Вы находитесь на странице: 1из 34

TUGAS PERPINDAHAN PANAS

MAKALAH HEAT EXCHANGER


( ALAT PENUKAR PANAS )

KELOMPOK 5
Tongam May Andrivan S.
Aulia Fitri
Rikki Alanta Barus
Aulia Bismar Paduana

110405067
120405033
120405035
120405037

Departemen Teknik Kimia


Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Unit penukar kalor adalah suatu alat untuk memindahkan panas dari suatu fluida ke
fluida yang lain. Sebagian besar dari industri-industri yang berkaitan dengan pemprosesan
selalu menggunakan alat ini, sehingga alat penukar kalor ini mempunyai peran yang
penting dalam suatu proses produksi atau operasi. Salah satu tipe dari alat penukar kalor
yang banyak dipakai adalah Shell and Tube Heat Exchanger. Alat ini terdiri dari sebuah
shell silindris di bagian luar dan sejumlah tube (tube bundle) di bagian dalam, dimana
temperatur fluida di dalam tube bundle berbeda dengan di luar tube (di dalam shell)
sehingga terjadi perpindahan panas antara aliran fluida didalam tube dan di luar tube.
Adapun daerah yang berhubungan dengan bagian dalam tube disebut dengan tube side dan
yang di luar dari tube disebut shell side.
Pemilihan yang tepat suatu alat penukar kalor akan menghemat biaya operasional
harian dan perawatan. Bila alat penukar kalor dalam keadaan baru, maka permukaan logam
dari pipa-pipa pemanas masih dalam keadaan bersih setelah alat beroperasi beberapa lama
maka terbentuklah lapisan kotoran atau kerak pada permukaan pipa tersebut. Tebal tipisnya
lapisan kotoran tergantung dari fluidanya. Adanya lapisan tersebut akan mengurangi
koefisien perpindahan panasnya. Harga koefisien perpindahan panas untuk suatu alat
penukar kalor selalu mengalami perubahan selama pemakaian. Batas terakhir alat dapat
berfungsi sesuai dengan perencanaan adalah saat harga koefisien perpindahan panas
mencapai harga minimum.
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah
air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara
fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung
(direct contact). Penukar panas sangat luas dipakai dalam industri seperti kilang minyak,
pabrik kimia maupun petrokimia, industri gas alam, refrigerasi, pembangkit listrik. Salah

satu contoh sederhana dari alat penukar panas adalah radiator mobil di mana cairan
pendingin memindahkan panas mesin ke udara sekitar.
Tipe Aliran pada Alat Penukar Panas
Tipe aliran di dalam alat penukar panas ini ada 4 macam aliran yaitu :

Parallel flow/co current /flow (aliran searah)

Cross flow (aliran silang)

Cross counter flow (aliran silang berlawanan)

Counter current flow (aliran berlawanan arah)

Jenis-jenis penukar panas


Jenis-jenis penukar panas antara lain :
a. Double Pipe Heat Exchanger
b. Plate and Frame Heat Exchanger
c. Shell anf Tube Heat Exchanger
d. Adiabatic wheel Heat Exchanger
e. Pillow plate Heat Exchanger
f. Dynamic scraped surface Heat Exchanger
g. Phase-change Heat Exchanger
Alat penukar kalor sangat dibutuhkan pada proses produksi dalam suatu industri,
maka untuk mengetahui unjuk kerja dari alat penukar kalor perlu diadakan analisis.
Dengan analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa alat tersebut mampu menghasilkan
kalor dengan standar kerja sesuai kebutuhan yang diinginkan.
Penukar panas dapat diklasifikasikan menurut pengaturan arus mereka. Dalam
paralel-aliran penukar panas, dua cairan masuk ke penukar pada akhir yang sama, dan
perjalanan secara paralel satu sama lain ke sisi lain. Dalam counter-flow penukar panas
cairan masuk ke penukar dari ujung berlawanan. Desain saat ini counter paling efisien,
karena dapat mentransfer panas yang paling. Dalam suatu heat exchanger lintas-aliran,
cairan perjalanan sekitar tegak lurus satu sama lain melalui exchanger.
Untuk efisiensi, penukar panas yang dirancang untuk memaksimalkan luas
permukaan dinding antara kedua cairan, dan meminimalkan resistensi terhadap aliran
fluida melalui exchanger. Kinerja penukar juga dapat dipengaruhi oleh penambahan sirip
atau corrugations dalam satu atau dua arah, yang meningkatkan luas permukaan dan dapat
menyalurkan aliran fluida atau menyebabkan turbulensi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Heat Exchanger ?
2. Bagaimana sistem kerja Heat Exchanger ?
3. Apa saja tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger ?
4. Apa saja bagian-bagian Heat Exchanger ?
5. Bagaimana sketsa komponen-komponen serta prinsip instrumentasi atau alat
ukur pada Heat Exchanger ?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki beberapa tujuan, antara lain :
1. Mengetahui pengertian Heat Exchanger
2. Mengetahui dan memahami prinsip kerja dari Heat Exchanger
3. Mengetahui tipe-tipe dan klasifikasi dari Heat Exchanger
4. Mengetahui komponen-komponen dari Heat Exchanger
5. Mengetahui bentuk atau sketsa serta prinsip kerja instrumentasi atau alat ukur pada
Heat Exchanger

BAB II
HEAT EXCHANGER (HE)
2.1 Alat Penukar Kalor
Prinsip dan Teori Dasar Perpindahan Panas
Panas adalah salah satu bentuk energi yang dapat dipindahkan dari suatu tempat ke
tempat lain, tetapi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan sama sekali. Dalam suatu
proses, panas dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu suatu zat dan atau perubahan
tekanan, reaksi kimia dan kelistrikan.
Proses terjadinya perpindahan panas dapat dilakukan secara langsung, yaitu fluida
yang panas akan bercampur secara langsung dengan fluida dingin tanpa adanya pemisah
dan secara tidak langsung, yaitu bila diantara fluida panas dan fluida dingin tidak
berhubungan langsung tetapi dipisahkan oleh sekat-sekat pemisah.
Stabilitas fasa fluida pada HE suhu rendah sangat penting mengingat aliran
panas/dingin harus dapat mengalir dengan baik (viscositas optimal). Pengaruh suhu,
tekanan, dan jenis kriogenik akan sangat menentukan efektivitas pertukaran panas yang
terjadi. Beberapa kriteria utama HE yang dibutuhkan untuk penggunaan pada suhu rendah:
1. Perbedaan suhu aliran panas dan dingin yg kecil guna meningkatkan efisiensi
2. Rasio luas permukaan terhadap volume yg besar untuk meminimalkan
kebocoran
3. Perpindahan panas yang tinggi untuk mengurangi luas permukaan
4. Massa yg rendah untuk meminimalkan waktu start up
5. Kemampuan multi channel untuk mengurangi jumlah HE
6. Kemampuan menerima tekanan yg tinggi
7. Pressure Drop yg rendah
Minimalisasi beda suhu aliran panas & dingin harus juga memperhatikan pengaruh
suhu terhadap panas spesifik (Cp) fluida. Jika Cp menurun dengan menurunnya suhu
fluida (contoh Hidrogen), maka perbedaan suhu inlet & outlet harus ditambah dari harga
minimal beda suhu aliran.
Perpindahan Panas Secara Konduksi
Merupakan perpindahan panas antara molekul-molekul yang saling berdekatan
antar yang satu dengan yang lainnya dan tidak diikuti oleh perpindahan molekul-molekul
tersebut secara fisik. Molekul-molekul benda yang panas bergetar lebih cepat

