena itu, pungsi lumbal dianjurkan pada :6
-

Bayi kurang dari 12 bulan sangat dianjurkan dilakukan.

Bayi antara 12 18 bulan dianjurkan.

Bayi lebih dari 18 bulan tidak rutin.

Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan pungsi
lumbal.
c. Elektroensefalografi4,3
Pemeriksaan elektroensefalografi (EEG) tidak dapat memprediksi
berulangnya kejang, atau memperkirakan kemungkinan kejadian
epilepsi

pada

pasien

kejang

demam.

Oleh

karenanya

tidak

direkomendasikan. Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada


keadaan kejang demam yang tidak khas, misalnya kejang demam
kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal.

d. Pencitraan4
Foto X-ray kepala dan pencitraan seperti computed tomography scan
(CT-scan) atau magnetic resonance imaging (MRI) jarang sekali
dikerjakan,tidak rutin dan hanya atas indikasi seperti :
-

Kelainan neurologik fokal yang menetap (hemiparesis)

Paresis nervus VI

Papiledema

7. Penatalaksanaan Kejang Demam


a. Fase Akut
Pada sebagian besar kasus kejang demam, kejang berlangsung singkat.
Ketika penderita sampai di rumah sakit atau ditempat praktek dokter, kejang
telah reda. Dalam hal demikian tindakan yang perlu adalah mencari penyebab
demam, memberikan pengobatan yang adekuat terhadap penyebab penyakit
tersebut, misalnya pemberian antibiotik yang sesuai untuk infeksi. Untuk
mencegah agar kejang tidak berulang kembali sebaiknya diberi antikonvulsan
karena kejang masih dapat kambuh selama anak masih demam.6
Pada anak yang sedang mengalami kejang, dilakukan perawatan yang
adekuat. Penderita dimiringkan agar jangan terjadi aspirasi ludah atau lendir
dari mulut. Jalan nafas dijaga agar tetap terbuka lega, tujuannya adalah agar
suplaioksigen tetap terjamin. Bila perlu berikan oksigen.6
Jika pasien datang dalam keadaan kejang, berikan diazepam intravena
dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg perlahan-lahan dengan kecepatan 1-2 mg/menit
atau dalam waktu 3-5 menit dengan dosis maksimal 20 mg. Obat yang praktis
dan dapat diberikan oleh orang tua dirumah adalah diazepam rektal dengan
dosis 0,5-0,75 mg/kg atau diazepam rektal untuk anak dengan berat badan
kurang dari 10kg dan 10 mg untuk anak dengan berat badan lebih dari 10 kg.
Atau diazpam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah 3 tahun atau dosis
7,5 mg untuk anak diatas usia 3 tahun.6
Bila pada pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, diazepam
dapat diberikan lagi dengan interval 5 menit. Bila masih gagal dianjurkan ke
RS dan diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3-0,5 mg/kg. Bila masih

belum berhenti berikan fenitoin secara IV dengan dosis awal 10-20 mg/kg/ kali
dengan kecepatan 1mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang
berhenti dosis selanjutnya adalah 4-8 mg/kg/ hari dimulai 12 jam setelah dosis
awal. Bila belum berhenti maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif.6

Kejang

Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB


Boleh diulang setelah 5 menit
Kejang (Ke RS)
Diazepam IV 0,3-0,5 mg/kgBB

Kejang
Fenitoin IV 10-20 mg/kgBB dengan kecepatan 1mg/kg/menit

Kejang berhenti
Lanjutkan dengan dosis 4-8 mg/kg/hari dimulai 12
jam setelah dosis awal

Kejang tidak berhenti


Rawat ICU

Gambar 3. Algoritma penghentian kejang demam9

b.

Profilaksis
Kambuhnya kejang demam perlu dicegah, ada 3 upaya yang dapat
dilakukan, yaitu :8
- Profilaksis intermiten, pada waktu demam.
- Profilaksis rumatan