dibandingkan molekul-molekul benda yang berada dalam keadaan dingin. Getaran-getaran


yang cepat ini, tenaganya dilimpahkan kepada molekul di sekelilingnya sehingga
menyebabkan getaran yang lebih cepat maka akan memberikan panas.
Perpindahan Panas Secara Konveksi
Perpindahan panas dari suatu zat ke zat yang lain disertai dengan gerakan partikel
atau zat tersebut secara fisik.
Perpindahan Panas Secara Radiasi
Perpindahan panas tanpa melalui media (tanpa melalui molekul). Suatu energi
dapat dihantarkan dari suatu tempat ke tempat lainnya (dari benda panas ke benda yang
dingin) dengan pancaran gelombang elektromagnetik dimana tenaga elektromagnetik ini
akan berubah menjadi panas jika terserap oleh benda yang lain.

Gambar 2.1 Perpindahan Kalor pada Heat Exchanger (Djunaidi, 2009)

Pada Dasarnya prinsip kerja dari alat penukar kalor yaitu memindahkan panas dari
dua fluida padatemperatur berbeda di mana transfer panas dapat dilakukan secara langsung
ataupun tidak langsung.
a. Secaara kontak langsung
Panas yang dipindahkan antara fluida panas dan dinginmelalui permukaan kontak
langsung berarti tidak ada dinding antara kedua fluida.Transfer panas yang terjadi yaitu
melalui interfase / penghubung antara kedua fluida.Contoh : aliran steam pada kontak
langsung yaitu 2 zat cair yang immiscible (tidak dapat bercampur), gas-liquid, dan partikel
padat-kombinasi fluida.
b. Secara kontak tak langsung
Perpindahan panas terjadi antara fluida panas dandingin melalui dinding pemisah.
Dalam sistem ini, kedua fluida akan mengalir.

Seperti yang telah dikemukakan dalam pendahuluan terdapat banyak sekali


jenis-jenis alat penukar kalor. Maka untuk mencegah timbulnya kesalah pahaman maka
alat penukar kalor dikelompokan berdasarkan fungsinya :
a. Chiller, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan fluida
sampai pada temperature yang rendah. Temperature fluida hasil pendinginan
didalam chiller yang lebih rendah bila dibandingkan dengan fluida pendinginan
yang dilakukan dengan pendingin air. Untuk chiller ini media pendingin
biasanya digunakan amoniak atau Freon.
b. Kondensor, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan uap atau
campuran uap, sehingga berubah fasa menjadi cairan. Media pendingin yang
dipakai biasanya air atau udara. Uap atau campuran uap akan melepaskan panas
atent kepada pendingin, misalnya pada pembangkit listrik tenaga uap yang
mempergunakan

condensing

turbin,

maka

uap bekas dari turbin akan

dimasukkan kedalam kondensor, lalu diembunkan menjadi kondensat.


c. Cooler, alat penukar kalor ini digunakan untuk mendinginkan cairan atau gas
dengan mempergunakan air sebagai media pendingin. Disini tidak terjadi
perubahan fasa, dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka pendingin
coler mempergunakan media pendingin berupa udara dengan bantuan fan
(kipas).
d. Evaporator, alat penukar kalor ini digunakan untuk penguapan cairan menjadi
uap. Dimana pada alat ini menjadi proses evaporasi (penguapan) suatu zat dari
fasa cair menjadi uap. Yang dimanfaatkan alat ini adalah panas latent dan zat
yang digunakan adalah air atau refrigerant cair.
e. Reboiler, alat penukar kalor ini berfungsi mendidihkan kembali (reboil) serta
menguapkan sebagian cairan yang diproses. Adapun media pemanas yang sering
digunakan adalah uap atau zat panas yang sedang diproses itu sendiri. Hal ini
dapat dilihat pada penyulingan minyak pada gambar 2.2, diperlihatkan sebuah
reboiler dengan mempergunakan minyak (665

F) sebagai media penguap,

minyak tersebut akan keluar dari boiler dan mengalir didalam tube.

Gambar. 2.2. Thermosiphon Reboiler (Anonim, 2011)

f. Heat Exchanger, alat penukar kalor ini bertujuan untuk memanfaatkan panas
suatu aliran fluida yang lain. Maka akan terjadi dua fungsi sekaligus, yaitu:

Memanaskan fluida

Mendinginkan fluida yang panas

Suhu yang masuk dan keluar kedua jenis fluida diatur sesuai dengan
kebutuhannya. Pada gambar diperlihatkan sebuah heat exchanger, dimana fluida
yang berada didalam tube adalah air, disebelah luar dari tube fluida yang
mengalir adalah kerosene yang semuanya berada didalam shell.

Gbr. 2.3. Konstruksi Heat Exchanger (Anonim, 2011)

2.2 Klasifikasi Alat Penukar Kalor


Melihat begitu banyaknya jenis alat penukar kalor (heat exchanger), maka dapat
diklasifikasikan berdasarkan bermacam-macam pertimbangan yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan proses perpindahan panas
a. Tipe kontak tidak langsung

Tipe dari satu fase

Tipe dari banyak fase

Tipe yang ditimbun (storage type)

Tipe fluidized bed

b. Tipe kontak langsung


1) Immiscible fluids
2) Gas liquid
3) Liquid vapor
2. Klasifikasi berdasarkan jumlah fluida yang mengalir
a. Dua jenis fluida
b. Tiga jenis fluida
c. N Jenis fluida (N lebih dari tiga)
3. Klasifikasi berdasarkan kompaknya permukaan
a. Tipe penukar kalor yang kompak, Density luas permukaan > 700 m
b. Tipe penukar kalor yang tidak kompak, Density luas permukaan < 700 m
4. Klasifikasi berdasarkan mekanisme perpindahan panas
a. Dengan cara konveksi, satu fase pada kedua sisi alirannya
b. Dengan cara konveksi pada satu sisi aliran dan pada sisi yang lainnya terdapat cara
konveksi 2 aliran
c. Dengan cara konveksi pada kedua sisi alirannya serta terdapat 2 pass aliran
masingmasing
d. Kombinasi cara konveksi dan radiasi
5. Klasifikasi berdasarkan konstruksi
a. Konstruksi tubular (shell and tube)
1) Tube ganda (double tube)
2) Konstruksi shell and tube o Sekat plat (plate baffle) o Sekat batang (rod baffle)
o Konstruksi tube spiral
b. Konstruksi tipe pelat

1) Tipe pelat 3) Tipe lamella


2) Tipe spiral 4) Tipe pelat koil
c. Konstruksi dengan luas permukaan diperluas (extended surface)
1) Sirip pelat (plate fin)
2) Sirip tube (tube fin)

Heat pipe wall

Ordinary separating wall

d. Regenerative
1) Tipe rotary 3) Tipe disk (piringan)
2) Tipe drum 4) Tipe matrik tetap
6. Klasifikasi berdasarkan pengaturan aliran
a. Aliran dengan satu pass
1) Aliran berlawanan
4) Aliran parallel
2) Aliran melintang
5) Aliran split
3) Aliran yang dibagi (divided)
b. Aliran multipass
1) Permukaan yang diperbesar (extended surface)

Aliran counter menyilang

Aliran paralel menyilang

Aliran compound

Shell and tube

Aliran paralel yang berlawanan (M pass pada shell dan N pass pada tube)

Aliran split

Aliran dibagi (devided)

2) Multipass plat

N paralel plat multipass

2.3 Jenis-jenis Heat Exchanger


Dikarenakan banyaknya jenis dari alat penukar kalor, maka dalam pembahasan
akan dibatasi pada alat penukar kalor jenis heat exchanger yang banyak dijumpai dalam
industri perminyakan. Heat exchanger ini juga banyak mempunyai jenisjenisnya.
Perlu diketahui bahwa untuk alat-alat ini terdapat suatu terminology yang telah
distandarkan untuk menamai alat dan bagian-bagian alat tersebut yang dikeluarkan oleh
Asosiasi pembuat Heat Exchanger yang dikenal dengan Tublar Exchanger
Manufactures Association (TEMA). Standarisasi tersebut bertujuan untuk melindungi
para pemakai dari bahaya kerusakan atau kegagalan alat, karena alat ini beroperasi
pada temperature dan tekanan yang tinggi.
Didalam standar mekanik TEMA, terdapat dua macam kelas heat Exchanger, yaitu :
1. Kelas R, yaitu untuk peraalatan yang bekerja dengan kondisi berat, misalnya
untuk industri minyak dan kimia berat.
2. Kelas C, yaitu yang dibuat untuk general purpose, dengan didasarkan pada segi
ekonomis dan ukuran kecil, digunakan untuk proses-proses umum industri.
Jenis-jenis Heat Exchanger yang terdapat pada industri perminyakan dapat
dibedakan atas :
2.3.1 Shell and Tube
Jenis ini merupakan jenis yang paling banyak digunakan dalam industri
perminyakan. Alat ini terdiri dari sebuah shell (tabung/slinder besar) dimana
didalamnya terdapat suatu bandle (berkas) pipa dengan diameter yang relative
kecil. Satu jenis fluida mengalir didalam pipa-pipa sedangkan fluida lainnya
mengalir dibagian luar pipa tetapi masih didalam shell. Hal ini dapat dilihat pada
gambar 2.4

Alat penukar panas cangkang dan buluh terdiri atas suatu bundel pipa yang
dihubungkan secara parallel dan ditempatkan dalam sebuah pipa mantel (cangkang ).
Fluida yang satu mengalir di dalam bundel pipa, sedangkan fluida yang lain mengalir di
luar pipa pada arah yang sama, berlawanan, atau bersilangan. Kedua ujung pipa
tersebut dilas pada penunjang pipa yang menempel pada mantel. Untuk meningkatkan
effisiensi pertukaran panas, biasanya pada alat penukar panas cangkang dan buluh
dipasang sekat ( buffle ). Ini bertujuan untuk membuat turbulensi aliran fluida dan
menambah waktu tinggal ( residence time ), namun pemasangan sekat akan
memperbesar pressure drop operasi dan menambah beban kerja pompa, sehingga laju
alir fluida yang dipertukarkan panasnya harus diatur.
Ada beberapa fitur desain termal yang akan diperhitungkan saat merancang
tabung di shell dan penukar panas tabung. Ini termasuk:
a. Diameter pipa : Menggunakan tabung kecil berdiameter membuat penukar panas
baik ekonomis dan kompak. Namun, lebih mungkin untuk heat exchanger untuk
mengacau-balaukan lebih cepat dan ukuran kecil membuat mekanik membersihkan
fouling yang sulit. Untuk menang atas masalah fouling dan pembersihan, diameter
tabung yang lebih besar dapat digunakan. Jadi untuk menentukan diameter tabung,
ruang yang tersedia, biaya dan sifat fouling dari cairan harus dipertimbangkan.
b. Ketebalan tabung: Ketebalan dinding tabung biasanya ditentukan untuk
memastikan:

Ada ruang yang cukup untuk korosi

Itu getaran aliran-diinduksi memiliki ketahanan

Axial kekuatan

Kemampuan untuk dengan mudah stok suku cadang biaya

Kadang-kadang ketebalan dinding ditentukan oleh perbedaan tekanan


maksimum di dinding.
c. Panjang tabung : penukar panas biasanya lebih murah ketika mereka memiliki
diameter shell yang lebih kecil dan panjang tabung panjang. Dengan demikian,
biasanya ada tujuan untuk membuat penukar panas selama mungkin. Namun, ada
banyak keterbatasan untuk ini, termasuk ruang yang tersedia di situs mana akan
digunakan dan kebutuhan untuk memastikan bahwa ada tabung tersedia dalam
panjang yang dua kali panjang yang dibutuhkan (sehingga tabung dapat ditarik dan

diganti). Juga, itu harus diingat bahwa tunggal, tabung tipis yang sulit untuk
mengambil dan mengganti.
d. Tabung pitch : ketika mendesain tabung, adalah praktis untuk memastikan bahwa
tabung pitch (yaitu jarak pusat-pusat tabung sebelah) tidak kurang dari 1,25 kali
diameter luar tabung '
Shell and tube penukar panas terdiri dari serangkaian tabung. Satu set dari
tabung berisi cairan yang harus baik dipanaskan atau didinginkan. Cairan kedua
berjalan lebih dari tabung yang sedang dipanaskan atau didinginkan sehingga dapat
menyediakan panas atau menyerap panas yang dibutuhkan. Satu set tabung disebut
berkas tabung dan dapat terdiri dari beberapa jenis tabung: polos, bersirip longitudinal
dll Shell dan penukar panas tabung biasanya digunakan untuk aplikasi tekanan tinggi
(dengan tekanan lebih besar dari 30 bar) dan suhu lebih besar dari 260 C. Hal ini
karena shell dan penukar panas tabung yang kuat karena bentuknya.
Pemilihan Material Tabung
Agar dapat memindahkan panas dengan baik, material tabung harus mempunyai
thermal conductivity. Karena panas ditransfer dari suatu sisi yang panas menuju sisi
yang dingin melalui tabung, terdapat perbedaan temperature sepanjang lebar tabung.
Karena ada kecenderungan material tabung untuk mengembang berbeda-beda secara
thermal pada berbagai temperature thermal stresses muncul selama operasi. Hal ini
sesuai terhadap tegangan dari tekanan tinggi dari fluida itu sendiri.
Material tabung juga harus sesuai dengan kedua hal yaitu sisi shell dan sisi tube
yang dialiri untuk periode lama dibawah kondisi-kondisi operasi (temperature, tekanan,
pH, dan lain-lain) untuk memperkecil hal yang buruk seperti korosi. Semua yang
dibituhkan