1. Profilaksis intermiten
Pengobatan intermiten adalah pengobatan yang diberikan pada
saat anak mengalami demam, untuk mencegah terjadinya kejang
demam. Terdiri dari pemberian antipiretik ( parasetamol 10-15

mg/kgBB/kali

diberikan

kali

sehari

atau

ibuprofen

5-10

mg/kgBB/kali diberikan 3-4 kali) dan antikonvulsan dosis per rektum


ialah 5 mg untuk penderita kurang dari 3 tahun dan 10 mg bagi yang
berusia lebih dari 3 tahun, diulang setiap 12 jam. Secara oral dapat
diberi 0,5 mg/kg berat badan/hari dibagi dalam 3 dosis bila penderita
sedang demam.8
2. Profilaksis Rumatan
Pengobatan rumatan adalah pengobatan yang diberikan terus
menerus untuk waktu yang cukup lama, yaitu 1 tahun bebas kejang,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1-2 bulan. Pengobtan
rumatan diberikan bila kejang demam menunjukkan salah satu atau
lebih gejala berikut :8
Kejang lama >15 menit
Anak mengalami kelainan neurologis yang nyata sebelum
dan sesudah kejang misalnya hemiparesis, Cerebral Palsy,
retardasi mental.
Kejang fokal
Bila ada keluarga sekandung atau orang tua yang mengalami
epilepsi
Pengobatan rumatan dipertimbangkan bila:
-

Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam

Kejang demam yang terjadi pada bayi kurang dari


12 bulan

Kejang demam 4 kali pertahun.

Pengobatan rumatan yang diberikan adalah:8


Asam valproate 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-3 dosis atau
fenobarbital 3-4 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.

8. Komplikasi Kejang Demam


Komplikasi yg paling umum dari kejang demam, adalah adanya kejang
demam berulang. Sekitar 33% anak akan mengalami kejang berulang jika mereka
demam kembali. 5
Faktor resiko berulangnya kejang pada kejang demam adalah:5
a. Riwayat kejang demam dalam keluarga.
b. Usia di bawah 12 bulan.
c. Suhu tubuh saat kejang yang rendah.
d. Cepatnya kejang setelah demam
Namun begitu, faktor terbesar adanya kejang demam berulang ini adalah
usia. Semakin muda usia anak saat mengalami kejang demam, akan semakin besar
kemungkinan mengalami kejang berulang.5

9. Prognosis Kejang Demam


Kejadian kecacatan sebagai komplikasi kejang demam tidak pernah
dilaporkan. Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada
pasien yang awalnya normal. Kejang demam dapat berulang di kemudian hari
atau dapat berkembang menjadi epilepsi di kemudian hari.4
Faktor resiko terjadinya epilepsi di kemudian hari adalah:4
a. kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang
demam pertama.
b. Kejang demam kompleks.
c.

Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung.

ANALISA STATUS

Anamnesa ditemukan Pasien datang karena kejang tadi dirumah (03.00) 1


menit. Kejang berlangsung 2 x, kejang berupa kelojotan diseluruh tubuh, setelah
kejang anak menangis. Demam (+), Demam 1 minggu ini dan mulai tinggi
semalam (28-09-2013), 5 ini batuk (+), pilek (-). Hal ini sesuai dengan gejala
Kejang Demam Komplek, Kejang demam > 15 menit, kejang fokal atau
parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial, berulang atau
lebih 1 kali dalam 24 jam.

Pemeriksaan fisik ditemukan

kesadaran composmentis, suhu meningkat,

pemeriksaan neorologis tidak ada kelainan, tidak ada tanda rangsang


meningeal, dan tidak ada tanda peningkatan tekanan intrakranial, tanda
infeksi di luar susunan saraf pusat ini sesuai dengan teori pemeriksaan kejang
demam komplek.

Hasil laboratorium darah rutin ditemukan Hb 8,7 gr%, Leokosit 31000 mm3,
Ht 25,9 %, Trombosit 720000 mm3, NS1 Antigen Dengue (-). Pemeriksaan
penunjang lainnya seperti pemeriksaan pungsi lumbal dilakukan untuk
menegakkan

atau

menyingkirkan

kemungkinan

Menengitis

dan

elektroensefalografi dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sastroasmoro, S, dkk, Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu


Penyakit

Anak.

Cetakan

pertama.

RSUP

Nasional

Dr.

Ciptomangunkusumo. Jakarta: 2007.


2. Lumbantobing, M,S; Kejang Demam (febrile convulsions); Balai penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; Jakarta : 2002.
3. S, Soetomenggolo; Taslim; Ismail,S. Buku Ajar Neurologis Anak. Cetakan
Kedua. BP. IDAI. Jakarta: 2000.
4. Mardjono, Mahar, Prof. Neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat. Jakarta:
2006
5. Budiman, Gregory. Basic Neuroanatomical Pathways. Second Edition.
FKUI.Jakarta: 2009.
6. Dewanto, George, dkk. Panduan Praktis Diangnosis dan Tata Laksana
Penyakit Saraf.EGC. Jakarta: 2009.
7. Mangunmadja, Irawan; Hot Topics Pediatrin II. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia RS. DR Ciptomangunkusumo. Balai penerbit FK
UI:2002.
8. Mansjoer, A; suprohaita; Wardhan, W. I setiowulan. Kapita selekta
kedokteran. Jilid 2. Edisi ketiga. Media Aesculapius. FK UI. Jakarta: 2000.
9. Behrman, Kliegman, Arvinka. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 3.
Edisi 15. EGC: 2000.
10. Sylvia A.P; Lorraine M. Patofisiologi. volume 2. Edisi 6. EGC.
Jakarta:2003.