yaitu

melakukan

pemilihan

seksama

atas

bahan

yang

kuat,

thermalconductive, corrosion resistant, material tabung bermutu tinggi, yang secara


khas berbahan metal. Pilihan material tabung yang buruk bisa mengakibatkan suatu
kebocoran melalui suatu tabung antara sisi shell dan tube yang menyebabkan fluida
yang lewat terkontaminasi dan kemungkinan hilangnya tekanan.
Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan aliran fluida
dalam shell side dan Tube side untuk shell and Tube exchanger adalah :

a. Kemampuan untuk dibersihkan (Cleanability)


Jika dibandingkan cara membersihkan Tube dan Shell, maka pembersihan sisi
shell jauh lebih sulit. Untuk itu fluida yang bersih biasanya dialirkan di sebelah shell
dan fluida yang kotor melalui Tube.
b. Korosi
Masalah korosi atau kebersihan sangat dipengaruhi oleh penggunaan dari
paduan logam. Paduan logam tersebut mahal, oleh karena itu fluida dialirkan melalui
Tube untuk menghemat biaya yang terjadi karena kerusakan shell. Jika terjadi
kebocoran pada Tube, heat exchanger masih dapat difungsikan kembali. Hal ini
disebabkan karena Tube mempunyai ketahanan terhadap korosif, relatif murah dan
kekuatan dari small diameter Tube melebihi shell.
c. Tekanan
Shell yang bertekanan tinggi dan diameter yang besar akan diperlukan dinding
yang tebal, hal ini akan memakan biaya yang mahal. Untuk mengatasi hal itu apabila
fluida bertekanan tinggi lebih baik dialirkan melalui Tube.
d. Temperatur
Biasanya lebih ekonomis meletakkan fluida dengan temperatur lebih tinggi
pada Tube side, karena panasnya ditransfer seluruhnya ke arah permukaan luar Tube
atau ke arah shell sehingga akan diserap sepenuhnya oleh fluida yang mengalir di
shell. Jika fluida dengan temperatur lebih tinggi dialirkan padashell side, maka
transfer panas tidak hanya dilakukan ke arah Tube, tapi ada kemungkinan transfer
panas juga terjadi ke arah luar shell (ke lingkungan).
e. Sediment/ Suspended Solid / Fouling
Fluida yang mengandung sediment/suspended solid atau yang menyebabkan
fouling sebaiknya dialirkan di Tube sehingga Tube-Tube dengan mudah dibersihkan. Jika
fluida yang mengandung sediment dialirkan di shell, maka sediment/fouling tersebut
akan terakumulasi pada stagnant zone di sekitar baffles, sehingga cleaning pada sisi shell
menjadi tidak mungkin dilakukan tanpa mencabutTube bundle. f. Viskositas
Fluida yang viscous atau yang mempunyai low transfer rate dilewatkan
melalui shell karena dapat menggunakan baffle. Koefisien heat transfer yang lebih
tinggi dapat diperoleh dengan menempatkan fluida yang lebih viscous pada shell side

sebagai hasil dari peningkatan turbulensi akibat aliran crossflow (terutama karena
pengaruh baffles). Biasanya fluida dengan viskositas > 2 cSt dialirkan di shell side
untuk mengurangi luas permukaan perpindahan panas yang diminta. Koefisien
perpindahan panas yang lebih tinggi terdapat pada shell side, karena aliran turbulen
akan terjadi melintang melalui sisi luar Tube dan baffle.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat Exchanger)
terutama Heat exchanger tipe shell & tube:
1. penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas, hal ini
sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
2. pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat hingga suatu
harga maksimum dan kemudian berkurang.
3. dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas berkurang,
jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju
alir massa udara meningkat.
4. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan
membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.
Faktor yang mempengaruhi efektivitas Heat exchanger tipe shell & tube:
5. Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat
penukar panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.
6. Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas
meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.
7. Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris,
efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas
meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.
8. Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan
membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.
2.3.2 Jenis Double Pipe (Pipa Ganda)
Salah satu jenis penukar panas adalah susunan pipa ganda. Dalam jenis
penukar panas dapat digunakanberlawanan arah aliran atau arah aliran, baik dengan

cairan panas atau dingin cairan yang terkandung dalam ruangan nular dan cairan
lainnya dalam pipa.
Alat penukar panas pipa rangkap terdiri dari dua pipa logam standart yang
dikedua ujungnya dilas menjadi satu atau dihubungkan dengan kotak penyekat.
Fluida yang satu mengalir di dalam pipa, sedangkan fluida kedua mengalir di dalam
ruang anulus antara pipa luar dengan pipa dalam. Alat penukar panas jenis ini dapat
digunakan pada laju alir fluida yang kecil dan tekanan operasi yang tinggi.
Sedangkan untuk kapasitas yang lebih besar digunakan penukar panas jenis
selongsong dan buluh ( shell and tube heat exchanger ).
Pada jenis ini tiap pipa atau beberapa pipa mempunyai shell sendirisendiri. Untuk menghindari tempat yang terlalu panjang, heat exchanger ini
dibentuk menjadi U. pada keperluan khusus, untuk meningkatkan kemampuan
memindahkan panas, bagian diluar pipa diberi srip. Bentuk siripnya ada yang
memanjang, melingkar dan sebagainya.

Gambar. 2.4 Alat penukar kalor jenis Double Pipa (Ike Yulia, 2011)

Keistimewaan jenis ini adalah mampu beroperasi pada tekanan yang tinggi,
dank arena tidak ada sambungan, resiko tercampurnya kedua fluida sangat kecil.
Kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan panasnya sangat kecil, Fleksibel dalam
berbagai aplikasi dan pengaturan pipa, dapat dipasang secara seri ataupun paralel, dapat
diatur sedimikian rupa agar diperoleh batas pressure drop dan LMTD sesuai dengan

keperluan,mudah bila kita ingin menambahkan luas permukaannya dan kalkulasi design
mudah dibuat dan akurat Sedangkan kelemahannya terletak pada kapasitas perpindahan
panasnya sangat kecil, mahal, terbatas untuk fluida yang membutuhkan area perpindahan
kalor kecil (<50 m2), dan biasanya digunakan untuk sejumlah kecil fluida yang akan
dipanaskan atau dikondensasikan.
Prinsip kerja double pipe
Pada alat ini, mekanisme perpindahan kalor terjadi secara tidak langsung (indirect
contact type), karena terdapat dinding pemisah antara kedua fluida sehingga kedua fluida
tidak bercampur. Fluida yang memiliki suhu lebih rendah (fluida pendingin) mengalir
melalui pipa kecil, sedangkan fluida dengan suhu yang lebih tinggi mengalir pada pipa
yang lebih besar (pipa annulus). Penukar kalor demikian mungkin terdiri dari beberapa
lintasan yang disusun dalam susunan vertikal. Perpindahan kalor yang terjadi pada fluida
adalah proses konveksi, sedang proses konduksi terjadi pada dinding pipa. Kalor mengalir
dari fluida yang bertemperatur tinggi ke fluida yang bertemperatur rendah.
Dalam desain pipa penukar panas ganda, merupakan faktor penting adalah
jenis pola aliran dalam penukar panas. Sebuah penukar panas pipa ganda biasanya
akan baik berlawanan arah / counterflow atau aliran paralel. Crossflow hanya tidak
bekerja untuk penukar panas pipa ganda. Pola yang aliran dan tugas panas yang
dibutuhkan pertukaran memungkinkan perhitungan log mean perbedaan suhu. Yang
bersama-sama dengan perpindahan panas keseluruhan diperkirakan koefisien
memungkinkan perhitungan luas permukaan perpindahan panas yang diperlukan.
Kemudian ukuran pipa, panjang pipa dan jumlah tikungan dapat ditentukan.
Prinsip kerja dari alat ini adalah memindahkan panas dari cairan dengan
temperature yang lebih tinggi ke cairan yang memiliki temperatur lebih rendah.
Dalam percobaan kali ini, aliran panas (steam) dialirkan pada bagian dalam pipa
konsentris sedangkan air dialirkan pada bagian luar dari pipa konsentris ini (bagian
anulus).
Namun, terkadang dalam beberapa alat seperti HE ini, akan ada pengotor
didalam pipa yang membuat proses perpindahan kalor nya menjadi terganggu.
Pengotoran ini dapat terjadi endapan dari fluida yang mengalir, juga disebabkan oleh
korosi pada komponen dari heat exchanger akibat pengaruh dari jenis fluida yang
dialirinya. Selama heat exchanger ini dioperasikan pengaruh pengotoran pasti akan

terjadi. Terjadinya pengotoran tersebut dapat menganggu atau memperngaruhi


temperatur fluida mengalir juga dapat menurunkan ataau mempengaruhi koefisien
perpindahan panas menyeluruh dari fluida tersebut. Beberapa faktor yang
dipengaruhi akibat pengotoran antara lain : Temperatur fluida, Temperatur dinding
tube dan Kecepatan aliran fluida.
2.3.3 Koil Pipa
Heat Exchanger ini mempunyai pipa berbentuk koil yang dibenamkan
didalam sebuah box berisi air dingin yang mengalir atau yang disemprotkan untuk
mendinginkan fluida panas yang mengalir di dalam pipa. Jenis ini disebut juga
sebagai box cooler jenis ini biasanya digunakan untuk pemindahan kalor yang
relative kecil dan fluida yang didalam shell yang akan diproses lanjut.

Gambar 2.5 Pipa Coil Heat Exchanger (Anonim, 2012)

HE jenis ini disusun dari tabung-tabung (tubes) dengan jumlah besar mengelilingi
tabung inti, dimana setiap HE terdiri dari lapisan-lapisan tabung sepanjang arah aksial
maupun radial. Aliran tekanan tinggi diberikan pada tube diameter kecil, sementara untuk
tekanan rendah dialirkan pada bagian luar tube diameter kecil.
HE jenis ini memiliki keuntungan untuk kondisi suhu rendah antara lain:
1. Perpindahan kalor dapat dilakukan lebih dari dari dua aliran secara simultan.
2. Memiliki jumlah unit Heat transfer yang tinggi
3. Dapat dilakukan pada tekanan tinggi.

Geometri HE Coiled Tube sangat bervariasi, tergantung pada kondisi aliran


dan drop pressure yang dibutuhkan. Parameter yang

berpengaruh antara lain:

kecepatan aliran pada shell dan tube, diameter tube, jarak antar tube (tube pitch),
layer spacer diameter. Faktor lain yang juga harus diperhitungkan yaitu jumlah fasa
aliran, terjadinya kondensasi dan evaporasi pada shell atau tube.
Aplikasi HE Coiled Tube untuk skala besar telah banyak diterapkan pada
LNG Plant, dimana alat HE ini memiliki kapasitas 100,000 m3/h pada 289 K dan
0.101 Mpa. Luas permukaan heat transfer 25,000 m2 dan panjang keseluruhan 61 m,
diameter 4.5 m dan berat 180 ton. Gambar Skematik alat tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.15.

Gb. 2.6 Skema HE Coiled Tube yang Digunakan Pada LNG Plant (Anonim, 2012)

2.3.4 Jenis Pipa Terbuka (Open Tube Section)


Pada heat exchanger ini pipa-pipa tidak ditempatkan lagi didalam shell,
tetapi dibiarkan di udara. Prndinginan dilakukan dengan mengalirkan air atau
udara pada bagian pipa. Berkas pipa itu biasanya cukup panjang. Untuk
pendinginan dengan udara biasanya bagian luar pipa diberi sirip-sirip untuk
memperluas permukaan perpindahan panas. Seperti halnya jenis coil pipa,

perpindahan panas yang terjadi cukup lamban dengan kapasitas yang lebih kecil
dari jenis shell and tube.

Gbr. 2.7. Alat penukar kalor jenis open tube section (Anonim, 2010)

2.3.5 Penukar Panas Plate and Frame ( plate and frame heat exchanger )
Plate Heat Exchanger adalah salah satu jenis alat penukar panas yang terdiri
atas paket pelat-pelat tegak lurus bergelombang atau dengan profil lain, yang
dipisahkan antara satu dengan lainnya oleh sekat-sekat lunak. Pelat-pelat ini
dipersatukan oleh suatu perangkat penekan dan jarak antara pelat-pelat ditentukan
oleh sekat-sekat tersebut. Pada setiap sudut dari pelat yang berbentuk empat persegi
panjang terdapat lubang. Melalui dua di antara lubang-lubang ini media yang satu
disalurkan masuk dan keluar pada satu sisi, sedangkan media yang lain karena
adanya sekat mengalir melalui ruang antara disebelahnya. Dalam hal itu hubungan
ruang yang satu dan yang lainnya dimungkinkan. pelat-pelat yang dibentuk sesuai
kebutuhan dan umumnya terbuat dari baja (stainless steel type 304, 316, 317) atau
logam lainnya.
Alat penukar panas pelat dan bingkai terdiri dari paket pelat pelat tegak lurus,
bergelombang, atau profil lain. Pemisah antara pelat tegak lurus dipasang penyekat lunak (
biasanya terbuat dari karet ). Pelat pelat dan sekat disatukan oleh suatu perangkat
penekan yang pada setiap sudut pelat 10 ( kebanyakan segi empat ) terdapat lubang
pengalir fluida. Melalui dua dari lubang ini, fluida dialirkan masuk dan keluar pada sisi
yang lain, sedangkan fluida yang lain mengalir melalui lubang dan ruang pada sisi
sebelahnya karena ada sekat.
Sistem Kerja dari Plate Heat Exchanger
Produk akan dipanaskan dan masuk kedalam suatu larutan yang kemudian akan
mengalir pada sebuah pelat. Proses pemanasan ini terjadi dengan adanya medium