Вам также может понравиться

  • Penyuluhan Penyakit Campak
    Penyuluhan Penyakit Campak
    Документ10 страниц
    Penyuluhan Penyakit Campak
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Epista Ks Is
    Epista Ks Is
    Документ1 страница
    Epista Ks Is
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Daftar Pelajaran
    Daftar Pelajaran
    Документ1 страница
    Daftar Pelajaran
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Hipertensi DR YELLY
    Penyuluhan Hipertensi DR YELLY
    Документ14 страниц
    Penyuluhan Hipertensi DR YELLY
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Benda Asing Trakeal Yang Lama Pada Anak
    Benda Asing Trakeal Yang Lama Pada Anak
    Документ4 страницы
    Benda Asing Trakeal Yang Lama Pada Anak
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Slide Presentasi EKTIMA
    Slide Presentasi EKTIMA
    Документ17 страниц
    Slide Presentasi EKTIMA
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • CP Benda Asing Jalan Napas
    CP Benda Asing Jalan Napas
    Документ4 страницы
    CP Benda Asing Jalan Napas
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Tindakan Medis Lain
    Tindakan Medis Lain
    Документ1 страница
    Tindakan Medis Lain
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • OMSK-TipeAman
    OMSK-TipeAman
    Документ5 страниц
    OMSK-TipeAman
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Slide Presentasi DKI
    Slide Presentasi DKI
    Документ16 страниц
    Slide Presentasi DKI
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • PPK
    PPK
    Документ3 страницы
    PPK
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Kejang Demam Komplek
    Kejang Demam Komplek
    Документ25 страниц
    Kejang Demam Komplek
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • CP Benda Asing Jalan Napas
    CP Benda Asing Jalan Napas
    Документ4 страницы
    CP Benda Asing Jalan Napas
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus - Abses
    Laporan Kasus - Abses
    Документ22 страницы
    Laporan Kasus - Abses
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Em Briolo Gi
    Em Briolo Gi
    Документ11 страниц
    Em Briolo Gi
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • 3 Isi
    3 Isi
    Документ20 страниц
    3 Isi
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Revisi Pertama
    Revisi Pertama
    Документ23 страницы
    Revisi Pertama
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Soap
    Soap
    Документ6 страниц
    Soap
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Daftar Isi (Yohannes)
    Daftar Isi (Yohannes)
    Документ10 страниц
    Daftar Isi (Yohannes)
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Soap
    Soap
    Документ6 страниц
    Soap
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Bab I
    Bab I
    Документ2 страницы
    Bab I
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Abortus Iminens Pleno Kelompok 3
    Abortus Iminens Pleno Kelompok 3
    Документ22 страницы
    Abortus Iminens Pleno Kelompok 3
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus 2 GEA
    Laporan Kasus 2 GEA
    Документ30 страниц
    Laporan Kasus 2 GEA
    Krisna Dwi Saputra
    100% (1)
  • Kasus 1
    Kasus 1
    Документ25 страниц
    Kasus 1
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak
    Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak
    Документ42 страницы
    Prosedur Menegakkan Diagnosis Dalam Praktik Kedokteran Gigi Anak
    Ummu Annur
    89% (9)
  • Laporan Kasus Hepatoma
    Laporan Kasus Hepatoma
    Документ20 страниц
    Laporan Kasus Hepatoma
    Krisna Dwi Saputra
    0% (1)
  • Format Status Pasi en Anak Page 1
    Format Status Pasi en Anak Page 1
    Документ1 страница
    Format Status Pasi en Anak Page 1
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Format Status Pasien Obgyn Hal 1
    Format Status Pasien Obgyn Hal 1
    Документ1 страница
    Format Status Pasien Obgyn Hal 1
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет
  • Benda Asing Trakeal Yang Lama Pada Anak
    Benda Asing Trakeal Yang Lama Pada Anak
    Документ4 страницы
    Benda Asing Trakeal Yang Lama Pada Anak
    Krisna Dwi Saputra
    Оценок пока нет