pemanas yang mengalir pada saluran dan pelat yang lainnya. Dimana pelat yang telah
tersusun ini akan secara bergantian mengalirkan produk dan medium pemanas. Pelat yang
dialiri produk tidak akan dialiri oleh komponen lain.
Cairan panas yang melintasi bagian bawah head dialirkan ke atas melintas diantara
setiap plae genap sementara cairan dingin pada bagian puncak head dialirkan turun
diantara plat-plat ganjil. Arah aliran produk dan medium pemanas di dalam pelat biasanya
berbeda atau boleh dikatakan mengalir secara berlawanan. Pada umumnya produk akan
masuk melalui saluran

atas dan mengalir kebawah melewati pelat, sehingga aliran

keluaran produk akan berada dibawah, sedangkan medium pemanas akan masuk melalui
saluran yang berkebalikan dari produk, yaitu masuk melalui saluran bawah dan mengalir
ke atas melewati pelat, sehingga aliran pengeluaran medium pemanas akan berada diatas.
Arah aliran yang berlawanan ini dimaksudkan agar proses pemanasan dapat lebih cepat
berlangsung.
Produk yang mengalir pada suatu pelat akan terhimpit oleh medium pemanas
dengan arah aliran yang berbeda, sehingga produk akan cepat memanas karena tertekan
oleh pelat yang mengalirkan medium pemanas. Produk yang telah menjadi panas dan
medium yang telah mengalir pada suatu pelat akan mengalir keluar.
Saluran pengeluaran medium pemanas dan produk ada dua macam tergantung dari
rangkaian pelat yang digunakan, baik itu seri maupun paralel. Pada rangkaian seri produk
yang masuk dan keluar akan melewati ports pada bagian front head yang sama. Sedangkan
pada rangkaian paralel produk dan medium pemanas akan masuk dan keluar melewati
bagian yang berbeda, yaitu masuk melewati ports pada bagian front head dan keluar
melalui ports pada bagian belakangnya.
Prinsip Alat Ukur PHE
1. Alat ukur laju alir
2. Alat ukur tekanan
3. Alat ukur suhu
Kelebihan PHE
1. Mempunyai permukaan perpindahan yang sangat besar pada volume alat yang
kecil,sehingga perpindahan panas yang efisien.
2. Mudah dirawat dan dibersihkan

3. Mudah dibongkar dan dipasang kembali ketika proses pembersihan


4. Waktu tinggal media sangat pendek
5. Dapat digunakan untuk cairan yang sangat kental (viskos)
6. Plate and Frame lebih fleksibel, dapat dengan mudah pelatnya ditambah
7. Ukuran yang lebih kecil dapat mengurangi biaya dalam segi bahan (Stainless
Steel,Titanium, dan logam lainnya)
8. Aliran turbulensinya mengurangi peluang terjadinya fouling dan sedimentasi
Kekurangan PHE
1. Pelat merupakan bentuk yang kurang baik untuk menahan tekanan. Plate and Frame
Heat Exchanger tidak sesuai digunakan untuk tekanan lebih dari 30 bar.
2. Pemilihan material gasket yang sesuai sangatlah penting
3. Maksimum temperatur operasi terbatas hingga 250 oC dikarenakan performa dari
material gasket yang sesuai.

Gambar 2.8 Penukar panas jenis pelat and Frame (Stevano Viktor, 2011)

PHE yang banyak dijumpai di industri adalah type: a. Glue type


Tipe glue ini memerlukan lem untuk memasang gasket pada plat PHE. Lem yang
digunakan hendaknya ialah lem yang mempunyai ketahanan terhadap panas yang baik.

Gambar 2.9 Glue type (Stevano Viktor, 2011)


b. Clip type
Luar gasket tipe ini terdapat clip-clip, sehingga dalam pemasangannya cukup
menancapkan clip-clip tersebut ke lubang yang terdapat pada plat. Pemasangan gasket
tipe ini lebih mudah dan ringkas jika dibandingkan dengan tipe glue.

Gambar 2.10 Clip type

(Stevano Viktor, 2011)

Klasifikasi

alat penukar panas :


a. Berdasarkan kontak antara bahan atau fluida

Pertukaran panas langsung


Bahan yang dipanaskan atau yang didinginkan dikontakan langsung

dengan

media pemanas atau pendingin.

Pertukaran Panas tidak langsung


Memungkinkan terjadinya perpindahan panas dari satu cairan fluida ke fluida

lain melalui dinding pemisah.


b. Berdasarkan arah aliran

Penukar panas satu lintas (single-pass)

Penukar panas aliran searah (parallel-flow)

Penukar panas berlawanan arah (Counter-flow)

Penukar panas aliran lintang (Cross-flow)

Bagian-Bagian dari Plate Heat Exchanger

Gambar. 2.11 Plate Heat Exchanger (Stevano Viktor, 2011)

1.

Gasket terbuat dari karet (non logam) atau bahan yang biasa digunakan adalah nitrile
dan ethylene propylene rubber (EPR/EPDM)
a. Nitrile : -400F - 2500F untuk temperatur rendah
b. Nitrile : -400F - 2500F untuk temperatur tinggi
c. EPR/ EPDM : -800F 3000 F sangat tahan terhadap air yang sangat panas dan
uap serta memiliki ketahanan yang baik untuk kompresi atau volume yang
besar.
Fungsi gasket ini adalah sebagai perekat alat atau pengatur aliran fluida,
sehingga antara fluida yang satu dengan fluida yang lain tidak mengalami kontak secara
langsung yang menyebabkan kebocoran.

2.

Pelat penekan (Compression Plate) terbuat dari logam yang berfungsi sebagai penekan
pelat agar pada saat operasi alat berjalan tidak ada rongga didalam aliran fluida agar
tidak terjadi kebocoran.

3.

Pelat (plates), umumnya berukuran 0,4 - 0,6 mm terbuat dari stainless steel atau
titanium dan terdapat pada berbagai macam susunan yang berombak-ombak, berfungsi
sebagai tempat mengatur fluida serta tempat terjadinya pertukaran panas antara fluida
panas dengan fluida dingin. Fluida pada pelat ini mengalir secara turbulen, hal ini
dikarenakan bentuk dari pelat tersebut yang bergerigi sehingga pertukaran panas dapat
berlangsung secara cepat. Makin banyak pelat tekanan makin besar.

Gambar 2.12 Tipe pelat (Stevano Viktor, 2011)

Tipe Pelat

Vertical, termasuk salah satu pola pelat yang sering digunakan karena mempunyai
banyak pembatas untuk mengalir, sehingga menyebabkan banyak gerakan putaran
(turbulen), perpindahan panas dengan kecepatan tinggi, dan menurunkan tekanan.

Horizontal, juga merupakan pola yang sering digunakan. Mempunyai pembatas,


gerak putaran (turbulen), dan penurunan tekanan yang lebih sedikit dibandingkan
pola vertical

Combination, penggunaan pola pelat ini biasanya ditujukan untuk hasil pemanasan
dan penurunan tekanan yang lebih optimal.

4.

Pelat penyangga tetap (fixed frame), terbuat dari logam dan berfungsi menjaga pelat
agar tetap stabil

Gambar 2.13 Pelat penyangga tetap (fixed frame) (Stevano Viktor, 2011)

5.

Alat penekan (Compression Bolt), berupa baut pelat baja yang digunakan untuk
menekan pelat dan frame

Gambar 2.14 Compression Bolt (Anonim, 2010)

6.

Guide Bars, berupa batang yang terbuat dari carbon steel atau stainless steel yang
mendukung dan menjaga agar pelat berjajar secara rapi.

Gambar 2.15 Guide Bars (Anonim, 2010)

7.

Front and Rear Heads . (Bagian depan dan kepala bagian belakang), merupakan
bagian yang dilapisi oleh frame carbon steel yang melekat pada kumpulan pelat yang
ditekan.

2.3.6 Adiabatic wheel heat exchanger


Jenis keenam penukar panas menggunakan intermediate cairan atau toko
yang solid untuk menahan panas, yang kemudian pindah ke sisi lain dari penukar
panas akan dirilis. Dua contoh ini adalah roda adiabatik, yang terdiri dari roda besar

dengan benang halus berputar melalui cairan panas dan dingin, dan penukar panas
cairan.
2.3.7 Pillow plate heat exchanger
Sebuah pelat penukar bantal umumnya digunakan dalam industri susu untuk
susu pendingin dalam jumlah besar langsung ekspansi tank massal stainless steel.
Pelat bantal memungkinkan untuk pendinginan di hampir daerah seluruh
permukaan tangki, tanpa sela yang akan terjadi antara pipa dilas ke bagian luar
tangki. Pelat bantal dibangun menggunakan lembaran tipis dari logam-spot dilas ke
permukaan selembar tebal dari logam.
Pelat tipis dilas dalam pola teratur dari titik-titik atau dengan pola serpentin
garis las. Setelah pengelasan ruang tertutup bertekanan dengan kekuatan yang
cukup untuk menyebabkan logam tipis untuk tonjolan di sekitar lasan, menyediakan
ruang untuk cairan penukar panas mengalir, dan menciptakan penampilan yang
karakteristik bantal membengkak terbentuk dari logam.

Gambar 2.16 Pillow plate heat exchanger (Anoni, 2012)

2.3.8 Dynamic scraped surface heat exchanger


Tipe lain dari penukar panas disebut "(dinamis) besot permukaan heat
exchanger". Ini terutama digunakan untuk pemanasan atau pendinginan dengan
tinggi viskositas produk, proses kristalisasi, penguapan tinggi dan fouling aplikasi.
Kali berjalan panjang yang dicapai karena terus menerus menggores permukaan,
sehingga menghindari pengotoran dan mencapai kecepatan transfer panas yang
berkelanjutan selama proses tersebut.

Gambar 2.17 Dynamic scraped surface heat exchanger (Anonim, 2010)

2.3.9 Phase-change heat exchanger


Selain memanas atau pendinginan cairan hanya dalam satu fasa, penukar
panas dapat digunakan baik untuk memanaskan cairan menguap (atau mendidih)
atau digunakan sebagai kondensor untuk mendinginkan uap dan mengembun ke
cairan. Pada pabrik kimia dan kilang, reboilers digunakan untuk memanaskan
umpan masuk untuk menara distilasi sering penukar panas.
Distilasi

set-up

biasanya

menggunakan

kondensor

untuk

mengkondensasikan uap distilasi kembali ke dalam cairan.Pembangkit tenaga listrik


yang memiliki uap yang digerakkan turbin biasanya menggunakan penukar panas
untuk mendidihkan air menjadi uap.
Heat exchanger atau unit serupa untuk memproduksi uap dari air yang
sering disebut boiler atau generator uap.Dalam pembangkit listrik tenaga nuklir
yang disebut reaktor air bertekanan, penukar panas khusus besar yang melewati
panas dari sistem (pabrik reaktor) primer ke sistem (pabrik uap) sekunder, uap
memproduksi dari air dalam proses, disebut generator uap.Semua pembangkit
listrik berbahan bakar fosil dan nuklir menggunakan uap yang digerakkan turbin
memiliki kondensor permukaan untuk mengubah uap gas buang dari turbin ke
kondensat (air) untuk digunakan kembali.
Untuk menghemat energi dan kapasitas pendinginan dalam kimia dan
tanaman lainnya, penukar panas regeneratif dapat digunakan untuk mentransfer
panas dari satu aliran yang perlu didinginkan ke aliran yang perlu dipanaskan,
seperti pendingin distilat dan pakan reboiler pra-pemanasan.

Gambar 2.18 Phase-change heat exchanger (Zuhrina, 2006)

Faktor yang mempengaruhi efektivitas alat penukar panas (Heat Exchanger) terutama Heat
exchanger tipe shell & tube:
1.

penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar panas, hal ini sejalan
dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.

2.

pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas meningkat hingga suatu harga
maksimum dan kemudian berkurang.

3.

dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris, efektifitas berkurang, jika
kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas meningkat, jika laju alir
massa udara meningkat.

4.

Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan
membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.

5.

Melakukan penelitian penggunaan baffle dapat meningkatkan efektifitas alat penukar


panas, hal ini sejalan dengan peningkatan koefisien perpindahan panas.

6.

Melakukan penelitian pengaruh tebal isolasi pada bagian luar shell, efektifitas
meningkat hingga suatu harga maksimum dan kemudian berkurang.

7.

Menyimpulkannya dengan menggunakan alat penukar panas tabung konsentris,


efektifitas berkurang, jika kecepatan udara masuk dingin meningkat dan efektifitas
meningkat, jika laju alir massa udara meningkat.

8.

Menentukan jarak antar baffle minimum 0,2 dari diameter shell sedangkan jarak
maksimum ialah 1x diameter bagian dalam shell. Jarak baffle yang panjang akan
membuat aliran membujur dan kurang menyimpang dari aliran melintang.

Analisa kinerja HE :
1. Koefisien overall perpindahan panas (U)
Menyatakan mudah atau tidaknya panas berpindah dari fluida panas ke fluida
dingin dan juga menyatakan aliran panas menyeluruh sebagai gabungan proses
konduksi dan konveksi.
2. Fouling factor (Rd)
Fouling adalah peristiwa terakumulasinya padatan yang tidak dikehendaki di
permukaan Heat Exchanger yang berkontak dengan fluida kerja, termasuk permukaan
heat transfer. Peristiwa tersebut adalah pengendapan, pengerakan, korosi, polimerisasi
dan proses biologi. Angka yang menunjukkan hambatan akibat adanya kotoran yang
terbawa fluida yang mengalir di dalam HE
Penyebab terjadinya fouling :
a. Adanya pengotor berat yaitu kerak keras yang berasal dari hasil korosi atau
coke keras.
b. Adanya pengotor berpori yaitu kerak lunak yang berasal dari dekomposisi
kerak keras.

Akibat fouling :
a. mengakibatkan kenaikan tahanan heat transfer, sehingga meningkatkan biaya,
baik investasi, operasi maupun perawatan.
b. ukuran Heat Exchanger menjadi lebih besar, kehilangan energi meningkat,
waktu shutdown lebih panjang dan biaya perawatan meningkat.

Variabel operasi yang berpengaruh terhadap fouling :


a. Kecepatan Linier Fluida (Velocity)
Semakin tinggi kecepatan linier fluida, semakin rendah kemungkinan
terjadinya fouling. Sebagai batasan dalam rancangan dapat digunakan nilainilai berikut:
1). Kecepatan fluida proses di dalam tube adalah 3 6 ft/s

2). Kecepatan fluida pendingin di dalam tube adalah 5 8 ft/s


3). Kecepatan fluida tube maksimum untuk menghambat terjadinya fouling
adalah 10 15 ft/s
4). Kecepatan fluida shell adalah 1 3 ft/s.

Temperature Permukaan dan Temperature Fluida


Kecepatan terbentuknya fouling akan meningkat dengan meningkatnya

temperatur.
3. Pressure drop
Untuk mengetahui sejauh mana fluida dapat memepertahankan tekanan yang
dimilikinya selama fluida mengalir.
Disebabkan oleh 2 hal :

Friksi aliran dengan dinding

Pembelokan aliran

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Alat penukar panas atau Heat Exchanger (HE) adalah alat yang digunakan untuk
memindahkan panas dari sistem ke sistem lain tanpa perpindahan massa dan bisa berfungsi
sebagai pemanas maupun sebagai pendingin. Biasanya, medium pemanas dipakai adalah
air yang dipanaskan sebagai fluida panas dan air biasa sebagai air pendingin (cooling
water). Penukar panas dirancang sebisa mungkin agar perpindahan panas antar fluida dapat
berlangsung secara efisien. Pertukaran panas terjadi karena adanya kontak, baik antara
fluida terdapat dinding yang memisahkannya maupun keduanya bercampur langsung
(direct contact).
Jenis-jenis penukar panas antara lain :
a. Double Pipe Heat Exchanger
b. Plate and Frame Heat Exchanger
c. Shell anf Tube Heat Exchanger
d. Adiabatic wheel Heat Exchanger
e. Pillow plate Heat Exchanger
f. Dynamic scraped surface Heat Exchanger
g. Phase-change Heat Exchanger
Dari jenis-jenis Heat Exchanger diatas, komponen-komponen peralatan tergantung dari
jenisnya. Setiap komponen memiliki peranan masing-masing yang semuanya saling
bergantungan yang apabila salah satu tidak berfungsi maka akan mengganggu kinerja dari
peralatan tersebut.
Perawatan Heat Exchanger dilakukna dengan tujuan untuk meningkatkan kinerja sadi
peralatan serta untuk menjaga dan merawat agar peralatan dapat bertahan lebih lama dalam
penggunaannya. Peralatan yang dilakukan diantaranya dengan melakukan pemeriksaan
secara rutin/ berkala maupun dalam jangka panjang. Pemeriksaan rutin dilakukan setiap
hari, seminggu sekali, sebulan sekali dan setiap 6 bulan sekali. Pemeriksaan jangka panjang
dilakukan setiap 1 tahun sekali maupun diatas 1 tahun. Sebelum dilakukan perawatan,
biasanya peralatan dilakukan analisa terlebih dahulu untuk mengetahui bagianbagian mana
saja yang mengalami kerusakan maupun yang membutuhkan perbaikan. Analisa yang

sering dilakukan adalah analisa perpindahan panas keseluruhan, factor fouling dan
penurunan tekanan pada Heat Exchanger.
Tipe pembersihan Heat Exchanger yang sering dilakukan adalah : a. Chemical
/ Physical Cleaning
b. Mechanical Cleaning
- Drilling atau Turbining
- Hydrojeting
c. Gabungan dari keduanya

DAFTAR PUSTAKA
Amalia, Ilma. (2011). PENUKAR PANAS ( HEAT EXCHANGER) (online). Tersedia
di

http://id.scribd.com/doc/46808854/Tugas-Shell-and-Tube-Ex-Changer-2.

(Diunduh tanggal 8 Desember 2012)


Anonim. (2012). Alat Heat Exchanger (online). Tersedia di : http://beckfk.blogspot.
com/ 2012/05/alat-heat-exchanger.html. (Diunduh tanggal 25 Oktober 2012)
Anonim. (2010). Heat Exchanger (online). Tersedia di : http://www.alaquainc.com/
Heat_Exchangers.aspx. (Diunduh tanggal 25 Oktober 2012)
Anonim. (2010). Pembagian Heat Exchanger Berdasarkan Bentuk Konstruksinya
(online). Tersedia di

: http://java-borneo.blogspot.com/2011/05/pembagian-

heatexchanger-berdasarkan.html. (Diunduh tanggal 5 November 2012)


Anonim. (2012). Pengertian Heat Exchanger (online). Tersedia di : http://www.scribd.
com/doc/94966592/Pengertian-Heat-Exchanger. (Diunduh tanggal 7 Desember
2012)
Anonim. (2012). Jenis-Jenis Alat Penukar Panas dan Tipe aliran HE (Heat Exchanger)
(online).

Tersedia

di

http://pelatihanguru.net/category/alat-penukar-kalor.

(Diunduh tanggal 8 Desember 2012)


Djunaidi. (2009). Pemeliharaan Tube-Side Penukar Kalor Rsg-Gas Jangka Pendek Dan
Jangka Panjang. Pusat Reaktor Serba Guna-BATAN. Kawasan Puspitek Serpong
Tangerang : Banten
Eka, dkk. (2011). Laporan Praktikum Heat Exchanger (online). Ekstensi Teknik Kimia
Universitas Indonesia: Depok. Tersedia di : http://www.scribd.com/doc/72839539/
Laporan-HE-Eka-Gefin-Krisna-Laili-Final. (Diunduh Tanggal 7 Desember 2012)
Firiana, Mira. (2011). Heat exchanger (online). Tersedia di : http://id.scribd.com/
doc/52312812/BAB-II. (Diunduh tanggal 8 Desember 2012)

Вам также может понравиться